Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Trauma dilaporkan menjadi penyebab utama kematian, perawatan
di rumah sakit, dan kecacatan jangka panjang dalam empat dekade
pertama kehidupan.Trauma toraks adalah luka atau cedera yang mengenai
rongga toraks atau dada yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding
toraks ataupun isi dari cavum thoraks (rongga dada) yang disebabkan oleh
benda tajam atau tumpul dan dapat menyebabkan keadaan sakit pada dada
(Kevin G. Pitojo, 2016)
Trauma toraks merupakan penyebab kematian utama pada
kelompok umur dibawah 35 tahun. Trauma toraks terjadi hampir 50% dari
seluruh kasus kecelakaan Di Indonesia sendiri kejadian kecelakaan lalu
lintas meningkat dalam jumlah maupun jenisnya dengan perkiraan angka
kematian dari 5,1 juta pada tahun 1990 menjadi 8,4 juta pada tahun 2020
atau meningkat sebanyak 65%. 20-25% dari kasus trauma yang diterima
rumah sakit berkaitan dengan kematian. Di Indonesia, trauma merupakan
penyebab kematian nomor empat, tetapi pada kelompok umur 15-25
tahun, trauma merupakan penyebab kematian utama. Trauma dada
kebanyakan disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas yang umumnya berupa
trauma tumpul (90%)(Kevin G. Pitojo, 2016); (Christophorus N. Handoyo,
2018)
Secara garis besar, trauma toraks diklasifikasikan menjadi dua,
yaitu trauma tumpul toraks dan trauma tembus toraks. Trauma tumpul
toraks biasanya disebabkan oleh karena kecelakaan lalu lintas, sedangkan
trauma tembus toraks disebabkan oleh karena trauma tajam (tusukan benda
tajam), trauma tembak (akibat tembakan), dan trauma tumpul tembus
dada. Hipoksia, hiperkarbia, dan asidosis sering merupakan hasil dari
trauma toraks. Hipoksia jaringan terjadi akibat ketidakmampuan distribusi
oksigen ke jaringan karena hipovolemi (perdarahan), ketidakcocokan
ventilasi atau perfusi paru– paru (contusio, hematom dan kolaps alveolus),

1
dan perubahan tekanan intra torakal (tension pneumotoraks dan open
pneumotoraks). Hipoperfusi inilah yang menyebabkan terjadinya asidosis
metabolik. Hiperkarbi dengan asidosis respiratorik sering dikarenakan
karena ventilasi yang tidak memadai yang disebabkan oleh perubahan
tekanan intra torakal dan penurunan kesadaran. Dinding dada dan organ-
organ dalam rongga dada adalah lokasi yang paling sering terkena trauma.
Meskipun sebagian besar fraktur iga adalah ringan dan dapat
ditindaklanjuti tanpa rawat inap, trauma terbatas pada rongga toraks itu
sendiri dapat menyebabkan perubahan patofisiologis yang mendalam,
yang dapat berakibat fatal jika tidak segera diobati (Kevin G. Pitojo,
2016); (Christophorus N. Handoyo, 2018)
Trauma toraks adalah penyebab penting kematian. Banyak pasien
dengan trauma toraks meninggal setelah sampai di rumah sakit. Namun
banyak dari kematian ini dapat dicegah dengan diagnostik yang cepat dan
pengobatan segera mungkin.(Christophorus N. Handoyo, 2018)

1.2 Tujuan

1.2.1. TujuanUmum
Mahasiswa/i mampu memahami tentang Basic Life Support:
Trauma Thoraks
1.2.2. TujuanKhusu
Mahasiswa/i mampu menjelaskakan:
1) Definisi Trauma Thoraks
2) Jenis-jenis trauma thoraks dan basic Life Support pada trauma
thoraks:
Fraktur tulang rusuk, flail chest, Pneumothoraks, tension
pneumothoraks, hemothoraks, trauma tumpul jantung, trauma
tajam jantung, dan tamponade pericardial.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2. 1. Definisi Trauma Thoraks


Trauma toraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga
toraks atau dada yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding toraks
ataupun isi dari cavum thoraks (rongga dada) yang disebabkan oleh
benda tajam atau tumpul dan dapat menyebabkan keadaan sakit pada
dada. (Kevin G. Pitojo, 2016)
Pada tiap truma toraks beberapa hal bersifat fatal dan harus diatasi
terutama bila terjadi obstuksi jalan nafas, pneumotoraks ventil,
pneumotorak terbuka, hematotorak massif, tamponade jantung. Selain itu
harus pula dinilai ada atau tidaknya kontusio jantung dan paru, robek nya
aorta, robeknya trakeobronchial, robeknya esophagus, dan trauma
diafragma (Rab, 2012)
Keseluruhan ini memerlukan torako sintesis, WSD,
perikardiosentesis. Pada pneumotoraks sentil, pneumotroraks terbuka
maupun massif hemototoraks maka pertolongan yang paling
mennentukan adalah pemasangan WSD. Pada pnuemotoraks terbuka
maka yang pertama dilakukan penutupan (Dressing), baru dilanjutkan
dengan pemasangan WSD. Pada beberapa keadaan terdapat fraktur yang
multiple maka dapa terjadi flail chest dan akibatnya dapat terjadi
hipoksemi. Dalam keadaan ini dilakukan pemasangan ventilator,
pemberian oksigen dan cairan. (Rab, 2012)
Pada trauma thoraks hal yang paling mengancam adalah hipoksia,
hipekapni dan asidosis. Terapi yang paling menentukan adalah
pemansangan WSD. Dalam keadana dimana terjadi trauma yang fatal
maka harus dilakukan thorakotomi. Bila terjadi tamponade jantung dapat
dilakukan perikardiosintesis untuk mengeluarkan darah dari perikardium.
(Rab, 2012)

3
2. 2. Jenis Trauma Thoraks dan Basic Life Support: Trauma Thoraks
Yang termasuk dalam trauma toraks adalah sebagai berikut:
2.1.1. Fraktur Tulang Rusuk (Irhash Faisal Ramsi, 2016)
a. Penyebab fraktur tulang rusuk
1. Benturan langsung (pukulan atau jatuh pada dada),
kemungkinan komplikasi fraktur dengan melibatkan daerah
paru
2. Benturan tak langsung pada luka remuk, dapat mengakibatkan
lebih dari satu tulang rusuk yang akan patah akibat tekanan
pada belakang dan depan dari rongga toraks.
b. Tanda dan gejala
1. Napas cepat, dangkal, dan tersendat. Sebagai usaha untuk
membatasi gerakan dan mengurangi nyeri
2. Nyeri tajam pada daerah fraktur yang bertambah ketika
bernapas dan batuk
3. Jika ada luka terbuka diatas fraktur, dapat terdengar suara
udara yang “diisap” masuk kedalam rongga dada
4. Gejala perdarahan dalam dan syok
c. Tujuan penolong
1. Menopang dada
2. Mengatur pemindahan ke rumah sakit
d. Basic Life Support: Trauma Thoraks
1. Lakukan Initial Assesment (SRSABC)
2. Buat posisi korban senyaman mungkin, biasanya setengah
duduk dan mengarah ke yang sakit

4
3. Usahakan agar korban bernapas dengan menggunakan
diafragma
4. Gunakan perban yang lebar /luas untuk menutupi daerah luka
5. Pasang satu/dua perban lebar di antara lengan bawah dan dada
yang sakit, ikat di depan di atas dada yang sehat

6. Imobilisasi lengan dengan baketan St.John


7. Segera cari pertolongan

2.1.2. Flail Chest (Irhash Faisal Ramsi, 2016)


a. Definisi
Flail chest atau iga melayang adalah kondisi iga yang tidak
stabil karena fraktur pada tulang iga. Fraktur terjadi pada tiga
segmen tulang iga yang berdekatan atau lebih dan pada dua
tempat atau lebih. Saat ada flail chest, pernapasan akan berubah
menjadi pernapasan paradoksal. Pernapasan paradoksal adalah
ketika fase inspirasi, iga yang melayang akan masuk kedalam,
dan ketika ekspirasi akan menonjol keluar.
Flail chest, yaitu fraktur pada sedikitnya dua titik pada
beberapa costa yang berurutan. Jadi terdapat fraktur segmentel
(terjadi pada lebih dari satu titik) yang multipel (melibatkan
beberapa costa yang berurutan). Akibatnya ada costa yang
mengapung (floating), terpisah dari rangka dada (thoracic cage)

5
secara keseluruhan. Bagian yang mengapung bersifat labil. Saat
inspirasi, costa yang melayang tidak ikut mengembang dan justru
tertarik ke dalam oleh tekanan negatif di dalam dinding dada,
sedangkan saat ekspirasi, tekanan yang lebih tinggi dalam dinding
dada akan mendorong segmen tadi keluar. Pernapasan ini disebut
respirasi paradoksal (gerakan berlawanan arah dari normal)

b. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis pada flail chest adalah sebagai berikut:
1. Nyeri, adanya krepitasi pada tulang
2. Distres pernapasan (sesak napas, takipnea, gagal napas)
3. Adanya udara pada subkutan (berhubungan dengan
cederapada jaringan paru, trakea, atau cabang bronkus)
4. Hemotoraks, pneumotoraks
5. Pernapasan atau pergerakan paradoksal pada dinding dada saat
bernapas.
Gerakan paradoksal tidak selalu muncul karena adanya spasme
pada otot di sekitar tulang yang patah
c. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Observasi klinis
2. Radiografi dada
3. CT scan dada
4. Monitoring saturasi oksigen, dan end tidal CO2

6
5. Analisa gas darah
d. Penatalaksanaan
1. Berikan oksigen tambahan
2. Intubasi endotrakeal
3. Ventilasi mekanik dengan positive end expiratory pressure
untuk mendorong flail dari dalam\
4. Hindari membebat pada segmen yang patah
5. Masukan chest tube untuk pneumotoraks atau hemotoraks
6. Atasi nyeri: narkotik dengan efek sistemik, intercostal nerve
blocks, analgesik epidural
7. Berikan cairan kristaloid secara intravena dengan hati-hati
ketika kondisi hipovolemia teratasi
8. Pertimbangkan untuk pemasangan kateter arteri untuk
mengambil sampel darah arteri secara rutin
9. Masukan ke unit perawatan intensif untuk Observasi dan
manajemen pulmonal
10. Fasilitasi tindakan bedah: fiksasi internal
e. Basic Life Support: trauma thoraks
1. Lakukan Initial Assesment (SRSABC)
2. Jika korban sadar, letakkan pada posisi yang nyaman, biasanya
setengah duduk dengan miring ke arah yang luka
3. Longgarkan ikatan yang ketat
4. Periksa bagian yang trauma
5. Berikan bantalan kasa/kain besar pada bagian yang mengecil
dan balut (saat inspirasi), pastikan tidak ada gerakan
paradoksal.

7
6. Bengkokkan lengan pada siku dan letakkan di atas dada yang
luka

7. Balut lengan tersebut ke dada

8. Segera cari bantuan medis

8
2.1.3. Pneumothoraks (Irhash Faisal Ramsi, 2016)
a. Definisi
Adalah kondisi masuknya udara ke dalam rongga pleura.
Secara normal, didalam rongga pleura tidak terdapat udara,
tetapi terdapat cairan yang bertekanan negatif. Ketika terjadi
trauma pada pleura, tekanan negatif akan terganggu, sehingga
udara masuk kedalam rongga tersebut yang dapat
menyebabkan paru-paru menjadi kolaps sebagian atau total
dan mengakibatkan tidak dapat mengembang denga sempurna.
Open pneumothoraks yaitu adanya hubungan langsung
antara kavum pleura/kavum thoraks dengan dunia luar karena
dinding dada berlubang (mis, akibat tusukan, ledakan). Hal ini
akan mengakibatkan ventilasi yang tidak efektif. Saat inspirasi,
udara masuk melalui lubang sehingga tekanan kavum pleura
yang mengalami cedera menjadi lebih besar dari pada kavum
pleura lainnya. Akibatnya, pergeseran mediastinum ke arah
kavum pleura normal. Pada saat ekspirasi, udara keluar melalui
lubang sehingga tekanan kavum pleura yang cedera lebih
negatif daripada kavum yang normal. akibatnya mediastinum
bergeser ke arah cavum pleura yang cedera. Pergeseran
mediastinum ke kanan dan ke kiri ini disebut mediastinum
flutter. Kematian terjadi akibat ventilasi yang inefektif.

9
b. Tanda dan gejala
1) Terdengar suara seperti peluit saat respirasi (sucking
chestwound)
2) Suara napas hampir tidak ada karena suara ventikular hilang
3) Pada perkusi terdengar hipersonor
4) Kadang dapat tampak jaringan paru
c. Pemeriksaan diagnostik
1. Radiografi dada
2. CT scan dada
3. Ultrasonografi
Ukuran pneumotoraks ditentukan oleh presentase paru yang
kolaps akibat pneumotoraks antara lain pneumotoraks kecil
yaitu udara yang ada diruang pleura sebanyak 15% atau
kurang, moderat pneumotoraks yaitu udara yang ada diruang
pleura sebanyak 15-60%, pneumotoraks luas yaitu udara yNg
ada diruang pleura sebanyak 60% atau lebih.
d. Jenis-jenis pneumotoraks
Pneumotoraks terdiri atas dua jenis, yaitu sebagai berikut:
1. Pneumotoraks spontan
Terjadi ruptur pada pleura karena sebab yang tidak
diketahui yang dapat berhubungan dengan merokok dan
kelainan jaringan ikat. Sering terjadi pada penderita
penyakit paru obstruksi kronik (PPOK).
2. Pneumotoraks traumatik
Pneumotoraks traumatik bisa terjadi pneumotoraks
tertutup atau terbuka. Pneumotoraks tertutup adalah
pneumotoraks yang terjadi tanpa ada paparan pleura
dengan lingkungan luar tubuh. Hal ini terjadi ketika
ada trauma tumpul pada dada menyebabkan fraktur
pada tulang iga yang segmen patahannya melukai
jaringan paru dan pleura. Kondisi tersebut

10
menyebabkan udara dari paru keluar kerongga pleura.
Pneumotoraks terbuka adalah yang terjadi kontak antara
pleura dengan lingkungan luar tubuh seperti pada luka
tembak. Manifestasi klinis pada pneumotoraks terbuka
nyeri dada, sesak napas, hemoptisis, hipotensi,
penurunan suara napas atau hilang pada sisi yang
terkena, terdengar suara mendesah saat inspirasi
e. Penatalaksanaan
1. Observasi dan monitor pasien secara sering
2. Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan
saturasi
3. Posisikan pasien semifowler
4. Pneumotoraks yang sangat kecil tanpa gangguan ventilasi
tidak membutuhkan insersi chest tube
5. Pneumotoraks yang kecil, Pertimbangkan pemasangan
needle thoracostomy (penempatan jarum berukuran besar
(jarum IV ukuran 14 sampai 16 Gauge) pada dinding dada
anterior diruang intercosta kedua pada garis midklavikula
dengan pemasangan satu katup (one-way valve)
6. Pada kondisi pneumotoraks terbuka, tutup luka dengan
balutan tertutup. Jika tension bertambah, lepaskan balutan
tersebut.
f. Basic Life Support: trauma thoraks
1. Open pneumotoraks
1) Lakukan Initial Assesment (SRSABC)
2) Tutup lubang dengan apa saja, walau tidak steril karena
prinsipnya adalah life saving. Dengan penutupan ini maka
tekanan di kavum pleura akan menjadi negatif sehingga
paru dapat mengembang kembali walaupun tidak sempurna.

11
3) Jika pleura visceralis juga berlubang, penutupan akan
membahayakan karena saat inspirasi, udara akan nmasuk ke
kavum pleura. Akan tetapi, saat ekspirasi, udara tidak keluar
karena lubangnya bersifat ventile. Akibatnya udara akan
bertambah banyak sehingga tekanan semakin tinggi (tension
pneumothoraks)
4) Agar tidak terjadi tension pneumothoraks maka tutup
lubang dengan plastik dengan hanya diplester di 3 sisi, dan
1 sisi lain dibiarkan terbuka. Pilih sisi bawah sebagai sisi
yang terbuka untuk menghindari aliran keringat dan lain-
lain dari atas atau samping
5) Posisikan korban dalam posisi nyaman (setengah duduk).

12
2. Close pneumothoraks
1) Lakukan Initial Assesment (SRSABC)
2) Buat menjadi open pneumothoraks dengan melubangi
dinding toraks. Tentukan lokasi penusukan pada daerah
yang tipis, yaitu pada SIC 2 atau SIC 3 di linea
axillaris anterior
3) Lakukan penusukan dengan benda yang cukup tajam
(seperti jarum suntik) dan jangan dicabut. Cara lain
adalah dengan mengiris dinding thoraks dengan benda
tajam (seperti pisau) dan setelah berlubang diberi benda
berongga (seperti pulpen atau sedotan)
4) Posisikan korban pada posisi yang nyaman (setengah
duduk) dengan agak miring kearah yang sakit

2.1.4. Tension Pneumothoraks


a. Definisi
Tension pneumothoraks adalah kondisi dimana adanya
udara dalam kavum pleura rongga thoraks yang semakin lama
semakin banyak sehingga tekanan di dalam kavum pleura
semakin tinggi dan akibatnya jantung bergeser. Tension
Pneumothoraks merupan bentuk close pneumothoraks yang
parah.
Tension pneumotoraks adalah kondisi yang mengancam
nyawa. Kondisi ini adalah ketika inspirasi, udara ikut masuk
melalui luka terbuka pada pleura, dan ketika ekspirasi, udara
yang terjebak dalam rongga pleura tidak dapat keluar.
Akumulasi udara yang terus-menerus akan menekan jaringan
paru disekitarnya sehingga membuat paru kolaps serta
mendesak jaringan paru yang normal. Kondisi ini
menyebabkan deviasi pada trakea kesisi paru yang normal dan
pada paru yang kolaps tidak terdengar suara napas. Jika tidak

13
diatasi peningkatan tekanan dapat mengganggu sirkulasi
dengan menekan jantung dan vena kava sehingga muncul
gejala distensi vena jugular dandapat menyebabkan hipotensi,
perubahan status mental, dan henti jantung.

b. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis yang terjadi pada tension pneumotoraks
adalah sebagai berikut:
1. Takikardi
2. Kelelahan
3. Distres pernapasan
4. Distensi vena jugular karena penekanan pada jantung
5. Deviasi trakea kearah paru yang sehat
6. Pergeseran mediastinum kearah paru yang sehat
7. Sianosis karena oksigenasi yang buruk
8. Hipotensi karena cardiac output yang rendah
9. Saat perkusi terdengar hiperresonan
10.Hiperekspansi pada sisi yang terkena
11.Suara jantung menjauh
c. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada tension
pneumotoraks antara lain sebagai berikut:
1. Observasi klinis
2. Radiografi dada

14
3. Jangan menunggu hasil X-ray bila pasien menunjukkan
tanda-tanda tension pneumotoraks
d. Penatalaksanaan
1. Lakukan needle thoracostomy
2. Berikan perawatan lanjut sesuai indikasi
e. Basic Life Support: trauma thoraks
1) Lakukan Initial Assesment (SRSABC)
2) Buat menjadi open pneumothoraks dengan melubangi
dinding toraks. Tentukan lokasi penusukan pada daerah
yang tipis, yaitu pada SIC 2 atau SIC 3 di linea axillaris
anterior
3) Lakukan penusukan dengan benda yang cukup tajam
(seperti jarum suntik) dan jangan dicabut. Cara lain adalah
dengan mengiris dinding thoraks dengan benda tajam
(seperti pisau) dan setelah berlubang diberi benda berongga
(seperti pulpen atau sedotan)
4) Posisikan korban pada posisi yang nyaman (setengah
duduk) dengan agak miring kearah yang sakit

2.1.5. Hemotoraks (Ikhda Ulya, Jakarta)


a. Definisi
Hemotoraks adalah adanya darah pada rongga pleura. Hal ini
terjadi karena danya trauma terbuka tau tertutup pada dada
yang menyebabkan rupturnya pembuluh darah di dekat
rongga pleura dan perdarahan. Dengan demikian, darah
terakumulasi didalam rongga pleura. Ketika terjadi bersama
masuknya udara, hal ini disebut hemopneumotoraks.
b. Tanda dan gejala
1. Gejala hampir sama dengan tension pneumothoraks atau
pneumothoraks.

15
2. Terdapat tanda-tanda syok hemoragik yaitu kulit pucat
dan dingin, penurunan capillary refill time, hipotensi,
takikardia, takipnea, kelelahan, cemas, binggung atau
tidak sadar
3. Pada perkusi ditemukan dullness pada sisi yang terkena
4. Suara napas menurun pada sisi yang terkena
c. Pemeriksaan diagnostik
1. Observasi klinis
2. Radiografi dada menunjukkan adanya cairan pada area
yang seharusnya dipenuhi udara, sudut kostofrenik
(costophrenic angle) tumpul.
d. Penatalaksanaan
1. Pertahankan status ABC pasien
2. Ganti kehilangan cairan dengan cairan kristaloid/prod
darah melalui intaravena
3. Bantu untuk pemasangan Chest Tube dan hubungkan
dengan suction
4. Pertimbangkan untuk autotranfusi
5. Evaluasi adanya cedera yang lain yang menyertai
(trauma abdomen,jantung, dan kepala)
6. Pertimbangkan thoracotomy emergency bila drainase
awal lebih dari 1.500 ml. Lebih dari sama dengan 1.000
ml, diikuti dengan 200 ml/jam selama 4 jam
7. Pada kondisi autotranfusi darah dada adalah darah yang
keluar dari drainase dada melalui chest tube, disaring
kembali dengan ditransfusikan kembali ke pasien. Proses
ini membutuhkan ruang khusus untuk menampung
drainase.
Penyulit ini lebih sering terjadi pada luka tembus/ tusuk pada dada.
Perdarahan yang banyak menyebabkan pasien jatuh dalam syok
hemoragik yang berat. Distres nafas juga akan terjadi karena paru di

16
sisi hemotoraks akan kolaps akibat tertekan volume darah. Terapi
yang optimal adalah pemasangan pipa/chest tube ukuran besar.
1) Hemotoraks 500 - 1500 ml yang berhenti setelah pemasangan
pipa toraks cukup dilanjutkan dengan drain saja.
2) Hemotoraks lebih dari 1500 - 2000 ml atau yang
perdarahannya berlanjut lebih dari 200 - 300 ml/jam perlu
diperiksa lebih lanjut atau perlu torakotomi.
Terjadi bila ada darah dalam kavum pleura. Dilakukan aspirasi
untuk mengontrol kolaps paru-paru. Jika hemotoraks tidak dapat
dievakuasi seluruhnya dengan cara itu maka dilakukan operasi
terbuka untuk membyang bekuan, yang bila tertinggal akan berlaku
sebagai lesi pengisi ruangan dan ada resiko terinfeksi atau retraksi
dinding dada dan paru secara permanen. Kesemua kasus tersebut
harus dilindungi dengan kemoterapi. Pada bekuan yang tidak dibuang
pada stadium dini ini, akan dilakukan dekortikasi paru, setelah
operasi dini atau lanju, ekspansi penuh paru-paru dengan cepat
diperoleh melalui pipa drainase multipel disertai sedotan dan
fisioterapi yang giat.

2.1.6. Trauma Tumpul Jantung (Ikhda Ulya, Jakarta)


a. Definisi
Trauma tumpul jantung sering disebut kontusio atau
konkusio jantung. Kontusio jantung sering disebabkan oleh
trauma atau benturan tumpul pada dinding dada anterior.
Cedera inj disebabkan oleh mekanisme cedera terbentur setir
mobil saat kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh, kekerasan,
dan pukulan langsung pada dada oleh benda keras misalnya
tendangan kuda.
b. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis dari trauma tumpul pada jantung adalah
sebagai berikut:

17
1. Nyeri dada dari ringan sampai berat
2. Adanya kontusio pada dada, ekimosis
3. Gangguan irama jantung, perubahan EKG.
a. Biasanya muncul dalam satu jam pertama, tetapi
bisa tertunda sampai 24 jam
b. Kontraksi ventrikel prematur (prematur ventricle
contraction- PVC), fibrilasi atrial, bundle branch
blok kanan, atau elevasi segmen ST).
4. Takikardia
5. Hipotensi
6. Sesak napas
c. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut:
1. Elevasi segmen ST pada lead V1, V2, dan V3
2. Ekokardiografi (echocardiography)
3. Peningkatan enzim jantung dan kadar tropinin
d. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Terapi pada trauma tumpul jantung sama dengan terapi
infrak miokard tetapi tanpa trombolitik
2. Pemberian oksigen tambahan
3. Posisi semifowler
4. Analgesik
5. Manajemen distritmia
6. Perawatan diruang intensif selama 18 jam

2.1.7. Trauma Tajam Jantung


e. Definisi
Trauma tajam pada jantung sering menyebabkan kematian. Jika
pasien datang ke unit gawat darurat masih terdapat tanda-tanda

18
vital, dan masih hidup maka harus segera dilakuka
pembedahan torakotomi sesuai indikasi. Trauma tajam pada
jantung sering disebabkan oleh tembakan senjata api dan
tusukan.
b. Manifestasi klinis
1. Gangguan miokard
2. Hipotensi
3. Peningkatan tekanan vena sentral
4. Distensi vena jugular
5. Penurunan tegangan EKG
6. Suara jantung menurun (muffled heart sound)
7. Hemotoraks, pneumotoraks
8. Gangguan aorta atau katup mitralis
9. Nyeri dada berat
10. Sesak napas berat
11. Hemoptisis
12. Murmur yang terdengar kasar
13. Tanda-tanda gagal jantung dan edema pulmonal
c. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut:
1. Tanda ada luka tusuk
2. Radiografi dada
d. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Pertahankan status airway, breathing, circulation pasien
2. Berikan cairan kristaloid atau produk darah melalui
intravena
3. Siapkan untuk thoracotomy emergency
4. Fasilitasi untuk persiapan pembedahan untuk
memperbaiki ruptur atau penggantian katup

19
5. Berikan agen inotropik untuk meningkatkan kontraksi
jantung

2.1.8. Tamponade Pericardial


a. Definisi
Tamponade perikardial adalah kondisi jantung yang
tertekan oleh penumpukan cairan diruang perikardium atau
lapisan otot pembungkus jantung. Kondisi tersebut akan
menjadi fatal jika cairan masuk secara cepat sebanyak 100-150
ml. Penyebab tamponade perikardial adalah luka tembak, luka
tusuk atau trauma tumpul yang parah dapat merobek otot
jantung atau pembuluh darah koroner
Terjadinya trauma pada ruang perikardial akan
menyebabkan cairan menumpuk dengan cepat sehingga ruang
dalam jantung menjadi sempit dan menyebabkan terbatasnya
pengisian atrium dan ventrikel. Kondisi tersebut menyebabkan
volume sekuncup akan menurun dengan drastis. Turunnya
volume sekuncup menyebabkan penurunan output jantung,
tekanan sistolik, dan tekanan nadi. Buruknya aliran balik vena
membuat darah tertahan di vena kava, menyebabkan
peningkatan tekanan vena sentral. Oksigenasi ke organ vital
terganggu. Sebagai kompensasi, maka ada peningkatan
kontraktilitas jantung, dan denyut jantung. Respons simpatis
yang berlebihan akan segera membuat jantung Kelelahan dan
mengakibatkan syok kardiogenik.
Tamponade perikardial adalah kondisi yang mengancam
nyawa sehingga membutuhkan intervensi segera. Jika ada tanda
gagal pompa jantung yang tidak jelas sebabnya serta tidak
berespon terhadap penggantian cairan maka kondisi ini perlu
dipertimbangkan sebagai tamponade perikardial. Tamponade

20
perikardial sering dibingungkan dengan tension pneumotoraks
karena tanda-tandanya hampir sama.
b. Manifestasi klinis
1. Tanda awal seperti rasa penuh di kepala, leher, dan
abdomen
2. Mual, nyeri dada
3. Takikardia, sesak napas
4. Pulsus paradoks (penurunan tekanan darah diastolik lebih
dari 10 mmHg selama inspirasi)
5. Beck’s Triad
a. Hipotensi
b. Distensi vena jugular (bisa tidak tampak pada pasien
yang juga mengalami hipovolemia)
c. Suara jantung redup atau menjauh
6. Sianosis
7. Perubahan status mental
8. Rendahnya tegangan gelombang QRS
9. Perubahan amplitudo gelombang P, QRS, segmen ST.
Temuan ini jarang pada tamponade karena trauma
c. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Observasi klinis
2. Ultrasonografi/Ekokardiografi
3. Radiografi dada (mediastinum melebar)
4. Perikardiosentesis
5. Elektrokardiogram
d. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Pertahankan status airway, breathing, circulation pasien
tetap stabil

21
2. Memberikan cairan isotonik melalui intravena untuk tetap
membuka dan meningkatkan pengisian kardiak
3. Siapkan Perikardiosentesis untuk mengurangi tekanan
pada jantung pada pasien yang tidak stabil
4. Fasilitasi pembedahan untuk memperbaiki kerusakan

22
BAB III
PENUTUP
3. 1. Kesimpulan
Trauma toraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga
toraks atau dada yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding toraks
ataupun isi dari cavum thoraks (rongga dada) yang disebabkan oleh
benda tajam atau tumpul dan dapat menyebabkan keadaan sakit pada
dada. Pada tiap truma toraks beberapa hal bersifat fatal dan harus diatasi
terutama bila terjadi obstuksi jalan nafas, pneumotoraks ventil,
pneumotorak terbuka, hematotorak massif, tamponade jantung. Selian itu
harus pula dinilai ada atau tidaknya kontusio jantung dan paru, robek nya
aorta, robeknya trakeobronchial, robeknya esophagus, dan trauma
diafragma.
Jenis-jenis trauma thoraks dan basic Life Support pada trauma
thoraks: Fraktur tulang rusuk, flail chest, Pneumothoraks, tension
pneumothoraks, hemothoraks, trauma tumpul jantung, trauma tajam
jantung, dan tamponade pericardial.

3. 2. Saran
Sebagai perawat sudah pasti dan harus mengerti, memahami dan
mampu melaksanakan Basic Life Support secara cepat dan tepat karena
tindakan kegawatdaruratan sangatlah penting dan dapat terjadi
dimanasaja.
Dalam perkembangan ilmu kesehatan perawat juga tidak boleh
menutup mata dengan perkembangan teknik-teknik terbaru dalam proses
keperawatan.

23
DAFTAR PUSTAKA

Aston, J. (1994). Kapita Selekta Traumatologik dan Ortopedik. Jakarta: Buku


Kedokteran EGC .

Christophorus N. Handoyo, E. S. ( 2018). Profil Trauma Toraks di Ruang Rawat


Inap Bedah RSUD Gambiran Periode Maret 2017 – Maret 2018 .

Ikhda Ulya, dkk. (Jakarta). Buku Ajar Keperawatan Gawat Darurat Pada Kasus
Trauma. 2017: Salemba Medika.

Irhash Faisal Ramsi, M. E. (2016). Basic Life Support. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.

Kevin G. Pitojo, A. T. (2016). Pola trauma tumpul toraks non penetrans,


penanganan, dan hasil akhir diInstalasi Rawat Darurat Bedah RSUP Prof. Dr. R.
D. Kandou Manado .

Rab, T. (2012). Agenda Gawat Darurat. Bandung: PT. Alumni.

24

Anda mungkin juga menyukai