Anda di halaman 1dari 13

laporan pendahuluan trauma dada

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semakin berkembangnya jaman maka semakin maju pula pola pikir manusia misalnya,
manusia dapat menciptakan tranportasi yang sangat dibutuhkan oleh manusia dalam
melakukan aktifitas sehari-hari, tapi selain segi positif timbul pula segi negatif misalnya
dengan alat tranportasi yang digunakan untuk beraktifitas dapat menyebabkan
kecelakaan, salah satu contohnya adalah fraktur pada tulang dan dapat pula terjadi trauma
pada dada.
Trauma adalah penyebab kematian terbanyak pada dekade 3 kehidupan diseluruh kota
besar di dunia dan diperkirakan 16.000 kasus kematian akibat trauma per
tahun yang disebabkan oleh trauma toraks di Amerika. Sedangkan insiden penderita
traumatoraks di Amerika Serikat diperkirakan 12 penderita per seribu populasi per hari
dankematian yang disebabkan oleh trauma toraks sebesar 20-25% . Dan hanya 10-
15% penderita trauma tumpul toraks yang memerlukan tindakan operasi, jadi
sebagian besar hanya memerlukan tindakan sederhan untuk menolong korban dari
ancaman kematian. Canadian Study dalam laporan penelitiannya selama 5 tahun
pada "UrbanTrauma Unit" menyatakan bahwa insiden trauma tumpul toraks sebanyak
96.3% dariseluruh trauma toraks, sedangkan sisanya sebanyak 3,7% adalah trauma
tajam. Penyebab terbanyak dari trauma tumpul toraks masih didominasi oleh
korban kecelakaan lalu lintas (70%). Sedangkan mortalitas pada setiap trauma
yang disertai dengan trauma toraks lebih tinggi (15.7%) dari pada yang tidak disertai
trauma toraks(12.8%). Pada trauma dada biasanya disebabkan oleh benda tajam,
kecelakaan lalulintas atau luka tembak. Bila tidak mengenai jantung, biasanya
dapat menembus rongga paru-paru. Penderita nampak kesakitan ketika bernapas
dan mendadak merasa sesak dan gerakan iga disisi yang luka menjadi berkurang
(Kartono,M. 1991).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian trauma thorax ?
2. Bagaimana etilogi trauma thorax ?
3. Bagaimana prognosis penyakit trauma thorax ?
4. Bagaimana tanda dan gejala trauma thorax ?
5. Apa manifestasi klinis trauma thorax ?
6. Apa anatomi dan fisiologi trauma thorax ?
7. Apa klasifikasi trauma thorax ?
8. Bagaimana patofisiologi trauma thorax ?
9. Bagaimana WOC trauma thorax ?
10. Bagaimana penatalaksanaa trauma thorax ?
11. Bagaimana komplikasi trauma thorax ?
12. Bagaimana askep trauma thorax ?
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
1. Sebagai salah satu tugas dalam Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat
2. Memberikan informasi bagi para pembaca tentang Trauma Thorax
b. Tujuan Khusus
1. Menjelaskan pengertian trauma thorax
2. Menjelaskan etilogi trauma thorax
3. Menjelaskan prognosis penyakit trauma thorax
4. Menjelaskan tanda dan gejala trauma thorax
5. Menjelaskan manifestasi klinis trauma thorax
6. Menjelaskan anatomi dan fisiologi trauma thorax
7. Menjelaskan klasifikasi trauma thorax
8. Menjelaskan patofisiologi trauma thorax
9. Menjelaskan WOC trauma thorax
10. penatalaksanaa trauma thorax
11. Menjelaskan komplikasi trauma thorax
12. Menjelaskan askep trauma thorax

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Defenisi
Trauma adalah keadaan yang disebabkan oleh luka atau cedera (Dorland, 2002 ).
Pada kenyataannya, trauma adalah kejadian yang bersifat holistic dan dapat menyebabkan
hilangnya produktivitas seseorang.
Trauma thorax adalah semua ruda paksa pada thorax dan dinding thorax, baik trauma
tajam atau tumpul (Hudak,1999 ).
Trauma thorax adalah trauma yang terjadi pada thorak yang menimbulkan kelainan
organ-organ didalam thorak.
Trauma dada diklasifikasikan dengan trauma tumpul atau tembus ( penetrasi ). Cedera
pada dada sering mengancam jiwa dan mengakibatkan satu atau lebih mekanisme patologi
paberikut :
1. Hipoksima akibat gangguan jalan napas, cedera pada parenkim paru, sangkar iga, dan otot
pernapasan, kolaps paru, dan pneumothoraks.
2. Hipovolemia akibat kehilangna cairan dari pembuluh darah, ruptur jantung atau
hemothoraks
3. Gagal jantung, akibat tamponade jantung, kontusio jantung atau tekanan intrathoraks yang
meningkat.

Mekanisme ini sering kali mengakibatkan kerusakan ventilasi dan perkusi yang mengarah
pada gagal napas akut, syok hipovolemia, dan kematian

B. Etiologi
1. Trauma tembus pada dada terdiri dari luka tembus dan luka tusuk
Luka tembus (GSW) dan luka tusuk adalah jenis trauma dada tembus yang palin
umum. Luka tersebut di kelompokkan berdasarkan pada kecepatannya.
a. Luka tusuk umumnya dianggap kecepatan rendah karena senjata menghancurkan area kecil
di sekitar luka. Kebanyakan luka tusuk di sebabkan oleh pisau. Luka ini sering kali berkaitan
dengan pecandu alkohol dan obat- obat terlarang.
b. Luka tembak pada dada dapat di kelompokkan sebagai kecepatan rendah, sedang dan tinggi.
Faktor yang menentukan kecepatan dan mengakibatkan keluasan kerusakan termasuk jarak
dari mana senjata itu ditembakkan. Peluru dapat menyebabkan kerusakan pada tempat
penetrasi dan sepanjang jalur peluru tersebut dan dapat memantul dari struktur tulang yang
dapat merusak organ-organ dada dan pembuluh besar.

2. Trauma tumpul yang tediri dari kecelakaan kendaraan bermotor , jatuh dan pukulan pada
dada. Komplikasi yang dapat terjadi berupa hematothoraks, fraktur iga, dan rupture bronkus
atau diafragma

C. Prognosis Penyakit
1. Open pneumothorak
Timbul karena trauma tajam, ada hubungan dengan rongga pleura sehingga paru menjadi
kuncup. Seringkali terlihat sebagai luka pada dinding dada yang menghisap pada setiap
inspirasi
2. Hematothoraks
Pada keadaan ini terjadi perdarahan hebat dalam rongga dada. Ada perkusi terdengar redup,
sedangkan vesikuler menurun pada auskultasi.
3. Fraktur iga
Fruktu iga adalah tipe trauma dada yang paling umum terjadi pada lebih dari 60 % pasien
yang masuk rumah sakit dengan cedera dada tertutup. Jika sadar, pasien akan merasakan
nyeri yang sangat hebat, nyeri tekan, dan spasme otot di atas area fraktur, yang akan di
perburuk dengan batuk,napas dalam, dan gerakan. Area sekitar fruktur mungkin tampak
memar.
4. Flail chest
Flail chest terjadi ketika dua atau lebih iga berdekatan fraktur pada satu tempat atau lebih,
mengakibatkan segmen iga mengembang bebas. Sebagai akibatnya dinding dada kehilangan
kestabilan dengan akibat lanjut kerusakan pernapasan dan biasanya gawat napas yang berat.
Selama inspirasi , ketika dada mengembang bagian iga yang terlepas akan bergerak dengan
cara paradoksikal yaitu tertarik ke dalam ketika inspirasi dan ketika ekspirasi karena tekanan
intrathorax akan melebihi tekanan atmosfir segmen flail akan terdorong keluar, merusak
kemampuan pasien untuk menghembus napas.

D. Tanda dan gejala


1. Ada jejas pada thorak
2. Nyeri pada tempat trauma
3. Pembengkakan lokal
4. Sesak napas
5. Takikardi
6. Kulit pucat
7. Insomnia
8. Cemas, gelisah, fokus pada diri sendiri
9. Kelemahan
10. Anoreksia
11. Perubahan kesadaran

E. Manifestasi klinis
1. Tamponade jantung
a. Trauma tajam di daerah perikarduim atau di perkirakan menembus jantung
b. Gelisah
c. Pucat, keringat dingin
d. Bunyi jantung melemah
e. Pekak jantung melebar
2. Hematothoraks
a. Pada WSD darah yang keluar cukup banyak dari WSD
b. Gangguan pernapasan
3. Pneumothoraks
a. Nyeri dada mendadak dan sesak napas
b. Gagal pernapasan
c. Dada atau sisi yang terkena lebih resonan pada perkusi dan suara napas terdengar jauh atua
tidak sama sekali
d. Luka tikaman dapat penetrasi melewati diafragma dan menimbulkan luka intra abdominal

F. Anatomi Dan Fisiologi

1. Dinding dada.
Tersusun dari tulang dan jaringan lunak. Tulang yang membentuk dinding dada adalah tulang iga, columna vertebralis torakalis,
sternum, tulang clavicula dan scapula. Jarinan lunak yang membentuk dinding dada adalah otot serta pembuluh darah terutama pembuluh
darah intrerkostalis dan torakalis interna.
2. Dasar torak
Dibentuk oleh otot diafragma yang dipersyarafi nervus frenikus. Diafragma mempunyai lubang untuk jalan Aorta, Vana Cava
Inferior serta esofagus
3. Isi rongga torak.
Rongga pleura kiri dan kanan berisi paru-paru. Rongga ini dibatasi oleh pleura visceralis dan parietalis.
Rongga dada dibagi menjadi 3 rongga utama yaitu ;
1. Rongga dada kanan (cavum pleura kanan )
2. Rongga dada kiri (cavum pleura kiri)
3. Rongga dada tengah (mediastinum).
Rongga ini secara anatomi dibagi menjadi :
1. Mediastinum superior, batasnya :
a. Lateral : Pleura mediastinalis
b. Anterior : Manubrium sterni.
c. Posterior : Corpus Vth1 – 4
2. Mediastinum inferior terdiri dari :
a. Mediastinum Anterior batasnya :
1. Anterior : Sternum ( tulang dada )
2. Posterior : Pericardium ( selaput jantung )
3. Lateral : Pleura mediastinalis
4. Superior : Plane of sternal angle
5. Inferior : Diafragma.
b. Mediastinum Medium batasnya :
1. Anterior : Pericardium
2. Posterior ; Pericardium
3. Lateral : Pleura mediastinalis
4. Superior : Plane of sternal angle
5. Inferior : Diafragma
c. Mediastinum posterior, batasnya :
1. Anterior : Pericardium
2. Posterior : Corpus VTh 5 – 12
3. Lateral : Pleura mediastinalis
4. Superior : Plane of sternal angle
5. Inferior : Diafragma.
Pleura ( selaput paru ) adalah selaput tipis yang membungkus paru – paru. Pleura terdiri dari 2 lapis yaitu ;
1. Pleura visceralis, selaput paru yang melekat langsung pada paru –paru.
2. Pleura parietalis, selaput paru yang melekat pada dinding dada.
Pleura visceralis dan parietalis tersebut kemudian bersatu membentuk kantong tertutup yang disebut rongga pleura (cavum
pleura). Di dalam kantong terisi sedikit cairan pleura yang diproduksi oleh selaput tersebut
G. Klasifikasi
a. Tamponade jantung : di sebabkan luka tusuk dada yang tembus ke mediastinum/daerah
jantung
b. Hematotoraks : di sebabkan luka tembus toraks oleh benda tajam, traumatik atau spontan
c. Pneumothoraks : : spontan( pecah), trauma ( penyedotan luka rongga dada ) , iatrogenik

H. Patofisiologi
Trauma dada sering menyebabkan gangguan ancaman kehidupan. Luka pada rongga
thorak danisinya dapat membatasi kemampuan jantung untuk memompa darah atau
kemampuan paru untuk pertukaran udara dan oksigen darah. Bahaya utama berhubungan
dengan luka dada biasanya berupa perdarahan dalam dan tusukan terhadap organ Hipoksia,
hiperkarbia, dan asidosis sering disebabkan oleh trauma thorax. Hipokasia jaringan
merupakan akibat dari tidak adekuatnya pengangkutan oksigen kejaringan oleh karena
hipivolemia ( kehilangan darah ), pulmonary ventilation/perfusionmismatch ( contoh
kontusio, hematoma, kolapsalveolus ) dan perubahan dalam tekanan intrat thorax ( contoh :
tension pneumothorax, pneumothoraxterbuka ). Hiperkarbia lebih sering disebabkan oleh
tidak adekuatnya ventilasi akibat perubahan tekanan intrathorax atau penurunan tingkat
kesadaran. Asidosis metabolik disebabkan oleh hipoperfusi dari jaringan ( syok ).

1. Bullow Drainage / WSD


Pada trauma toraks, WSD dapat berarti :
a. Diagnostik :
Menentukan perdarahan dari pembuluh darah besar atau kecil, sehingga dapat ditentukan
perlu operasi torakotomi atau tidak, sebelum penderita jatuh dalam shock.
b. Terapi :
Mengeluarkan darah atau udara yang terkumpul di rongga pleura. Mengembalikan tekanan
rongga pleura sehingga "mechanis of breathing" dapat kembali seperti yang seharusnya.
c. Preventive :
Mengeluarkan udaran atau darah yang masuk ke rongga pleura sehingga "mechanis of
breathing" tetap baik.
2. Perawatan WSD dan pedoman latihanya :
a. Mencegah infeksi di bagian masuknya slang.
Mendeteksi di bagian dimana masuknya slang, dan pengganti verband 2 hari sekali, dan
perlu diperhatikan agar kain kassa yang menutup bagian masuknya slang dan tube tidak
boleh dikotori waktu menyeka tubuh pasien.
b. Mengurangi rasa sakit dibagian masuknya slang. Untuk rasa sakit yang hebat akan diberi
analgetik oleh dokter.
c. Dalam perawatan yang harus diperhatikan :
1. Penetapan slang.
Slang diatur se-nyaman mungkin, sehingga slang yang dimasukkan tidak terganggu dengan
bergeraknya pasien, sehingga rasa sakit di bagian masuknya slang dapat dikurangi.
2. Pergantian posisi badan.
Usahakan agar pasien dapat merasa enak dengan memasang bantal kecil dibelakang, atau
memberi tahanan pada slang, melakukan pernapasan perut, merubah posisi tubuh sambil
mengangkat badan, atau menaruh bantal di bawah lengan atas yang cedera.
d. Mendorong berkembangnya paru-paru.
1. Dengan WSD/Bullow drainage diharapkan paru mengembang.
2. Latihan napas dalam.
3. Latihan batuk yang efisien : batuk dengan posisi duduk, jangan batuk waktu slang diklem.
4. Kontrol dengan pemeriksaan fisik dan radiologi.

e. Perhatikan keadaan dan banyaknya cairan suction.


Perdarahan dalam 24 jam setelah operasi umumnya 500 - 800 cc. Jika perdarahan dalam 1
jam melebihi 3 cc/kg/jam, harus dilakukan torakotomi. Jika banyaknya hisapan
bertambah/berkurang, perhatikan juga secara bersamaan keadaan pernapasan.
f. Suction harus berjalan efektif :
Perhatikan setiap 15 - 20 menit selama 1 - 2 jam setelah operasi dan setiap 1 - 2 jam selama
24 jam setelah operasi.
1. Perhatikan banyaknya cairan, keadaan cairan, keluhan pasien, warna muka, keadaan
pernapasan, denyut nadi, tekanan darah.
2. Perlu sering dicek, apakah tekanan negative tetap sesuai petunjuk jika suction kurang baik,
coba merubah posisi pasien dari terlentang, ke 1/2 terlentang atau 1/2 duduk ke posisi miring
bagian operasi di bawah atau di cari penyababnya misal : slang tersumbat oleh gangguan
darah, slang bengkok atau alat rusak, atau lubang slang tertutup oleh karena perlekatanan di
dinding paru-paru.

g. Perawatan "slang" dan botol WSD/ Bullow drainage.


1) Cairan dalam botol WSD diganti setiap hari , diukur berapa cairan yang keluar kalau ada
dicatat.
2) Setiap hendak mengganti botol dicatat pertambahan cairan dan adanya gelembung udara
yang keluar dari bullow drainage.
3) Penggantian botol harus "tertutup" untuk mencegah udara masuk yaitu meng"klem" slang
pada dua tempat dengan kocher.
4) Setiap penggantian botol/slang harus memperhatikan sterilitas botol dan slang harus tetap
steril.
5) Penggantian harus juga memperhatikan keselamatan kerja diri-sendiri, dengan memakai
sarung tangan.
6) Cegah bahaya yang menggangu tekanan negatip dalam rongga dada, misal : slang terlepas,
botol terjatuh karena kesalahan dll.
h. Dinyatakan berhasil, bila :
a. Paru sudah mengembang penuh pada pemeriksaan fisik dan radiologi.
b. Darah cairan tidak keluar dari WSD / Bullow drainage.
c. Tidak ada pus dari selang WSD.

K. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada trauma toraks adalah hemothoraks dan tamponade
jantung. Kedua bentuk ini dapat mengancam jiwa pasien, oleh karena dapat dilakukan
aspirasi segera dengan hanjatan ( shock ) akibat perdarahan. Selain itu komplikasi yang
terjadi yaitu :
1. Iga : fraktur multiple dapat menyebabkan kelumpuhan rongga dada.
2. Pleura, paru-paru, bronkhi : hemo/hemopneumothoraks-emfisema
3. Jantung : tamponade jantung ; ruptur jantung ; ruptur otot papilar ; ruptur klep Jantung
4. Pembuluh darah besar : hematothoraks
5. Esofagus : mediastinitis.
6. Diafragma : herniasi visera dan perlukaan hati, limpa dan ginjal
7. Tension penumototrax
8. Penumotoraks bilateral
9. Emfiema

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan,
tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa medik, alamat, semua data
mengenai identitaas klien tersebut untuk menentukan tindakan selanjutnya.

2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
Perlu di kaji apakah klien pernah mengalami trauma dada sebelumnya.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya terdapat jejas pada thorak dan klien biasanya tampak merasa nyeri pada
tempat trauma dan terjadi pembengkakan lokal disertai sesak napas, insomnia, pasien
nampak pucat, dan terlihat cemas, gelisah, Pasien biasanya mengalami kelemahan aktivitas
dalam bergerak.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji ada atau tidaknya keluarga mengalami penyakit seperti yang dialami klien

3. Pemeriksaan Fisik
a. Rambut : biasanya rambut hitam, dan tumbuh subur
b. Mata : biasanya simetris kiri dan kanan, konjungtiva pucat, respon pupil baik
c. Hidung : biasanya simetris kiri dan kanan, dan tidak terdapat polip
d. Mulut : biasanya tidak ada perdarahan
e. Telinga : biasanya simetris kiri dan kanan, tidak menggunakan alat bantu
pendengaran
f. Dada
Inspeksi : biasanya frekuensi napas tidak normal, dada terdapat jejas
Palpasi : biasanya premitus tidak sama kiri dan kanan
Perkusi : biasanya redup
Auskultasi : biasanya peningkatan jalan napas
g. Jantung
Inspeksi : biasanya simetris kiri dan kanan
Palpasi : biasanya ictus tidak teraba
Perkusi : biasanya pekak
Auskultasi : biasanya irama jantung melemah apabila trauma menembus jantung
h. Abdomen
Inspeksi : biasanya bentuk perut tidak membuncit
Aukultasi : biasanya bising usus ada
Palpasi : biasanya hepar tidak teraba, tidak ada nyeri tekan
Perkusi : biasanya tympani
i. Ekstremitas
Ekstremitas atas : biasanya tangan simetris kiri dan kanan, tidak ada lesi, terpasang infus,
rentang gerak terbatas, turgor kulit menurun
Ekstremitas bawah : biasanya gerakan terbatas, simetris kiri dan kanan
j. Kesadaran : biasanyan dari kompos metis kooperatif sampai koma

4. Pola Kebiasaan Sehari – hari


a. Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahah dan gelisah
b. Sirkulasi
Tanda : takikardi, TD : Hipotensi / Hipertensi
c. Makanan/cairan
Gejala : hilangnya nafsu makan
d. Nyeri / Ketidaknyamanan
Gejala : muncul tiba –tiba selama batuk atau regangan, menusuk – nusuk diperberat dengan nafas
dalam, kemungkinan menyebar ke area leher, bahu dan abdomen.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru yang tidak maksimal karena
trauma
2. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder
3. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme sekunder
terhadap trauma

C. Intervensi
N Diagnosa Tujuandan Intervensi Rasional
O Keperawatan Kriteria Hasil
1 Pola napas tidak Tujuan:Pola 1. Berikan 1. Meningkat
efektif pernapasan posisi yang inspirasi
berhubungandeng efektif nyaman, maksimal,
an ekspansi paru Kriteria hasil biasanya meningkatkan
yang tidak a. Memperlihatk dengan ekspansi paru
maksimal karena an frekuensi peninggian dan ventilasi
trauma pernafasan kepala pada sisi yang
yang efektif tempat tidur tidak sakit
b. Mengalami balik ke
perbaikan posisi yang
pertukaran gas sakit
pada paru dorong 2. Distress
c. Adaptive klien untuk pernapasan dan
mengatsi duduk perubahan
faktor – faktor sebanyak tanda – tanda
penyebab mungkin vital dapat
2. Observasi terjadi sebagai
fungsi akibat stres
pernapasan, fisiolofi dan
catat nyeri atau
frekuensi dapat
pernapasan, menunjukkan
dan terjadinya syok
perubahan sehubungan
tanda – dengan
tanda vital hipoksia
3. Pengetahuam
yamg
diharapkan
mengembangk
an pengetahuan
klien terhadap
rencana
3. Jelaskan terapeutik
pada klien 4. Membantu
tentang klien
etiologi/fakt mengalami
or pencetus efek fisiologi
adanya hipoksia yangd
sesak atau dapat
kolaps paru dimanifestasika
– paru n sebagai
ketakutan
4. Pertahanka
n perilaku
tenang, Mengevaluasi
bantu perbaikan
pasien kondisi klien
untuk atas
kontro diri pengembangan
dengan parunya
menggunak
an
pernapasan
lebih
lambat dan
dalam

5. Kolaborasi
dengan tim
kesehatan
lain
2 Nyeri akut Tujuan : nyeri 1. Jelaskan 1. Pendekatan
berhubungan akut dan bantu dengan
dengan trauma berkurang/ klien menggunakan
jaringan dan hilang dengan relaksasi dan
refleks spasme Kriteria hasil : tindakan nonfarmokolog
otot sekunder a. Nyeri peredah i lainnay dalam
berkurang atau neyri menunjukkan
dapat di nonfarmako keefektifan
adaptasi logi dan dalam
b. Dapat noninfasif mengurangi
mengidentifika nyeri
si aktifitas 2. Akan
yang dapat melancarkan
meningkatkan peredaran
atau darah sehingga
menurunkan 2. Ajarkan kebutuhan O2
nyeri relaksasi : oleh jaringan
c. Pasien tidak teknik – akan erpenuhin
gelisa teknik sehingga akan
untuk mengurangi
menurunka nyerinya
n
ketegangan
otot rangka, 3. Istirahat akan
yang dapat merelaksasi
menurunka semua jaringan
n intensitas sehingga akan
nyeri dan meningkatkan
juga kenyamanan
tingkatkan
relaksasi
masase
3. Berikan
kesempatan
waktu 4. Pengethuan
istirahat yang akan
bila terasa dirasakn
nyeri dan membantu
berikan mengurangi
posisi yang nyerinya
nyaman , 5. Analgetik
misal waktu memblok
tidur, lintasan nyeri,
belakangny sehingga nyeri
a dipasang akan berkurang
bantal kecil
4. Tingkatkan
pengetahua
n : sebab –
sebab nyeri
dan
menghubun
gkan berapa
lama nyeri
akan
berkangsun
g
5. Kolabirasi
dengan
dokter
pemberian
analgetik
3 Resiko terhadap Tujuan : 1. Pantau 1. Mengidentifika
infeksi infeksi tidak tanda – si tanda- tanda
berhubungan terjadi / tanda vital peradangan
dengan tempat terkontrol terutama bila
masuknya Kriteria Hasil : suhu tubuh
organisme a. Tidak ada meningkat
sekunder terhadap tanda – tanda 2. Mengendalika
trauma infeksi seperti 2. Lakukan n penyebaran
pus perawatan mikroorgansim
b. Luka bersih luka dengan e patogen
tidak lembab teknik 3. Untuk
dan tidak kotor aseptik mengurangi
c. Tanda -tanda 3. Lakukan resiko infeksi
vital dalam perawatan nesokomial
batas normal teradap 4. Penurunan Hb
prosedur dan
infasif peningkatan
seperti jumlah leukosit
infus, dari normal
kateter, bisa terjadi
drainase akibat
luka, dll terjadinya
4. Jika proses infeksi
ditemukan 5. Antibiotik
tanda mencegah
infeksi perkembangan
kolaborasi mikroorganism
untuk e patogen
pemeriksaa
n darah,
seperti Hb
dan Leokosi
5. Kolaborasi
untuk
pemberian
antibiotik

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Trauma adalah keadaan yang disebabkan oleh luka atau cedera (Dorland, 2002 ). Pada
kenyataannya, trauma adalah kejadian yang bersifat holistic dan dapat menyebabkan
hilangnya produktivitas seseorang. Trauma thorax adalah semua ruda paksa pada thorax dan
dinding thorax, baik trauma tajam atau tumpul (Hudak,1999 ). Luka tembus (GSW) dan luka
tusuk adalah jenis trauma dada tembus yang palin umum. Trauma adalah penyebab kematian
terbanyak pada dekade 3 kehidupan diseluruh kota besar di dunia dan diperkirakan
16.000 kasus kematian akibat trauma per tahun yang disebabkan oleh trauma toraks.

B. Saran
Peran perawat dalam penanganan trauma dada mencegah terjadinya infeksi pada
area yang terjadi trauma dengan memberikan asuhan keperawatan yang tepat

DAFTAR PUSTAKA
Dorland. 2011. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta : EGC
Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Lynda Juall, Carpenito.2000. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC
Rab, Tabrani. 2010. Ilmu penyakit Paru. Jakarta : TIM
Suzzanae, Smeltzer. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner and Suddarth. Jakarta :
EGC

Anda mungkin juga menyukai