Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Masalah Utama
Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi

B. Proses Terjadinya Masalah


1. Definisi
Halusinasi adalah gejala gangguan jiwa berupa respon panca indera yaitu penglihatan,
pendengaran, penciuman, perabaan dan pengecapan terhadap sumber yang tidak nyata
(Stuart, Keliat & Pasaribu, 2017)

2. Penyebab
a. Kurang tidur
b. Isolasi social
c. Mengurung diri
d. Kurang kegiatan social
Menurut Yosep (2014) terdapat dua factor penyebab halusinasi, yaitu:
a. Faktor presdisposisi

1) Faktor Perkembangan

Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya kontrol dan


kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil,
mudah frustasi, hilang percaya diri, dan lebih rentan terhadap stress.

2) Faktor Sosiokultural

Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungan sejak bayi sehingga akan
merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya

3) Faktor Biokimia

Hal ini berpengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang
berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat
yang bersifat halusiogenik neurokimia. Akibat stress berkepanjangan
menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak,misalnya terjadi
ketidakseimbangan acetylchoin dan dopamine.
4) Faktor Psikologis

Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada
penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien
mengambil keputusan tegas, klien lebih suka memilih kesenangan sesaat dan lari
dari alam nyata menuju alam hayal.
5) Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian Menunjukan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orangtua skizofrenia
cenderung mengalami skizofrenia . Hasil studi menunjukkan bahwa faktor
keluarga menunjukkan hubungan yang sangatberpengaruh pada penyakit ini.

b. Faktor Presipitasi
Menurut Rawlins dan Heacock dalam Yosep (2014) dalam hakekatnya seorang
individu sebagai mahluk yang dibangun atas dasar unsur bio-psiko-sosio-spiritual
sehingga halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi,yaitu:
1) Dimensi Fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan luar
biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium dan kesulitan tidur dalam
waktu yang lama.
2) Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi.
Halusinasi dapat berupa perintah memasa dan menakutkan. Klien tida sanggup
menentang sehingga klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
3) Dimensi Intelektual
Dalam hal ini klien dengan halusinasi mengalami penurunan fungsi ego. Awalnya
halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan impuls yang
menekan,namun menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh
perhatian klien dan tak jarang akan mengontrol semua perilaku klien.
4) Dimensi Sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosialdi dalam fase awal dan comforting
menganggap bahwa bersosialisasi nyata sangat membahayakan. Klien halusinasi
lebih asyik dengan halusinasinya seolah-olah itu tempat untuk bersosialisasi.
5) Dimensi Spiritual
Klien halusinasi dalam spiritual mulai dengan kehampaan hidup, rutinitas tidak
bermakna, dan hilangnya aktivitas beribadah. Klien halusinasi dalam setiap
bangun merasa hampa dan tidak jelas tujuan hidupnya.

3. Tanda dan Gejala


a. Mayor
1) Subjektif
 Mendengar suara orang bicara tanpa ada orangnya
 Melihat benda, orang atau sinar tanpa ada objeknya
 Menghidu bau-bauan yang tidak sedap seperti bau badan padahal tidak
 Merasakan pengecapan yang tidak enak
 Merasakan rabaan atau Gerakan badan
2) Objektif
 Bicara dan tertawa sendiri
 Melihat ke satu arah
 Mengarahkan telinga ke arah tertentu
 Tidak dapat memfokuskan pikiran
 Diam sambil menikmati halusinasinya
b. Minor
1) Subjektif
 Sulit tidur
 Khawatir
 Takut
2) Objektif
 Konsentrasi buruk
 Disorientasi waktu, tempat, orang atau situasi
 Afek datar, curiga, menyendiri
 Melamun, mondar mandir
 Kurang mampu merawat diri

Tahapan Halusinasi
1. Tahap I (Non psikotik)
Pada tahap ini, halusinasi mampu memberikan rasa nyaman pada klien, tingkat orientasi
sedang. Secara umum pada tahap ini halusinasi merupakan hal yang menyenangkan bagi
klien.
Karakteristik :
a. Mengalami kecemasan, kesepian, rasa bersalah dan ketakutan
b. Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan kecemasan
c. Pikiran dan pengalaman sensorik masih ada dalam control kesadaran
Perilaku yang muncul :
a. Tersenyum atau tertawa sendiri
b. Menggerakkan bibir tanpa suara
c. Pergerakan mata yang cepat
d. Respons verbal lambat, diam dan berkonsentrasi.

2. Tahap II ( Non psikotik)


Pada tahap ini biasanya klien bersikap menyalahkan dan mengalami tingkat kecemasan
berat. Secara umum halusinasi yang ada dapat menyebabkan antipasti.
Karakteristik :
a. Pengalaman sensori menakutkan atau merasa dilecehkan oleh pengalaman tersebut
b. Mulai merasa kehilangan control
c. Menarik diri dari orang lain
Perilaku yang muncul :
a. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah.
b. Perhatian terhdap lingkungan menurun
c. Konsentrasi terhadap pengalaman sensori pun menurun
d. Kehilangan kemampuan dalam membedakan antara halusinasi dan realita
3. Tahap III (Psikotik)
Klien biasanya tidak dapat mengontrol dirinya sendiri, tingkat kecemasan berat dan
halusinasi tidak dapat ditolak lagi.
Karakteristik :
a. Klien menyerah dan menerima pengalaman sensorinya
b. Isi halusinasi menjadi atraktif
c. Klien menjadi kesepian bila pengalaman sensori berakhir
Perilaku yang muncul :
a. Klien menuruti perintah halusinasi
b. Sulit berhubungan dengan orang lain
c. Perhatian terhadap lingkungan nsedikit atau sesaat
d. Tidak mampu mengikuti perintah yang nyata
e. Klien tampak tremor dan berkeringat

4. Tahap IV (Psikotik)
Klien sudah sangat dikuasai oleh halusinasinya dan biasanya klien terlihat panik.
Perilaku yang muncul :
a. Risiko tinggi mencederai
b. Agitasi/kataton
c. Tidak mampu merespons rangsangan yang ada

Timbulnya perubahan persepsi sensori : halusinasi biasanya diawali dengan seseorang yang
menarik diri dari lingkungannya karena orang tersebut menilai dirinya rendah. Bila klien
mengalami halusinasi dengar dan lihat atau salah satunya yang menyuruh pada kejelekan
maka akan berisiko terhadap perilaku kekerasan.

C. Pohon Masalah

Effect Risiko Tinggi Perilaku Kekerasan

Core Problem Halusinasi

Causa Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah Kronis


D. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul
1. Risiko tinggi perilaku kekerasan
2. Perubahan persepsi sensori : halusinasi
3. Isolasi social
4. Harga diri rendah kronis

E. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian

Masalah Keperawatan Data yang perlu dikaji


Perubahan persepsi Subjektif
sensori : halusinasi  Mendengar suara orang bicara tanpa ada orangnya
 Melihat benda, orang atau sinar tanpa ada objeknya
 Menghidu bau-bauan yang tidak sedap seperti bau badan
padahal tidak
 Merasakan pengecapan yang tidak enak
 Merasakan rabaan atau Gerakan badan

Objektif
 Bicara dan tertawa sendiri
 Melihat ke satu arah
 Mengarahkan telinga ke arah tertentu
 Tidak dapat memfokuskan pikiran
 Diam sambil menikmati halusinasinya

2. Diagnosis Keperawatan
Perubahan persepsi sensori : halusinasi

3. Rencana Keperawatan
Tujuan Asuhan Keperawatan :
a. Kognitif, klien mampu :
1) Menyebutkan penyebab halusinasi
2) Menyebutkan karakteristik halusinasi yang dirasakan : jenis, isi, frekuensi, durasi,
waktu, situasi yang menyebabkan dan respons.
3) Menyebutkan akibat yang ditimbulkan dari halusinasi
4) Menyebutkan cara yang selama ini digunakan untuk mengendalikan halusinasi
5) Menyebutkan cara mengendalikan halusinasi yang tepat

b. Psikomotor, klien mampu :


1) Melawan halusinasi dengan menghardik
2) Mengabaikan halusinasi dengan bersikap cuek
3) Mengalihkan halusinasi dengan cara distraksi yaitu bercakap-cakap dan
melakukan aktivitas
4) Minum obat dengan prinsip 8 benar
c. Afektif :
1) Merasakan manfaat cara-cara mengatasi halusinasi
2) Membedakan perasaan sebelum dan sesudah latihan

4. Implementasi
a. Tindakan pada Klien
1) Pengkajian : kaji tanda dan gejala halusinasi, penyebab dan kemampuan klien
mengatasinya. Jika ada halusinasi katakan Anda percaya tetapi Anda sendiri tidak
mendengar/melihat/menghidu/merasakan.
2) Diagnosis : jelaskan proses terjadinya halusinasi
3) Tidak mendukung dan tidak membantah halusinasi klien
4) Latih klien melawan halusinasi dengan menghardik
5) Latih klien mengabaikan halusinasi dengan bersikap cuek
6) Latih klien mengalihkan halusinasi dengan bercakap-cakap dan melakukan
kegiatan secara teratur
7) Latih klien minum obat dengan prinsip 8 benar
8) Diskusikan manfaat yang didapatkan setelah mempraktikkan latihan
mengendalikan halusinasi
9) Berikan pujian pada klien saat mampu mempraktikkan latihan mengendalikan
halusinasi.

b. Tindakan pada Keluarga


1) Kaji masalah klien yang dirasakan keluarga dalam merawat klien
2) Jelaskan pengertian, tanda dan gejala serta proses terjadinya halusinasi yang
dialami klien
3) Diskusikan cara merawat halusinasi dan memutuskan cara merawat yang sesuai
dengan kondisi klien
4) Melatih keluarga cara merawat halusinasi :
5) Melibatkan seluruh anggota keluarga untuk bercakap-cakap secara bergantian,
memotivasi klien melakukan latihan dan meberi pujian atas keberhasilannya.
6) Menjelaskan tanda dan gejala halusinasi yang memerlukan rujukan segera yaitu
isi halusinasi yang memerintahkan kekerasan serta melakukan follow up ke
pelayanan kesehatan secara teratur.

5. Evaluasi
a. Penurunan tanda dan gejala halusinasi
b. Peningkatan kemampuan klien mengendalikan halusinasi
c. Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat klien.
Standar Pelaksanaan Komunikasi (SP) dengan Klien Halusinasi

A. Orientasi
1. Salam
“Selamat pagi Mas, perkenalkan nama saya Anti, perawat Puskesmas Kencana. Nama
Mas siapa? Senang dipanggil apa? Oh baik, kalau begitu saya memanggilnya dengan
Momo ya. Tanggal lahirnya?”
2. Evaluasi
“Apa yang Momo rasakan? Oo…Momo mendengar suara-suara yang tidak ada wujudnya
ya. Sudah berapa lama mengalami hal tersebut?”
3. Validasi
“Apa yang telah Momo lakukan untuk mengatasi suara-suara yang tidak ada wujudnya
itu? Bagaimana hasilnya? Apakah manfaat yang Momo rasakan?”
4. Kontrak
a. Tindakan dan Tujuan
“Baik Momo, bagaimana kalau saya periksa dulu tentang suara-suara yang Momo
dengar dan belajar cara mengatasinya? Tujuannya supaya Momo merasa lebih tenang
dan suara-suara tersebut berkurang. Bagaimana apakah Momo setuju?”
b. Waktu
“Baik, kita akan diskusi selama 30 menit ya Momo”.
c. Tempat
“Mari kita duduk di ruang tamu.”
B. Kerja
1. Pengkajian
 Jenis : Apakah Momo mendengar suara tanpa ada orangnya?
 Isi : Apa yang dikatakan suara itu?
 Waktu : Kapan/jam berapa saja yang paling sering muncul?
 Frekuensi : Berapa sering suara itu muncul?
 Situasi : Pada situasi apa yang paling sering muncul? Saat sendiri?atau malam
hari
 Respons : Apa yang Momo rasakan saat suara itu muncul?
 Upaya : Apa yang Momo lakukan untuk menghilangkannya? Apakah berhasil?
 Jika ada halusinasi katakan Anda percaya tetapi Anda sendiri tidak
mendengar/melihat/menghidu/merasakan.

2. Diagnosis
“Baiklah, berarti Momo mendengar suara tanpa ada orang yang bicara dan Momo merasa
terganggu. Ini yang kita sebut dengan Halusinasi. Bagaimana kalau kita latihan untuk
mengendalikannya? Ada beberapa cara untuk mengendalikan suara itu, bagaimana kalau
saat ini kita latih?”
3. Tindakan
a. Latihan melawan : hardik
Momo, mari kita belajar cara menghardik ya
 Contohkan : “Baiklah, jika muncul suara itu segera tutup telinga dan katakana
pada suara itu : pergi, jangan ganggu saya, kamu suara palsu, saya tidak mau
mendengar.”
 Damping : “Ayo coba kita lakukan bersama-sama.”
 Mandiri : “Ayo coba lakukan sendiri dengan yakin.”
 Bagaimana perasaannya?

b. Latihan mengabaikan : cuek


 Jika suara itu datang abaikan saja dengan cuek
 Ayo coba lakukan

c. Latihan mengalihkan (distraksi) : bercakap-cakap


Saat suara terdengar dapat dikendalikan dengan bercakap-cakap. Coba cari siapa yang
dapat diajak bercakap-cakap dan temui
 Contohkan : katakan “ayo kita bercakap-cakap agar suara yang mengganggu saya
dapat dikendalikan”.
 Damping : “Mari kita cari anggota keluarga/teman untuk bercakap-cakap, yang
mana temannya, ayo coba praktikkan. Bagus sekali.”
 Mandiri : “Nah,buat jadwal dengan siapa akan bercakap-cakap.”

d. Latihan mengalihkan (distraksi) : melakukan kegiatan


Saat suara terdengar dapat dikendalikan dengan melakukan kegiatan.
“Apa saja kegiatan yang dapat dilakukan setiap hari? Merapikan tempat tidur,
mencuci piring makan, menyapu dll. Coba pilih salah satu kegiatan, mis : merapikan
tempat tidur. Sekarang coba dilihat apakah tempat tidurnya sudah rapi?
 Dampingi : “Ayo kita rapikan, angkat bantalnya, angkat selimutnya dan lipat
dengan rapi. Sekarang rapikan seprai. Nah letakkan bantal dan selimut dengan
rapi. Bagaimana perasaan setelah melakukannya? Bagus sekali.”
 Mandiri : “Nah, buat jadwal merapikan tempat tidur agar dapat mengendalikan
halusinasinya.”

C. Terminasi
1. Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan Momo setelah latihan tadi?”
2. Evaluasi objektif
“Apa saja latihan kita tadi : …., ….., …. Benar sekali” (bantu jika klien belum ingat)
3. Rencana tindak lanjut klien
“Bagaimana kalau Momo latihan secara teratur? Baik, untuk menghardik berapa kali
sehari? Untuk bercakap-cakap berapa kali? Untuk merapikan tempat tidur, berapa kali?
(sambil mengisi jadwal kegiatan) selain latihan secara teratur lakukan jika suara
terdengar.
4. Rencana tindak lanjut perawat
“Baiklah, hari Rabu nanti Momo dan Ibu datang ke Puskesmas agar diperiksa lagi tanda
dan gejalanya serta latihan dan hasilnya. Juga akan diperiksa dokter. Jika dapat obat akan
dijelaskan cara minum obat dengan benar.”
5. Salam
“Semoga cepat sembuh ya Momo.”

Anda mungkin juga menyukai