Anda di halaman 1dari 17

KEPERAWATAN DASAR

TRAUMA DAN JANTUNG


(TRAUMA THORAKS)

Dosen Pembimbing :
DINARWULAN PUSPITA

Oleh Kelompok 7 :
NAMA NIM
ANI ODE SNR20215040
KRISTOFORUS EDWIN SNR20215043
BEDNARIA SNR20215044
NORNIATI SNR20215046

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN
MUHAMMADIYAH PONTIANAK
2022 / 2023
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................2
A. Pengertian.............................................................................................2
B. Anatomi Dada.......................................................................................2
C. Klasifikasi Trauma Thoraks..................................................................3
D. Tanda Dan Gejala.................................................................................4
E. Patofisioogi...........................................................................................5
F. Pemeriksaan Penunjang.........................................................................6
G. Penatalaksanaan....................................................................................8
BAB III PENUTUP.............................................................................................14
A. Kesimpulan...........................................................................................14
B. Saran.....................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Trauma adalah penyebab kematian terbanyak pada dekade 3 kehidupan
diseluruh kota besar didunia dan diperkirakan 16.000 kasus kematian akibat
trauma per tahun yang disebabkan oleh trauma toraks di Amerika. Sedangkan
insiden penderita trauma toraks di Amerika Serikat diperkirakan 12 penderita per
seribu populasi per hari dan kematian yang disebabkan oleh trauma toraks sebesar
20-25% . Dan hanya 10-15% penderita trauma tumpul toraks yang memerlukan
tindakan operasi, jadi sebagian besar hanya memerlukan tindakan sederhana untuk
menolong korban dari ancaman kematian.
Canadian Study dalam laporan penelitiannya selama 5 tahun pada "Urban
Trauma Unit" menyatakan bahwa insiden trauma tumpul toraks sebanyak 96.3%
dari seluruh trauma toraks, sedangkan sisanya sebanyak 3,7% adalah trauma
tajam. Penyebab terbanyak dari trauma tumpul toraks masih didominasi oleh
korban kecelakaan lalu lintas (70%). Sedangkan mortalitas pada setiap trauma
yang disertai dengan trauma toraks lebih tinggi (15.7%) dari pada yang tidak
disertai trauma toraks (12.8%) Pengelolaan trauma toraks, apapun jenis dan
penyebabnya tetap harus menganut kaidah klasik dari pengelolaan trauma pada
umumnya yakni pengelolaan jalan nafas, pemberian ventilasi dan kontrol
hemodinamik.
Trauma thorax sering ditemukan sekitar 25% dari penderita multi-trauma
ada component trauma toraks. 90% dari penderita dengan trauma thorax ini dapat
diatasi dengan tindakan yang sederhana oleh dokter di Rumah Sakit (atau
paramedic di lapangan), sehingga hanya 10% yang memerlukan operasi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Trauma Thoraks?
2. Bagaimana Penanganan Trauma Thoraks?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud Trauma Thoraks.
2. Mengetahui bagaimana Penanganan Trauma Thoraks.

TRAUMA THORAKS Page 1


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
 Trauma dada merupakan abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh
benturan pada dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura,
paru-paru, diagragma, ataupun isi dari mediastinal, baik secara benda
tajam maupun benda tumpul yang dapat menyebabkan gangguan sistem
pernapasan (Lumbantoruan, 2015).
 Trauma dada merupakan morbiditas dan mortilitas yang sering terjadi,
karena pada dada banyak organ yang bertanggung jawab untuk ventilasi,
oksigenasi, dan sirkulasi, cedera traumatic pada dada yang menyebabkan
kerusakan pada fungsi fital (Kurniati,A., Trisyani, Y. and Theresia, 2018).
 Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh
benturan pada dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura
paru-paru, diafragma ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam
maupun tumpul yang dapat menyebabkan gangguan sistem pernapasan
(Suzanne & Smetzler, 2001).
B. Anatomi Dada
1. Dinding dada
Pembungkus untuk organ di dalamnya, yang terbesar adalah jantung dan
paru. Tulang-tulang iga ( costa 1-12) bersama dengan otot intercosta serta
diafragma pada bagian kaudal yang membentuk rongga torax.
2. Pleura
Pleura parietalis satu sisi dari toraks (kiri dan kanan), pleura viseralis
melapisi seluruh paru (kiri dan kanan). Antara pleura parietalis dengan
viseralis dan tekanan negative (menghisap) sehingga pleura parietalis dan
pleura viseralis saling bersinggungan. Ruang antara kedua pleura disebut
rongga pleura, bila ada hubungan antara udara luar dengan rongga pleura,
misalnya karena luka tusuk, tekanan positif akan memasuki rongga pleura
sehingga terjadi open pneumo-toraks, tentu saja paru (bersama pleura
viseralis)akan kuncup (kolaps).

TRAUMA THORAKS Page 2


3. Paru-paru
Paru-paru terdapat di dua sisi antara di kiri dan di kanan, dari pangkal paru
(hilus) keluar bronkus utama kiri dan kanan tyang bersatu membentuk
trakea.
4. Mediastinum
Terletak diantara kedua paru dan terdapat antara lain jantung dan
pembuluh besar, apabila ada tension pneumothoraks, mediastinum akan
terdorong ke sisi yang sehat sehingga ada gangguan arus balik darah
melalui vena cava.
5. Jantung
Jantung berdenyut dalam satu kantong yang dikenal sebagai pericardium,
apabila ada luka tusuk jantung, darah mungkin akan keluar dari jantung
dan mengisi rongga pericardium sedemikian rupa sehingga denyut jantung
akan terhambat, dan timbul shock yang bukan shock hemoragik
melaunkan shock kardiogenik.
C. Klasifiasi Trauma Thoraks
Perubahan bentuk pada thorax akibat trauma dapat menyebabkan
gangguan fungsi atau cedera pada organ bagian dalam rongga thorax seperti
jantung dan paru-paru, sehingga dapat terjadi beberapa kondisi patologis
traumatik seperti Haematothorax, Pneumothorax,  Tamponade Jantung.
1. Tamponade jantung : disebabkan luka tusuk dada yang tembus ke
mediastinum/daerah jantung.
2. Hematotoraks : disebabkan luka tembus toraks oleh benda tajam,
traumatik atau spontan
3. Pneumothoraks : spontan (bula yang pecah) ; trauma (penyedotan luka
rongga dada) ; iatrogenik (“pleural tap”, biopsi paaru-paru, insersi CVP,
ventilasi dengan tekanan positif) (FKUI, 1995).
Menurut Suzanne & Smetzler (2001) Trauma dada diklasifikasikan
menjadi dua jenis, yaitu :
1. Trauma Tajam
 Pneumothoraks terbuka
 Hemothoraks

TRAUMA THORAKS Page 3


 Trauma tracheobronkial
 Contusio Paru
 Ruptur diafragma
 Trauma Mediastinal
2. Trauma Tumpul
 Tension pneumothoraks
 Trauma tracheobronkhial
 Flail Chest
 Ruptur diafragma
 Trauma mediastinal
 Fraktur kosta
D. Tanda dan Gejala
Tanda gejala trauma thoraks menurut klasifikasi kondisi patifisiologi:
1. Tamponade jantung :
 Trauma tajam didaerah perikardium atau yang diperkirakan
menembus jantung.
 Gelisah.
 Pucat, keringat dingin.
 Peninggian TVJ (tekanan vena jugularis).
 Pekak jantung melebar.
 Bunyi jantung melemah.
 Terdapat tanda-tanda paradoxical pulse pressure.
 ECG terdapat low voltage seluruh lead.
 Perikardiosentesis keluar darah (FKUI, 1995).
2. Hematotoraks :
 Pada WSD darah yang keluar cukup banyak dari WSD.
 Gangguan pernapasan (FKUI, 1995).
3. Pneumothoraks :
 Nyeri dada mendadak dan sesak napas.
 Gagal pernapasan dengan sianosis.
 Kolaps sirkulasi.

TRAUMA THORAKS Page 4


 Dada atau sisi yang terkena lebih resonan pada perkusi dan suara
napas yang terdengar jauh atau tidak terdengar sama sekali.
 Pada auskultasi terdengar bunyi klik (Ovedoff, 2002).
 Jarang terdapat luka rongga dada, walaupun terdapat luka internal
hebat seperti aorta yang ruptur. Luka tikaman dapat penetrasi
melewati diafragma dan menimbulkan luka intra-abdominal
(Mowschenson, 1990).
Tanda dan Gejala umum yang sering dilihat pada trauma torak adalah :
 nyeri dada, bertambah pada saat inspirasi
 sesak nafas
 klien menahan dadanya dan bernafas pedek.
 Pembengkakan local dan krepitasi pada saat palpasi
 Dyspnea, takypnea
 Takikardi
 Hypotensi
 Gelisah dan agitasi
 sianotik dengan tanda trauma torak atau jejas pada dadanya.
E. Patofisiologi
Trauma benda tumpul pada bagian dada / thorax baik dalam bentuk
kompresi maupun ruda-paksa (deselerasi / akselerasi), biasanya menyebabkan
memar / jejas trauma pada bagian yang terkena. Jika mengenai sternum, trauma
tumpul dapat menyebabkan kontusio miocard jantung atau kontusio paru.
Keadaan ini biasanya ditandai dengan perubahan tamponade pada jantung, atau
tampak kesukaran bernapas jika kontusio terjadi pada paru-paru.
Trauma benda tumpul yang mengenai bagian dada atau dinding thorax
juga seringkali menyebabkan fraktur baik yang berbentuk tertutup maupun
terbuka. Kondisi fraktur tulang iga juga dapat menyebabkan Flail Chest, yaitu
suatu kondisi dimana segmen dada tidak lagi mempunyai kontinuitas dengan
keseluruhan dinding dada. Keadaan tersebut terjadi karena fraktur iga multipel
pada dua atau lebih tulang iga dengan dua atau lebih garis fraktur. Adanya semen
fail chest (segmen mengambang) menyebabkan gangguan pada pergerakan

TRAUMA THORAKS Page 5


dinding dada. Jika kerusakan parenkim paru di bawahnya terjadi sesuai dengan
kerusakan pada tulang maka akan menyebabakan hipoksia yang serius.
Sedangkan trauma dada / thorax dengan benda tajam seringkali berdampak
lenih buruk daripada yang diakibatkan oleh trauma benda tumpul. Benda tajam
dapat langsung menusuk dan menembus dinding dada dengan merobek pembuluh
darah intercosta, dan menembus organ yang berada pada posisi tusukannya.
Kondisi ini menyebabkan perdaharan pada rongga dada (Hemothorax), dan jika
berlangsung lama akan menyebabkan peningkatan tekanan didalam rongga baik
rongga thorax maupun rongga pleura jika tertembus. Kemudian dampak negatif
akan terus meningkat secara progresif dalam waktu yang relatif singkat
seperti Pneumothorax,penurunan ekspansi paru, gangguan difusi, kolaps alveoli,
hingga gagal nafas dan jantung.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik
Anamnesa yang terpenting adalah mengetahui mekanisme dan pola dari
trauma, seperti jatuh dari ketinggian, kecelakaan lalu lintas, kerusakan dari
kendaraan yang ditumpangi, kerusakan stir mobil /air bag dan lain lain.
2. Radiologi : Foto Thorax (AP)
Pemeriksaan ini masih tetap mempunyai nilai diagnostik pada pasien
dengan trauma toraks. Pemeriksaan klinis harus selalu dihubungkan
dengan hasil pemeriksaan foto toraks. Lebih dari 90% kelainan serius
trauma toraks dapat terdeteksi hanya dari pemeriksaan foto toraks.
3. Gas Darah Arteri (GDA) dan Ph
Gas darah dan pH digunakan sebagai pegangan dalam penanganan
pasien-pasien penyakit berat yang akut dan menahun. Pemeriksaan gas
darah dipakai untuk menilai keseimbangan asam basa dalam tubuh, kadar
oksigen dalam darah, serta kadar karbondioksida dalam darah.
Pemeriksaan analisa gas darah dikenal juga dengan nama
pemeriksaan ASTRUP, yaitu suatu pemeriksaan gas darah yang dilakukan
melalui darah arteri. Lokasi pengambilan darah yaitu: Arteri radialis, A.
brachialis, A. Femoralis.

TRAUMA THORAKS Page 6


Didalam tabel berikut ini dapat dilihat nilai normal dari GDA dan
pH, serta kemungkinan diagnosis terhadap perubahan nilai dari hasil
pemeriksaannya :
Nilai Normal Asidosis Alkaliosis
pH ( 7,35 s/d 7,45 ) Turun Naik
HCO3 (22 s/d 26) Turun Naik
PaCO2 (35 s/d 45) Naik Turun
BE (–2 s/d +2) Turun Naik
PaO2 ( 80 s/d 100 ) Turun Naik
Tabel 1 : Nilai Normal dan Kesimpulan Perubahan Hasil AGD dan pH (Hanif, 2007)

Pemeriksaan AGD dan pH tidak hanya dilakukan untuk penegakan


diagnosis penyakit tertentu, namun pemeriksaan ini juga dapat dilakukan
dalam rangka pemantauan hasil / respon terhadap pemberian terapi /
intervensi tertentu kepada klien dengan keadaan nilai AGD dan pH yang
tidak normal baik Asidosis maupun Alkaliosis, baik Respiratori maupun
Metabolik. Dari pemantauan yang dilakukan dengan pemeriksaan AGD
dan pH, dapat diketahui ketidakseimbangan sudah terkompensasi atau
belum / tidak terkompensasi.
Pada tabel berikut ini dapat dilihat acuan perubahan nilai yang
menunjukkan kondisi sudah / tidak terkompensasi.

Jenis Gangguan Asam Basa PH Total CO2 PCO2

Asidosis respiratorik tidak terkonpensasi Rendah Tinggi Tinggi

Alkalosis respiratorik tidak terkonfensasi Tinggi Rendah Rendah

Asidosis metabolic tidak terkonfensasi Rendah Rendah Normal

Alkalosis metabolic tidak terkonfensasi Tinggi Tinggi Rendah


Asidosis respiratorik kompensasi alkalosis
metabolic Normal Tinggi Normal

Alkalosis respiratorik kompensasi asidosis


metabolic Normal Rendah Normal

Asidosis metabolic kompensasi alkalosis


respiratorik Normal Rendah Rendah

Alkalosis metabolic kompensasi asidosis


respiratorik Normal Tinggi Tinggi
Tabel 2.2 : Acuan Nilai Hasil Pemantauan AGD dan pH ( FKUI, 2008)

TRAUMA THORAKS Page 7


4. CT-Scan
Sangat membantu dalam membuat diagnosa pada trauma tumpul toraks,
seperti fraktur kosta, sternum dan sterno clavikular dislokasi. Adanya retro
sternal hematoma serta cedera pada vertebra torakalis dapat diketahui dari
pemeriksaan ini. Adanya pelebaran mediastinum pada pemeriksaan toraks
foto dapat dipertegas dengan pemeriksaan ini sebelum dilakukan
Aortografi.
5. Ekhokardiografi
Transtorasik dan transesofagus sangat membantu dalam menegakkan
diagnosa adanya kelainan pada jantung dan esophagus. Hemoperikardium,
cedera pada esophagus dan aspirasi, adanya cedera pada dinding jantung
ataupun sekat serta katub jantung dapat diketahui segera. Pemeriksaan ini
bila dilakukan oleh seseorang yang ahli, kepekaannya meliputi 90% dan
spesifitasnya hampir 96%.
6. EKG (Elektrokardiografi)
Sangat membantu dalam menentukan adanya komplikasi yang terjadi
akibat trauma tumpul toraks, seperti kontusio jantung pada trauma.
Adanya abnormalitas gelombang EKG yang persisten, gangguan
konduksi, tachiaritmia semuanya dapat menunjukkan kemungkinan
adanya kontusi jantung. Hati hati, keadaan tertentu seperti hipoksia,
gangguan elektrolit, hipotensi gangguan EKG menyerupai keadaan seperti
kontusi jantung.
7. Angiografi
Gold Standard’ untuk pemeriksaan aorta torakalis dengan dugaan adanya
cedera aorta pada trauma tumpul toraks.
8. Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa.
9. Hb (Hemoglobin) : Mengukur status dan resiko pemenuhan kebutuhan
oksigen jaringan tubuh.
G. Penatalaksanaan
ATLS menggunakan pendekatan primary dan secondary survey.
Pendekatan ini berfokus pada pencegahan kematian dan cacat pada jam-jam
pertama setelah terjadinya trauma.

TRAUMA THORAKS Page 8


1. Primary survey
Pendekatan ini ditujukan untuk mempersiapkan dan menyiapkan metoda
perawatan individu yang mengalami multiple secara konsisten dan enjaga tim
agar tetap berfokus pada prioritas keperawatan. Masalah-masalah yag
mengancam nyawa terkait jalan nafas, sirkulasi, dan status kesadaran pasien
diidentifikasi, di evaluasi, serta dilakukan tindakan dalam hitungan menit
sejak dating di unit gawat darurat.
Komponen primary survey : Airway, Breathing, Circulation, Disability,
Exposure and environment.
 Airway
Penilaian jalan nafas merupakan langkah pertama pada penanganan
pasien trauma. Penilaian jalan nafas dilakukan bersamaan dengan
menstabilkan leher. Tahan kepala dan leher pada posisi netral dengan
tetap mempertahankan leher dengan menggunakan servical collar dan
meletakkan pasien pada spine board.
Dengarkan suara spontan yang menandakan pergerakan udara
melalui pita suara. Jika tidak ada suara buka jalan nafas pasien dengan
menggunakan chin lift atau maneuver modified jaw thrust. Periksa
orofaring, jalan nafas mungkin terhalang sebagian atau sepenuhnya oleh
cairan (darah,saliva,muntahan) atau serpihan kecil seperti gigi, makanan
atau benda asing. Intervensi sesuai dengan kebutuhan (suction, reposisi)
dan kemudian evaluasi kepatenan jalan nafas.
Alat-alat untuk mempertahankan jalan nafas seperti nasofaring,
orofaring, LMA, pipa trakea, combitube atau cricothyotomy mungkin
dibutuhkan untuk membuat dan mempertahankan kepatenan jalan nafas.
 Breathing
Untuk menilai pernafasan perhatikan proses respirasi sontan dan
catat kecepatan, kedalaman serta usaha untuk melakukannya, periksa
dada untuk mengetahui penggunaan otot bantu nafas dan gerakan naik
turunnya dinding dada secara simetris saat respirasi.
Cedera tertentu misalnya luka terbuka, flail chest dapat dilihat
dengan mudah. Lakukan auslkultasi suara pernafasan bila didapatkan

TRAUMA THORAKS Page 9


adanya kondisi serius dari pasien. Selalu diasumsikan bahwa pasien yang
tidak tenang atau tidak dapat bekerja sama berada dalam kondisi hipoksia
sampai terbukti sebaliknya.
 Circulation
Penilaiaan primer mengenai status sirkulasi pasien trauma mencakup
evaluasi adanya perdarahan, denyut nadi dan perfusi.
 Disability
Tingkat kesadaran pasien dapat dinilai dengan mnemonic AVPU.
Sebagai tambahan, cek kondisi pupil, ukuran, kesamaan dan reaksi
terhadap cahaya. Pada saat survey primer, penilaian neurologis hanya
dilakukan secara singkat. Pasien yang memiliki resiko hipoglikemia,
misalkan pasien dengan dm. harus di cek kadar gula dalam darahnya.
Apabila didpat kondisi hipoglikemi berat maka bias diberikan dextrose
3%. Adanya penurunan tingkat kesadaran akan dilakukan pengkajian
lebih lanjut pada survey sekunder. GCS dapat dihitung segera setelah
pemeriksaan survey sekunder. Mnemonic AVPU meliputi : aware
(sadar), verbal (berespons terhadap suara),pain (berespon terhadap
rangsang nyeri), unresponsive (tidak berespon).
 Exposure dan environment control (pemaparan dan control
lingkungan)
Exposure : Lepas semua pakaian klien secara cepat untuk memeriksa
cedea, perdarahan, atau keanehan lainnya. Perhatikan kondisi klien
secara umum, catat kondisi tubuh atau adanya zat bau kimia seperti
alcohol, bahan bakar atau urine.
Environmental control : Klien harus dilindungi dari hipotermia.
Hipotermia penting karena ada kaitannya dengan vaso kontriksi
pembuluh darah dan koagulopati. Pertahankan atau kembalikan suhu
normal tubuh dengan mengeringkan klien dan gunakan lampu pemanas,
selimut, pelindung kepala, system penghangat udara, dan berikan cairan.
2. Secondary survey
Pada survey ini dilakukan pemeriksaan lengkap head to toe. Apabila
ditemukan masalah maka tidak akan dilakukan tindakan dengan segera, akan

TRAUMA THORAKS Page 10


dicatat dan diprioritaskan untuk tindakan selanjutnya. Pada secondary survey
ini dilakukan tindakan sebagai berikut :
a. Full set of vital signs, five intervensions and facilication of family
presence
Pemeriksaan tanda-tanda vital adalah hal dasar untuk menentukan tindakan
selanjutnya. 5 intervensi meliputi :
 Pemasangan monitor jantung
 Pasang nasogastrik tube
 Pasang foley kateter
 Pemeriksaan laboratorium
 Pasang oksimetri

Memfasilitasi kehadiran keluarga berarti memberikan kesempatan untuk


bersama klien walaupun klien dalam keadaan gawat darurat. Berdasarkan
kesepakatan emergency nurses association, keluarga diberikan
kesempatan untuk bersama dengan pasien selama proses invasive dan
resusitasi. Pihak medis harus mempunyai standar prosedur tentang
bagaimana cara menenangkan, mendukung dan memberikan informasi
pada anggota keluarga.

b. Give comfort measures


Korban trauma sering mengalami masalah terkait dengan kondisi fisik dan
psikologisnya. Metode farmakologis dna non farmakologis banyak
digunakan untuk menurunkan rasa nyeri dan kecemasan. Dokter dan
perawat yang terlibat dalam tim trauma harus bias mengenali keluhan dan
melaukan intervensi bila dibutuhkan.
c. History and head to toe examination
History : Jika klien sadar dan kooperatif, lakukan pengkajian pada pasien
unuk mendapa informasi tentang riwayat kesehatan klien, anggota
keluarga juga bias menjadi sumber informasi. Informasi penting tentang
bagaimana proses terjadinya trauma harus diperoleh dari klien atau
keluarganya untuk mempermudah dalam menentukan tindakan
selanjutnya.

TRAUMA THORAKS Page 11


Head : Pada kepa;a dilakukan inspeksi secara sitematis, palpasi tengkorak
untuk mendapatkan fragmen tulang yang tertekanm hematoma, laserasi
dan nyeri. Ekimosis di belakang telinga atau didaerah periorbital adalah
indikasi adanya fraktur tengkorak bacilar.
Face : Inspeksi wajah degan seksama. Perhatikan apakah ada cairan keluar
dari telinga, hidung, mata dan mulut. Cairan jenih yang keluar dari hidung
dan telinga diasumsikan sebagai cairan serebrospinal.
Neck : Inspeksi leher klien dan pastikan bahwa pada saat pengkajian leher
klien tidak bergerak. lakukan inspeksi dan palpasi terhadap adanya luka,
jejas ekimosis, distensi pembuluh darah leher, udara dibawah kulit dan
dviasi trakea.
Chest : Inspeksi dada untuk mengetahui adanya ketidaksimetrisan,
perubahan bentuk, traua penetrasi atau luka lain, lakukan auskultasi
jantung dan paru. Palpasi dada untuk mengetahui adanya perubahan
bentuk, udara dibawah kulit dan area lebam/jejas.
Abdomen : Inspeksi perut untuk mengetahui adanya memar, massa,
pulsasi atau obyek yang menancap. Perhatikan adanya pengeluaran isi
perut, auskultasi suara perut di 4 kuadran dan secara lembut palpasi
dinding perut untuk memeriksa adanya kekakuan, nyeri, rebound pain.
Pelvis : Periksa panggul untuk mengetahui adanya perdarahan, lebam,
jejas, perubahan bentuk, atau trauma penetrasi. Pada laki-laki periksa
adanya priapism, sedangkan pada wanita periksa adanya pendarahan.
Inspeksi daerah perineum terhadap adanya darah, feses atau adanya darah
dan untuk mengetahui posisi prostat.
Ekstremitas : Periksa keempat tungkai untuk mengetahui adanya
perubahan bentu, dislokasi, ekimosis, pembengkakan, atau adanya luka
lain. Periksa sensorik, motorik dan kondisi neurovascular pada masing-
masing ekstremitas. Lakukan palpasi untuk mengetahui adanya jejas,
lebam, krepitasi dan ketidaknormalan suhu.

TRAUMA THORAKS Page 12


d. Inspect the posterior surfaces
Dengan tetap mempertahankan kondisi tulang belakang dalam kondisi
netral, miringkan pasien ke satu sisi. Prosedur ini membutuhkan beberapa
orang anggota tim. Pemimpin tim menilai keadaan posterior klien dengan
mecari tanda-tanda jejas, lebam, perubahan warna atau luka terbuka.
Palpasi tulang belakang untuk mencari tonjolan, perubahan bentuk,
pergeseran atau nyeri. Pemeriksaan rectal dapat dilakukan pada tahap ini
apabila belum dilakukan pada saat pemeriksaan panggul dan pada saat
kesempatan ini juga dapat digunakan untuk mengambil baju klien yang
berada dibawah tubuh klien. Apabila pada pemeriksaan tulang belakang
tidak ditemukan adanya kelainan atau ganggguan dank lien dapat
terlentang makan backboard dapat diambil.
e. Monitoring dan evaluasi
Setelah secondary survey selesai dilakukan, prioritaskan klien dan rawat
cedera sesuai dengan waktunya. Beberapa cedera tertentu yang ditemukan
pada saat survey sekunder dapat dinilai dengan mendetail dan terfokus.
Klien yang mengalami rauma thorak harus melakukan pemeriksaan thorak
secara teratur. Pada saat klien trauma berada di unit gawat darurat, nilai
ulang kien secara regular dan teratur untuk mengetahui penurunan kondisi
atau cedera yang tidak terdeteksi sebelumnya.

TRAUMA THORAKS Page 13


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
 Trauma dada merupakan morbiditas dan mortilitas yang sering terjadi,
karena pada dada banyak organ yang bertanggung jawab untuk ventilasi,
oksigenasi, dan sirkulasi, cedera traumatic pada dada yang menyebabkan
kerusakan pada fungsi fital.
 Penanganan Trauma Thoraks menggunakan pendekatan primary dan
secondary survey. Pendekatan ini berfokus pada pencegahan kematian dan
cacat pada jam-jam pertama setelah terjadinya trauma.
B. Saran
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan terutama bagi
perawat dalam melakukan asuhan keperawatan di masyarakat, sehingga dapat
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

TRAUMA THORAKS Page 14


DAFTAR PUSTAKA

Kurniati, A., Trisyani, Y. and Theresia, S. I. M. (2018). keperawatan gawat


darurat dan bencana sheehy. Elsevier.

Lumbantoruan, P. (2015). BTCLS&DISASTER MANAGEMENT. Medhatama


Restyan.

Smeltzer suzanne, B. (2010). Buku Ajar Medikel Bedah (8 ed.). EGC.

Brunner & Suddarth.2002.Keperawatan Medikal Bedah volume 2.Jakarta:EGC

Kartikawati,Dewi.2010.Dasar Dasar Keperawatan Gawat


Darurat.Jakarta:Salemba Medika

Syamsu Hidayat,R Dan Wim De Jong.2002.Buku Ajar Bedah.Jakarta:EGC

TRAUMA THORAKS Page 15

Anda mungkin juga menyukai