Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN KEPANITERAAN KLINIK KEPERAWATAN SENIOR (K3S)

STASE KEPERAWATAN ANAK DI RSUD TEUKU UMAR


ACEH JAYA TAHUN 2022

OLEH

HAYATUL WARDANI, S.Kep


21901059

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKes MEDIKA SERAMOE BARAT
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. H DENGAN DIAGNOSA RESPIRATORY
DISTRESS SYNDROM (RDS) DI RUANG NICU RSUD TEUKU UMAR ACEH
JAYA TAHUN 2022

OLEH

HAYATUL WARDANI, S.Kep


21901059

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKes MEDIKA SERAMOE BARAT
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
LEMBARAN PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. H DENGAN DIAGNOSA RESPIRATORY


DISTRESS SYNDROM (RDS) DI RUANG NICU RSUD TEUKU UMAR ACEH
JAYA TAHUN 2022

OLEH:

Calang, 5 Desember 2022

Pembimbng lapangan Pembimbing Akademik

Ns. Nurromsyah Nasution, S. Kep., M.K.M. Ns. Nurromsyah Nasution, S. Kep., M.K.M.
NIDN. 138029601 NIDN. 138029601

Mengetahui
Koordinator States Keperawatan Anak

Ns. Nurromsyah Nasution, S. Kep., M.K.M.


NIDN. 138029601

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKes MEDIKA SERAMOE BARAT
TAHUN AKADEMIK 2021/2022

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

segala limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis masih bisa

menyelesaikan penyusunan laporan “Asuhan Keperawatan Pada An. H Dengan

Diagnosa Respiratory Distress Syndrom (RDS) Di Ruang Nicu RSUD Teuku

Umar Aceh Jaya Tahun 2022” Laporan asuhan keperawatan ini merupakan salah

satu syarat untuk menyelesaikan Stase Keperawatan Anak Profesi Ners

Penulis menyadari penyelesaian laporan ini tidak terlepas dari bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu,

pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. H. T. Syamsul Bahri, selaku ketua Yayasan Payung Negeri Aceh

Darussalam.

2. Ibu Siti Damayanti, SST., M. Keb selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan

Medika Seramoe Barat Meulaboh.

3. Ibu Ns. Fitri Apriani, M. Kep selaku wakil ketua 1 STIKes Medika Seramoe

Barat

4. Ibu Nadia Rizka, S.ST., M.Keb selaku Wakil Ketua II STIKes Medika

Seramoe Barat

5. Ibu Nurromsyah Nasution, S.Kep., M.K.M selaku Wakil Ketua III STIKes

Medika

6. Bapak Ns. Alfi Syahri, S.Kep., CH., M.K.M, Selaku Ketua Jurusan Ners

STIKes Medika seramoe Barat


iii
7. Keluarga tercinta yang selalu memberikan semangat, bantuan moril dan selalu

mendoakan keberhasilan serta keselamatan selama menempuh Pendidikan.

8. Teman-temanku yang telah memberikan do’a, dukungan dan partisipasi dalam

penyusunan skripsi ini.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi dunia Pendidikan dan

masyarakat kiranya kesejahteraan dilimpahkan Allah SWT kepada kita semua

Calang 05 Desember 2022


Peyusun

Hayatul Wardani, S.Kep

4
DAFTAR ISI

COVER ............. .............................................................................................


LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii
KATA PENGANTAR.................................................................................... iii
DAFTAR ISI..... ............................................................................................. v

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ............................................................................... 4
1.2.1 Tujuan Umum........................................................................... 4
1.2.2 Tujuan Khusus.......................................................................... 4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Definisi Respiratory Distress Syndrom ............................................. 6
2.2 Etiologi ............................................................................................. 6
2.3 Patofisiologi ....................................................................................... 7
2.4 Manifestasi ......................................................................................... 8
2.5 Komplikasi......................................................................................... 9
2.6 Pemeriksaan penunjang ..................................................................... 11
2.7 Penetalaksanaan ................................................................................. 13

BAB 3 KONSEP DASAR TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN


3.1 Pengkajian ........................................................................................... 16
3.2 Diagnosa keperawatan.......................................................................... 16
3.3 Intervensi ............................................................................................. 17
3.4 Implementasi ........................................................................................ 21
3.5 Evaluasi .. ............................................................................................. 21

BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN PADA By. H dengan RDS


4.2 Pengkajian ............................................................................................ 22
4.2 Diagnosa. ............................................................................................. 29
4.3 Intervensi ............................................................................................. 30
4.4 Implemetasi .......................................................................................... 32
4.5 Evaluasi .. ............................................................................................. 32

BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 35
5.2 Saran ...... ............................................................................................. 36

DAFTAR PUSTAKA

5
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pola pernafasan normal adalah teratur dengan waktu ekspirasi lebih

panjang daripada waktu inspirasi, karena pada inspirasi otot pernafasan

bekerja aktif, sedangkan pada waktu ekspirasi otot pernapasan bekerja

secara pasif. Pada keadaan sakit dapat terjadi beberapa kelainan pola

pernapasan yang paling sering adalah takipneu. Ganguan pernafasan pada

bayi dan anak dapat disebabkan oleh berbagai kelainan organic, trauma,

alargi, insfeksi dan lain-lain. Gangguan dapat terjadi sejak bayi baru lahir

(Bobak, Lowdermik. 2013)

RDS (Respiratory Distress Syndrome) atau disebut juga Hyaline

membrane disease merupakan hasil dari ketidakmaturan dari paru-paru

dimana terjadi gangguan pertukaran gas. Berdasarkan perkiraan 30 % dari

kematian neonatus diakibatkan oleh RDS atau komplikasi yang

dihasilkannya (Behrman, 2004 didalam Leifer 2011). Pada penyakit ini,

terjadi karena kekurangan pembentukan atau pengeluaran surfaktan sebuah

kimiawi paru-paru. Surfaktan merupakan suatu campuran lipoprotein aktif

dengan permukaan yang melapisi alveoli dan mencegah alveoli kolaps

pada akhir ekspirasi. (Bobak, 2013).

Secara klinis bayi dengan RDS menunjukkan takipnea (> 60

x/menit) , pernapasan cuping hidung, retraksi interkosta dan subkosta,

expiratory grunting (merintih) dalam beberapa jam pertama kehidupan.

1
2

Tanda-tanda klinis lain, seperti: hipoksemia dan polisitema. Tanda-tanda

lain RDS meliputi hipoksemia, hiperkabia, dan asidosis respiratory atau

asidosis campuran (Bobak, 2013)

Angka kejadian RDS di Eropa sebelum pemberian rutin antenatal

steroid dan postnatal surfaktan sebanyak 2-3 %, di USA 1,72% dari

kelahiran bayi hidup periode 1998 - 1987. Secara tinjauan kasus, di

negara-negara Eropa sebelum pemberian rutin antenatal steroid dan

postnatalsurfaktan, terdapat angka kejadian RDS 2-3%, di USA 1,72% dari

kelahiran bayi hidupperiode 1986-1987. Sedangkan jaman moderen

sekarang ini dari pelayanan NICU turun menjadi 1% di Asia Tenggara. Di

Asia Tenggara penyebab terbanyak dari angka kesakitan dan kematian

pada bayi prematur adalah RDS. Sekitar 5 -10% didapatkan pada bayi

kurang bulan, 50% pada bayi dengan berat 501-1500 gram. Angka

kejadian berhubungan dengan umur gestasi dan berat badan dan menurun

sejak digunakan surfaktan eksogen. Saat ini RDS didapatkan kurang dari

6% dari seluruh neonatus (WHO, 2012).

Penatalaksanaan utama gagal nafas pada neonatus adalah terapi

suportif dengan ventilasi mekanis, dan oksigenasi konsentrasi tinggi.

Terapi lainnya meliputi high-frequency ventilator, terapi surfaktan,

inhalasi nitrat oksida dan extracorporeal membran oxigenation (ECMO).

Penanganan neonatus yang mengalami gagal napas memerlukan suatu unit

perawatan intensif, dan penatalaksanaan yang optimal tergantung pada

sistem perawatan neonatal yang ada yaitu ketrsediaan tenaga ahli, fasilitas
3

yang memiliki kemampuan dalam menilai dan memberikan tatalaksana

kehamilan resiko tinggi, serta memiliki kemampuan menerima rujukan

dari fasilitas kesehatan dibawahnya (Surasmi 2013)

Peningkatan kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu prioritas

pembangunan nasional 2015-2019. Upaya penurunan kematian bayi

memerlukan informasi tentang model intervensi pelayanan kesehatan bayi

yang sesuai di Indonesia.Tujuannya untuk mengetahui faktor-faktor yang

berhubungan dengan pelayanan kesehatan bayi dalam rangka menurunkan

angka kematian bayi di Indonesia.

Peningkatan status kesehatan dan gizi ibu dan anak adalah satu dari

enam sasaran pokok Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

(RPJMN) 2015-2019. Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian

Kesehatan 2015-2019 menyatakan bahwa Program Indonesia Sehat

dilaksanakan dengan 3 pilar utama meliputi paradigma sehat, penguatan

pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan nasional.

Ibu dan anak merupakan kelompok rentan karena berisiko tinggi

terhadap kesakitan dan kematian. Status kesehatan ibu dan anak yang

dinyatakan dalam angka kematian ibu (AKI) dan angka 4 kematian bayi

(AKB) di Indonesa saat ini tinggi dan termasuk tinggi bila dibandingkan

dengan negara Association of Southeast Asian Nations (ASEAN)lainnya.

Pemerintah telah melakukan berbagai upaya pemerintah dalam

menurunkan kematian bayi,antara lain adalah bantuan operasional

kesehatan (BOK), jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas), jaminan


4

persalinan semesta (Jampersal) dan program rutin lainnya. Program

tersebut dilaksanakan samadi seluruh Indonesia dengan indikator-indikator

pencapaian yang juga sama (Jurnal Kesehatan, 2017).

Dengan melihat latar belakang diatas maka saya melakukan Studi

Kasus Asuhan Keperawatan pada Bayi Ny. H dengan RDS diruangan

NICU RSUD Teuku Umar.

1.2 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang respiratory distress

syndrome dan asuhan keperawatan dengan respiratory distress

syndrome.

1.3.2 Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mengenai respiratory

distress syndrome

b. Melakukan Pengkajian Keperawatan pada By. Ny. H dengan RDS

diruangan NICU RSUD Teuku Umar.

c. Menetapkan Diagnosa Keperawatan pada By. Ny. H dengan RDS

diruangan NICU RSUD Teuku Umar

d. Menyusun Intervensi Keperawatan pada By. Ny. H dengan RDS

diruangan NICU RSUD Teuku Umar

e. Melakukan Implementasi Keperawatan pada By.Ny.H dengan RDS

diruangan NICU RSUD Teuku Umar


5

f. Melakukan Evaluasi Keperawatan pada By. Ny.H dengan RDS

diruangan NICU RSUD Teuku Umar


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep RDS

2.1.1. Definisi RDS

Sindroma gagal nafas (respiratory distress sindrom, RDS)

adalah istilah yang digunakan untuk disfungsi pernafasan pada

neonatus. Gangguan ini merupakan penyakit yang berhubungan

dengan keterlambatan perkembangan maturitas paru atau tidak

adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. (Marmi & Rahardjo,2012).

Sindrom gawat napas RDS (Respiratory Distress Syndrom)

adalah istilah yang digunakan untuk disfungsi pernapasan pada

neonatus. Gangguan ini merupakan penyakit yang berhubungan

dengan keterlambatan perkembangan maturitas paru. Gangguan ini

biasanya juga dikenal dengan nama hyaline membran desease (HMD)

atau penyakit membran hialin, karena pada penyakit ini selalu

ditemukan membran hialin yang melapisi alveoli (Surasmi, dkk,

2013).

2.1.2. Etiologi Respiratory Distress Syndrom

Penyebab kegagalan pernafasan pada neonatus yang terdiri dari

faktor ibu, faktor plasenta, faktor janin dan faktor persalinan.Faktor

ibu meliputi hipoksia pada ibu, usia ibu kurang dari 20 tahun atau

lebih dari 35 tahun, gravida empat atau lebih, sosial ekonomi rendah,

maupun penyakit pembuluh darah ibu yang mengganggu pertukaran

6
7

gas janin seperti hipertensi, penyakit jantung, diabetes melitus, dan

lain-lain. Faktor plasenta meliputi solusio plasenta, perdarahan

plasenta, plasenta kecil, plasenta tipis, plasenta tidak menempel pada

tempatnya.

Faktor janin atau neonatus meliputi tali pusat menumbung, tali

pusat melilit leher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan

lahir,gemeli, prematur, kelainan kongenital pada neonatus dan lain-

lain. Faktor persalinan meliputi partus lama, partus dengan tindakan

dan lain-lain. Sindroma gagal nafas adalah perkembangan imatur pada

sistem pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan pada paru-

paru-paru. Sementara afiksia neonatorum merupakan gangguan

pernafasan akibat ketidakmampuan bayi beradaptasi terhadap asfiksia.

Biasanya masalah ini disebabkan karena adanya masalah-masalah

kehamilan dan pada saat persalinan (Marmi & Rahardjo, 2012).

2.1.3. Patofisiologi

Menurut Kegawatan pernafasan dapat terjadi pada bayi dengan

gangguan pernafasan yang dapat menimbulkan dampak yang cukup

berat bagi bayi berupa kerusakan otak atau bahkan kematian. Akibat

dari gangguan pada sistem pernafasan adalah terjadinya kekurangan

oksigen (hipoksia) pada tubuh bayi akan beradaptasi terhadap

kekurangan oksigen dengan mengaktifkan metabolisme anaerob.

Apabila keadaan hipoksia semakin berat dan lama,metabolisme

anaerob akan menghasilkan asam laktat.


8

Dengan memburuknya keadaan asidosis dan penurunan aliran

darah ke otak maka akan terjadi kerusakan otak dan organ lain karena

hipoksia dan iskemia. Pada stadium awal terjadi hiperventilasi diikuti

stadium apneu primer. Pada keadaan ini bayi tampak sianosis, tetapi

sirkulasi darah relative masih baik. Curah jantung yang meningkat dan

adanya vasokontriksi perifer ringan menimbulkan peningkatan

tekanan darah dan reflek bradikardi ringan. Depresi pernafasan pada

saat ini dapat diatasi dengan meningkatkan implus aferen seperti

perangsangan pada kulit. Apneu normal berlangsung sekitar 1-2

menit.Apnea primer dapat memanjang dan diikuti dengan

memburuknya sistem sirkulasi.

Hipoksia miokardium dan asidosis akan memperberat

bradikardi,vasokontraksi dan hipotensi. Keadaan ini dapat terjadi

sampai 5 menit dan kemudian terjadi apneu sekunder. Selama apneu

sekunder denyut jantung,tekanan darah dan kadar oksigen dalam

darah terus menurun. Bayi tidak bereaksi terhadap rangsangan dan

tidak menunjukkan upaya pernafasan secara spontan. Kematian akan

terjadikecuali pernafasan buatan dan pemberian oksigen segera

dimulai (Marmi & Rahardjo, 2012).

2.1.4. Manifestasi

Berat atau ringannya gejala klinis pada penyakit RDS

(Respiratory Distress Syndrom) ini sangat dipengaruhi oleh tingkat

maturitas paru. Semakin rendah berat badan dan usia kehamilan,


9

semakin berat gejala klinis yang ditunjukan. Gejala dapat tampak

beberapa jam setelah kelahiran.

Bayi RDS (Respiratory Distress Syndrom) yang mampu

bertahan hidup sampai 96 jam pertama mempunyai prognosis yang

lebih baik. Gejala umum RDS yaitu: takipnea (>60x/menit),

pernapasan dangkal, mendengkur, sianosis, pucat, kelelahan, apnea

dan pernapasan tidak teratur, penurunan suhu tubuh, retraksi

suprasternal dan substernal, pernapasan cuping hidung ( Surasmi, dkk

2013)

2.1.5. Komplikasi

Menurut (Soegijanto, 2019), Komplikasi neonatus dengan

penyakit RDS dibagi menjadi 2 yaitu:

a. Komplikasi Jangka Pendek

1) Ruptur alveoli: hal ini terjadi karena adanya kebocoran udara

paruparu, biasanya gejala yang dapat terlihat dari komplikasi

ini adalah hipotensi, apnea, bradikardi, asidosis menetap. Hal

ini memperburuk kondisi neonatus.

2) Terjadi infeksi karena neonatus dalam keadaan yang

memburuk, hal ini memicu peningkatan leukosit dan

trombositopenia. Infeksi juga dapat terjadi karena tindakan

invasif seperti pemasangan infus, kateter dan penggunaan alat

bantu pernafasan dalam waktu singkat maupun lama


10

3) Pendarahan pada otak atau intrakraial dan leukomalacia

periventrikuler yang terjadi pada sekitar 20-40% bayi

premature dengan prevalensi paling banyak pada neonatus

yang menggunakan ventilasi mekanik

4) Adanya PDA dengan peningkatan stunting dari area kiri

kekanan, hal ini terjadi pada bayi yang terapi surfaktannya

dihentikan karena kondisi tertentu

b. Komplikasi Jangka Panjang

1) Komplikasi jangka panjang yang disebabkan oleh toksisitas

oksigen dan tekanan tinggi dalam paru-paru seperti BPD

(Bronchopulmonary Dysplasia) yaitu penyakit paru kronis

pada bayi dengan usia kehamilan ibu saat melahirkan

neonatus 36 minggu. Biasanya BPD dikarenakan

penggunaaan alat bantu nafas mekanik dalam jangka waktu

lama sehingga meningkatkan resiko infeksi dan inflamasi,

defisiensi vitamin A.

2) Retinopathy Premature, Kegagalan fungsi neurologi yang

terjadi sekitar 10-70% pada bayi dengan masa gestasi kurang

bulan sehingga memicu hipoksia dalam jangka waktu lama,

meningkatkan komplikasi intracranial dan infeksi pada

banyak organ. Jika mengenai saraf mata maka akan terjadi

kebutaan pada neonatus yang bersifat permanen.


11

Menurut (Moi, 2019), Komplikasi yang dapat terjadi pada

neonatus dengan penyakit RDS adalah sebagai berikut:

a. Ketidakseimbangan asam basa

b. Kebocoran udara (Pneumothoraks, pneumomediastinum,

pneumoperikardium, pneumoperitonium, emfisema

subkutan, emfisema interstisial pulmonal)

c. Perdarahan pulmonal

d. Penyakit paru kronis pada bayi 5%-10%

e. Apnea

f. Hipotensi sistemik

g. Anemia

h. Infeksi (pneumonia, septikemia, atau nosokomial)

i. Perubahan perkembangan bayi dan perilaku

orangtuaperilaku orangtua

2.1.6. Pemeriksaan penunjang

Menurut Cecily & Sowden (2009) dalam (Moi, 2019),

pemeriksaan yang dapat menunjang diagnosis RDS pada neonatus

adalah dengan:

a. Kajian pada penampakan foto rontgen thoraks

b. Pola retikulogranular difus atau bercampur dengan udara yang

saling tumpang tindih


12

c. Tanda paru sentral dan batas jantung sukar dilihat karena tertutupi

udara yang terlihat adanya bercak putih yang diikuti hipoinflasi

paru

d. Pada beberapa kasus terdapat kardiomegali bila system organ lain

juga terkena (bayi memiliki faktor resiko dilahirkan oleh ibu yang

diabetes, hipoksia atau gagal jantung kongestif)

e. Bergranul merata pada bronkogram udara yang menandakan

penyakit berat jika muncuk pada beberapa jam pertama

f. Gas darah arteri-hipoksia dengan asidosis respiratorik dan atau

metabolik

g. AGD menunjukkan asidosis respiratory dan metabolik yaitu

adanya penurunan pH, penurunan PaO2, dan peningkatan paCO2,

penurunan HCO3.

h. Hitung darah lengkap atau cek darah lengkap pasien untuk

mengetahui jumlah haemoglobin, leukosit, dan trombosit neonates

i. Periksa serum elektrolit, kalsium, natrium, kalium, glukosa serum

untuk menentukan intervensi lanjutan

j. Tes cairan amnion (lesitin banding spingomielin) untuk

menentukan maturitas paru dan pastikan cairan ketuban saat

neonatus dilahirkan sudah hilang pada jalan nafasnya

k. Periksa Saturasi Oksigen dengan menggunakan oksimetri untuk

menentukan hipoksia dan banyak kebutuhan oksigen yang harus

diberikan pada bayi


13

l. Biopsi paru, terdapat adanya pengumpulan granulosit secara

abnormal dalam parenkim paru.

Menurut (Rogayyah, 2016), pemeriksaan penunjang lainnya yang

dapat dilakukan untuk penetapan diagnosa RDS adalah dengan

melakukan CT Scan thorax dimana biasanya pada neonatus dengan

RDS menunjukkan jika adanya konsolidasi parenkim diarea paru

mengikuti arah gravitasi dan biasanya penemuan ini tidak dapat dilihat

menggunakan pemeriksaan rontgen thorax saja. Pada hasil

pemeriksaan ini, RDS cenderung asimetris pada paruparu

2.1.7. Penatalaksanaan

Menurut Lowdermilk et al., (2014) dalam (Atika, 2019),

penatalakasanaan pada bayi baru lahir atau neonatus dengan gangguan

pernafasan atau RDS adalah sebagai berikut

a. Terapi Oksigen.

Jika bayi tidak membutuhkan ventilasi mekanik seperti

penggunaan ventilator maka oksigen dapat dipasok menggunakan

tudung plastic yang ditempatkan di atas kepala bayi, menggunakan

nasal kanul, atau penggunaan continuous positive airway pressure

(CPAP) untuk menyediakan konsentrasi dan kelembapan oksigen

yang bervariasi. Ventilasi mekanik (bantuan pernafasan dengan

memberikan sejumlah oksigen yang ditentukan melalui tabung

endotrakeal) diatur untuk memberikan sejumlah oksigen yang


14

telah ditentukan pada bayi selama nafas spontan dan menyediakan

pernafasan mekanik pada saat tidak ada nafas spontan.

b. Resusitasi Neonatal

Pengkajian bayi secara cepat dapat mengidentifikasi bayi

yang tidak membutuhkan resusitasi seperti: (a) bayi lahir cukup

bulan tanpa ada bukti meconium atau infeksi pada pada cairan

amnion; (b) bernafas atau menangis; dan (c) memiliki tonus otot

yang baik. Keputusan untuk melanjutkan langkah tindakan

berdasarkan pengkajian pernafasan, denyut jantung dan warna.

c. Terapi Tambahan

Terapi tambahan Nitrat hidup (inhaled nitric oxcide-INO),

extracorporeal membrane oxygenation (ECMO), dan cairan

ventilasi merupakan terapi tambahan yang digunakan pada

digunakan bagi bayi matur/cukup bulan dan prematur akhir

dengan kondisi seperti hipertensi pulmonal, sindrom aspirasi

mekonium, pneumonia, sepsis, dan hernia diafragmatika

kongenital untuk mengurangi atau membalikkan hipertensi

pulmonal, vasokontstriksi paru, asidosis, serta distres pernapasan

dan gagal napas bayi baru lahir.

Terapi INO digunakan bersamaan dengan terapi

penggantian surfaktan, ventilasi frekuensi tinggi, atau ECMO.

ECMO digunakan pada penatalaksanaan bayi baru lahir dengan

gagal napas akut hebat pada kondisi yang sama seperti yang
15

disebutkan untuk INO. Terapi sebuah mesin jantung-paru yang

dimodifikasi, meskipun begitu, pada ECMO jantung tidak berhenti

dan darah tidak sepenuhnya melewati paru. Darah didorong dari

kateter atrium kanan atau vena jugularis kanan dengan gaya

gravitasi ke sebuah pompa pengatur, dipompa melalui membran

paru di mana darah dioksigenasi, kemudian melalui sebuah mesin

penukar panas yang kecil di mana darah menghangatkan, dan

kemudian dikembalikan ke sistem sirkulasi melalui sebuah arteri

utama seperti arteri karotis ke lengkung menyediakan oksigen

untuk sirkulasi, yang memungkinkan paru beristirahat serta

menurunkan hipertensi paru maupun hipoksemia pada kondisi

seperti hipertensi paru menetap bayi baru lahir, hernia

diafragmatika kongenital, sepsis, aspirasi mekonium, dan

pneumonia berat.
BAB 3
KONSEP DASAR TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 pengkajian

Pengkajian adalah proses pengumpulan data untuk mendapatkan

berbagai informasi yang berkaitan dengan masalah yang dialami klien.

Pengkajian dilakukan dengan berbagai cara yaitu anamnesa, observasi,

pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik yang dilakukan dilaboratorium.

(Surasmi dkk,2013).

Data yang dicari dalam riwayat keperawatan adalah

a. Kaji riwayat kehamilan sekarang (apakah selama hamil ibu menderita

hipotensi atau perdarahan )

b. Kaji riwayat neonatus (lahir afiksia akibat hipoksia akut, terpajan pada

keadaan hipotermia)

c. Kaji riwayat keluarga (koping keluarga positif

d. Kaji nilai apgar rendah (bila rendah di lakukkan tindakan resustasi pada

bayi).

e. Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan tanda dan gejala RDS. Seperti:

takipnea (>60x/menit), pernapasan mendengkur, retraksi dinding dada,

pernapasan cuping hidung, pucat, sianosis, apnea).

3.2 Diagnosa

Setelah didapatkan data dari pengkajian, data tersebut dianalisis.

Selanjutnya semua masalah yang ditemukan dirumuskan menjadi diagnosa

16
17

keperawatan untuk menentukan intervensi keperawatan (Cecily & Sowden,

2009) . Diagnosa keperawatan dari RDS yang sering muncul (SDKI, 2019).

a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran

alveolar-kapiler

b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi

c. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan penumpukan

sekret pada paru-paru

d. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, terpajan kuman

patogen

e. Hipotermia berhubungan dengan adaptasi lingkungan luar rahim

3.3 Intervensi
NO SDKI SLKI SIKI

1 Pola nafas Setelah dilakukan Pemantauan respirasi


asuhan keperawatan (I.01014)
tidak efektif selama 1x24 jam, Tindakan :
Observasi
diharapkan pola nafas
Monitor frekuensi,
(l.01004) membaik,
irama, kedalaman dan
dengan kriteria hasil:
upaya nafas
Dispnea
Monitor pola nafas
menurun
(seperti: bradipnea,
Penggunaan otot takipnea, hiperventilasi)
bantu nafas Auskultasi bunyi nafas
menurun
Monitor saturasi
Pernafasan oksigen
cuping hidung Terapeutik
menurun Atur interval
Frekuensi nafas pemantauan respirasi
membaik sesuai kondisi pasien
Tekanan Dokumentasikan hasil
ekspirasi dan pemantauan
inspirasi
membaik
Terapi oksigen (I.01026)
18

Tindakan :
Observasi
Monitor kecepatan aliran
oksigen
Monitor posisi alat terpai
oksigen
Monitor aliranoksigen
secara periodik dan
pastikan fraksi yang
diberikan cukup
Monitor efektifitas terapi
oksigen (misal: oksimetri,
analisa gas darah) jika
perlu
Monitor tanda dan gejala
toksikasi oksigen da
atelectasis
Monitor integritas
mukosa hidung akibat
pemasangan oksigen
Terapeutik
Bersihkan sekret pada
mulut, hidung dan
trachea jika perlu
Pertahankan kepatenan
jalan nafas
Kolaborasi
Kolaborasi penentuan
dosis oksigen
Kolaborasi penggunaan
oksigen saat aktivitas
dan/tidur
2 Resiko Setelah dilakukan Observasi
asuhan keperawatan Monitor tanda dan gejala
infeksi selama 1x24 jam, infeksi lokal dan sistemik
diharapkan tingkat Terapeutik
infeksi (l.4137) Berikan perawatan kulit
pada area edema
menurun, dengan
Cuci tangan
kriteria hasil:
Demam menurun Pertahankan teknik
aseptik
Letargi menurun
Jelaskan tanda dan
Kadar sel darah
gejala infeksi
19

putih membaik Ajarkan cara cuci tangan


dengan benar
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
3 hipotermia Setelah dilakukan Observasi
asuhan keperawatan Monitor suhu tubuh
selama 1x24 jam, Identifikasi penyebab
diharapkan hipotermia (misal:
termoregulasi neonatus terpapar suhu
(L.14135) membaik, lingkungan rendah
dengan kriteria hasil: Monitor tanda dan
gejala hipotermia:
Akrosianosis takipnea, menggigil,
menurun diuresis; aritmia, apatis,
Kutis memorata reflex menurun;
menurun hipotermia berat:
Suhu tubuh oliguria, refleks
membaik menghilang)
Terapeutik
Suhu kulit
Sediakan lingkungan
membaik
yang hangat (misal: atur
Frekuensi nadi
suhu ruangan,
membaik
inkubator)
Kadar glukosa
Lakukan penghangatan
darah
pasif (misal: selimut,
meningkat
menutup kepala)
Pengisian
kapiler membaik Lakukan penghangatan
aktif eksternal (misal;
botol hangat, perawatan
metode kangguru)
Lakukan penghangatan
aktif internal (misal:
oksigen hangat)

Regulasi temperatur
(I.14578)
Tindakan :
Observasi
Monitor suhu bayi
sampai stabil (36,50C-
37,50C)
Monitor suhu tubuh tiap
20

dua jam, jika perlu


Monitor tekanan darah,
frekuensi pernafasan
dan nadi
Monitor warna dan suhu
kulit
Monitor dan catat tanda
dan gejala hipotermia
atau hipertermia
Terapeutik
Pasang alat pemantau
suhu continue, jika
perlu
Tingkatkan asupan
cairan dan nutrisi yang
adekuat
Gunakan topi bayi
untuk mencegah
kehilangan panas pada
bayi abru lahir
Tempatkan bayi baru
lahir di bawah radian
warmer
Pertahankan
kelembaban incubator
50%
Hangatkan terlebih
dahulu alat yang akan
kontak dengan bayi
Hindari meletakkan
bayo di area aliran
pendingin ruangan
Gunakan selimut hangat
untuk menaikkan suhu
tubuh, jika perlu
Sesuaikan suhu
lingkungan dengan
kebutuhan pasien
(250C-270C)
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
antipiretik, jika perlu
21

3.4 Implementasi

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan

yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan

kriteria hasil yang diharapkan. Implemetasi keperawatan adalah kategori

serangkaian perilaku perawat yang berkoordinasi dengan pasien, keluarga,

dan anggota tim kesehatan lain untuk membantu masalah kesehatan pasien

yang sesuai dengan perencanaan dan kriteria hasil yang telah ditentukan

dengan cara mengawasi dan mencatat respon pasien terhadap tindakan

keperawatan yang telah dilakukan

3.5 Evaluasi

Menurut Surasmi (2013) Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk

melengkapi proses keperawatan yg menandakan seberapa jauh diagnosa

keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai.

Mengakhiri rencana tindakan (klien telah mencapai tujuan yg ditetapkan)


BAB 4
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. H DENGAN DIAGNOSA
RESPIRATORY DISTRESS SYNDROM (RDS) DI RUANG
NICU RSUD TEUKU UMAR ACEH JAYA TAHUN 2022

4.1. Pengkajian
Nama : By. H
PENGKAJIAN Jenis Kelamin
ANAK : Perempuan
Tgl Lahir/ Umur : 04 Oktober 2022

Tgl masuk RS : 12 Desember 2022


Tgl Pengkajian : 14 Desember 2022
Diagnosa masuk : Sepsis + Bronchopneumonia + RDS
I. Identitas Orang Tua

Nama Ayah : Eri Moriza Putra Nama Ibu : Febrianti


Usia : 35 Tahun Usia : 32 Tahun
Pendidikan : SLTA Pendidikan : D-IV
Pekerjaan : Karyawan Honorer Pekerjaan :
Alamat : Dusun Gunung Tinggi Alamat : PNS

II. RIWAYAT KESEHATAN


A. Keluhan Utama : Bayi dibawa dari IGD dengan keluhan sesak, retraksi (+), apnea (+), kulit pucat tampak
kuning, batuk berdahak (+), menangis jika dirangsang, Gerakan lemah, demam (+)
B. Riwayat Kesehatan Saat Ini : memangis kuat, gerakan lemah, kulit kuning pucat, apnea(+), retraksi (+)
batuk (+), RR 70 x/I, HR 175 x/I, SP02 93%, T: 37,80C
C. Riwayat Kesehatan yang lalu :
1. Penyakit yang pernah dialami: sesak, demam, batuk
2. Riwayat alergi : tidak ada
3. Pernah dirawat : pernah, Ketika baru lahir, bulan oktober tahun 2022
4. Riwayat imunisasi : HB0
5. Riwayat nutrisi :
Pemberian susu formula : ya
Alasan Pemberian : ASI belum keluar saat masa awal kelahiran
Jumlah pemberian : diet PASI adlibitum, sesuai kesanggupan bayi
Saat usia anak : <1 bulan

22
23

Nama : By. H
PENGKAJIAN Jenis Kelamin
ANAK : Perempuan
Tgl Lahir/ Umur : 04 Oktober 2022

D. Riwayat Kesehatan keluarga


1. Penyakit keturunan: Hipertensi
2. Penyakit menular : tidak ada
3. Genogram

kakek
nenek nenek
kakek

Bp.E Ny. F

An. T By. H

E. Riwayat Kesehatan Ibu selama Prenatal

1. Riwayat berat bada ibu selama hamil: Normal

2. Penyakit yang pernah dialami ibu selama hamil: Hipertensi

3. Kehamilan dengan komplikasi : ya, oligohidramnia

4. Kunjungan Antenatal: 3 kali

5. Riwayat Konsumsi obat-obatan, alcohol dan merokok: Tidak Ada

6. Riwayat Imunisasi: Tetanus

7. Hasil USG : Normal

F. Riwayat Kesehatan pada Bayi

BB: 3.350 gram

Usia Gestasi 37-39

Asfiksia: Tidak

Abnormalitas Dini : tidak ada


24

Nama : By. H
PENGKAJIAN Jenis Kelamin
ANAK : Perempuan
Tgl Lahir/ Umur : 04 Oktober 2022
Arteri single pada umbilical: tidak

G. Riwayat Kesehatan Sebelumnya

1. Pernah mengalami gangguan system genitourinary : tidak ada

2. Infeksi streptokokus dan pengobatan: tidak ada

3. Ada pembedahan sirkumsisi saat lahir: tidak ada

H. Status Nutrisi

1. Jenis intake cairan dan makanan: diet ASI/ PASI

2. Jumlah intake cairan dan makanan: Full Feed

3. Intake natrium: tidak ada

4. Respon Alergi : tidak ada

5. Status Nutrisi : Kurang

6. Mual : tidak ada

7. Muntah : tidak ada

8. Diare : tidak ada

III. RIWAYAT PERSALINAN

A. Usia kehamilan : Aterm


B. Riwayat persalinan ibu: SC atas indikasi oligohidramnion
C. Komplikasi yang dialami ibu: tidak ada
D. Berat badan bayi lahir: 3.520 gram, Panjang Badan 50 cm
E. Kondisi bayi saat lahir: RDS

IV. RIWAYAT TUMBUH KEMBANG


A. Pertumbuhan
Berat badan naik : 3520 gram
B. Perkembangan : Normal sesuai perkembangan 1 bulan

Denver II
Sector personal social : tidak masalah
25

Nama : By. H
PENGKAJIAN Jenis Kelamin
ANAK : Perempuan
Tgl Lahir/ Umur : 04 Oktober 2022
Sektor motoric halus: tidak masalah
Sector Bahasa : tidak masalah
Sector motoric kasar: tidak masalah
V. PEMERIKSAAN FISIK
A. pengukuran antropometri B. Tanda-tanda vital
PB/TB: 53 cm Nadi :175x/i
BB: 3520 gram Respirasi: 70 x/i
Lingkar Kepala: 32 cm Suhu: 37,8 0C
Lingkar Dada: 34 cm
C. keadaan umum: sesak, retraksi (+), apnea (+), kulit pucat tampak kuning, batuk berdahak (+), menangis
jika dirangsang, Gerakan lemah, demam (+)

B. pemeriksaan Fisik
1. penampilan umum
lesu: iya
GCS: E1V1M2
Kesadaran Sopor
2. system integument
lidah : kotor
Bibir: berak putih
Mulut: simetris
Hidung: simetris
Ada Sekret : ada, berwarna utih kekuningsn
3. kepala dan leher
4. mata : normal
5. telinga:
struktur simetris: ya
dungsi pendengaran: normal
6. muka, hidung dan mulut : Normal
lidah: putih
Bibir: kering
Mulut: berak putih
26

Nama : By. H
PENGKAJIAN Jenis Kelamin
ANAK : Perempuan
Tgl Lahir/ Umur : 04 Oktober 2022
Hidung: simetris
Ada secret: ya
7. Thorax:
Nafas: Cepat
Suara nafas: rhonchi
Bentuk dada: simteris
Retraksi interkosta: 1
8. Kardiovaskuler
Akral: hangat
Nadi: cepat, tidak teratur: lemah
Palpasi nadi presordil: lemah
Mottling: tidak ada
9. Abdomen
Edema: tidak
Bentuk perut: datar
10. Alat kelamin
Genetalia: normal
11. System musculoskeletal: normal
12. System saraf
Perkembangan : Normal
Tingkat kesadaran: sadar penuh
13. System endokrin
Kulit: kering
Muka: simetris
27

Nama: By. H
FORM PENGKAJIAN ANAK Jenis Kelamin: Perempuan
Tgl Lahir/ Umur: 04 Oktober 2022

VI. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI

Nutrisi Frekwensi makan: diet asi/pasi adlibitum Jenis makanan: ASI/PASI


Jumlah : 20-30 cc/jam Masalah: tidak ada
BAK Frekwensi: 2-3 x/hari Karakteristik urine: kuning jernih
BAB Frekwensi :1 x/hari Karakteristik feses: kuning lunak
Istirahat Lamanya: 1 4 - 1 6 j a m / h a r i Masalah: tidak ada

Aktifitas Aktifitas yg dapat dilakukan: menggenggam Masalah: tidak ada

Personal Mandi: menyeka tiap hari Masalah: tida ada


hygiene Cuci rambut: a d a
Gosok gigi: tidak ada

VII. PENGKAJIAN NYERI


A. Riwayat Perjalanan Nyeri
Ekspresi wajah bayi tenang, berteriak kencang, pola pernafasan tidak teratur dan cepat, Gerakan normal,
kesadaran penuh.

B. Pengkajian Fisik

memangis kuat, gerakan aktif, kulit kunng pucat, apnea(+), retraksi (+) batuk (+), RR 70 x/I, HR 175 x/I, SP02
93%, T: 37,80C

C. Skala Perilaku Nyeri

derajat 4

VIII. Skrining Resiko Dekubitus


Persepsi sensori: tidak ada keterbatasan (4)
Kelembapan: kadang-kadang lembab (3)
Aktivitas: di tempat tidur (1)
Mobilisasi: tidak ada keterbatasan (4)
Status nutrisi: adekuat (3)
Gesekan: tidak ada masalah (3)

Total Nilai: 14 (beresiko sedang)


28

Nama: By. H
FORM PENGKAJIAN ANAK Jenis Kelamin: Perempuan
Tgl Lahir/ Umur: 04 Oktober 2022
XI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. laboratorium

Leukosit: 13.95

Hematokrit : 34.1

Urin: kuning jernih

Feses: kuning lunak

2. terapi medik
IVFD 4:1 15cc/jam
IV meropenem 150 mg/8 jam
IV Dexamethason 0,5 mg/8 jam
IV Ranitidin 4 mg/12 jam
Nebule lasalcom 1 cc + 3 cc NaCl 0,9%/16 jam
O2 CPAP fisher Paykel FiO2 40% peep 7

KEBUTUHAN PENKES

1. keluarga mengetahui tentang penyakit anaknya sesak, demam dan batu. Cuma tidak memahami lebih
detail terkait penyakita RDS, meliputi penyebab, manifestasi dan penanganannya
2. keluarga ingin mengetahui tentang perawatan bayi dirumah nantinya untuk mencegah penyakit yang samma
3. selain orang tua bayi, nenek dan kakek uga ikut terlibat dalam perawatan bayi dirumah
29

4.2. Analisa Data

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


DS: - Sekresi yang bersihan jalan nafas tidak
1 DO: efektif
bertahan
Batuk berdahak
(+)
Adanya sputum
Bunyi nafas
rhonchi (+)
RR 70x/I HR HR
175 x/I, SP02
93%, T: 37,80C
Pola nafas
irregular, dan
cepat
DS: Hambatan Pola nafas tidak efektif
2 DO: Upaya Nafas
Sesak (+)
Retraksi (+)
Terdapat
pernafasan cuping
hidung
Pola nafas
irregular dan
cepat
RR 70x/I HR HR
175 x/I, SP02
93%, T: 37,80C
Terpakai CPAP
fisher fiO2 40%
peep 7
30

4.3. Intervensi

N SDKI SLKI SIKI


O
1 Bersihan Setelah dilakukan asuhan Manajemen jalan nafas
jalan nafas keperawatan selama 1x24 Observasi
tidak jam bersihan jalan nafas Monitor jalan nafas (frekuensi,
efektif (l.01001) meningkat, kedalaman, usaha nafas)
dengan kriteria hasil: Monitor bunyi nafas tambahan
Wheezingmenurun (misal; gurgling, mengi,
Dipsnea menurun wheezing, ronchi kering)
Sianosis menurun Terapeutik
Frekuensi nafas Pertahankan kepatenan jalan
membaik nafas dengan head-tilt dan chin-
Pola nafas membaik lift
Posisikan semi-fowler atau
fowler
Lakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspetoran,
mukolitik,jika perlu
2 Pola nafas Setelah dilakukan asuhan Pemantauan respirasi (I.01014)
tidak keperawatan selama 1x24 Observasi
efektif jam, diharapkan pola nafas Monitor frekuensi, irama,
(l.01004) membaik, kedalaman dan upaya nafas
dengan kriteria hasil: Monitor pola nafas (seperti:
Dispnea menurun bradipnea, takipnea,
Penggunaan otot hiperventilasi)
bantu nafas Auskultasi bunyi nafas
menurun Monitor saturasi oksigen
Pernafasan cuping Terapeutik
hidung menurun Atur interval pemantauan
31

Frekuensi nafas respirasi sesuai kondisi pasien


membaik Dokumentasikan hasil
Tekanan ekspirasi pemantauan
dan inspirasi
membaik Terapi oksigen (I.01026)
Observasi
Monitor kecepatan aliran oksigen
Monitor posisi alat terpai oksigen
Monitor aliranoksigen secara
periodik dan pastikan fraksi yang
diberikan cukup
Monitor efektifitas terapi oksigen
(misal: oksimetri, analisa gas
darah) jika perlu
Monitor tanda dan gejala toksikasi
oksigen da atelectasis
Monitor integritas mukosa hidung
akibat pemasangan oksigen
Terapeutik
Bersihkan sekret pada mulut,
hidung dan trachea jika perlu
Pertahankan kepatenan jalan nafas
Kolaborasi
Kolaborasi penentuan dosis
oksigen
Kolaborasi penggunaan oksigen
saat aktivitas dan/tidur
3 Resiko Setelah dilakukan Observasi
Infeksi asuhan keperawatan Monitor tanda dan gejala infeksi
selama 1x24 jam, lokal dan sistemik
diharapkan tingkat Terapeutik
infeksi (l.4137) Berikan perawatan kulit pada area
edema
menurun, dengan
Cuci tangan
kriteria hasil:
Pertahankan teknik aseptik
32

Demam menurun Jelaskan tanda dan gejala infeksi


Letargi menurun Ajarkan cara cuci tangan dengan
Kadar sel darah putih benar
Kolaborasi
membaik
Kolaborasi pemberian imunisasi, jika
perlu

4.3 Implementasi dan evaluasi


No Hari/tgl/diagnosa implementasi Evaluasi
1 Senin/ 14 Memonitor jalan nafas S: -
November 2022/
(frekuensi, kedalaman, O:
Bersihan jalan nafas
tidak efektif usaha nafas)
- Batuk berdahak masih
Meonitor bunyi nafas
ada
tambahan
- Bunyi nafas rhonchi
Mempertahankan
(+)
kepatenan jalan nafas
- RR 57x/I, HR 155 x/I,
dengan head-tilt dan chin-
lift SP02 95%, T: 37,50C

Memberikan osisikan - Pola nafas irregular,

semi-fowler atau fowler dan cepat

Melakukan penghisapan A: Bersihan jalan nafas

lendir kurang dari 15 detik tidak efektif

Memonitor saturasi P: setelah dilakukan askep

oksigen 1x24 jam, diharapkan

Membersihkan sekret pada bersihan jalan nafas

mulut, hidung dan trachea efektif

jika perlu
Memberikan oksigen

2 Senin/ 14 memonitor frekuensi, DS:


November 2022/
irama, kedalaman dan DO:
Pola nafas tidak
efektif upaya nafas Sesak masih ada
Retraksi masih
memonitor pola nafas
ada
(seperti: bradipnea, Pola nafas
takipnea, hiperventilasi) irregular dan
cepat
33

mendokumentasikan hasil RR 57x/I, HR 155


pemantauan x/I, SP02 95%, T:
Monitor aliran oksigen 37,50C
melalui CPAP setiap jam Terpakai CPAP
mempertahankan fisher fiO2 40%
kepatenan jalan nafas peep 7

1 Senin/ 15 Melakukan penghisapan S: -


November 2022/
lendir/ suction O:
Bersihan jalan nafas
tidak efektif Melakukan auskultasi
- Batuk berdahak masih
bunyi nafas
ada
Melakukan oral hygiene
- Bunyi nafas rhonchi
Memberikan nebul
(+)
lalsakom sesuai intruksi
- RR 53x/I, HR 135x/I,
dokter
SP02 97%, T: 37,60C
- Pola nafas irregular,
dan cepat
A: Bersihan jalan nafas
tidak efektif

P: setelah dilakukan askep


1x24 jam, diharapkan
bersihan jalan nafas efektif

2 Senin/ 15 Memantau kepatenan jalan DS:


November 2022/ DO:
Pola nafas tidak nafas
efektif Sesak masih ada
Memberikan posisi head
Retraksi masih
tilt
ada
Memonitor frekuensi, pola Tampak
dan kedalaman pernafasan pernafasan
Mendokumentasikan cuping hidung
Pola nafas
tanda-tanda vital di kardek
irregular dan
cepat
RR 53x/I, HR
135x/I, SP02 97%,
34

T: 37,60C
- Terpakai CPAP
fisher fiO2 40%
peep 7
1 Senin/ 16 Memonitor jalan nafas S: -
November 2022/
Bersihan jalan nafas (frekuensi, kedalaman, O:
tidak efektif usaha nafas)
- Batuk berdahak masih
Memonitor bunyi nafas
ada
tambahan
- Bunyi nafas rhonchi
Melakukan penghisapan
(+)
lendir kurang dari 15
- RR 52x/I, HR 127x/I,
detik
SP02 97%, T: 37,30C
Membersihkan sekret
pada mulut, hidung dan A: Bersihan jalan nafas
trachea jika perlu tidak efektif

- P: setelah dilakukan
askep 1x24 jam,
diharapkan bersihan
jalan nafas efektif

2 Senin/ 16 Memantau kepatenan jalan DS:


November 2022/ DO:
pola nafas tidak nafas
efektif Sesak berkurang
Memberikan posisi head
Retraksi masih ada
tilt
Tampak
Memonitor frekuensi, pola pernafasan cuping
dan kedalaman pernafasan hidung
Mendokumentasikan Pola nafas
tanda-tanda vital di kardek
irregular dan cepat
RR 52x/I, HR
124x/I, SP02 97%,
T: 37,20C
Terpasang CPAP
fiO2 35% peep 4
Pengaturan CPAP
fisher turun fiO2
40% peep 6
35
BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.1.1. Pengkajian Keperawatan

Hasil pengkajian pada bayi Ny. H yaitu keadaan umum Bayi

dibawa dari IGD dengan keluhan sesak, retraksi (+), apnea (+), kulit

pucat tampak kuning, batuk berdahak (+), menangis jika

dirangsang, Gerakan lemah, demam (+), tampak pernafasan cuping

hidung. bayi di tempatkan pada inkubator, Berat badan lahir 3.350

gram dengan panjang badan 50 cm, lingkar kepala 53 cm, RR 70

x/I, HR 175 x/I, SP02 93%, T: 37,80C.

5.1.2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan yang ditegakkan pada bayi Ny. H

dengan RDS di Ruangan NICU RSUD Teuku Umar Aceh Jaya

adalah bersihan jalan nafas tidak efektif dan pola nafas tidak efektif.

5.1.3. Intervensi Keperawatan

Perencanaan keperawatan yang disusun berdasarkan diagnosa

keperawatan yang telah ditegakkan pada Bayi Ny. H NICU RSUD

Teuku Umar Aceh Jaya dengan menggunakan metode SIKI.

5.1.4. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan yang dilakukan pada bayi Ny. H

diruangan NICU RSUD Teuku Umar Aceh Jaya sesuai dengan

35
36

implementasikan yang telah dilakukan. Evaluasi akan dilakukan

saat akhir jam kerja setelah implementasi selesai dilakukan.

5.2. Saran
5.2.1. Rumah Sakit

Diharapkan dapat meningkatkan pelayana asuhan keperawatan

yang kompherensif pada bayi resiko tinggi khususnya pada bayi

dengan RDS

5.2.2. Bagi institusi

Dihara Diharapkan dapat menyediakan literatur yang menunjang

dalam melakukan studi kasus khususnya berkaitan dengan RDS

5.2.3. Penulis

Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dalam memberikan

asuhan keperawatan pada bayi resiko tinggi khusunya bayi dengan

RDS

54
DAFTAR PUSTAKA

Cecily & Sowden (2019). Buku Saku Keperawatan Pedriatik. Edisi 5. Jakarta:

EGC

Dinkes Provinsi NTT. (2015). Profil Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara

Timur.

Nelson. 2011. Ilmu Ksesehatan Anak Esensial, Ed 6. Jakarta: Elsevier

Nelson. 2010. Esensi Pediatri, Ed 4. Jakarta: EGC

Sudarti & Fauziah. 2013. Asuhan Neonatus Resiko Tinggi dan Kegawatan.

Cetakan I. Yogyakarta: Nuha medika

Surasmi,Asrining. 2013.Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta: EGC

Suriadi dan Yuliani, R. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak, edisi 1. Jakarta:

CV Agung Seto

Rahardjo dan Marmi. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Prasekolah.

Jakarta: Pustaka Belajar

Anda mungkin juga menyukai