Disusun oleh
HALAMAN PERSETUJUAN
LAPORAN SEMINAR KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN R DENGAN
DIAGNOSA BBLR + RDS DIRUANG PERINATOLOGI RSUD DR.ACHMAD
MOCHTAR BUKITTINGGI TAHUN 2021
Telah mendapat persetujuan pada
Tanggal :
Menyetujui
Pembimbing akademik
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur peneliti ucapkan kepada pemilik alam semesta Allah SWT
atas berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan seminar kasus
praktik keperawatan anak di ruangan perinatologi dengan masalah keperawatan pada By Ny
R dengan diagnose RDS. Laporan ini diharapkan dapat menambah wawasan mahasiswa dan
juga pembaca dalam pemberian asuhan keperawatan dengan RDS. Shalawat beriring salam
diberikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjuk Allah SWT
untuk keselamatan umat di dunia dan di akhirat.
Laporan seminar kasus ini dilakukan dalam rangka memenuhi syarat untuk
mencapai kompetensi praktek profesi Ners. Kami menyadari bahwa, tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, dari masa praktek sampai pada penyusunan laporan seminar
ini. Oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Ns. Pera Putra Bungsu, M.kep,Sp.Kom selaku pembimbing akademik yang
telah menyediakan waktu, tenaga, dan pemikiran untuk mengarahkan kami dalam
penyusunan laporan seminar kasus.
2. Ibu Ns. Febrianty,S.Kep.M.Kep. SP.Kep.An selaku pembimbing Klinik yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pemikiran untuk mengarahkan kami dalam
penyusunan laporan seminar kasus.
3. Uni uni di ruangan perinatologi RSUD Dr Achmad Mochtar bukittinggi yang telah
menyediakan, waktu, tenaga dan pemikiran untuk memberikan kami pengetahuan
dalam memberikan asuhan keperawatan pada bayi.
Akhirnya peneliti mengaharapkan agar laporan ini bermanfaat bagi kita semua,
khususnya dibidang kesehatan. Atas segala bantuan yang telah diberikan peneliti
mendo’akan budi baik Bapak/Ibu dibalas oleh Allah SWT Amin Ya Rabbal Alamin.
BAB I
PENDAHULUAN
persalinan, seperti asfiksia, sepsis, dan komplikasi berat lahir rendah (Depkes RI,
2008). Komplikasi yang menyerang bayi berat lahir rendah banyak macamnya,
hematologi, gastrointestinal, ginjal dan termogulasi. Hal ini dikarenakan bayi yang lahir
dengan berat badan < 2500 gram tubuhnya belum mampu beradaptasi dengan baik
terhadap lingkungan diluar rahim. Salah satu komplikasi berat lahir rendah yang
hyalin membrane disease (HMD) / sindrom gawat nafas. Hal ini sesuai dengan hasil
Ramdani dkk., (2014), yang menyatakan bahwa faktor penyulit tersering pada BBLSR
Respiratory Distress Syndrome merupakan suatu kondisi yang terdiri dari satu
gejala atau lebih seperti berikut: takipnea atau laju pernapasan lebih dari 60x/menit,
retraksi dinding dada (subcostal, intercostal, sternal, suprasternal), dan adanya bising
Kegawatan pernafasan dapat terjadi pada bayi aterm mau pun pada bayi preterm,
yaitu bayi dengan berat lahir cukup maupun dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
Bayi dengan BBLR yang preterm mempunyai potensi kegawatan lebih besar karena
belum maturnya fungsi organ organ tubuh. Kegawatan sistem pernafasan dapat terjadi
pada bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram dalam bentuk
sindroma gagal nafas dan asfiksia neonatorum yang terjadi pada bayi cukup bulan
Angka kematian bayi merupakan indikator yang digunakan untuk melihat status
kesehatan anak, dan kondisi ekonomi penduduk secara keseluruhan. Kematian bayi
adalah kematian yang terjadi pada periode sejak bayi lahir sampai bayi belum berusia
tepat satu tahun. Kematian bayi dipengaruhi oleh jumlah kematian neonatal
Pada neonatus kurang bulan sehingga menimbulkan dampak yang cukup berat
oksigen (hipoksia) pada tubuh. Bayi akan beradaptasi terhadap kondisi hipoksia dengan
mengaktifkan metabolisme anaerob. Apabila keadaan hipoksia semakin berat dan lama,
metabolisme anaerob akan meningkatkan kadar asam laktat. Saat terjadi kerusakan
otak dan organ lain karena hipoksia dan iskemia, hal ini akan menyebabkan kematian
(35,9%), lalu prematuritas (42,4%) dan sepsis (12%). Gagal nafas dapat terjadi pada
bayi dengan gangguan pernafasan yang dapat menimbulkan dampak yang cukup berat
bagi bayi berupa kerusakan otak atau bahkan kematian. Akibat dari gangguan
pernafasan adalah terjadinya kekurangan oksigen (hipoksia) pada bayi. Bayi akan
yang akan menghasilkan asam Laktat. Dengan memburuknya keadaan asidosis dan
penurunan aliran darah ke otak maka akan terjadi kerusakan otak dan organ lain karena
hipoksia dan iskemia. Hal ini dapat menyebabkan kematian pada neonatus (Ainsworth,
2011).
khusus seperti pemberian alat bantu pernafasan. Neonatal Intensive Care Unit (NICU)
adalah ruang perawatan intensif untuk bayi usia 0-28 hari yang membutuhkan
Kasus RDS pada bayi BBLR di NICU RS Ahmad Muchtar ada dan kejadian
mortalitas bayi baru lahir akibat dari RDS, TTN, pneumonia, infeksi (sepsis), asfiksia
Padahal, pemeriksaan ANC merupakan salah satu upaya untuk mendeteksi dini
dokter (dokter umum atau dokter kandungan), bidan dan perawat (Kemenkes RI,
2018b). Sehingga peneliti tertarik mengetahui lebih lanjut faktor risiko kejadian RDS
B. Tujuan khusus
yang professional di bidang keperawatan pada bayi berat lahir rendah dan RDS
Sebagai bahan masukan kepada institusi pendidikan yang dapat dimanfaatkan sebagai
bahan ajar dan referensi tambahan untuk perbandingan dalam pemberian konsep
Sebagai bahan masukan kepada tenaga kesehatan RSUD Dr. Achmad Mochtar
Bukittinggi dalam memberikan pelayanan yang lebih baik terhadap bayi berat lahir
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFENISI BBLR
Berat bayi lahir rendah merupakan bayi yang memiliki berat badan yang kurang dari
2500 gram saat lahir (Williamson & Kenda, 2013). BBLR merupakan bayi yang lahir dengan
kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gastasi berat lahir (Hanifah, 2010). Bayi
BBLR merupaka bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa
mengubah istilah bayi prematur (premature baby) menjadi berat bayi lahir rendah dan
lansung mengubah kriteria BBLR yang sebelumnya ≤2500 gram menjadi <2500 gram
(Saputra, 2014).
Berdasarkan teori di atas dapat di tarik kesimpulkan bahwa BBLR merupakan bayi
dengan berat badan kurang dari 2500 gram - 1500 gram dan umur kehamilannya di atas 37
2. ANATOMI FISIOLOGI
a. Sistem pernafasan
Pada bayi dengan berat 900 g alveoli cenderung kecil dengan adanya sedikit pembuluh
darah yang mengelilingi stoma seluler. Semakin matur dan bayi lebih besar berat badannya,
maka akan semakin besar alveoli, pada hakekatnya dindingnya dibentuk oleh kapiler. Pusat
pernafasan kurang berkembang dan otot pernafasan bayi ini lemah. Terdapat kekurangan
lipoprotein paruparu,yaitu suatu surfaktan yang dapat mengurangi tegangan permukaan pada
paru-paru.
Pada bayi tidak ada preterm yang terkecil relaks batuk. Hal ini dapat mengarah yang
akan timbulnya inhalasi cairan yang dimuntahkan dengan timbulnya akibat yang serius.
Saluran hidung sangat sempit dan cidera terhadap mukosa nasal mudah terjadi. Hal ini
penting untuk diingat ketika dimasukkan tabung endotrakeal atau tabung nasogastrik melalui
hidung. Percepatan pernafasan dapat bervariasi pada semua bayi yang baru lahir dan bayi
preterm.
Pada bayi baru lahir sewaktu istirahat, maka kecepatan pernafasan dapat mencapai 60
sampai 80 per menit, dan akan menurun dendekati kecepatan yang biasa yaitu 34 sampai 36
per menit
b. Sistem sirkulasi
Jantung saat lahir secara relatif kecil, pada beberapa bayi pre-term akan bekerja lemah dan
lambat. Dinding pembuluh darah juga lemah dan sirkulasi perifer seringkali buruk. Hal ini
penurunan berat dan juga tingginya menurun. Tekanan sistolik pada bayi aterm sekitar 80
mmhg dan pada bayi pre- term 45 sampai 60 mmhg. Tekanan diastolik secara proporsional
rendah, bervariasi dari 30 sampai 45 mmhg dan nadi juga bervariasi antara 100 dan
160/menit.
c. Sistem pencernaan
Semakin rendah usia kehamilan, maka semakin lemah reflek menelan dan menghisap, bayi
yang paling kecil cenderung tidak mampu untuk minum secara efektif. Regurgitasi adalah
hal yang mungkin sering terjadi. Hal ini disebabkan karena spingter pilorus yang secara
relatif kuat dan mekanisme penutupan spingter jantung yang kurang berkembang.
Pencernaan bergantung pada perkembangan dari alat pencernaan itu sendiri. Lambung dari
bayi dengan berat 900 gram akan memperlihatkan adanya sedikit lipatan mukosa, glandula
d. Sistem urinarius
Pada saat lahir perubahan lingkungan harus disesuaikan oleh fungsi ginjal, dengan adanya
angka filtrasi glumerolus yang menurun maka fungsi ginjal akan kurang efisien, dan bahan
terlarut yang juga rendah. Hal ini akan terjadinya penurunan kemampuan untuk
mengkonsentrasi urin sehingga menyebabkan urin akan sedikit. Gangguan elektrolit dan
e. Sistem persarafan
Perkembangan saraf sebagian besar tergantung pada derajat maturitas. Hal ini akan
menyebabkan kurang berkembangnya pusat pengendali fungsi vital, suhu tubuh, pernafasan,
dan pusat reflek. Pada bayi prematur yang ditemukan reflek leher tonik dan reflek moro di,
tetapi reflek tandon bervariasi. Bayi kecil lebih lemah dibangunkan dan mempunyai tangisan
yang lemah yang disebabkan karena buruknya perkembangan saraf (Price, 2006 ; Syaifudin,
2006).
KLASIFIKASI
Klasifikasi BBLR dibagi berdasarkan masa gestasi dan derajatnya Berdasarkan derajatnya
b. Berat bayi lahir sangat rendah dengan berat badan lahir 1000–1499 gram.
c. Berat bayi lahir ekstrem rendah dengan berat badan lahir < 1000 gram (Meadow & Newell,
2005).
Berdasarkan masa usianya, BBLR di bagi lagi menjadi dua bagian yaitu sebagai berikut :
a. Prematuritas murni
Bayi dengan usia gestasi kurang dari 37 minggu dan berat badan sesuai dengan berat badan
relatif lebih besar dari badannya, lemak subkutan kurang, transparan, tangisnya jarang dan
lemah
Bayi akan mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin apabila bayi dengan berat badan
ETIOLOGI
BBLR banyak disebabkan oleh kelahiran prematur. Faktor lain dari ibu adalah umur, paritas,
dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta
faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR :
a. Faktor ibu
1) Penyakit
Penyakit yang disebabkan dari faktor ibu seperti malaria, anemia, sipilis, infeksi TORCH,
dan lain-lain.
Komplikasi yang tejadi dari faktor kehamilan ibu seperti eklamsia, perdarahan antepartum,
Bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu dengan usia < 15 Tahun atau > 40 tahun mengalami
Faktor kebiasaan ibu juga dapat mempengaruhi kejadian BBLR seperti ibu pecandu alkohol,
b. Faktor Janin
kembar/ganda (gemeli).
c. Faktor Lingkungan
Tempat tinggal yang berada di daratan tinggi, radiasi, sosio-ekonomi dan paparan zat-zat
racun
MANIFESTASI KLINIS
a. Prematuriktas Murni
1) Berat badan yang tidak mencapai 2500 gram, lingkar kepala kurang dari 33 cm, panjang
badan kurang 45 cm, dan lingkar dada tidak cukup dari 30 cm.
5) Pada dahi, pelipis, telinga, dan lengan terdapat lanugo yang banyak
11) Genetalia belum sempurna, belum tertutupnya labia minora oleh labia mayora (perempuan)
13) Banyak tidur, tangis lemah, pernapasan tidak teratur dan sering mengalami apnue
b. Dismastur
i. Lemahnya otot hipotonik yang merupakan otot yang tidak ada gerakan aktif pada lengan atau
sikunya
k. Ekstremitas: paha abduksi, tumit mengkilap, sendi lutut/ kaki fleksi lurus, telapak kaki halus
l. Kepala tidak mampu tegak, fungsi saraf belum/ tidak efektif dan tangisan lemah
PATOFISIOLOGI
Akibat berbagai dari berat badan lahir rendah yaitu faktor yaitu, faktor ibu, faktor janin dan
faktor lingkungan. Faktor ibu seperti penyakit yang diderita ibu, usia ibu saat hamil lebih
dari 35 tahun atau kurang dari 16 tahun, keadaan sosial ekonomi. Adapun dari berbagai
Faktor janin seperti kelainan kromosom, hidramnion, kehamilan ganda. Tempat tinggal,
radiasi, dan zat- zat beracun merupakan faktor dari lingkungan. Dari faktor-faktor tersebut
akan mengalami gangguan dan suplai makanan ke bayi jadi berkurang yang akan
belum cukup dari 2500 gram. Jika hal tersebut terjadi, maka bayi diharuskan untuk
secara optimal.
Pernafasan Termoregulasi
Penyebab dari BBLR juga oleh hamil dengan infeksi dalam rahim, hidramnion, perdarahan,
hamil ganda,
Deff. surfaktanOtot cacat lemah
pernafasan Cadangan
bawaan,. lemakPusat
subkutan,
Hal tersebut juga lemakn coklat
menyebabkan
pengatura <<bayi
suhu SSP lahir
Aktivi
blm sempurnadengan berat 2500
tas otot↓
gram dengan panjang tidak mencapai 45 cm, besarnya kepala, kulit tipis, transparan , lingkar
Daya kembang paru↓
dada kurang dari 30 cm, banyaknya rambut lanugo, lemak kurang, pernapasan tak teratur
Apnea,asfiksia,SGN MK:Pola
P↑ kehilangan panas tbh
Napaspernafasan.
dapat terjadinya penurunan Refleks menggigil (-)
Hipoksia,hipertensi, Tdk
hiperkapnia Efektif
BBLR pada bayi berkemungkinan akan terjadi sindrom distres respirasi , sindrom aspirasi Ggn.Daya
Aliran darah ke otak↑ Fc pembekuan tahan
<< Hipoterm Masuk Pencernaan&
mekonium, asfiksia neonatorum, penyakit membran hialin, dismatur preterm terutama bila tubuh
spt:protrombin, fc. VII, fc. Inkubator Penyerapan
thd
Christmas MK:Termo infeksi↓
Perdarahan intraventrikuler
masa kehamilannya belum mencapai 35 minggu, hiperbilirubinemia, hipoglikemia,
regulasi MK:Kurang
Kurung sentuhan nutrisi tubuh
tidak efektif
hipokalsemia, patent ductus arteriosus,
Pemb. dari ibukekuerangan MK:Resiko
Drh rapuhperdarahan ventrikel otak, hipotermia, infeksi
Peningkatan intra kranial
MK:Resiko
darah
Cideramerah, gangguan pembekuan darah, infeksi, retrolental fibroplasia, necrotizing
pada bayi
MK: Bounding
enterocolitis (NEC), bronchopulmonary dysplasia, dan malformasi konginetal. (Bobak, Irene
Hiperbilirubin Attachment
M. 2005).
WOC BBLR
ibu:malnutrisi, kelainan
:cacatuterus,...
bawaan, kehamilan ganda, hidramnion,Kebiasaan
KPD
Sosek↓ merokok, kerja terlalu
ibu:hipertensi,
lelah GGK, merokok,:hemangioma,
DM, gizi↓
Prematur Dis
BBLR
Pencernaan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Radiologi
1) Pada umur 8 jam dapat dimulai foto thoraks pada bayi baru lahir dengan usia gestasi yang
belum cukup bulan. Terdapatnya retikulogranular pada parenkim dan bronkogram udara
pada gambaran foto thoraks pada bayi dengan penyakit membran hyalin yang disebabkan
oleh kekurangan surfaktan. Gambaran white lung hanya tampak pada kondisi berat.
2) Pada umur 2 hari USG kepala terutama pada bayi dengan usia kehamilan 35 minggu akan
memvisualisasi ventrikel dan struktur otak garis tengah dengan fontanel anterior yang
terbuka.
b. Laboratorium
1) Pada hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis ) terdapat jumlah sel darah putih :
3) Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia atau
hemolisis berlebihan).
4) Nilai bilirubun normal total adalah : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari,
5) Eloktrolit harus dipantau ( Na, K, Cl ) : biasanya dalam batas normal pada awalnya.
6) Pemeriksaan AGD
PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan Keperawatan :
1) Penanganan bayi
Perawatan akan semaki besar diperlukan jika semakin kecilnya bayi, hal ini akan
menyebabkan lebih besarnya serangan sianosis. Semua perawatan bayi harus dilakukan
didalam incubator.
Suhu tubuh sangatlah sulit dipertahankan oleh bayi dengan berat lahir rendah. Jika suhu
rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d 370 C maka bayi akan berkembang secara
memuaskan. Suhu normal bayi harus dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal
dan bayi berat rendah juga harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan. Pengendalian
lingkungan secara seksama juga diperlukan jika bayi berat rendah dirawat dalam suatu
tempat tidur yang terbuka. Untuk bayi yang berat sekitar 2000 gram maka suhu perawatan
diatas 25 0 C, dan dengan berat kurang dari 2000 gram maka suhu sampai 300C.
3) Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur perawatan dapat
dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“. Incubator terlebih dahulu dihangatkan
0
Sebelum bayi dimasukkan, sampai sekitar 29,4 C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan
32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Untuk pernafasan yang adekuat pada bayi maka bayi
dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini agar bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian,
4) Pemberian oksigen
Masalah serius bagi bayi preterm yaitu BBLR,Ekspansi paru yang buruk terjadi akibat tidak
adanya alveolo dan surfaktan. Konsentrasi o2 yang tinggi dalam masa yang panjangakan
menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan.
5) Pencegahan infeksi
System imunologi yang kurang berkembang dapat ditemui pada bayi lahir dengan berat
rendah, ia tidak mempunyai ketahanan terhadap infeksi. Untuk perawatan maka perawat
harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi hal
6) Pemberian makanan
memberikan makanan secara dini . pilihan pertama harus diberikan ASI yang dapat diberikan
melalui kateter ( sonde ), terutama pada bayi yang reflek hisap dan menelannya lemah.
Kalori lebih banyak diperlukan oleh bayi berat lahir rendah dibandingkan dengan bayi
preterm.
b. Medis
KOMPLIKASI
a. Kesulitan bernafas pada bayi yang disebakan oleh sindrom aspirasi mekonium
c. Penyakit membran hialin: disebabkan karena surfaktan paru belum sempurna/ cukup,
d. Asfiksia neonetorum.
a. Pengertian
Sindrom gawat napas atau RDS adalah istilah yang digunakan untuk disfungsi
pernapasan pada neonatus. Sindrom ini merupakan penyakit yang berhubungan dengan
RDS disebut juga sebagai penyakit membran hialin (hyalin membrane disease, (HMD))
atau penyakit paru akibat difisiensi surfaktan (surfactant deficient lung disease
Gangguan pertukaran gas adalah kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan atau
eliminasi karbondioksida pada membran alveolus-kapiler (Tim Pokja DPP PPNI SDKI,
dapat dipicu oleh sekresi yang kental atau imobilisasi akibat adanya penyakit pada
sistem neurologis, terjadi depresi pada susunan saraf pusat, atau terjadi penyakit
b. Etiologi
RDS sering ditemukan pada bayi prematur dan sangat berkaitan erat dengan usia
kehamilan. Dengan ungkapan lain semakin muda usia kehamilan ibu, semakin tinggi
kejadian RDS pada bayi tersebut. Sebaliknya semakin tua usia kehamilan, semakin
Penyebab SGNN adalah penyakit membran hialin (PMH) yang terjadi akibat
bagian dari permukaan mirip film yang ada di alveoli, untuk mencegah kolapsnya
hipoksia, retensi CO2 dan asidosis (Maya, 2012). Sedangkan penyebab dari gangguan
c. Patofisiologi
Bayi prematur lahir dengan kondisi paru yang belum siap sepenuhnya untuk
berfungsi sebagai organ pertukaran gas yang efektif. Hal ini merupakan faktor utama
inspirasi dan kolaps alveoli saat ekspirasi. Tanpa surfaktan, janin tidak dapat menjaga
parunya tetap mengembang. Setiap kali bernafas menjadi sukar dan memerlukan usaha
yang keras untuk mengembangkan parunya pada setiap hembusan napas (ekspirasi).
Hal ini mengakibatkan bayi lebih banyak menghabiskan oksigen untuk menghasilkan
sehingga terjadi hipoksia. Akibat dari hipoksia adalah kontraksi vaskularisasi pulmonal
sehingga terjadi asidosis metabolik pada bayi dan penurunan curah jantung yang
menurunkan perfusi ke organ vital. Asidosis dan atelektasis juga menyebabkan aliran
menyebabkan vasokonstriksi yang semakin berat. Dengan penurunan sirkulasi paru dan
perfusi alveolar, PaO2 akan menurun tajam, pH juga akan menurun tajam, serta materi
yang diperlukan untuk produksi surfaktan tidak mengalir ke dalam alveoli (Asrining
Sintesis surfaktan dipengaruhi sebagian oleh pH, suhu dan perfusi normal,
hipovolemia, hipotensi dan stress dingin dapat menekan sintesis surfaktan. Lapisan
epitel paru dapat juga terkena trauma akibat kadar oksigen yang tinggi dan pengaruh
(Asrining Surasmi, Siti Handayani, 2003). Akibat lain adalah kerusakan endotel
kapiler dan epitel duktus alveolus yang menyebabkan terjadinya transudasi ke dalam
alveoli dan terbentuknya fibrin, selanjutnya fibrin bersama-sama dengan jaringan
epitel yang nekrotik membentuk suatu lapisan yang disebut membran hialin.
Membran hialin ini melapisi alveoli dan menghambat pertukaran gas sehingga timbul
d. Manifestasi klinis
Umumnya terjadi pada bayi prematur dengan berat badan 1000-2000 gram atau
masa gestasi 30-36 minggu. Jarang pada bayi cukup bulan, dan sering disertai dengan
riwayat asfiksia pada waktu lahir atau tanda gawat janin pada akhir kehamilan.
Gangguan pernafasan mulai tampak dalam 6-8 jam pertama setelah lahir dan gejala
Menurut ZR and Sari (2009) tanda dan gejala yang timbul pada RDS yaitu :
dari 60x/menit
c. Sianosis
e. Takikardia (170x/menit)
Sedangkan manifestasi klinis dari gangguan pertukaran gas menurut Tim Pokja
DPP PPNI (2017) data mayor untuk gangguan pertukaran gas yaitu
Kadar PCO2 dapat menunjukkan tekanan parsial karbon dioksida dalam darah
arteri, kadar ini dimonitor oleh kemoreseptor perifer dan kemoreseptor sentral. Nilai
normal PCO2 yaitu 4,6-6,0 kPa atau 35-45mmHg, apabila terjadi peningkatan PCO2
maka akan menimbulkan kondisi asidosis respiratorik atau keadaan dimana kadar asam
di dalam darah yang lebih tinggi dari normal karena terjadi peradangan pada paru-paru,
sebaliknya jika terjadi penurunan PCO2 maka akan terjadi kondisi alkalosis respiratori
dimana keadaan ini merupakan suatu keadaan saat darah menjadi basa karena
pernapasan yang cepat dan dalam (James, Baker, & Swain, 2008).
2) PO2 menurun
PO2 merupakan tekanan gas O2 dalam darah, faktor yang paling menentukan
banyaknya O2 yang terikat dengan Hb adalah PO2, molekul oksigen berikatan secara
ringan dan reversible bersama Hb semakin tinggi PO2 semakin banyak O2 yang terikat
perlunya pemberian oksigen tambahan. Kadar normal PO2 adalah 80-100 mmHg
3) Takikardia
Takikardia adalah kondisi dimana denyut jantung lebih cepat dari Normal dalam
kondisi istirahat, kecepatan jantung lebih besat dari 100 denyut/ menit (Kozier, B., Erb,
Derajat keasaman merupakan suatu sifat kimia yang penting dari darah dan juga
cairan tubuh lainnya dengan satuanya yaitu pH. Nilai pH normal yaitu7,0 apabila pH
dibawah 7,0 adalah asam dan bila di atas 7,0 adalah basa (alkali) (Mubarak et al.,
2015). Pada darah nilai pH yang normal yaitu berkisar antara 7,35-7,45, apabila nilai
pH dalam darah lebih rendah atau menurun < 7,35 maka keadaan itu disebut
asidosis, sedangkan bila pH darah meningkat atau >7,45 maka keadan ini disebut
vesicular, trakeal, brokial, vesikuler yaitu bunyi nafas yang terdengar jernih dan tidak
terputus-putus dengan inspirasi lebih keras dibandingkan ekspirasi, trakeal yaitu suara
napas yang terdengar pada sisi leher /region tiroid suara nafas terdengan keras dan
kasar dengan fase ekspirasi lebih panjang dibandingkan inspirasi, brokial yaitu suara
nafas yang menyerupai suara nafas trakeal meski tidak sekeras suara nafas trakeal
dengan inspirasi lebih panjang dari ekspirasi. Selain ketiga suara nafas normal tersebut
terdapat suara napas tambahan atau suara nafas yang abnormal. Hal ini biasanya
disebabkan karena adanya penyempitan atau sumbatan pada jalan nafas. Terdapat
a) Stridor
nada tinggi yang dapat terjadi baik pada saat inspirasi maupun pada saat ekspirasi,
b) Ronkhi Basah
Suara nafas tambahan ini merupakan suara nafas tambahan yang bernada renda
sehingga memiliki sifat sonor, terdengar tidak enak (raspy). Hal ini disebabkan oleh
udara melewati penyempitan dan dapat terjadi pada inspirasi maupun ekspirasi. Mengi
(wheezing)
Suara nafas ini merupakan suara nafas tambahan yang terdengar kontinyu dan
memiliki nada lebih tinggi dibandingkan dengan suara nafas lainnya, bersifat musical
putus), disebabkan oleh adanya cairan di dalam saluran nafas dan terjadi kolaps pada
e.Penatalaksanaan
Suhu tubuh bayi harus selalu diusahakan agar tetap dalam batas normal (36,5o-
37oc) dengan cara meletakkan bayi dalam inkubator. Kelembaban ruangan juga harus
adekuat (70-80%).
sebaiknya diikuti dengan pemeriksaan analisa gas darah arteri. Bila fasilitas untuk
pemeriksaan analisa gas darah arteri tidak ada, maka O2 diberikan dengan konsentrasi
O2 tidak lebih dari 40% sampai gejala sianosis menghilang. Pemberian cairan dan
elektrolit
jumlah yang disesuaikan dengan umur dan berat badan ialah 60-125 ml/kg BB/hari.
Asidosis metabolik yang selalu dijumpai harus segera dikoreksi dengan memberikan
sekunder. Dapat diberikan penisilin dengan dosis 50.000-100.000 u/kg BB/hari atau
ampisilin 100 mg/kg BB/hari, dengan atau tanpa gentamisin 3-5 mg/kg BB/hari.
a. Pengkajian
informasi yang berkaitan dengan masalah yang dialami klien (Asrining Surasmi, Siti
Handayani, 2003). Pengkajian yang dilakukan pada bayi RDS sebagai berikut:
i. Identitas klien
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, dan alamat klien.
Keluhan utama yang sering dirasakan pada bayi RDS adalah takipnea. Riwayat
kesehatan
riwayat neonatus dengan asfiksia akibat hipoksia akut, hipotermia, dan nilai APGAR
b. Diagnosis
Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respon individu,
keluarga dan komunitas yang dapat berkaitan dengan kondisi kesehatan (Tim Pokja
DPP PPNI SDKI, 2017). Diagnosis dibagi menjadi dua yaitu diagnosis positif dan
diagnosisi negative. Diagnosis positif yaitu menunjukkan klien dalam keadaan sehat
dan dapat mencapai keadaan yang lebih sehat diagnosis ini dapat disebut dengan
dalam kondisi sakit atau berisiko mengalami sakit, diagnosis negative dapat dibagi dua
yaitu actual dan potensial (Tim Pokja DPP PPNI SDKI, 2017). Pada penelitian ini
diagnosis actual menggunakan penulisan tiga bagian yaitu masalah (P) berhubungan
dengan penyebab (E) dibuktikan dengan tanda gejala (S), jadi perumusan diagnosis
dalam penelitian ini menjadi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
menurun, takikardia, ph arteri abnormal, bunyi napas tambahan. Gejala dan tanda
Gejala dan tanda minor dari gangguan pertukaran gas adalah sebagai berikut :
Kondisi klinis yang terkait pada gangguan pertukaran gas yaitu : PPOK, Gagal
c. Intervensi
penyelesaian masalah (Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, 2010). Berikut
intervensi yang diberikan pada pasien dengan masalah gangguan pertukaran gas.
d. Implementasi
intervensi (Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, 2010). Pelaksanaan
implementasi yang dilakukan pada masalah gangguan pertukaran gas yaitu, memonitor
frekuensi irama, kedalaman dan upaya napas, memonitor pola napas, memonitor
saturasi oksigen, memonitor nilai analisa gas darah (AGD), mengatur interval
memonitor bunyi napas tambahan, memberikan posisi fowler atau semi-fowler untuk
memaksimalkan ventilasi, memberikan oksigen (Tim Pokja DPP PPNI SIKI, 2018).
e. Evaluasi
Dalam proses keperawatan evaluasi merupakan tahap kelima yang merupakan
tahap yang tidak kalah penting dalam proses keperawatan karena kesimpulan yang
diakhiri atau diubah (Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, 2010). Evaluasi
keperawatan dengan masalah gangguan pertukaran gas menurut (Tim Pokja DPP PPNI
SlKI, 2018) :
Dispnea menurun
PCO2 membaik
PO2 membaik
Takikardia membaik
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Identitas bayi / keluaraga
Nama bayi :-
Tanggal masuk : 18-10-2021
Jenis kelamin : perempuan
BB / PB : 2400 gr/48 cm
Tanggal lahir : 18-10-2021
APGAR score :3
Anak ke :1
Nama ayah : frans darius
Pekerjaan ayah : sopir
Pendidikan ayah : SMA
Nama ibu : Rika nofilma
Pekerjaan ibu : IRT
Pendidikan ibu : SMA
Alamat : jl ngarai binuang kayu kubu
Diagnose medis : BBLR + RDS
B. Pengkajian neonates
Reflex
Moro : reflek memeluk pada saat bayi dikejutkan dengan tangan. Pada by R
reflek moro (+) ditandai dengan ketika dikejutkan dengan bunyi yang keras
dan tiba tiba bayi bereaksi dengan mengulurkan tangan dan tungkai serta
memanjangkan leher
Menggemgam : reflek menggemgam pada bayi Ny R (+) ditandai dengan
merasakan tangan kita ke telapak tangan bayi, lalu bayi menggenggam.
Menghisap : reflek menghisap (+) ditandai dengan meletakkan tangan pada
mulut bayi, lalu bayi menghisapnya.
Tonus / aktivitas
Gerakan bayi sangat aktif ditandai dengan bayi sering menggerakkan
tangan dan kaki.
Menangis : bayi menangis dengan keras
Kepala / leher
- Inspeksi :
1. Bentuk kepala simetris
2. tidak ada ketombe
3. Tidak ada kotoran pada kulit kepala
4. pertumbuhan rambut merata
5. Lesi tidak ada
6. Ubun ubun tidak cekung dan tidak menonjol,sutura tepat, wajah
simetris
7. Rambut bewarna hitam kecoklatan dan rambut jarang-jarang
8. Rambut tidak mudah rontok
- Palpasi
1. Tidak ada benjolan dan cekung di kepala
Mata
- Inspeksi:
1. Bola mata simetris
2. Pergerakan bola mata normal
3. Sclera tidak ikterik,
4. konjungtiva tidak anemis
5. mata terlihat bersih
6. Tidak ada gerakan abnormal dimata
7. Bola mata hitam, tidak juling
- Palpasi
1. Tidak ada nyeri tekan di area mata
Mulut
- Inspeksi
1. Mulut
Bibir berwarna agak pink
Mulut tampak kering,
tidak sianosis,
tidak ada kelainan,
terpasang OGT pada mulut bayi untuk memberi ASI
Mukosa mulut ada
2. Gigi
Gigi bayi belum ada yang tumbuh, tidak memakai gigi palsi,
tidak ada karies
3. Lidah
Lidah tanpak tidak kotor
Leher
- Inspeksi
1. Tidak ada benjolan
2. Tidak ada kekakuan
-Palpasi
1. Tidak ada nyeri
THT
- Inspeksi
1. Telinga
a. Bentuk telinga simetris,
b. Bentuk daun telinga bulat
c. letak telinga simetris
d. kortilago tampak belum sempurna
e. Ada cairan abnormal
2. Hidung
a. Lubang hidung simetris,
b. Bentuk hidung simetris
c. Pola pernafasan cuping hidung teratasi
d. Lubang hidung 2
3. Tenggorokan :
a. tidak ada secret,
b. tidak ada nyeri tekan,
c. terdapat selang OTG di tenggorokan ,
d. Tidak ada nyeri menelan
e. Letak trankea normal
Abdomen
- Inspeksi :
Bentuk perut simetris
Tali pusat sudh kering ,
perut datar,
tidak ada luka
Tidak ada udem
- Aulkultasi
Tidak ada peningkatan peristaltik usus
- Palpasi:
Tidak teraba pembesaran limpa dan hepar,
tidak ada nyeri tekan
Thorak
- Inspeksi :
Bentuk dada simetris, tidak terdapat penggunaan otot otot bantu pernafasan
tambahan, terdapat retraksi dada, respirasi 45x/i
Jantung
- Inspeksi :
Bunyi jantung norma
Tidak ada mur mur
Kekuatan nadi 128 x/i
Tidak ada ictus cordis
- Perkusi :
Tidak ada pembesaran jantung
- Auskultasi
Tanda tanda vital
Td : 75/47
N : 128 X/I
S : 38,2 o C
RR : 45 X/I
MAP :55
Ekstremitas
- inspeksi
Atas :
-. Inspeksi
bentuk simetris,
pergerakan aktif,
jumlah jari lengkap,
kuku berwarna merah muda,
tangan kiri terpasang inject pump
Tidak ad pembatasan gerak
Tidak ada odem
Tidak ada varises
Tidak ada kemerahan
Tidak ada tanda-tanda infeksi
-. Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
Bawah :
-. Inpeksi
bentuk simetris,
jari lengkap,
akral terasa hangat,
pergerakan aktif,
kuku berwarna merah muda,
Tidak ad pembatasan gerak
Tidak ada odem
Tidak ada varises
Tidak ada kemerahan
Tidak ada tanda-tanda infeksi
-. Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
Genitalia
Laki laki normal
Tidak ada kelainan
Memiliki lubang rektum
Memiliki scrutum
Memiliki testis simetris
Memiliki batang
Kebersihan terjaga
Tidak ada kemerahan dan iritas
Kulit
- Inspeksi :
Kulit berwarna kemerahan
ada tanda lahir
tidak ikterik
tugor kulit <2 detik
Tidak ada lesi
Tidak ada edema
- Palpasi
Suhu kulit teraba normal
Kulit tubuh terasa lembut dan lunak
Tidak ada nyeri tekan di kulit
Suhu : Inkubator : 31.0 C
Suhu kulit :36.7 C
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : sedang
Kesadaran : compos mentis
Tanda tanda vital
Td : 75/47
N : 128 X/I
S : 38,2 o C
RR : 45 X/I
MAP :55
Pemeriksaan laboratorium
Kalsium 9.9 mg/dl
Glukosa 125 mg/dl
HGB 12.7 g/dl
RBC 3.71
HCT 35.5 %
MCV 95.7 fL
MCH 34.2 pg
MCHC 35.8 g/dl
ANALISA DATA
N DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH
O
1 Do : Surfaktan menurun Pola nafas tidak
KU : lemah efektif
Suhu : 38,2 o C Janin tidak dapat
takipneu
2 Do : Bayi premature Gangguan
Berat bayi rendah / premature pertukaran gas
Adanya cuping hidung Pembentukan
Pembentukan o2
tubuh terganggu
Kekurangan oksigen
dalam tubuh
3 Do : Termoregulasi
Suhu tubuh di atas normal tidak efektif
Kulit kemerahan
Kulit teraba hangat
Peningkatan frekuensi nafas
HR : 145 x/i
R : 66 x/i
T :38,2
4 Do : Defisit nutrisi
BB saat lahir 2400 gr
BB saat ini 2400 gr
Bayi tanpak muntah
Bayi tanpak rewel
5 Do: Resiko infesi
Efek prosedur infasif
Peningkatan paparan organisme
pathogen lingkungan
Suhu tubuh bayi tingkat
(38,2o C)
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
N Standar diagnose keperawatan Standar luaran keperawatan indonesia Standar in
O Indonesia ( SDKI ) (SLKI)
1 Gangguan pertukaran gas Diharapkan dalam 3x24 jam gangguan Pemantauan
pertukaran gas membaik dengan criteria Observasi
hasil Moni
Bunyi nafas tambahan menurun nafas
Gelisah menurun Moni
Nafas cuping hidung menurun Moni
Pola nafas membaik Moni
Warna kulit membaik Teraupetik
Atur
Doku
2 Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 Manajemen
jam diharapkan pola nafas tidak efektif Observasi
dapat teratasi dengan criteria hasil: Moni
Penggunaan otot bantu nafas Moni
menurun Teraupetik
Pernafasan cuping hidung menurun Perta
Frekuensi nafas membaik Berik
3 Termregulasi tidak efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan Regulasi tem
selama 3x24 jam diharapkan termoregulasi Observasi
tidak efektif dapat teratasi dengan criteria Moni
hasil : Moni
Takikardi menurun Teraupetik
Suhu tubuh membaik Pasan
Menggigil menurun Tingk
Kulit merah menurun Selim
Perta
Atur
4 Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Menajemen
selama 3x24 jam diharapkan termoregulasi Observasi
tidak efektif dapat teratasi dengan criteria Ident
hasil : Ident
Frekuensi makan membaik maka
Nafsu makan membaik Ident
Bising usus membaik intole
Tebal lipatan kulit trisep membaik Moni
Membrane mukosa membaik Moni
Teraupetik
Laku
Berik
Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Teraupetik
selama 3x24 jam diharapkan termoregulasi Batas
tidak efektif dapat teratasi dengan criteria Berik
hasil : edem
Kebersihan badan meningkat Cuci
Nafsu makan meningkat mela
Demam menurun asept
Kemerahan menurun
Bengkak menurun
CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN
N HARI / TANGGAL DIAGNOSA IMPLEMENTASI E
O
1 Selasa / 26-10-2021 a. Gangguan pertukaran Monitor frekuensi, kedalaman S : -
gas nafas O:
Monitor pola nafas -tidak
Monitor adanya sumbatan jalan tambahan
nafas -terdapat r
A : masala
P : interve
A : masala
P : lanjut i
d. Defisit nutrisi O:
Mengidentifikasi status - BB
- Mu
nutrisi - Ba
Mengidentifikasi alergi dan - BC
intoleransi makanan - Diu
Mengidentifikasi kebutuhan kg
kalori dan intoleransi A: Masala
makanan P: Interven
Memonitor asupan makanan
Memonitor BB
Melakukan oral hygiene
memberikan makanan yang
e. Resiko infeksi
dibutuhkan
Membatasi jumlah
S:-
pengunjung
O:
Memberikan perawatam kulit
- Efe
pada area edema
me
mencuci tangan sebelum dan
- Pap
sesudah melakukan tindakan
dib
pertahankan teknik aseptic
- T:
pada pasien berisiko tinggi
A: masalah
P: interven
A : masala
P : interve
c. Termoregulasi S:-
tidak efektif Monitor tekanan darah RR dan O :
nadi
Suhu
Monitor warna kulit dan suhu C
RR 55
Meningkatkan asupan cairan
HR 1
Pertahankan suhu incubator Kulit
Terab
A : masala
P : lanjut i
d. Defisit nutrisi S:
O:
Mengidentifikasi status
- BB
nutrisi
- Mu
Mengidentifikasi alergi dan
- Re
intoleransi makanan
- BC
Mengidentifikasi kebutuhan
- Diu
kalori dan intoleransi
6ja
makanan
A: Masala
Memonitor asupan makanan
P: Interven
Memonitor BB
Melakukan oral hygiene
memberikan makanan yang
e. Resiko infeksi dibutuhkan
Membatasi jumlah
pengunjung
Memberikan perawatam kulit S:-
pada area edema O:
- Efe
mencuci tangan sebelum dan
me
sesudah melakukan tindakan
pertahankan teknik aseptic pada - Pap
pasien berisiko tinggi
terb
- T:
A: masalah
P: interven
3 a. Gangguan Monitor frekuensi, kedalaman S : -
pertukaran gas nafas O:
Monitor pola nafas -tidak
Monitor adanya sumbatan jalan tambahan
nafas -terdapat r
A : masala
P : interve
S:-
c. Termoregulasi Monitor tekanan darah RR dan O :
tidak efektif nadi Suhu
C
Monitor warna kulit dan suhu
RR 55
Meningkatkan asupan cairan HR 1
Pertahankan suhu incubator Kulit
Terab
A : masala
P : lanjut i
S:
d. Defisit nutrisi Mengidentifikasi status O:
nutrisi - BB
intoleransi makanan - Re
Mengidentifikasi kebutuhan - BC
makanan BB
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Respiratory distress syndrome adalah keadaan abnormal pada saluran pernapasan bayi
yang diakibatkan oleh surfaktan yang belum terbentuk sempurna. dengan frekuensi
pernapasan > dari 60X/menit, sianosis, merintih waktu ekspirasi dan retraksi di daerah
epigastium, suprasternal intercostal pada saat inspirasi. Respiratory Distress Syndrome juga
dan tepat. Kita juga bisa mengatasi agar sang ibu tidak melahirkan secara prematur, yaitu:
ibu hamil dianjurkan untuk menjaga kesehatannya, tidak melakukan aktivitas yang berat.
DAFTAR PUSTAKA
Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Penerbit Medika Salemba. Jakarta
Muttaqin, arif. 2008. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Penerbit
Medika. Salemba