Kelompok:1
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberi hidayahnya
sehingga Makalah yang berjudul "RDS (Respiratory Distress Syndrome" dapat
diselesaikan. Makalah ini merupakan pelengkap tugas mata Kuliah Keperawatan anak.
Dalam menyusun makalah ini saya menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan
masih banyak kekurangan disana sini, baik mengenai materi maupun cara penyajiannya.
Oleh karena itu, kritik dan saran-saran dari siapapun yang bersifat membangun sangat
saya harapkan.
Akhirnya kami menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu menyelesaikan makalah ini.
Kelompok 1
DAFATR ISI
COVER..............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................4
2.1 Definisi RDS...........................................................................................................4
2.2 Anatomi...................................................................................................................4
2.3 Etiologi dan Faktor Resiko RDS.............................................................................6
2.4 Klasifikasi RDS.......................................................................................................7
2.5 Manifestasi Klinis RDS...........................................................................................8
2.6 Patofisiologis RDS..................................................................................................9
2.7 Pemeriksaan Penunjang.........................................................................................10
2.8 Penatalaksanaan.....................................................................................................11
2.9 Komplikasi RDS....................................................................................................13
2.10 Prognosis RDS.....................................................................................................14
2.11 Konsep Asuhan Keperawatan BAYI (RESPIRATORY DISTRESS
SYNDROME).............................................................................................................14
2.11.1 PengkajianKeperawatan.......................................................................................15
2.11.2 DiagnosaKeperawatan..........................................................................................15
2.11.3 Intervensi Keperawatan........................................................................................18
2.11.4 Implementasi........................................................................................................21
2.11.5 Evaluasi................................................................................................................21
BAB III PENATALAKSANAAN..................................................................................22
iii
3.1 Kasus.....................................................................................................................22
3.2 Penatalaksanaan.....................................................................................................23
BAB IV PENUTUP.........................................................................................................24
4.1 Kesimpulan............................................................................................................24
4.2 Saran......................................................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN
v
menyebabkan lebih mudah terserang RDS akibat defisiensi surfaktan (Agrina et
al., 2017).
vii
BAB II
PEMBAHASAN
Paru –paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx, yang
bercabang dan kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan
bronkus. Proses ini terus berlanjut terus berlanjut setelah kelahiran hingga
sekitar usia 8 tahun sampai jumlah bronkiolus dan alveolus akan sepenuhnya
berkembang, walaupun janin memperlihatkan adanya bukti gerakan nafas
sepanjang trimester kedua dan ketiga. Ketidak matangan paru –paru akan
mengurangi peluang kelangsungan hidup bayi baru lahir sebelum usia24 minggu
yang disebabkan oleh keterbatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan sistem
kapiler paru –paru dan tidak mencukupinya jumlah surfaktan. Upaya pernapasan
pertama seorang bayi berfungsi untuk:
1. Mengeluarkan cairan dalam paru.
2. Mengembangkan jaringan alveolus paru –paru untuk pertama kali.
Agar alveolus daoat berfungsi, harus terdapat surfaktan yang cukup dan
aliran darah ke paru- paru. Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu
kehamilan dan jumlahnya akan meningkat sampai paru- paru matang sekitar 30 -
34 minggu kehamilan. Surfaktan ini mengurangi tekanan permukaan paru dan
membantu untuk menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada
akhir pernapasan. Tanpa surfaktan alveoli akan kolaps setiap saat setelah akhir
setiap pernapasan, yang menyebabkan sulit bernapas. Peningkatan kebutuhan
energi ini memerlukan penggunaan lebih banyak oksigen dan glukosa. Berbagai
peningkatan ini menyebabkan steress pada bayi yang sebelumnya sudah
terganggu.
Pada bayi cukup bulan, mempunyai cairan di dalam paru –parunya. Pada
saat bayi melalui jalan lahir selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini
diperas keluar dari paru –paru. Pada bayi yang dilahirkan melalui seksio sesaria
kehilangan keuntungan dari kompresi rongga dada dapat menderita paru- paru
basah dalam jangka waktu lebih lama. Dengan sisa cairan di dalam paru –paru
ix
dikeluarkan dari paru dan diserap oleh pembulu limfe dan darah. Semua alveolus
paru –paru akan berkembang terisi udara sesuai dengan perjalanan waktu.
Menurut (Rogayyah, 2016), penyebab lainnya dari penyakit RDS atau penyakit
gagal nafas pada neonatus adalah:
1. Neonatus yang dilahirkan dengan cara Sectio Caesaria
Neonatus yang dilahirkan secara SC (Sectio Caesaria) meningkatkan resiko
terjadinya gangguan pernafasan karena saat neonatus dilahirkan dengan SC
maka akan memiliki volume resido paru yang lebih besar dibandingkan
dengan cairan paru sehingga paru-paru bayi dengan SC kurang
mengeluarkan surfaktan pada permukaan alveolar dimana hal ini
menyebabkan resiko tinggi menderita RDS.
2. Ibu yang melahirkan neonatus dalam keadaan hipertensi
Neonatus yang lahir dari ibu dengan riwayat hipertensi dapat menyebabkan
vasospasme pada pembuluh darah ibu sehingga sirkulasi airan darah yang
masuk keplasenta janin tidak efektif dan ketika neonatus dilahirkan akan
mengalai penurunan kadar oksigen.
3. Asfiksia Neonatorum
Gangguan ini dikarenakan adanya gangguan perfusi neonatus, hipoksia,
dan kegagalan nafas secara spontan saat neonatus dilahirkan. Hal ini
berkaitan dengan kondisi ibu saat melahirkan, jeratan tali pusat, maupun
keadaan bayi baik saat dilahirkan maupun sebelum dilahirkan.
4. KPD (Ketuban Pecah Dini)
Air ketuban ibu berfungsi untuk melindungi dan mempertahankan janin
agar tidak terbentur lingkungan sekitarnya baik didalam rahim ibu maupun
lingkungan luar dan air ketuban dapat membuat janin dapat bergerak bebas.
KPD dapat menyebabkan adanya interaksi antara intrauterine dan
ekstrauterine Hal ini dapat menyebabkan infeksi pada saat intrapartum
bahkan peritonitis pada ibu.
5. Infeksi Perinatal
Pneumonia primer menyebabkan RDS pada pasien sekitar 10% sehingga
berkembang menjadi sepsis dan kegagalan multiorgan. Neonatus saat lahir
dapat terinfeksi bakteri patogen dari ibu seperti bakkteri Streptococcus dan
Staphylococcus. Hal ini terjadi karena infeksi intrauterine atau selama
persalinan.
xi
DownScore
Pemeriksaan
0 1 2
Frekuensinafas <60x/mnt 60-80x/mnt >80x/mnt
Retraksidada Tidakada Ringan Berat
Sianosis Tidakada Sianosis Sianosismenetaow
hilang alaupun
denganOksigen diberikanoksigen
AirEntry Udaramasuk Penurunanringan Tidakadaudara
udaramasuk masuk
Merintih Tidakmerintih Dapat didengar Dapat didengar
denganstetoskop tanpaalatbantu
Evaluasi Score<4:RDSringan
Score4-7: RDSsedang
Score>7:RDSberat
xiii
menyebabkan eksudasi matriks fibrin yang berasal dari darah. Membran hyaline
yang meliputi alveoli dibentuk dalam satu setengah jam setelah lahir. Epithelium
mulai membaik dan surfaktan mulai dibentuk pada 36- 72 jam setelah lahir.
Proses penyembuhan ini adalah komplek; pada bayi yang immatur dan
mengalami sakit yang berat dan bayi yang dilahirkan dari ibu dengan
chorioamnionitis sering berlanjut menjadi Bronchopulmonal Displasia (BPD).
Gambaran radiologi tampak adanya retikulogranular karena atelektasis,dan air
bronchogram.
II.8 Penatalaksanaan
Menurut Lowdermilk et al., (2014) dalam (Atika, 2019),
penatalakasanaan pada bayi baru lahir atau neonatus dengan gangguan
pernafasan atau RDS adalah sebagai berikut :
1. Terapi Oksigen
Tujuan terapi oksigen adalah untuk menyediakan oksigen sesuai dengan
kebutuhan jaringan tubuh, mencegah adanya penumpukan zat asam
laktat yang dihasilkan oleh ketika keadaan hipoksia, serta pada waktu
yang sama menghindari efek buruk yang potensial dari hiperoksia dan
radikal bebas. Jika bayi tidak membutuhkan ventilasi mekanik seperti
penggunaan ventilator maka oksigen dapat dipasok menggunakan tudung
plastic yang ditempatkan di atas kepala bayi, menggunakan nasal kanul,
atau penggunaan continuous positive airway pressure (CPAP) untuk
menyediakan konsentrasi dan kelembapan oksigen yang bervariasi.
Ventilasi mekanik (bantuan pernafasan dengan memberikan sejumlah
oksigen yang ditentukan melalui tabung endotrakeal) diatur untuk
memberikan sejumlah oksigen yang telah ditentukan pada bayi selama
nafas spontan dan menyediakan pernafasan mekanik pada saat tidak ada
nafas spontan.
2. Resusitasi Neonatal
Pengkajian bayi secara cepat dapat mengidentifikasi bayi yang tidak
membutuhkan resusitasi seperti: (a) bayi lahir cukup bulan tanpa ada
bukti meconium atau infeksi pada pada cairan amnion; (b) bernafas atau
menangis; dan (c) memiliki tonus otot yang baik. Keputusan untuk
melanjutkan langkah tindakan berdasarkan pengkajian pernafasan,
denyut jantung dan warna. Jika salah satu karakteristik tersebut tidak ada,
maka bayi harus menerima tindakan berikut secara berurutan :
a. Langkah awal penstabilan
berikan kehangatan dan menempatkan bayi di bawah pemancar panas,
posisikan kepala pada posisi jalan nafas terbuka, bersihkan jalan nafas
dengan bulb syringe atau kateter pengisap (suction), keringkan bayi,
rangsang untuk bernafas dan ubah posisi bayi
xv
b. Ventilasi
c. Kompresi dada
d. Pemberian epinefrin atau ekspansi volume atau keduanya.
e. Terapi Penggantian SurfaktanSurfaktan dapat diberikan sebagai
tambahan untuk terapi oksigen dan ventilasi. Pada umumnya, bayi yang
lahir sebelum usia kehamilan 32 minggu belum mempunyai surfaktan
paru yang cukup adekuat untuk kelangsungan hidup di luar rahim.
Penggunaan surfaktan disarankan pada bayi dengan distress pernafasan
sesegera mungkin, setelah kelahiran, terutama bayi BBLR, yang belum
terpapar steroid antenatal pada ibu hamil. Pemberian steroid antenatal
pada ibu hamil dan penggantian surfaktan dapat mengurangi insiden
distress pernafasan dan penyakit penyerta.
f. Terapi Tambahan Terapi tambahan Nitrat hidup (inhaled nitric oxcide-
INO), extracorporeal membrane oxygenation (ECMO), dan cairan
ventilasi merupakan terapi tambahan yang digunakan pada digunakan
bagi bayi matur/cukup bulan dan prematur akhir dengan kondisi seperti
hipertensi pulmonal, sindrom aspirasi mekonium, pneumonia, sepsis, dan
hernia diafragmatika kongenital untuk mengurangi atau membalikkan
hipertensi pulmonal, vasokontstriksi paru, asidosis, serta distres
pernapasan dan gagal napas bayi baru lahir. Terapi INO digunakan
bersamaan dengan terapi penggantian surfaktan, ventilasi frekuensi
tinggi, atau ECMO. ECMO digunakan pada penatalaksanaan bayi baru
lahir dengan gagal napas akut hebat pada kondisi yang sama seperti yang
disebutkan untuk INO. Terapi sebuah mesin jantung-paru yang
dimodifikasi, meskipun begitu, pada ECMO jantung tidak berhenti dan
darah tidak sepenuhnya melewati paru. Darah didorong dari kateter
atrium kanan atau vena jugularis kanan dengan gaya gravitasi ke sebuah
pompa pengatur, dipompa melalui membran paru di mana darah
dioksigenasi, kemudian melalui sebuah mesin penukar panas yang kecil
di mana darah menghangatkan, dan kemudian dikembalikan ke sistem
sirkulasi melalui sebuah arteri utama seperti arteri karotis ke lengkung
menyediakan oksigen untuk sirkulasi, yang memungkinkan paru
beristirahat serta menurunkan hipertensi paru maupun hipoksemia pada
kondisi seperti hipertensi paru menetap bayi baru lahir, hernia
diafragmatika kongenital, sepsis, aspirasi mekonium, dan pneumonia
berat.
xvii
Dysplasia) yaitu penyakit paru kronis pada bayi dengan usia kehamilan
ibu saat melahirkan neonatus 36 minggu. Biasanya BPD dikarenakan
penggunaaan alat bantu nafas mekanik dalam jangka waktu lama
sehingga meningkatkan resiko infeksi dan inflamasi, defisiensi vitamin
A.
2) Retinopathy Premature, Kegagalan fungsi neurologi yang terjadi sekitar
10-70% pada bayi dengan masa gestasi kurang bulan sehingga memicu
hipoksia dalam jangka waktu lama, meningkatkan komplikasi
intracranial dan infeksi pada banyak organ. Jika mengenai saraf mata
maka akan terjadi kebutaan pada neonatus yang bersifat permanen.
II.11.1 PengkajianKeperawatan
a. Identitas :
1) Identitaspasien : Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin,
alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama, status perkawinan,
tanggal masuk rumah sakit (MRS), nomor register, dan diagnose
medik.
2) Identitas Penanggung Jawab Meliputi : Nama, umur, jenis
kelamin, alamat, pekerjaan, serta status hubungan dengan pasien.
b. Keluhan utama :
terutama sistem pernafasan,cyanosis,gruntin,RR,cuping
hidung
c. Kaji riwayat kehamilan sekarang:
(apakah selama hamil ibu menderita hipotensi atau
perdarahan).
d. Kaji riwayat neonates:
(lahir afiksia akibat hipoksia akut, terpajang pada keadaan
hipotermia)
e. Kaji riwayat keluarga:
(kopingkeluargapositif)
f. Kaji nilai apgar rendah:
(bila rendah di lakukkan tindakan resustasi padabayi)
g. pemeriksaan fisik :
akan ditemukan tanda dan gejala RDS.
Seperti:takipnea (>60x/menit), pernapasan mendengkur, retraksi
dinding dada,pernapasancupinghidung, pucat, sianosis, apnea.
II.11.2 DiagnosaKeperawatan
1) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
membranalveolar-kapiler (D.0003)
Definisi : kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan atau eliminasi
xix
Karbon dioksida pada membran alveolus kapiler
Penyebab : Perubahan membran alveolus-kapiler
Batasan karakteristik :
Kriteria mayor :
1) Subjektif : Dispnea
2) Objektif : PCO2 meningkat/menurun, PO2
menurun,takikardia, pH arteri meningkat/menurun, bunyi
nafas tambahan
Kriteria minor :
1) Subjektif : Ortopnea
2) Objektif : Pernafasan pursed, pernafasan cuping hidung,
diameter thoraks anterior-posterior meningkat, ventilasi
semenit menurun, kapasitas vital menurun, tekanan ekpirasi
dan inspirasi menurun, ekskrusi dada berubah.
Kondisi klinis terkait : Depresi sistem sraf pusat
3) Subjektif : dispnea
4) Objektif :sianosis,pola napas berubah,frekuensi napas berubah
Kondisi klinis terkait : sindrom aspirasi mekonium
5) Subjektif : -
6) Objektif :-
Kondisi klinis terkait : tindakan invasif
xxi
Batasan karakteristik :
Kriteria mayor :
3. Subjektf : -
4. Objektif:-
Kriteria minor : -
7) Subjektif : -
8) Objektif :-
Kondisi klinis terkait : dehiderasi
xxiii
kelemahan otot
diagfragma
6. Auskultasi suara nafas,
Catat area penurunan dan ketidak
adanya
3.bersihan Setelah dilakukan Manajemen jalan nafas:
jalan napas tindakan keperawatan 1. Bersihkan sluran
tidak efektif selama 1x24 pernafasan dan pastikan
b.d jam pasien dapat airway paten
penumpukan meningkatkan status 2. Monitor perilaku dan status
secret(D.000 pernafasan yang mental pasien,kelelahan
1) adekuat dengan kriteriahasil: agitasi danGelisah,
1. tidak ada suara sianosis, bunyi nafas
nafas tambahan tambahan,sputum berlebih
2. tidak ada retraksi konfus
dinding dada 3. Posisikan klien dengan
3. secret berkurang elevasi tempat tidur
4. pernafasandalambat 4. Monitor efeksedasi dan
asnormal(40-60x/ anlgetik pada pola nafas
menit) tidaksianosis klien
5. Berikan posisi semi fowler
dengan posisil ateral 10–
15derajat
Atau sesuai toleransi
4. Resiko Dalam jangka waktu 1jam Kontrolinfeksi:
infeksi b.d pasien akan terbebas dari 1. Bersihkan lingkungan
terpajangnya resiko infeksi dengan setelah dipakai
kuman kriteriahasil: 2. Pertahankan teknik isolasi
pathogen(01 1. bebas dari tanda 3. Batasi pengunjung bila perlu
42) tanda infeksi 4. Intruksikan pengunjung
Untuk mencuci tangan Sebelum
2. kemampuan mencegah
infeksi dan sesudah berkinjung
5. Gunakan sabun anti mikroba
3. jumlah leukosit
untuk cuci tangan
dalam batas normal
6. Cuci tangan sebelumdan
3. suhu dalam batas
sesudah perawatan pasien
normal
7. Pertahankan lingkungan
septic selama Pemasangan
alat
5.Hipotermi Dalam jangka waktu 1 jam Perawatan hipotermia
b.d adaptasi pasien akan terbebas dari 1. Monitor suhu tubuh tiap2
lingkungan hipotermi dengan jam
(0140) kriteriahasil: 2. Monitor warna kulit dan suhu
1. suhu dalam batas kulit
normal 3. Kaji tanda-tanda i hipertermi
2. nadi dan HR dalam atau hipotermia
batas normal 4. Tingkatkan intake nutrisidan
3. tidak sianosis cairan
4. tidak pucat 5. Selimuti pasien intuk
kulit hangat Mencegah hilangnya kehangatan
tubuh
II.11.4 Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatanyang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkankriteria hasilyang diharapkan.Implemetasi
keperawatan adalah kategori serangkaian perilaku perawat yang
berkoordinasi dengan pasien, keluarga,dan anggota tim kesehatan
lain untuk membantu masalah kesehatan pasien yang sesuai dengan
perencanaan dan kriteria hasil yang telah ditentukan dengan cara
mengawasi dan mencatat respon pasien terhadap tindakan
xxv
keperawatan yang telah dilakukan.
II.11.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yg menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,
rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai.
Mengakhiri rencana tindakan(klien telah mencapaitujuanyg
ditetapkan).
BAB III
PENATALAKSANAAN
III.1 Kasus
Ny. H.A lahir tanggal 24 Desember 2021 berjenis kelamin perempuan.
Bayi lahir segera menangis dengan tubuh yang tampak kemerahan dan
ekstremitas yang tampak kebiruan. Pasien juga sempat mengalami sesak dan
tarikan dinding dada kuat, sehingga dilakukan resusitasi. Setelah dilakukan
resusitasi seluruh badan dan ektremitas menjadi tampak kemerahan. Usia gestasi
bayi saat lahir adalah 30-32 minggu sehingga dikategorikan sebagai neonatus
kurang bulan sesuai masa kehamilan (NKBSMK). Saat lahir, bayi Ny.H.A
memiliki nilai APGAR Score 7 dengan BBL 1.320 gram sehingga dikategorikan
bayi dengan asfiksia ringan dan berat badan lahir sangat rendah (BBLSR).
Pasien mengalami Respiratory distress syndrome (RDS) sehingga disarankan
dirawat di NICU. Hasil pemeriksaan yang dilakukan penulis (hari rawatan ke 3),
tanda-tanda vital (TTV) meliputi heart rate (HR) 140 x/m, respiratory rate (RR)
48 x/m, SpO2 100% dan suhu 36,7 oC.
Pasien terlihat lemah, tampak sesak, adanya retraksi dinding dada ringan
dan menangis lemah, terpasang CPAP terpasang PEEP 7 cmH2O FiO2 30%
sehingga untuk diagnosis pertama yang sesuai kondisi pasien adalah pola napas
tidak efektif. Pasien yang lahir secara prematur dengan BBLR yaitu 1.320 gram
rentan mengalami suhu tubuh yang fluktuatif akibat lemak subkutan tipis dan
pengaturan suhu tubuh yang belum sempurna, hal ini dapat mengakibatkan
masalah kesehatan yang berhubungan dengan termoregulasi tidak efektif.
Diagnosis selanjutnya adalah defisit nutrisi hal ini disebabkan oleh reflek
menghisap dan menelan yang lemah dari pasien sehingga pemberian nutrisi
diberikan melalui OGT. Selain itu kondisi pasien yang lahir secara prematur
dengan BBLR dimana seluruh sistem organ belum mengalami kematangan
secara sempurna serta penggunaan CPAP, OGT dan IVFD dalam waktu yang
lama akan akan meningkatkan kemungkinan terjadi Risiko Infeksi Studi kasus
ini merupakan studi untuk menggambarkan asuhan keperawatan bayi dengan
respiratory distress syndrome dan BBLR di NICU Rumah Sakit Umum Banda
Aceh. Studi kasus di lakukan mulai tanggal 27 Desember 2021 sampai 29
Desember 2021. Asuhan keperawatan dimulai dari pengkajian data, analisis data
dilakukan sejak penulis di lapangan. Analisa data di lakukan dengan cara
mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada dan
dituangkan dalam pembahasan. Teknik analisis yang digunakan dengan cara
menarasikan hasil pengkajian untuk menjawab rumusan masalah, untuk
xxvii
selanjutnya di interprestasikan dan dibandingkan dengan teori yang ada sebagai
bahan untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi.
III.2 Penatalaksanaan
Menurut Suriadi dan Yuliani (2001) tindakan untuk mengatasi masalah
kegawatan pernafasan meliputi:
a. Mempertahankan ventilasi dan oksigenasi adekuat.
b. Mempertahankan keseimbangan asam basa.
c. Mempertahankan suhu lingkungan netral.
d. Mempertahankan perfusi jaringan adekuat.
e. Mencegah hipotermia.
f. Mempertahankan cairan dan elektrolit adekuat.
Pengobatan yang biasa diberikan selama fase akut penyakit RDS adalah:
a. Antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder.
b. Furosemid untuk memfasilitasi reduksi cairan ginjal dan menurunkan
caiaran paru.
c. Fenobarbital.
d. Vitamin E menurunkan produksi radikal bebas oksigen.
g. Metilksantin (teofilin dan kafein) untuk mengobati apnea dan untuk
pemberhentian dari pemakaian ventilasi mekanik.
h. Salah satu pengobatan terbaru dan telah diterima penggunaan dalam
pengobatan RDS adalah pemberian surfaktan eksogen (derifat dari sumber
alami misalnya manusia, didapat dari cairan amnion atau paru sapi, tetapi
bisa juga berbentuk surfaktan buatan ).
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Sindrom distres pernafasan adalah perkembangan yang imatur pada sistem
pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru, RDS dikatakan
sebagai Hyaline Membrane Disesse (Suryadi dan Yuliani, 2001).
IV.2 Saran
Semoga Makalah ini dapat berguna bagi penyusun dan pembaca. Kritik dan
saran sangat diharapkan untuk pengerjaan berikutnya yang lebih baik
xxix
DAFTAR PUSTAKA
xxxi
xxxiii
xxxv