Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

TRAUMA DADA

Disusun Oleh :

Mochamad Fajar Pamungkas

PROGRAM STUDI Ners

NERS STIKes KHARISMA KARAWANG

Tahun Ajaran 2020

Jl.Pangkal Perjuangan KM 1 (By Pass), Tanjungpura, Karawang Bar.,


Kabupaten Karawang, Jawa Barat 41316.

1
A. DEFINISI

Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh


benturan pada dinding dada yang mengenai tulang-tulang sangkar dada, pleura
dan paru-paru, diafragma ,atau organ-organ dalam mediastinum baik oleh
benda tajam maupun tumpul yang dapat menyebabkan gangguan system
pernafasan.

Cedera pada dada secara luas diklasifikasikan menjadi dua kelompok:


cedera penetrasi dan tumpul. Cedera penetrasi (misalkan: pneumotoraks
terbuka, hemotoraks, ceder trekheobronkhial, kontusio pulmonal, ruptur
diafragma) mengganggu integritas dinding dada dan mengakibatkan perubahan
dalam tekan intratoraks. Cedera tumpul (nonpenetrasi) (mis. Pneumotoraks
tertutup, pneumotoraks tensi, cedera trakheobronkhial, flail chest, rupture
diafragma, cedera mediastinal, fraktur rusuk) merusak struktur didalam rongga
dada tanpa mengganggu integritas dinding dada.

Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat
gangguan emosional yang hebat (Brooker, 2001).

Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa
kurang dari 44 tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor
implikasi pada trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau
tidak disengaja (Smeltzer, 2001).

Trauma thorax adalah semua ruda paksa pada thorax dan dinding thorax,
baik trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul. (Hudak, 1999 dan Lap. UPF
bedah, 1994).

B. ETIOLOGI

2
Penyebab utama cedera pada dada adalah kecelakaan kendaraan
bermotor, misalnya sepeda motor atau mobil. Pukulan benda-benda tumpul
pada dada, atau akibat terjatuhnya juga dapat menyebabkan cedera dada
nonpenetrasi. Luks penetrasi umumnya diakibatkan oleh tusukan senjata tajam
atau luka akibat tembakan.

Trauma dada dapat disebabkan oleh :

a. Tension pneumothorak-trauma dada pada selang dada, penggunaan therapy


ventilasi mekanik yang berlebihan, penggunaan balutan tekan pada luka
dada tanpa pelonggaran balutan.

b.  Pneumothorak tertutup-tusukan pada paru oleh patahan tulang iga, ruptur
oleh vesikel flaksid yang seterjadi sebagai sequele dari PPOM.

Tusukan paru dengan prosedur invasif.

c.  Kontusio paru-cedera tumpul dada akibat kecelakaan kendaraan atau


tertimpa benda berat.

d. Pneumothorak terbuka akibat kekerasan (tikaman atau luka tembak)

e.  Fraktu tulang iga

f. Tindakan medis (operasi)

g.  Pukulan daerah torak

C. MANIFESTASI KLINIS

3
1.   Nyeri pada tempat trauma, bertambah pada saat inspirasi.
2.   Pembengkakan lokal dan krepitasi yang sangat palpasi.
3.   Pasien menahan dadanya dan bernafas pendek.
4.   Dyspnea, takipnea
5.   Takikardi
6.   Tekanan darah menurun.
7.   Gelisah dan agitasi
8. Kemungkinan cyanosis.
9. Batuk mengeluarkan sputum bercak darah.
10. Hypertympani pada perkusi di atas daerah yang sakit.

D. PATOFISIOLOGI

Trauma benda tumpul pada bagian dada / thorax baik dalam


bentukkompresi maupun ruda-paksa (deselerasi / akselerasi), biasanya
menyebabkan memar / jejas trauma pada bagian yang terkena. Jika mengenai
sternum,trauma tumpul dapat menyebabkan kontusio miocard jantung atau
kontusio paru.  Keadaan ini biasanya  ditandai  dengan  perubahan
tamponade spada jantung, atau tampak kesukaran bernapas jika kontusio terjadi
pada paru-paru

Trauma benda tumpul yang mengenai bagian dada atau dinding


thorax juga seringkali menyebabkan fraktur baik yang berbentuk tertutup maup
un terbuka. Kondisi fraktur tulang iga juga dapat menyebabkan

Flail Chest , yaitu suatu kondisi dimana segmen dada tidak lagi
mempunyai kontinuitas dengankeseluruhan dinding dada. Keadaan tersebut
terjadi karena fraktur iga multipel pada dua atau  lebih tulang iga  dengan
dua atau  lebih  garis  fraktur.  Adanyasemen fail chest (segmen mengambang)

4
menyebabkan gangguan pada  pergerakan  dinding dada.  Jika kerusakan
parenkim paru di bawahnya terjadisesuai dengan kerusakan pada tulang maka
akan menyebabakan hipoksia yangserius.Sedangkan trauma dada/ thorax
dengan benda tajam seringkali berdampaklenih buruk daripada yang
diakibatkan oleh trauma benda tumpul. Bendatajam dapat langsung menusuk
dan menembus dinding dada dengan merobek  pembuluh 
darah intercosta, dan menembus organ yang berada pada posisitusukannya.
Kondisi ini menyebabkan perdaharan pada rongga dada(Hemothorax), dan jika
berlangsung lama akan menyebabkan peningkatantekanan didalam rongga baik
rongga thorax maupun rongga pleura jikatertembus. Kemudian dampak negatif
akan terus meningkat secara progresifdalam waktu yang relatif singkat seperti
Pneumothorax ,
 penurunan ekspansi paru, gangguan difusi, kolaps alveoli, hingga gagal
nafas dan jantung. Adapungambaran proses perjalanan patofisiologi lebih
lanjut dapat dilihat pada skema

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Radiologi : foto thorax (AP).


2.   Gas darah arteri (GDA), mungkin normal atau menurun.
3.   Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa.
4.   Hemoglobin : mungkin menurun.
5.   Pa Co2 kadang-kadang menurun.
6.   Pa O2 normal / menurun.
7.   Saturasi O2 menurun (biasanya).
8.   Toraksentesis : menyatakan darah/cairan,
F. PENATALAKSANAAN

5
Terapi :
a.       Nyeri biasanya berkurang dengan analgetik oral, seperti :
Hidrokodon atau kodein dengan kombinasinya aspirin atau asetaminofen
setiap 4 jam.
b.      Blok nervus interkostalis dapat digunakan untuk mengatasi nyeri berat
akibat fraktur iga.
1.      Bupivakain (Marcaine), 0,5% 2 sampai 5 ml, diinfiltrasikan di sekitar
n. interkostalis pada iga yang fraktur, serta iga-iga di atas dan di
bawah yang cidera.
2.      Tempat penyuntikan dibawah tepi bawa iga, antara tempat fraktur dan
prosesus spinosus. Jangan sampai mengenai pembuluh darah
interkostales dan parenkim paru.
c.      Pengikatan dada yang kuat tidak dianjurkan karena dapat membatasi
pernapasan. Sabuk iga yang mudah dilepas, dikaitkan dengan Velcro dapat
memberikan rasa nyaman, tetapi pasien harus diingatkan tentang perlunya
bernapas dalam dan panjang secara periodic untuk mencegah hipoaerasi,
retensi secret, dan pnemounia.
Dengan blok saraf interkostal, yaitu pemberian narkotik ataupun
relaksan otot merupakan pengobatan yang adekuat. Pada cidera yang lebih
hebat, perawatan rumah sakit diperlukan untuk menghilangkan rasa nyeri,
penanganan batuk, pengisapan endotrakeal.
1.         Fraktur 1-2 iga tanpa adanya penyulit/kelainan lain : konservatif
(analgetika)
2.         Fraktur >2 iga : waspadai kelainan lain (edema paru, hematotoraks,
pneumotoraks)
3.         Penatalaksanaan pada fraktur iga multipel tanpa penyulit
pneumotoraks, hematotoraks, atau kerusakan organ
intratoraks lain, adalah:
• Analgetik yang adekuat (oral/ iv / intercostal block)

6
• Bronchial toilet
• Cek Lab berkala : Hb, Ht, Leko, Tromb, dan analisa gas darah
• Cek Foto Ro berkala

Pemeriksaan Penunjang
      Pemeriksaan rontgen toraks harus dilakukan untuk menyingkirkan cedera
toraks yang lain, namun tidak perlu identifikasi fraktur iga.
       pemeriksaan foto radiologi dari fraktur : menentukan lokasi, luasnya
       Pemeriksaan jumlah darah lengkap
       Arteriografi : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai
       Kreatinin : trauma otot meningkatkanbeban kreatinin untuk klirens ginjal

7
A. PENGKAJIAN

1. Identitas Pasien
Yang terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama, dan lain-lain.

2. Riwayat Kesehatan
1.         Keluhan utama
Apa yang menjadi alasan pasien datang ke RS atau tempat
pelayanan kesehatan. Biasanya pasien dengan fraktur mengeluh nyeri
didaerah yang mengalami fraktur.
2.       Riwayat Keluhan Utama
Apa yang menjadi penyebab keluhan utama, yang memberatkan dan
meringankan, seberapa berat keluhan dirasakan, seberapa sering
terjadinya, lokasi keluhan serta apakah terjadi mendadak atau bertahap.
Biasanya pasien merasa nyeri pada saat mobilitas, pada daerah fraktur.
3.       Riwayat Kesehatan yang dulu
Keadaan yang dapat berhubungan dengan dihadapi pasien saat ini,
seperti keadaan umum kesehatan yang berupa penyakit-penyakit yang
pernah dialami.

4.     Riwayat Kesehatan Keluarga


Pengkajian riwayat kesehatan keluarga diperlukan untuk menelusuri
kemungkinan adanya kecenderungan berhubungan dengan faktor
ginetik, namun fraktur tidak ada hubungan dengan herediter karena
faktornya hanya kecelakaan.
5.     Riwayat Psikososial

8
Mengkaji situasi lingkungan, separti kebiasaan hidup pasien, pola
aktivitas, keadaan mental pasian. Bisanya pasien dengan fraktur
marasa kurang percaya diri, karena adanya perubahan status
kesehatan.

 PEMERIKSAAN FISIK

1. Sistem Pernapasana.
a. Sesak napas 
b. Nyeri, batuk-batuk
c. Terdapat retraksi klavikula/dada
d. Pengambangan paru tidak simetris
e. Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain
f. Pada perkusi ditemukan Adanya suara
sonor/hipersonor/timpani,hematotraks (redup)
g. Pada asukultasi suara nafas menurun, bising napas
yang berkurang/menghilang
h. Pekak dengan batas seperti garis miring/tidak jelas
i. Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat. 
j. Gerakan dada tidak sama waktu bernapas

2. Sistem Kardiovaskuler
a.  Nyeri dada meningkat karena pernapasan dan batuk
b. Takhikardia, lemah
c. Pucat, Hb turun /normal
d. Hipotensi.

3. Sistem Persyarafan : Tidak ada kelainan.


2. Sistem Perkemihan : Tidak ada kelainan.

9
3. Sistem Pencernaan : Tidak ada kelainan.
4. Sistem Muskuloskeletal - Integumen.
a. Kemampuan sendi terbatas 
b. Ada luka bekas tusukan benda tajam
c. Terdapat kelemahan
d. Kulit pucat, sianosis, berkeringat, atau adanya kripitasi sub
kutan.
7. Sistem Endokrine :
a. Terjadi peningkatan metabolisme 
b. Kelemahan.
8. Sistem Sosial / Interaksi : Tidak ada hambatan.
9. Spiritual : Ansietas, gelisah, bingung, pingsan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Asih, Niluh Gede Yasmin. Effendy Christantie. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
Buku kedokteran EGC.

http://nurse87.wordpress.com. 2009-04-28.asuhan keperawatan trauma dada. html

http: //rikayuhelmi116.wordpress.com. 2012-12-09. Asuhan keperawatan pada klien


dengan trauma thorak. Html

http: http: Trauma Dada ~ Keperawatan medikal bedah.com

http: Trauma Thorax. Com

Smeltzer Suzanne, C (1997). Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart. Edisi 8.
Vol 3. Jakarta. EGC

11

Anda mungkin juga menyukai