PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kerusakan pada pleura parietal dan atau pleura viseral dapat menyebabkan
udara keluar masuk kedalam rongga pleur, sehingga paru akan kolaps. Paling
sering terjadi spontan tanpa ada riwayat trauma; dapat pila sebagai akibat trauma
toraks dan karena berbagai prosedur diagnostik maupun terapeutik.
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
TANJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat
gangguan emosional yang hebat.(Booker:2007)
Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa
kurang dari 44tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor
implikasi pada trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak
disengaja.(Smetltzer:2006)
Didalam thorax terdapat dua organ yanga sangat vital bagi kehidupan
manusia, yaitu paru-paru dan jantung.Paru-paru sebagai alat pernapasan dan
jantung sebagai alat pemompa darah.Jika terjadi benturan atau trauma pada dada,
kedua organ tersebut bisa mengalami gangguan atau bahkan kerusakan.
B. Etiologi
• Tamponade jantung
Disebabkan luka tusuk dada yang tembus ke mediastinum/daerah jantung.
• Hematotoraks
Disebabkan luka tembus toraks oleh benda tajam, traumatik atau spontan.
• Pneumothoraks
Spontan (bula yang pecah) , trauma (penyedotan luka rongga dada),
iatrogenik (“pleural tap”, biopsi paaru-paru, insersi CVP, ventilasi dengan
tekanan positif).
Trauma thorax kebanyakan disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas yang
umumnya berupa trauma tumpul dinding thorax.
3
Dapat juga disebabkan oleh karena trauma tajam melalui dinding thorax.
ANATOMI
Kerangka rongga thorax, meruncing pada bagian atas dan berbentuk kerucut
terdiri dari sternum, 12 vertebra thoracalis, 10 pasang iga yang berakhir di anterior
dalam segmen tulang rawan dan 2 pasang yang melayang. Kartilago dari 6 iga
memisahkan articulasio dari sternum, kartilago ketujuh sampai sepuluh berfungsi
membentuk tepi kostal sebelum menyambung pada tepi bawah sternu. Perluasan
rongga pleura di atas klavicula dan di atas organ dalam abdomen penting untuk
dievaluasi pada luka tusuk. Musculus pectoralis mayor dan minor merupakan
muskulus utama dinding anterior thorax. Muskulus latisimus dorsi, trapezius,
rhomboideus, dan muskulus gelang bahu lainnya membentuk lapisan muskulus
posterior dinding posterior thorax. Tepi bawah muskulus pectoralis mayor
membentuk lipatan/plika aksilaris posterior. Dada berisi organ vital paru dan
jantung, pernafasan berlangsung dengan bantuan gerak dinding dada. Inspirasi
terjadi karena kontraksi otot pernafasan yaitu muskulus interkostalis dan
diafragma, yang menyebabkan rongga dada membesar sehingga udara akan
terhisap melalui trakea dan bronkus. Pleura adalah membran aktif yang disertai
dengan pembuluh darah dan limfatik. Disana terdapat pergerakan cairan,
fagositosis debris, menambal kebocoran udara dan kapiler. Pleura visceralis
menutupi paru dan sifatnya sensitif, pleura ini berlanjut sampai ke hilus dan
mediastinum bersama – sama dengan pleura parietalis, yang melapisi dinding
dalam thorax dan diafragma. Pleura sedikit melebihi tepi paru pada setiap arah
dan sepenuhnya terisi dengan ekspansi paru – paru normal, hanya ruang potensial
4
yang ada. Diafragma bagian muskular perifer berasal dari bagian bawah iga
keenam kartilago kosta, dari vertebra lumbalis, dan dari lengkung lumbokostal,
bagian muskuler melengkung membentuk tendo sentral. Nervus frenikus
mempersarafi motorik dari interkostal bawah mempersarafi sensorik.
C. Patofisiologi
5
antara kedua permukaan pleura. Adanya udara di dalam rongga pleura akan
menyebabkan kolapsnya jaringan paru.
Gangguan ventilasi perfusi terjadi karena darah menuju paru yang kolaps
tidak mengalami ventilasi sehingga tidak ada oksigenasi.Ketika pneumotoraks
terjadi, suara nafas menurun pada sisi yang terkena dan pada perkusi
hipesonor.Foto toraks pada saat ekspirasi membantu menegakkan
diagnosis.Terapi terbaik pada pneumotoraks adalah dengan pemasangan chest
tube pada sela iga ke 4 atau ke 5, anterior dari garis mid-aksilaris. Bila
pneumotoraks hanya dilakukan observasi atau aspirasi saja, maka akan
mengandung resiko. Sebuah selang dada dipasang dan dihubungkan dengan WSD
dengan atau tanpa penghisap, dan foto toraks dilakukan untuk mengkonfirmasi
pengembangan kembali paru-paru.
Anestesi umum atau ventilasi dengan tekanan positif tidak boleh diberikan
pada penderita dengan pneumotoraks traumatik atau pada penderita yang
mempunyai resiko terjadinya pneumotoraks intraoperatif yang tidak terduga
sebelumnya, sampai dipasang chest tube Hemothorax. Penyebab utama dari
hemotoraks adalah laserasi paru atau laserasi dari pembuluh darah interkostal atau
arteri mamaria internal yang disebabkan oleh trauma tajam atau trauma
tumpul.Dislokasi fraktur dari vertebra torakal juga dapat menyebabkan terjadinya
hemotoraks.
1) Temponade jantung
6
e) Pekak jantung melebar
f) Bunyi jantung melemah
g) Terdapat tanda-tanda paradoxical pulse pressure
h) ECG terdapat low Voltage seluruh lead
i) Perikardiosentesis kuluar darah (FKUI:2005)
2) Hematothorax
3) Pneumothoraks
d. Pada atau sisi yang terkena lebih resonan pada perkusi dan suara napas yang
terdapat jauh atau tidak terdengar sama sekali
Trauma toraks dapat dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu trauma
tembus dan trauma tumpul.
Trauma tembus (tajam).
Terjadi diskontinuitas dinding toraks (laserasi) langsung akibat penyebab
trauma
Terutama akibat tusukan benda tajam (pisau, kaca, dsb) atau peluru
Sekitar 10-30% memerlukan operasi torakotomi
Trauma tumpul
Tidak terjadi diskontinuitas dinding toraks.
7
Terutama akibat kecelakaan lalu-lintas, terjatuh, olahraga, crush atau blast
injuries.
Kelainan tersering akibat trauma tumpul toraks
adalah kontusio paru.
Sekitar <10% yang memerlukan operasi
torakotomi
F. Penatalaksanaan
1. Darurat
Waktu kejadian
Tempat kejadian
Jenis senjata
Arah masuk keluar perlukaan
Bagaimana keadaan penderita selama dalam trasportasi
8
b. Pemeriksaan harus lengkap dan cepat, baju penderita harus dibuka, kalo
perlu seluruhnya:
Inspeksi :
a) Kalau mungkin penderita duduk, kalau tidak mungkin tidur. Tentukan luka
masuk dan keluar
b) Gerakkan dan posisi pada akhir inspirasi
c) Akhir dari ekspirasi
Palpasi :
Perkusi
Auskultasi :
9
l) Kalau keadaan gawat darurat, kalau perlu massage jantung
m) Kalau perlu toraktomi massage jantung internal
n) Kalau keadaan stabil dapat dimintakan pemeriksaan radiologi (Foto thorax
AP, kalau keadaan memungkinkan)
2. Terapi
H. Pengkajian
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : dipnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
2. Sirkulasi
Tanda : Takikardia ; disritmia ; irama jantunng gallops
3. Integritas ego
Tanda : ketakutan atau gelisah.
4. Makanan dan cairan
Tanda : adanya pemasangan IV vena sentral/infuse tekanan.
5. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : nyeri uni lateral, timbul tiba-tiba selama batuk atau regangan, tajam dan
nyeri, menusuk-nusuk yang diperberat oleh napas dalam, kemungkinan menyebar
ke leher,bahudanabdomen.Tanda : berhati-hati pada area yang sakit, perilaku
distraksi, mengkerutkan wajah.
6. Pernapasan : kesulitan bernapas ; batuk ; riwayat bedah dada/trauma, penyakit
paru kronis, inflamasi,/infeksi paaru, penyakit interstitial menyebar, keganasan ;
pneumothoraks spontan sebelumnya, PPOM.Tanda : Takipnea ; peningkatan kerja
napas ; bunyi napas turun atau tak ada ; fremitus menurun ; perkusi dada
10
hipersonan ; gerakkkan dada tidak sama ; kulit pucat, sianosis, berkeringat,
krepitasi subkutan ; mental ansietas, bingung, gelisah, pingsan ; penggunaan
ventilasi mekanik tekanan positif.
7. Keamanan
Gejala : adanya trauma dada ; radiasi/kemoterapi untuk keganasan.
8 Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat faktor risiko keluarga, TBC, kanker ; adanya bedah
intratorakal/biopsy paru.
I. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem Pernapasan :
1) Sesak napas
2) Nyeri, batuk-batuk
3) Terdapat retraksi klavikula/dada
4) Pengambangan paru tidak simetris
5) Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain
6) Pada perkusi ditemukan Adanya suara sonor/hipersonor/timpani,
hematotraks (redup)
7) Pada asukultasi suara nafas menurun, bising napas yang
berkurang/menghilang
8) Pekak dengan batas seperti garis miring/tidak jelas
9) Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat
10) Gerakan dada tidak sama waktu bernapas.
b. Sistem Kardiovaskuler :
1) Nyeri dada meningkat karena pernapasan dan batuk
2) Takhikardia, lemah
3) Pucat, Hb turun /normal
4) Hipotensi
c. Sistem Persyarafan :
1) Tidak ada kelainan
d. Sistem Perkemihan :
11
Tidak ada kelainan
e. Sistem Pencernaan :
Tidak ada kelainan
f. Sistem Muskuloskeletal – Integumen
Kemampuan sendi terbatas
Ada luka bekas tusukan benda tajam
Terdapat kelemahan
Kulit pucat, sianosis, berkeringat, atau adanya kripitasi sub kutan.
g. Sistem Endokrine :
1 Terjadi peningkatan metabolisme
2 Kelemahan.
h. Sistem Sosial / Interaksi
Tidak ada hambatan.
i. Spiritual :
Ansietas, gelisah, bingung, pingsan
12
III. RENCANA KEPERAWATAN
5). Untuk
4). Anjurkan meningkatkan
istirahat yang efektivitas
cukup pengobatan
5). Kolaborasi
13
dengan dokter
tentang
pemberian
analgesik :
14
kebutuhan 3). Pasang dapat menambah
dasarnya pagar/pengam kelemahan.
secara an tempat
5). Mengurangi
mandiri. tidur.
ketegangan
4. Klien tidak 4). Anjurkan otot/kelelahan,
lemah lagi. Pasien untuk dapat membantu
istirahat yang mengurangi nyeri,
cukup. spasme otot,
spastisitas/kejang
6). Untuk
meningkatkan
5). Anjurkan efektivitas
pasien untuk pengobatan.
untuk
menggunakan
teknik
relaksasi.
6). Kolaborasi
dengan dokter
untuk
pemberian
vitamin
neurobion 1
amp/hari
15
kurang dari asuhan porsi kecil tapi lemah
kebutuhan tubuh keperawatan sering
2). Untuk mengetahui
berhubungan dengan selama 3x24
2). Kaji tanda- tingkat nutrisi
penurunan masukan. jam,
tanda kurang pasien
diharapkan
nutrisi (turgor
kebutuhan
kulit, kelopak
nutrisi dapat
mata, mukosa3). Untuk mengetahui
terpenuhi
mulut) pola makan
dengan kriteria
pasien
hasil : 3). Kaji pola
makan pasien 4). Dengan nutrisi
1. Klien
yang cukup, dapat
mengatakan
mempercepat
sudah ada
4). Jelaskan penyembuhan
nafsu makan,
pasien tentang pasien.
turgor kulit
pentingnya
elastis
penemuan
2. Klien nutrisi untuk 5). Perubahan fungsi
mampu penyembuhan lambung sering
menghabiskan pasien terjadi sebagai
1 porsi akibat dari
5). Auskultasi
makanan, paralisis atau
bising usus,
mukosa mulut mobilisasi
evaluasi
lembab,
adanya
kelopak mata
distensi
merah 6). Untuk
abdomen
meringankan
penyakit yang
diderita pasien.
6). Kolaborasi
16
dengan tim
medis tentang
pemberian
nutrisi
parentral.
17
mengatakan kekurangan cairan
mulut saya sistemik.
tidak kering
3). Adanya gejala ini
lagi. 3). Catat laporan
menurunkan
mual/muntah
4.Turgor kulit masukan oral.
pasien elastis,
4). Memberikan
mukasa mulut
4). Pantau informasi tentang
lembab.
masukan dan keadekuatan
haluaran, catat volume cairan dan
warna, kebutuhan
karakter urine, pengganti
hitung
keseimbangan
cairan
waspadai
kehilangan
yang tak 5). Untuk pemenuhan
tampak, ukur kebutuhan cairan
berat sesuai tambahan dan
indikasi. menurunkan
risiko dehidrasi.
5). Kolaborasi
dengan dokter
tentang
pemberian
cairan infus.
18
5 Ansietas atau Setelah 1). Libatkan 1). Belajar metode
ketakutan diberikan dalam peningkatan diri
berhubungan dengan asuhan program dapat
penyakit yang keperawatan pengembanga meningkatkan
dideritanya. selama 2x24 n pribadi, harga diri. Umpan
jam, lebih disukai balik dari orang
diharapkan dalam susunan lain
pasien tidak kelompok. meningkatkanhar
mengalami Berikan ga diri.
kecemasan, informasi
dengan kriteria tentang
hasil : penerapan
yang tepat
1. Klien tampak 2). Interaksi di antara
dalam
tenang orang-orang
berpakaian.
membantu pasien
2. Klien tidak
2). Gunakan untuk menemukan
cemas lagi
pendekatan perasaan dari
psikotherapy dalam diri sendiri
interpersonal,
daripada
therapy 3). Kurang kontrol
penafsiran umum/masalah
dasar pasien ini
dapat disertai
dengan gangguan
emosi lebih serius
3). Kaji
perasaan tak 4). Cemas/panik terus
berdaya/ tidak menerus tentang
ada harapan. peningkatan berat
badan. Depresi,
19
perasaan tak
berdaya dapat
4). Waspadai ide
menimbulkan
bunuh diri
usaha bunuh diri.
5). Dorong
pasien untuk
mengekspresi
kan marah dan
mengakui bila
dinyatakan.
20
sesak 2). Tinggikan ekspansi paru
kepala tempat optimal dan
2.TTV dalam
tidur 30 meminimalkan
batas normal
derajat tekanan isi
abdomen pada
rongga torak.
3). Mengetahui
perkembangan
klien.
3). Observasi
TTV 4). Mengetahui
tingkat keparahan
dan tindakan
4). Kaji selanjutnya.
penumpukan
5). Kerjasama untuk
sekret.
menghilangkan
penumpukan
sekret .
5). Kolaborasi
dengan tim
medis untuk
pembersihan
sekret.
IV. Implementasi
V. Evaluasi
a. Dx1 :
21
1. Skala nyeri (0-2)
b. Dx 2 :
c. Dx 3 :
d. Dx 4 :
e. Dx 5 :
22
2. Klien tidak cemas lagi
f. Dx 6 :
23
DAFTAR PUSTAKA
Edisi.8Vol.3.Jakarta:EGC.
24