Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Trauma thoraks semakin meningkat sesuai dengan kemajuan transportasi


dan kondisi sosial ekonomi masyarakat.Diamerika serikat didapatkan 180.000
kematian pertahun karena trauma. 25% diantaranya karena trauma thora tak
langsung atau penyerta.

Pneumotoraks didefinisikan sebagai adanya udara didalam kavum/rongga


pleura.Tekanan dirongga pleura pada orang sehat selalu negatif untuk dapat
mempertahankan paru dalam keadaan berkembang (inflasi). Tekanan pada rongga
pleura pada akhir inspirasi 4 s/d 8cm H2O dan pada akhir ekspirasi 2 s/d 4cm
H2O.

Kerusakan pada pleura parietal dan atau pleura viseral dapat menyebabkan
udara keluar masuk kedalam rongga pleur, sehingga paru akan kolaps. Paling
sering terjadi spontan tanpa ada riwayat trauma; dapat pila sebagai akibat trauma
toraks dan karena berbagai prosedur diagnostik maupun terapeutik.

Dahulu pneumotoraks dipakai sebagai modalitas terapin pada TB paru


sebelum ditemukannya obat anti tuberkulosis dan tindakan bedah dan dikenal
sebagai pneumotoraks artifisial. Kemajuan teknik maupun peralatan kedokteran
ternyata juga mempunyai peranan dalam meningkatkan kasus-kasus
pneumotoraks antara lain prosedur diagnostik seperti biopsi
pleura,TTB,TBLB;dan juga beberapa tindakan terapeutik seperti misalnya fungsi
pleura, ventilasi mekanik,IPPB,CVP dapat pula menjadi sebab terjadinya
pneumotoraks (pneumotoraks iatrogrnik).

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi trauma thoraks ?


2. Apa penyebab terjadinya trauma thoraks ?
3. Bagaimana patofisiologi dari trauma thoraks ?
4. Apa saja tanda dan gejala dari trauma thoraks ?
5. Bagaimana pengkajian kepada pasien penderita trauma thoraks ?
6. Bagaimana penatalaksanaan penanganan trauma thoraks ?
7. Bagaimana diagnosa dan intervensi trauma thoraks ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui definisi trauma thoraks


2. Untuk mengetahui penyebab trauma thoraks
3. Untuk mengetahui patofisiologi trauma thoraks
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala pada pasien penderita trauma thoraks
5. Untuk mengetahui pengkajian pada pasien penderita trauma thoraks
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan penanganan trauma thoraks
7. Untuk mengetahui diagnosa dan intervensi trauma thoraks

2
BAB II

TANJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologi atau


emosional.(Dorland:2008)

Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat
gangguan emosional yang hebat.(Booker:2007)

Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa
kurang dari 44tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor
implikasi pada trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak
disengaja.(Smetltzer:2006)

Didalam thorax terdapat dua organ yanga sangat vital bagi kehidupan
manusia, yaitu paru-paru dan jantung.Paru-paru sebagai alat pernapasan dan
jantung sebagai alat pemompa darah.Jika terjadi benturan atau trauma pada dada,
kedua organ tersebut bisa mengalami gangguan atau bahkan kerusakan.

B. Etiologi

Adapun penyebab dari trauma thorax, yaitu :

• Tamponade jantung
Disebabkan luka tusuk dada yang tembus ke mediastinum/daerah jantung.
• Hematotoraks
Disebabkan luka tembus toraks oleh benda tajam, traumatik atau spontan.
• Pneumothoraks
Spontan (bula yang pecah) , trauma (penyedotan luka rongga dada),
iatrogenik (“pleural tap”, biopsi paaru-paru, insersi CVP, ventilasi dengan
tekanan positif).
 Trauma thorax kebanyakan disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas yang
umumnya berupa trauma tumpul dinding thorax.

3
 Dapat juga disebabkan oleh karena trauma tajam melalui dinding thorax.

ANATOMI
Kerangka rongga thorax, meruncing pada bagian atas dan berbentuk kerucut
terdiri dari sternum, 12 vertebra thoracalis, 10 pasang iga yang berakhir di anterior
dalam segmen tulang rawan dan 2 pasang yang melayang. Kartilago dari 6 iga
memisahkan articulasio dari sternum, kartilago ketujuh sampai sepuluh berfungsi
membentuk tepi kostal sebelum menyambung pada tepi bawah sternu. Perluasan
rongga pleura di atas klavicula dan di atas organ dalam abdomen penting untuk
dievaluasi pada luka tusuk. Musculus pectoralis mayor dan minor merupakan
muskulus utama dinding anterior thorax. Muskulus latisimus dorsi, trapezius,
rhomboideus, dan muskulus gelang bahu lainnya membentuk lapisan muskulus
posterior dinding posterior thorax. Tepi bawah muskulus pectoralis mayor
membentuk lipatan/plika aksilaris posterior. Dada berisi organ vital paru dan
jantung, pernafasan berlangsung dengan bantuan gerak dinding dada. Inspirasi
terjadi karena kontraksi otot pernafasan yaitu muskulus interkostalis dan
diafragma, yang menyebabkan rongga dada membesar sehingga udara akan
terhisap melalui trakea dan bronkus. Pleura adalah membran aktif yang disertai
dengan pembuluh darah dan limfatik. Disana terdapat pergerakan cairan,
fagositosis debris, menambal kebocoran udara dan kapiler. Pleura visceralis
menutupi paru dan sifatnya sensitif, pleura ini berlanjut sampai ke hilus dan
mediastinum bersama – sama dengan pleura parietalis, yang melapisi dinding
dalam thorax dan diafragma. Pleura sedikit melebihi tepi paru pada setiap arah
dan sepenuhnya terisi dengan ekspansi paru – paru normal, hanya ruang potensial

4
yang ada. Diafragma bagian muskular perifer berasal dari bagian bawah iga
keenam kartilago kosta, dari vertebra lumbalis, dan dari lengkung lumbokostal,
bagian muskuler melengkung membentuk tendo sentral. Nervus frenikus
mempersarafi motorik dari interkostal bawah mempersarafi sensorik.

C. Patofisiologi

Trauma dada sering menyebabkan gangguan ancaman kehidupan.Luka pada


rongga thorak dan isinya dapat membatasi kemampuan jantung untuk memompa
darah atau kemampuan paru untuk pertukaran udara dan oksigen darah.Bahaya
utama berhubungan dengan luka dada biasanya berupa perdarahan dalam dan
tusukan terhadap organ.
Hipoksia, hiperkarbia, dan asidosis sering disebabkan oleh trauma thorax.
Hipoksia jaringan merupakan akibat dari tidak adekuatnya pengangkutan oksigen
kejaringan oleh karena hipivolemia ( kehilangan darah ), pulmonary ventilation(
contoh kontusio, hematoma, kolaps alveolus ) dan perubahan dalam tekanan intra
tthorax ( contoh : tension pneumothorax, pneumothorax terbuka ). Hiperkarbia
lebih sering disebabkan oleh tidak adekuatnya ventilasi akibat perubahan tekanan
intra thorax atau penurunan tingkat kesadaran. Asidosis metabolik disebabkan
oleh hipoperfusi dari jaringan ( syok ).
Fraktur iga, merupakan komponen dari dinding thorax yang paling sering
mengalami trauma, perlukaan pada iga sering bermakna, nyeri pada pergerakan
akibat terbidainya iga terhadap dinding thorax secara keseluruhan menyebabkan
gangguan ventilasi.Batuk yang tidak efektif intuk mengeluarkan sekret dapat
mengakibatkan insiden atelaktasis dan pneumonia meningkat secara bermakna
dan disertai timbulnya penyakit paru – paru.Pneumotoraks diakibatkan masuknya
udara pada ruang potensial antara pleura viseral dan parietal.Dislokasi fraktur
vertebra torakal juga dapat ditemukan bersama dengan pneumotoraks.Laserasi
paru merupakan penyebab tersering dari pneumotoraks akibat trauma
tumpul.Dalam keadaan normal rongga toraks dipenuhi oleh paru-paru yang
pengembangannya sampai dinding dada oleh karena adanya tegangan permukaan

5
antara kedua permukaan pleura. Adanya udara di dalam rongga pleura akan
menyebabkan kolapsnya jaringan paru.
Gangguan ventilasi perfusi terjadi karena darah menuju paru yang kolaps
tidak mengalami ventilasi sehingga tidak ada oksigenasi.Ketika pneumotoraks
terjadi, suara nafas menurun pada sisi yang terkena dan pada perkusi
hipesonor.Foto toraks pada saat ekspirasi membantu menegakkan
diagnosis.Terapi terbaik pada pneumotoraks adalah dengan pemasangan chest
tube pada sela iga ke 4 atau ke 5, anterior dari garis mid-aksilaris. Bila
pneumotoraks hanya dilakukan observasi atau aspirasi saja, maka akan
mengandung resiko. Sebuah selang dada dipasang dan dihubungkan dengan WSD
dengan atau tanpa penghisap, dan foto toraks dilakukan untuk mengkonfirmasi
pengembangan kembali paru-paru.
Anestesi umum atau ventilasi dengan tekanan positif tidak boleh diberikan
pada penderita dengan pneumotoraks traumatik atau pada penderita yang
mempunyai resiko terjadinya pneumotoraks intraoperatif yang tidak terduga
sebelumnya, sampai dipasang chest tube Hemothorax. Penyebab utama dari
hemotoraks adalah laserasi paru atau laserasi dari pembuluh darah interkostal atau
arteri mamaria internal yang disebabkan oleh trauma tajam atau trauma
tumpul.Dislokasi fraktur dari vertebra torakal juga dapat menyebabkan terjadinya
hemotoraks.

D. Tanda dan Gejala

Adapun tanda dan gejala pada pasien trauma thorax, yaitu :

1) Temponade jantung

a) Trauma tajam didaerah perikardium atau yang diperkirakan menembus


jantung
b) Gelisah
c) Pucat, keringan dingin
d) Peninggian TVJ (9Tekanan Vena Jugularis)

6
e) Pekak jantung melebar
f) Bunyi jantung melemah
g) Terdapat tanda-tanda paradoxical pulse pressure
h) ECG terdapat low Voltage seluruh lead
i) Perikardiosentesis kuluar darah (FKUI:2005)

2) Hematothorax

a) Pada WSD darah yang keluar cukup banyak dari WSD


b) Gangguan pernapasan (FKUI:2005)

3) Pneumothoraks

a) Nyeri dada mendadak dan sesak napas


b) Gagal pernapasan dengan sianosis
c) Kolaps sirkulasi

d. Pada atau sisi yang terkena lebih resonan pada perkusi dan suara napas yang
terdapat jauh atau tidak terdengar sama sekali

e. Pada auskultasi terdengar bunyi klik (Ovedoff:2006)

E. Macam-macam Trauma Thoraks

Macam – macam trauma thoraks diantaranya yaitu :

 Trauma toraks dapat dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu trauma
tembus dan trauma tumpul.
 Trauma tembus (tajam).
 Terjadi diskontinuitas dinding toraks (laserasi) langsung akibat penyebab
trauma
 Terutama akibat tusukan benda tajam (pisau, kaca, dsb) atau peluru
 Sekitar 10-30% memerlukan operasi torakotomi
 Trauma tumpul
 Tidak terjadi diskontinuitas dinding toraks.

7
 Terutama akibat kecelakaan lalu-lintas, terjatuh, olahraga, crush atau blast
injuries.
 Kelainan tersering akibat trauma tumpul toraks
adalah kontusio paru.
 Sekitar <10% yang memerlukan operasi
torakotomi

F. Penatalaksanaan

1. Darurat

a. Anamnesa yang lengkap dan cepat. Anamnesa termasuk pengantar yang


mungkin melihat kejadian. Yang ditanyakan :

 Waktu kejadian
 Tempat kejadian
 Jenis senjata
 Arah masuk keluar perlukaan
 Bagaimana keadaan penderita selama dalam trasportasi

8
b. Pemeriksaan harus lengkap dan cepat, baju penderita harus dibuka, kalo
perlu seluruhnya:

Inspeksi :

a) Kalau mungkin penderita duduk, kalau tidak mungkin tidur. Tentukan luka
masuk dan keluar
b) Gerakkan dan posisi pada akhir inspirasi
c) Akhir dari ekspirasi

Palpasi :

a) Diraba ada/tidak krepitasi


b) Nyeri tekan anteroposterior dan laterolateral
c) Fremitus kanan dan kiri dan dibandingkan

Perkusi

a) Adanya sonor, timpanis, atau hipersonor


b) Adanya pekak dan batas antara yang pekak dan sonor seperti garis lurus
atau garis miring

Auskultasi :

a) Bising napas kanan dan kiri dibandingkan


b) Bising napas melemah atau tidak
c) Bising napas hilang atau tidak
d) Batas antara bising napas melemah atau menghilang dangan normal
e) Bising napas abnormal dan sebutkan bila ada
f) Pemeriksaan tekanan darah
g) Kalau perlu segera pasang infus kalau perlu yang besar
h) Pemeriksaan kesadaran
i) Pemeriksaan sirkulasi perifer
j) Kalau keadaan gaawat pungsi
k) Kalau perlu intubasi napas buatan

9
l) Kalau keadaan gawat darurat, kalau perlu massage jantung
m) Kalau perlu toraktomi massage jantung internal
n) Kalau keadaan stabil dapat dimintakan pemeriksaan radiologi (Foto thorax
AP, kalau keadaan memungkinkan)

2. Terapi

a) Chest tube/drainase udara (pneumothorax)


b) WSD (Hematothorax)
c) Pungsi
d) Toraktomi
e) Pemberian oksigen

H. Pengkajian

1. Aktivitas / istirahat
Gejala : dipnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
2. Sirkulasi
Tanda : Takikardia ; disritmia ; irama jantunng gallops
3. Integritas ego
Tanda : ketakutan atau gelisah.
4. Makanan dan cairan
Tanda : adanya pemasangan IV vena sentral/infuse tekanan.
5. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : nyeri uni lateral, timbul tiba-tiba selama batuk atau regangan, tajam dan
nyeri, menusuk-nusuk yang diperberat oleh napas dalam, kemungkinan menyebar
ke leher,bahudanabdomen.Tanda : berhati-hati pada area yang sakit, perilaku
distraksi, mengkerutkan wajah.
6. Pernapasan : kesulitan bernapas ; batuk ; riwayat bedah dada/trauma, penyakit
paru kronis, inflamasi,/infeksi paaru, penyakit interstitial menyebar, keganasan ;
pneumothoraks spontan sebelumnya, PPOM.Tanda : Takipnea ; peningkatan kerja
napas ; bunyi napas turun atau tak ada ; fremitus menurun ; perkusi dada

10
hipersonan ; gerakkkan dada tidak sama ; kulit pucat, sianosis, berkeringat,
krepitasi subkutan ; mental ansietas, bingung, gelisah, pingsan ; penggunaan
ventilasi mekanik tekanan positif.
7. Keamanan
Gejala : adanya trauma dada ; radiasi/kemoterapi untuk keganasan.
8 Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat faktor risiko keluarga, TBC, kanker ; adanya bedah
intratorakal/biopsy paru.

I. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem Pernapasan :
1) Sesak napas
2) Nyeri, batuk-batuk
3) Terdapat retraksi klavikula/dada
4) Pengambangan paru tidak simetris
5) Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain
6) Pada perkusi ditemukan Adanya suara sonor/hipersonor/timpani,
hematotraks (redup)
7) Pada asukultasi suara nafas menurun, bising napas yang
berkurang/menghilang
8) Pekak dengan batas seperti garis miring/tidak jelas
9) Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat
10) Gerakan dada tidak sama waktu bernapas.
b. Sistem Kardiovaskuler :
1) Nyeri dada meningkat karena pernapasan dan batuk
2) Takhikardia, lemah
3) Pucat, Hb turun /normal
4) Hipotensi
c. Sistem Persyarafan :
1) Tidak ada kelainan
d. Sistem Perkemihan :

11
 Tidak ada kelainan
e. Sistem Pencernaan :
 Tidak ada kelainan
f. Sistem Muskuloskeletal – Integumen
 Kemampuan sendi terbatas
 Ada luka bekas tusukan benda tajam
 Terdapat kelemahan
 Kulit pucat, sianosis, berkeringat, atau adanya kripitasi sub kutan.
g. Sistem Endokrine :
1 Terjadi peningkatan metabolisme
2 Kelemahan.
h. Sistem Sosial / Interaksi
 Tidak ada hambatan.
i. Spiritual :
 Ansietas, gelisah, bingung, pingsan

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri berhubungan dengan adanya trauma.


2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya nyeri.
3. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan masukan.
4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan tidak
adekuatnya masukan makanan dan cairan.

5. Ansietas atau ketakutan berhubungan dengan penyakit yang dideritanya.

6. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekpirasi paru.

12
III. RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan

1 Nyeri berhubungan Setelah 1). Beri posisi 1). Untuk


dengan adanya diberikan yang nyaman menurunkan
trauma. asuhan dan ketegangan otot
keperawatan menyenangka
2). Membantu
selama 2x24 n pasien
menentukan
jam,
2). Kaji adanya pilihan intervensi
diharapkan
penyebab dan memberikan
nyeri pasien
nyeri, dasar untuk
berkurang
seberapa perbandingan
dengan kriteria
kuatnya nyeri, evaluasi terhadap
hasil :
minta pasien therapy.
1. Skala (0-2) untuk
3). Untuk
menetapkan
2. Wajah klien mengidentifikasi
pada skala
tampak rileks adanya nyeri.
nyeri
3.TTV dalam 4). Untuk
3). Observasi
batas normal mengurangi
tanda-tanda
energi yang
vital
berlebihan.

5). Untuk
4). Anjurkan meningkatkan
istirahat yang efektivitas
cukup pengobatan

5). Kolaborasi

13
dengan dokter
tentang
pemberian
analgesik :

2 Intoleransi aktivitas Setelah 1). Bantu klien 1). Kebutuhan


berhubungan dengan diberikan dalam nutrisi terpenuhi
adanya nyeri. asuhan memenuhi seperti pada saat
keperawatan kebutuhan sebelum trauma.
selama 2x24 sehari-hari
jam, yang tidak
diharapkan mampu
intoleransi dilakukan
akvitas dapat sendiri.
teratasi dengan Misalnya 2). Membantu
kriteria hasil : Mandi, menentukan
berpakaian, pilihan intervensi
1. Klien
merapikan dan memberikan
menunjukan
diri. dasar untuk
usaha untuk
perbandingan dan
melakukan 2). Kaji adanya
evaluasi terhadap
perawatan diri penyebab
therapy.
secara nyeri,
bertahap. seberapa
kuatnya nyeri,
2. Klien mampu 3). Mencegah risiko
minta pasien
melakukan cedera
untuk
perawatan diri
menetapkan 4). Mengurangi
secara
pada skala penggunaan
bertahap.
nyeri energi berlebihan
3. Klien dapat dan metabolisme
memenuhi tubuh, sehingga

14
kebutuhan 3). Pasang dapat menambah
dasarnya pagar/pengam kelemahan.
secara an tempat
5). Mengurangi
mandiri. tidur.
ketegangan
4. Klien tidak 4). Anjurkan otot/kelelahan,
lemah lagi. Pasien untuk dapat membantu
istirahat yang mengurangi nyeri,
cukup. spasme otot,
spastisitas/kejang

6). Untuk
meningkatkan
5). Anjurkan efektivitas
pasien untuk pengobatan.
untuk
menggunakan
teknik
relaksasi.

6). Kolaborasi
dengan dokter
untuk
pemberian
vitamin
neurobion 1
amp/hari

3 Resiko Setelah 1). Anjurkan 1). Untuk mencegah


perubahan nutrisi diberikan klien makan badan agar tidak

15
kurang dari asuhan porsi kecil tapi lemah
kebutuhan tubuh keperawatan sering
2). Untuk mengetahui
berhubungan dengan selama 3x24
2). Kaji tanda- tingkat nutrisi
penurunan masukan. jam,
tanda kurang pasien
diharapkan
nutrisi (turgor
kebutuhan
kulit, kelopak
nutrisi dapat
mata, mukosa3). Untuk mengetahui
terpenuhi
mulut) pola makan
dengan kriteria
pasien
hasil : 3). Kaji pola
makan pasien 4). Dengan nutrisi
1. Klien
yang cukup, dapat
mengatakan
mempercepat
sudah ada
4). Jelaskan penyembuhan
nafsu makan,
pasien tentang pasien.
turgor kulit
pentingnya
elastis
penemuan
2. Klien nutrisi untuk 5). Perubahan fungsi
mampu penyembuhan lambung sering
menghabiskan pasien terjadi sebagai
1 porsi akibat dari
5). Auskultasi
makanan, paralisis atau
bising usus,
mukosa mulut mobilisasi
evaluasi
lembab,
adanya
kelopak mata
distensi
merah 6). Untuk
abdomen
meringankan
penyakit yang
diderita pasien.

6). Kolaborasi

16
dengan tim
medis tentang
pemberian
nutrisi
parentral.

4 Resiko tinggi Setelah 1). Kaji turgor 1). Indikator


kekurangan volume diberikan kulit, langsung
cairan tubuh asuhan kelembaban keadekuatan
berhubungan dengan keperawatan membran volume cairan,
tidak adekuatnya selama 3x24 mukosa (bibir, meskipun
masukan makanan jam, lidah). membran mukosa
dan cairan. diharapkan mulut mungkin
kebutuhan kering karena
cairan tubuh nafas mulut dan
pasien oksigen
terpenuhi tambahan.
dengan kriteria
2). Peningkatan
hasil :
2). Kaji suhu/memanjangn
1. Klien perubahan ya demam,
mengatakan TTV, contoh : meningkatkan
sudah mampu peningkatan lajunya
menghabiskan suhu/demam metabolisme dan
air minum 1 memanjang, kehilangan cairan
botol VIT takikardi, melalui evaporasi,
besar. hipotensi tekanan darah dan
ortostatik. ortostatik berubah
2. Berat badan
dan peningkatan
pasien delam
takikardi
batas normal.
menunjukan
3.Klien

17
mengatakan kekurangan cairan
mulut saya sistemik.
tidak kering
3). Adanya gejala ini
lagi. 3). Catat laporan
menurunkan
mual/muntah
4.Turgor kulit masukan oral.
pasien elastis,
4). Memberikan
mukasa mulut
4). Pantau informasi tentang
lembab.
masukan dan keadekuatan
haluaran, catat volume cairan dan
warna, kebutuhan
karakter urine, pengganti
hitung
keseimbangan
cairan
waspadai
kehilangan
yang tak 5). Untuk pemenuhan
tampak, ukur kebutuhan cairan
berat sesuai tambahan dan
indikasi. menurunkan
risiko dehidrasi.
5). Kolaborasi
dengan dokter
tentang
pemberian
cairan infus.

18
5 Ansietas atau Setelah 1). Libatkan 1). Belajar metode
ketakutan diberikan dalam peningkatan diri
berhubungan dengan asuhan program dapat
penyakit yang keperawatan pengembanga meningkatkan
dideritanya. selama 2x24 n pribadi, harga diri. Umpan
jam, lebih disukai balik dari orang
diharapkan dalam susunan lain
pasien tidak kelompok. meningkatkanhar
mengalami Berikan ga diri.
kecemasan, informasi
dengan kriteria tentang
hasil : penerapan
yang tepat
1. Klien tampak 2). Interaksi di antara
dalam
tenang orang-orang
berpakaian.
membantu pasien
2. Klien tidak
2). Gunakan untuk menemukan
cemas lagi
pendekatan perasaan dari
psikotherapy dalam diri sendiri
interpersonal,
daripada
therapy 3). Kurang kontrol
penafsiran umum/masalah
dasar pasien ini
dapat disertai
dengan gangguan
emosi lebih serius
3). Kaji
perasaan tak 4). Cemas/panik terus
berdaya/ tidak menerus tentang
ada harapan. peningkatan berat
badan. Depresi,

19
perasaan tak
berdaya dapat
4). Waspadai ide
menimbulkan
bunuh diri
usaha bunuh diri.

5). Peting untuk


mengetahui
bahwa marah
adalah bagian diri
dan padat
diterima.

5). Dorong
pasien untuk
mengekspresi
kan marah dan
mengakui bila
dinyatakan.

6 Pola nafas tidak Setelah 1). Awasi 1). Pernafasan


efektif diberikan kecepatan/ mengorok atau
berhubungan dengan asuhan kedalam pengaruh anestesi
penurunan ekpirasi keperawatan pernafasan. menurunkan
paru. selama 3x24 Ausklutasi ventilasi.
jam, bunyi nafas, Potensial
diharapkan selidiki atelektasis dapat
pola nafas adanya mengakibatkan
pasien efektif sianosis. hipoksia.
dengan kriteria
2). Mendorong
hasil :
pengembangan
1. Pasien tidak diafragma/

20
sesak 2). Tinggikan ekspansi paru
kepala tempat optimal dan
2.TTV dalam
tidur 30 meminimalkan
batas normal
derajat tekanan isi
abdomen pada
rongga torak.

3). Mengetahui
perkembangan
klien.
3). Observasi
TTV 4). Mengetahui
tingkat keparahan
dan tindakan
4). Kaji selanjutnya.
penumpukan
5). Kerjasama untuk
sekret.
menghilangkan
penumpukan
sekret .
5). Kolaborasi
dengan tim
medis untuk
pembersihan
sekret.

IV. Implementasi

Implementasi dilaksanakan berdasarkan intervensi atau rencana yang telah


direncanakan.

V. Evaluasi

a. Dx1 :

21
1. Skala nyeri (0-2)

2. Wajah pasien tampak rileks

3. TTV dalam batas normal

b. Dx 2 :

1. Klien menunjukan usaha untuk melakukan perawatan diri secara bertahap.

2. Klien mampu melakukan perawatan diri secara bertahap.

3. Klien dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara mandiri.

4. Klien tidak lemah lagi.

c. Dx 3 :

1. Klien mengatakan sudah ada nafsu makan, turgor kulit elastis

2. Klien mampu menghabiskan 1 porsi makanan, mukosa mulut lembab,


kelopak mata merah

d. Dx 4 :

1. Klien mengatakan sudah mampu menghabiskan air minum 1 botol VIT


besar.

2. Berat badan pasien delam batas normal.

3. Klien mengatakan mulut saya tidak kering lagi.

4. Turgor kulit pasien elastis, mukasa mulut lembab.

e. Dx 5 :

1. Klien tampak tenang

22
2. Klien tidak cemas lagi

f. Dx 6 :

1. Pasien tidak sesak

2. TTV dalam batas normal

23
DAFTAR PUSTAKA

Brooker, Christine. 2007. Kamus Saku Keperawatan. Jakarta : EGC.

Dorland, W. A. Newman. 2008. Kamus Kedokteran. Jakarta : EGC.

FKUI.2005. Kumpulan Kuliah Ilmu bedah.Jakarta : Binarupa Aksara.

Price,Sylvia Anderson. 2008. Patofisiologi.Jakarta :EGC.

Smeltzer, Suzanne C. 2006. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and Suddarth,

Edisi.8Vol.3.Jakarta:EGC.

24

Anda mungkin juga menyukai