BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Trauma toraks merupakan penyebab utama kematian.Banyak penderita trauma
toraks datang dengan keadaan kritis, lalu meninggal setelah sampai di rumah
sakit.Untuk itu diperlukan diagnosis yang cepat dan terapi yang adekuat.Kurang dari
10% dari cedera tumpul toraks dan 15-30% dari cedera tembus toraks yang
membutuhkan tindakan torakotomi.Mayoritas kasus trauma toraks dapat diatasi dengan
prosedur resusitasi, peralatan yang lengkap, dan perawatan rawat inap yang tepat.
Trauma
thorax
sering
ditemukan
sekitar
25%
dari
penderita
multi-
trauma.penderita dengan trauma thorax ini dapat diatasi dengan tindakan yang
sederhana oleh dokter di Rumah Sakit (atau paramedic di lapangan), sehingga hanya
sebagian kecil yang memerlukan tindakan operasi. Menurut salah satu buku rujukan
disebutkan angka mortalitas pada trauma toraks mencapai 10%. Akan tetapi kematian
akibat trauma toraks merupakan 25% dari jumlah kematian total akibat kasus-kasus
trauma. Trauma toraks mencakup area anatomis leher dan toraks serta dapat
menyebabkan kelainan pada sistem respirasi, sistem sirkulasi, dan sistem pencernaan.
Trauma dada kebanyakan disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas yang umumnya
berupa trauma tumpul.Trauma tajam terutama disebabkan oleh tikaman dan
tembakan.Cedera thoraks sering disertai dengan cedera perut, kepala dan ekstremitas
sehingga merupakan cedera majemuk. Cedera dada yang memerlukan tindakan darurat
adalah obstruksi jalan nafas, hematothoraks besar, tamponade jantung, pneumothoraks
desak, flail chest, pneumothoraks terbuka dan kebocoran udara trakeabronkus.
Pendarahan jaringan interstitium, perdarahan intra alveolar, diikuti kolaps kapilerkapiler kecil dan atelektasis, sehingga tahanan perifer pembuluh darah naik, aliran darah
turun.Hal ini menyebabkan pertukaran gas berkurang.Sekret terkumpul karena batuk
kurang. Terjadi kompresi dan dekompresi karena coup en contre coup.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apadefinisi dari Trauma Thorax?
1.3
Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami mengenai penanganan dan
mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan trauma thorax
2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu memahami definisi trauma thorax
2. Mahasiswa mampu memahami etiologi dari trauma thorx
3. Mahasiswa mampu memahami Menifestasi Klinis dari trauma thorax
4. Mahasiswa mampu memahami Patofisiologi dari trauma thorax
5. Mahasiswa mampu memahami Komplikasi trauma thorax
6. Mahasiswa mampu memahami Penatalaksanaan trauma thorax
7. Mahasiswa mampu memahami Asuhan Keperawatanpasien trauma thorax
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1
DEFINISI
a. Depan
: Diafragma
e. Atas
: Dasar leher.
2. Isi
a. Sebelah kanan dan kiri rongga toraks terisi penuh oleh paru-paru beserta
pembungkus pleuranya.
b. Mediatinum : ruang di dalam rongga dada antara kedua paru-paru. Isinya
meliputi jantung dan pembuluh-pembuluh darah besar, oesophagus, aorta
desendens, duktus torasika dan vena kava superior, saraf vagus dan frenikus
serta sejumlah besar kelenjar limfe (Pearce, E.C., 1995).
Musculus
pectoralis
mayor
dan
minor
merupakanmuskulus utama dinding anterior thorax.
Muskulus latisimus dorsi, trapezius,rhomboideus,
dan muskulus gelang bahu lainnya membentuk
lapisan muskulus posterior dinding posterior thorax.
Tepi bawah muskulus pectoralis mayor membentuk
lipatan/plika aksilaris posterior.
Dada berisi organ vital paru dan jantung,
pernafasan berlangsung dengan bantuan gerak
dinding dada. Inspirasi terjadi karena kontraksi otot
pernafasan
yaitumuskulus
interkostalis
dan
diafragma, yang menyebabkan rongga dada
membesar sehingga udara akan terhisap melalui
trakea dan bronkus.
Pleura adalah membran aktif yang disertai
dengan pembuluh darah danlimfatik.Disana terdapat
pergerakan cairan, fagositosis debris, menambal
kebocoranudara dan kapiler. Pleura visceralis
menutupi paru dan sifatnya sensitif, pleura
ini berlanjut sampai ke hilus dan mediastinum
bersama sama dengan pleura parietalis,yang
melapisi dinding dalam thorax dan diafragma.
Pleura sedikit melebihi tepi paru pada setiap arah
dan sepenuhnya terisi dengan ekspansi paru paru
normal, hanyaruang potensial yang ada.Diafragma
ETIOLOGI
1. Trauma tembus
a. Luka Tembak
b. Luka Tikam / Tusuk
2. Trauma tumpul
a. Kecelakaan kendaraan bermotor
b. Jatuh
c. Pukulan pada dada
2.4
KLASIFIKASI
1. Tamponade jantung : disebabkan luka tusuk dada yang tembus ke
mediastinum/daerah jantung.
2. Hematotoraks : disebabkan luka tembus toraks oleh benda tajam, traumatik atau
spontan.
2.5
MANIFESTASI KLINIS
Tanda-tanda dan gejala pada trauma thorak :
1. Ada jejas pada thorak
2. Nyeri pada tempat trauma, bertambah saat inspirasi
3. Pembengkakan lokal dan krepitasi pada saat palpasi
4. Pasien menahan dadanya dan bernafas pendek
5. Dispnea, hemoptisis, batuk dan emfisema subkutan
6. Penurunan tekanan darah
1. Tamponade jantung :
a.
b.
Gelisah.
c.
d.
e.
f.
2.
h.
i.
Hematotoraks :
a.
b.
3.
Pneumothoraks :
a.
b.
c.
Kolaps sirkulasi.
d.
Dada atau sisi yang terkena lebih resonan pada perkusi dan suara napas yang
terdengar jauh atau tidak terdengar sama sekali.
e.
2.6
PATOFISIOLOGI
Trauma dada sering menyebabkan gangguan ancaman kehidupan. Luka pada
rongga thorak dapat membatasi kemampuan jantung untuk memompa darah atau
kemampuan paru untuk pertukaran udara dan oksigen darah. Bahaya utama
berhubungan dengan luka dada biasanya berupa perdarahan dalam dan tusukan
terhadap organ Hipoksia, hiperkarbia, dan asidosis sering disebabkan oleh trauma
thorax. Hipokasia jaringan merupakan akibat dari tidak adekuatnya pengangkutan
oksigen kejaringan oleh karena hipivolemia ( kehilangan darah ), pulmonary
ventilation/perfusionmismatch ( contoh kontusio, hematoma, kolapsalveolus ) dan
perubahan dalam tekanan intrat thorax ( contoh : tension pneumothorax,
pneumothoraxterbuka ). Hiperkarbia lebih sering disebabkan oleh tidak adekuatnya
ventilasi
akibat
perubahan
tekanan
intrathorax
atau
penurunan
tingkat
ventilasi. Batuk yang tidak efektif intuk mengeluarkan sekret dapat mengakibatkan
insiden atelaktasis dan pneumonia meningkat secara bermakna dan disertai timbulnya
penyakit paru paru. Pneumotoraks diakibatkan masuknya udara pada ruang
potensial antara pleura viseral dan parietal. Dislokasi fraktur vertebra torakal juga
dapat ditemukan bersama dengan pneumotoraks. Laserasi paru merupakan penyebab
tersering dari pnerumotoraks akibat trauma tumpul.Dalam keadaan normal rongga
toraks dipenuhi oleh paru-paru yang pengembangannya sampai dinding dada oleh
karena adanya tegangan permukaan antara kedua permukaan pleura. Adanya udara di
dalam rongga pleura akan menyebabkan kolapsnya jaringan paru.
Gangguan ventilasi-perfusi terjadi karena darah menuju paru yang kolaps tidak
mengalami ventilasi sehingga tidak ada oksigenasi. Ketika pneumotoraks terjadi,
suara nafas menurun pada sisi yang terkena dan pada perkusi hipesonor. Foto toraks
pada saat ekspirasi membantu menegakkan diagnosis. Terapi terbaik pada
pneumotoraks adalah dengan pemasangan chest tube lpada sela iga ke 4 atau ke 5,
anterior dari garis mid-aksilaris. Bila pneumotoraks hanya dilakukan observasi atau
aspirasi saja, maka akan mengandung resiko. Sebuah selang dada dipasang dan
dihubungkan dengan WSD dengan atau tanpa penghisap, dan foto toraks dilakukan
untuk mengkonfirmasi pengembangan kembali paru-paru. Anestesi umum atau
ventilasi dengan tekanan positif tidak boleh diberikan pada penderita dengan
pneumotoraks traumatik atau pada penderita yang mempunyai resiko terjadinya
pneumotoraks intraoperatif yang tidak terduga sebelumnya, sampai dipasang chest
tubeHemothorax. Penyebab utama dari hemotoraks adalah laserasi paru atau laserasi
dari pembuluh darah interkostal atau arteri mamaria internal yang disebabkan oleh
trauma tajam atau trauma tumpul. Dislokasi fraktur dari vertebra torakal juga dapat
menyebabkan terjadinya hemotoraks.
WOC
Trauma Thorax
Mengenai
rongga
thorax
Cedera
Jaringan
Robekan pembuluh darah
Sampai rongga pleura
Lunak
intercostal, pembuluh
2. Tension Pneumothorak
Adanya udara didalam cavum pleura mengakibatkan tension pneumothorak.
Apabila ada mekanisme ventil karena lubang pada paru maka udara akan semakin
banyak pada sisi rongga pleura, sehingga mengakibatkan :
a. Paru sebelahnya akan terekan dengan akibat sesak yang berat
3. Hematothorak masif
Pada keadaan ini terjadi perdarahan hebat dalam rongga dada.Ada perkusi
terdengar redup, sedang vesikuler menurun pada auskultasi.
4. Flail Chest
Tulang iga patah pada 2 tempat pada lebih dari 2 iga sehingga ada satu segmen
dinding dada yang tidak ikut pada pernafasan. Pada ekspirasi segmen akan
menonjol keluar, pada inspirasi justru masuk kedalam yang dikenal dengan
pernafasan paradoksal.
5. Kontusio Paru
Adalah memarnya paru-paru akibat tekanan tiba-tiba yang disebabkan oleh trauma
tumpul dada.Pneumonia adalah komplikasi utama yang dapat terjadi akibat
kebocoran plasma ke dalam ruang interstitial dan alveoli.
6. Fraktur Iga
Cedera yang serius karena organ-organ yang dibawahnya (jantung, hati, limpa,
paru-paru, esophagus, diafragma) beresiko untuk rusak.
7. Kontusio Jantung
Cedera pada miocard akibat trauma tumpul dada.Gangguan irama jantung dan
temponade jantung adalah komplikasi utama yang dapat terjadi.
2.8
KOMPLIKASI
1. Iga : fraktur multiple dapat menyebabkan kelumpuhan rongga dada.
2. Pleura, paru-paru, bronkhi : hemo/hemopneumothoraks-emfisema pembedahan.
3. Jantung : tamponade jantung ; ruptur jantung ; ruptur otot papilar ; ruptur klep
jantung.
4. Pembuluh darah besar : hematothoraks.
5. Esofagus : mediastinitis.
2.9
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Radiologi : foto thorax (AP).
2. Gas darah arteri (GDA), mungkin normal atau menurun.
3. Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa.
4. Hemoglobin : mungkin menurun.
5. Pa Co2 kadang-kadang menurun.
6. Pa O2 normal / menurun.
7. Saturasi O2 menurun (biasanya).
8. Oraksentesis : menyatakan darah/cairan,
9. Diagnosis fisik :
a. Bila pneumotoraks < 30% atau hematothorax ringan (300cc) terap simtomatik,
observasi.
b. Bila pneumotoraks > 30% atau hematothorax sedang (300cc) drainase cavum
pleura dengan WSD, dainjurkan untuk melakukan drainase dengan continues
suction unit.
c. Pada keadaan pneumothoraks yang residif lebih dari dua kali harus
dipertimbangkan thorakotomi
d. Pada hematotoraks yang massif (terdapat perdarahan melalui drain lebih dari 800
cc segera thorakotomi.
2.10 PENCEGAHAN
Pencegahan trauma thorax yang efektif adalah dengan cara menghindari faktor
penyebab nya, seperti menghindari terjadinya trauma yang biasanya banyak dialami
pada kasus kecelakaan dan trauma yang terjadi berupa trauma tumpul serta menghindari
kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yag biasanya disebabkan
oleh benda tajam ataupun benda tumpul yang menyebabkan keadaan gawat thorax akut.
2.12 PENATALAKSANAAN
2.12.1
Prehospital
1.
Primary survey
Yaitu dilakukan pada trauma yang mengancam jiwa, pertolongan ini
dimulai dengan menggunakan teknik ABCDE (Airway, breathing,
circulation, Disability, Exposure)
2.
Pemasangan infuse
d. Pemeriksaan kesadaran
e.
f.
2.12.2
Hospital Teraphy
1. Chest tube / drainase udara (pneumothorax).
2. WSD (hematotoraks)/Bullow Drainage
Pada trauma toraks, WSD dapat berarti :
a. Diagnostik :
darah
atau
udara
yang
terkumpul
di
rongga
Preventive :
Mengeluarkan udaran atau darah yang masuk ke rongga pleura sehingga
"mechanis of breathing" tetap baik
3. Pungsi.
4. Torakotomi.
5. Pemberian oksigen.
6. Antibiotika :
a. Cupanol
b. Lexipron
c. Tepaxin
d. Roksicap
7. Analgetika.
8. Expectorant
9. Untuk komplikasi empisema menggunakan obat sbb :
a. Brondilat (tab)
b. Asbron (tab
c. Phyllocontin (tab)
d. Bronchophylin (kapsul)
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1
PENGKAJIAN KEGAWATAN
A.
retraksi
otot-otot
interkostal
dan
supraklavikular.
menyebabkan dislokasi kea rah posterior atau fraktur dislokasi dari sendi
sternoklavikular.Fraktur seperti ini bisa menimbulkan sumbatan airway bagian
atas, bila displacement dari fragmen proksimal fraktur atau komponen sendi
distal menekan trakea. Hal ini juga depat menyebabkan cedera pembuluh
darah pada ekstremitas yang homolateral akibat kompresi fragmen fraktur atau
laserasi dari cabang utama arkus aorta.
Cedera ini diketahui bila ada sumbatan airway atas (stridor), adanya
tanda berupa perubahan dari kualitas suara (jika penderita masih dapat
berbicara), dan cedera yang luas pada dasar leher dengan terabanya defek pada
region sendi sternoklavikular.
Penanganan pada cedera ini adalah menstabilkan posisi airway. Yang
paling penting, reposisi tertutup dari cedera yang terjadi dengan cara
mengekstensikan bahu, mengangkat klavikula dengan pointed clamp seperti
towel clip dan melakukan reposisi fraktur secara manual.
Yang terbaik adalah dengan intubasi endotrakeal (ET), walaupun hal ini
kemungkinan sulit dilakukan jika ada tekanan yang cukup besar pada
trakea.Intubasi dilakukan jika traumavertebrae cervicales sudah disingkirkan
secara klinis. Jika masih ada kemungkinan cedera tulang belakang dan
intubasi harus dipasang, kepala harus distabilkan dan ditahan dalam possi
netral oleh seorang asisten, lalu prosedur ini dapat dilakukan tanpa
menggerakkan vertebrae cervicales
b. Breathing
Walaupun jalan nafas sudah bersih dan paten, pernafasan masih mungkin
belum adekuat.Amati dada dan leher, harus dalam keadaan terbuka.Pergerakan
penafasan dan kaulitas pernafasan dinilai dengan observasi, palapasi, dan
c. Circulatoin
Denyut nadi penderita harus dinilai kualitas dan keteraturannya.Pada
penderita hipovolemia, denyut nadi arteri radialis dan arteri dorsalis pedis
mungkin tidak teraba oleh karena volume yang kecil.Tekanan darah dan
tekanan nadi harus diukur dan sirkulasi perifer dinilai melalui inspeksi dan
palpasi kulit untuk warna dan temperatur.Vena leher harus dinilai apakah
distensi atau tidak.Pada keadaan tension pneumotoraks atau cedera diafragma,
distensi vena mungkin tidak tampak pada penderita.
kaji denyut jantung, >100 kali per menit merupakan tanda signifikan
d. Disability
e. Exposure
B.
SECONDARY SURVAY
Anamnesa
Tanggal MRS
Tanggal Pengkajian
No. Registrasi
Diagnosa Medis
Pengumpulan Data
1. Identitas
Nama Pasien :
Usia
Jenis Kelamin :
Alamat
Pendidikan
Pekerjaan
Agama
2. Status Kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan yang dirasa paling terasa dan paling menonjol.
b. Riwayat penyakit sekarang
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah penyebab dari timbulnya penyakit
yang diderita
c.
Pola Elimasi
Biasanya klien tidak mengalami gangguan dalam pola eliminasi baik itu
BAB dan BAK masih dalam keadaan normal.Perlu dikaji juga bagaimana
frekurnsi, konsistensi dari eliminasi klien.
Biasanya klien akan mengalami gangguan tidur akibat sesak napas dan
batuk produktif disertai dengan sputum yang dialaminya. Biasanya klien
akan sering terbangun di malam hari. Selain itu. Tanyakan berapa jam
klien tidur dan beristirahat efektif dalam sehari.
f.
klien
tidak
mengalami
gangguan
penginderaan
ditanyakan
mengenai
penyakitnya,klien
hanya
menjawab
j.
Biasanya klien lebih mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa untuk
kesembuhan penyakit.Perlu dikaji juga bagaimana pendekatan spiritual
klien.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem Pernapasan :
Sesak napas
Nyeri, batuk-batuk.
Pada
auskultasi
suara
nafas
menurun,
bising
berkurang/menghilang.
b. Sistem Kardiovaskuler :
Takhikardia, lemah
Hipotensi.
c. Sistem Persyarafan :
napas
yang
d. Sistem Perkemihan.
e.
Sistem Pencernaan :
f.
Terdapat kelemahan.
g. Sistem Endokrine :
3.2
Kelemahan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
2.
3.
4.
Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder.
5.
6.
3.3
RENCANA INTERVENSI
NO.
DIAGNOSA
NOC
NIC
1.
NOC :
NIC
udara/cairan.
Air
Kriteria Hasil :
Mendemonstrasikan batuk efektif dengan suara nafas
yang besih, tidak ada sianosis dan dyspneu ( mamou
Batasan Karakteristik:
Bradipneu
Dipneu
Ortopneu
Pernapasan bibir
Takipneu
bernapas
Ansietas
Posisi tubuh
Defomitas tulang
Keletihan
Hiperventilasi
Sindrom hipoventilasi
Gangguan muskuloskeletal
Kerusakan neurologis
Imaturitas neurologis
Disfungsi neuromuskular
Obesitas
Nyeri
spinalis
2.
dengan
Kriteria Hasil:
Definisi :Ketidakmampuan
mengelurkan
sputum,mampu
bernafas
dengan
dalam
abnormala)
Sianosis
Kesulitan
rentang
normal,tidak
ada
suara
nafas
berbicara
atau
mengeluarakan suara
-
Dipsneu
Orthopneu
Gelisah
Air
Lingkungan:
Perokok pasif
Pengisap asap
Merokok
Fisiologis:
Asma
Infeksi
Disfungsi neuromuskular
3.
Gangguan
berhubungan
pertukaran
dengan
gasNOC :
Air
Batasan Karakteristik :
Kriteria Hasil :
Dispnea
Takipnea
Sianosis
Ronki kasar/halus
Hemoptisis
GDA abnormal
dalam
Deviasi trakea
Res
4.
Nyeri
akut
berhubungan
Pai
sekunder.
Kriteria Hasil :
Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri,
Batasan Karakteristik :
Menyatakan
merasa
tidak
nyaman,
Melaporkan
bahwa
nyeri
berkurang
dengan
An
5.
NIC
Act
eksternal
SelfCare: ADls
Kriteria Hasil :
-
(ADLs)secara mandiri
-
Energy psikomotor
Level kelemahan
6.
Kecemasan
berhubungan
diagnostic,
An
Kec
pengobatan.
Kriteria Hasil
Batasan Karakteristik :
Menyatakan kurang mengerti, meminta
informasi, melaporkan merasa cemas atau Vital sign dalam batas normal
gugup, gelisah, ekspresi wajah yang Postur tubuh,ekspresi wajah,bahasa tubuh dan tingkat
tegang.
3.3
IMPLEMENTASI
Dari hasil entervensi yang telah tertulis implementasi / pelaksanaan yang
dilakukan disesuaikan dengan keadaan pasien dirumah sakit pekasanaan perupakan
pengelolahan dan perwujudan, dan rencana tindakan yang meliputi beberapa bagian,
yaitu
validasi,
rencana
keperawatan,
memberikan
asuhan
keperawatan
dan
pengumpulan data.
3.4
EVALUASI
1. Evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang keresahan
klien dengan berdasar tujuan yang telah ditetapkan.
2. Dalamevaluasi tujuan tersebut terdapat 3 alternatif yaitu :
- Tujuan tercapai
: Pasien
menunjukkan
perubahan
sebagai
BAB IV
PENUTUP
4.1
KESIMPULAN
Trauma thorax dapat timbul karena trauma tajam, sedemikian rupa sehingga ada
hubungan udara luar dan dengan rongga pleura, sehingga paru menjadi kuncup,
Seringkali hal ini terlihat sebagai luka pada dinding dada yang menghisap pada setiap
inspirasi/sucking chost wound.
Pencegahan trauma thorax yang efektif adalah dengan cara menghindari faktor
penyebab nya, seperti menghindari terjadinya trauma yang biasanya banyak dialami
pada kasus kecelakaan dan trauma yang terjadi berupa trauma tumpul serta menghindari
kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yag biasanya disebabkan
oleh benda tajam ataupun benda tumpul yang menyebabkan keadaan gawat thorax akut.
4.2
SARAN
Mahasiswa harus mampu memahami mengenai pengertian, penyebab,
epidemologi, anatomi dan fisiologi pada thorak, penatalaksanaan trauma dada, tanda
dan gejala, pemeriksaan diagnostik untuk trauma dada, agar dalam menjalankan proses
keperawatan dapat membuat intervensi dan menjalankan implementasi dengan tepat
sehingga mencapai evaluasi dan tingkat kesembuhan yang maksimal pada klien trauma
dada. Selain itu, mahasiswa juga dapat memperbanyak ilmu dengan mengunjungi
seminar dan membaca dari berbagai sumber.
DAFTAR PUSTAKA
Engram, Barbara. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Vol. 1.Jakarta : EGC
Nurafif, Huda Amin. 2013. Aplikasi Keperawatan Berdasarkan diagnosa Medis dan NANDA
NIC NOC.Yogyakarta : Mediaction.
Purnama,
Feby
Tentorium. Primary
Survay
Pada
Trauma.http://febypurnama-
tentorium.blogspot.com/2010/04/primary-survey-pada-trauma-toraks.html.
Diakses
Ikrima. Keperawatan
Gawat
Darurat
Trauma
Thorax.http://gadar-
Keperawatan
Trauma
Primary
and
secondary
survey.http://www.rch.org.au/paed_trauma/manual/12_Primary_and_secondary_surve
y/. Diakses tanggal 7 Juni pukul 15.11 WIB