Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan muskuloskeletal adalah suatu kondisi yang mempengaruhi sistem
muskuloskeletal yang dapat terjadi pada tendon, otot, sendi, pembuluh darah dan atau
saraf pada anggota gerak. Gejala dapat berupa nyeri, rasa tidak nyaman, kebas pada
bagian yang terlibat dan dapat berbeda derajat keparahannya mulai dari ringan sampai
kondisi berat, kronis dan lemah (HSE, 2014).
Gangguan muskuloskeletal merupakan salah satu masalah utama kesehatan
diseluruh dunia dengan prevalensi 35 – 50% (Lindgren dkk, 2010). Pada Nord –
Trøndelag County di Norwegia terdapat 45% dari populasi orang dewasa melaporkan
nyeri muskuloskeletal kronis selama setahun terakhir (Hoff dkk, 2008).
Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh benturan
pada dinding dada yang mengenai tulang-tulang sangkar dada, pleura dan paru-paru,
diafragma ,atau organ-organ dalam mediastinum baik oleh benda tajam maupun
tumpul yang dapat menyebabkan gangguan system pernafasan.

Cedera pada dada secara luas diklasifikasikan menjadi dua kelompok: cedera
penetrasi dan tumpul. Cedera penetrasi (contohnya: pneumotoraks terbuka,
hemotoraks, ceder trekheobronkhial, kontusio pulmonal, ruptur diafragma)
mengganggu integritas dinding dada dan mengakibatkan perubahan dalam tekan
intratoraks. Cedera tumpul (nonpenetrasi) (contohnya: Pneumotoraks tertutup,
pneumotoraks tensi, cedera trakheobronkhial, flail chest, rupture diafragma, cedera
mediastinal, fraktur rusuk) merusak struktur didalam rongga dada tanpa mengganggu
integritas dinding dada.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yaitu bagaimana
konsep dan manajemen kegawatdaruratan pada flail chest

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui konsep dan manajemen kegawatdaruratan pada flail chest
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui konsep dasar flail chest
b. Mengetahui asuhan keperawatan gawat darurat pada flail chest
c. Mengetahui algoritma dan WOC pada flail chest

D. Manfaat
1. Bagi Pembaca
Untuk menambah wawasan terkait dengan cara penanganan pasien
dengan kegawatdaruratan pada pasien flail chest.
2. Bagi Penulis
Sebagai pedoman dan panduan mahasiswa dalam menangani dan
memberikan asuhan keperawatan gawat darurat pada pasien flail chest.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Flail chest adalah istilah medis yang menggambarkan beberapa patah tulang
rusuk,ketika tulang rusuk yang patah atau dislokasi di lebih dari satu tempat dan tidak ada
lagi sepenuhnya terhubung ke tulang rusuk lainnya.
Flail chest adalah suatu keadaan apabila dua iga berdekatan atau lebih mengalami
fraktur pada dua tempat atau lebih. Bila fraktur terjadi pada dua sisi maka stabilitas
dinding dada lebih besar dan kurang mengancam ventilasi daripada bila terjadi pada satu
sisi.
Flail Chest adalah area toraks yang "melayang" (flail) oleh sebab adanya fraktur iga
multipel berturutan (3 iga), dan memiliki garis fraktur = 2 (segmented) pada tiap iganya.
Akibatnya adalah terbentuknya area "flail" yang akan bergerak paradoksal (kebalikan) dari
gerakan mekanik pernapasan dinding dada. Area tersebut akan bergerak masuk saat
inspirasi dan bergerak keluar pada ekspirasi.

B. Etiologi
Flail Chest berkaitan dengan trauma thorak, yang dapat disebabkan oleh:
1. Trauma Tumpul
Penyebab trauma tumpul yang sering mengakibatkan adanya fraktur costa antara lain:
Kecelakaan lalulintas, kecelakaan pada pejalan kaki, jatuh dari ketinggian, atau jatuh
pada lantai yang keras atau akibat perkelahian.
2. Truma Tembus
Penyebab trauma tembus yang sering menimbulkan fraktur costa: Luka tusuk dan luka
tembak
3. Disebabkan bukan trauma
Yang dapat mengakibatkan fraktur costa adalah terutama akibat gerakan yang
menimbulkan putaran rongga dada secara berlebihan atau oleh karena adanya gerakan
yang berlebihan dan stress fraktur,seperti pada gerakan olahraga: Lempar martil, soft
ball, tennis, golf.
C. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang biasanya tampak untuk menegakkan diagnosa flail Chest
adalah:
1. Tampak adanya gerakan paradoksal segmen yang mengambang, yaitu pada saat
inspirasi ke dalam, sedangkan pada saat ekspirasi keluar. Keadaan ini tidak akan
tampak pada klien yang menggunakan ventilator.
2. Sesak nafas
3. Takikardi
4. Sianosis
5. Akral dingin
6. Wajah pucat
7. Nyeri hebat di bagian dada karena terputusnya integritas jaringan parenkim paru.
D. Komplikasi
1. Iga: fraktur multiple dapat menyebabkan kelumpuhan rongga dada
2. Pleura,paru-paru, bronchi: hemopneumothoraks, empisema
3. Jantung: tamponade jantung, rupture jantung, rupture otot papilar, ruptur klep jantung.
4. Pembuluh darah besar: hematothoraks
5. Esofagu: mediastinitis
6. Diafragma: herniasi visera dan perlukaan hati, limpa dan ginjal.
7. Gagal napas yang disebabkan oleh adanya ineffective air movement (Tidak efektifnya
pertukaran gas), yang seringkali diperberat oleh edema/kontusio paru, dan nyeri.

E. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan yang dibutuhkan adalah
1. Gas darah arteri (GDA), mungkin normal atau menurun
a. Pa Co2 kadang kadang menurun
b. Pa 02 menurun
c. Saturasi O2 menurun
2. Hemoglobin mungkin menurun
3. Rontgen Standar
a. Rontgen thorak anteroposterior dan lateral dapat menunjukkan jumlah dan tipe
costae yang mengalami fraktur
b. Pada pemeriksaan foto thorak pada pasien dewasa dengan trauma tumpul thoraks,
adanya gambaran hematothoraks, pneumotoraks, dan kontusio pulmo menunjukkan
hubungan yang kuat dengan gambaran fraktur kosta.
4. EKG
5. Monitor laju nafas
6. Pulse Oksimetri
F. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Konservatif
a. Pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri di dada
b. Pemasangan plak/plester yang menahan fraktur costae bergerak keluar
c. Jika perlu antibiotika
d. Fisiotherapy
2. Penatalaksanaan Operatif / invasif
a. Pemasangan Water Seal Drainage (WSD)
b. Pemasangan alat bantu nafas
c. Chest tube
d. Aspirasi (thoracosintesis)
e. Operasi (bedah thoraxis)
f. Tindakan untuk menstabilkan dada:
1) Miringkan pasien pada arah daerah yang terkena.
2) Gunakan bantal pasien pada daerah dada yang terkena
g. Gunakan ventilasi mekanis dengan tekanan ekspirai akhir positif, didasarkan pada
kriteria:
1) Gejala contusio paru
2) Syok atau cedera kepala berat
3) Fraktur delapan atau lebih tulang iga
4) Umur diatas 65 tahun
5) Riwayat penyakit paru-paru kronis
h. Oksigen tambahan
Asuhan Keperawatan
Pasien Dengan Flail Chest

A. Pengkajian Umum
1. Pengkajian
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan,
pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa
medik, alamat, semua data mengenai identitaas klien tersebut untuk
menentukan tindakan selanjutnya.
2) Keluhan utama
Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat
pengkajian. Biasanya pasien akan mengeluh nyeri pada dada saat bernafas.
3) Riwayat Keperawatan
a. Riwayat penyakit saat ini
Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui metode
PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu focus utama keluhan klien,
quality atau kualitas (Q) yaitu bagaimana nyeri dirasakan oleh klien,
regional (R) yaitu nyeri menjalar kemana, Safety (S) yaitu posisi yang
bagaimana yang dapat mengurangi nyeri atau klien merasa nyaman dan
Time (T) yaitu sejak kapan klien merasakan nyeri tersebut.
b. Riwayat penyakit dahulu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau pernah
di riwayat sebelumnya.

2. Pengkajian Primary Survey


a. Airway dengan kontrol servikal
Penilaian:
1) Perhatikan patensi airway (inspeksi, auskultasi, palpasi)
2) Penilaian akan adanya obstruksi
Management:
1) Lakukan chin lift dan atau jaw thrust dengan kontrol servikal in-line
immobilisasi
2) Bersihkan airway dari benda asing.
3) Memasang airway definitif intubasi endotrakeal

b. Breathing dan ventilasi


Penilaian
1) Inspeksi
Lihat apakah ada tanda-tanda tersebut :
a) Sianosis
b) Jejas pada dada
c) Luka tembus, Luka robek pada dada
d) Sucking wounds
e) Gerakan otot nafas tambahan
2) Auskultasi
Dengarkan apakah ada tanda-tanda tersebut :
a) Suara napas tambahan / abnormal
b) Suara napas menurun
c) Napas Paradoksa
3) Palpasi
Raba apakah ada tanda-tanda tersebut :
a) Pergeseran letak trakhea
b) Patah tulang iga / Krepitasi
c) Emfisema kulit
4) Perkusi
Apakah ada tanda-tanda tersebut :
a) Redup
b) Hipersonor
Management
1) Melakukan pemasangan saturasi oksigen
2) Pemberian oksigenasi adekuat
3) Kontrol nyeri
a) Pemberian analgesia  Morphine Sulfate, Hidrokodon atau kodein yang
dikombinasi dengan aspirin atau asetaminofen setiap 4 jam.
b) Blok nervus interkostalis dapat digunakan untuk mengatasi nyeri berat
akibat fraktur costae
4) Stabilisasi area flail chest
a) Stabilisasi sementara dengan menggunakan towl-clip traction, atau
pemasangan firm strapping
b) Pada pasien dengan flail chest tidak dibenarkan melakukan tindakan
fiksasi pada daerah flail secara eksterna, seperti melakukan splint/bandage
yang melingkari dada, oleh karena akan mengurangi gerakan mekanik
pernapasan secara keseluruhan.
c) Pemasangan WSD  sebagai profilaksis/preventif pada semua pasien
yang dipasang ventilator.

C. Circulation dengan kontrol perdarahan


Penilaian
1) Mengetahui sumber perdarahan eksternal yang fatal
2) Mengetahui sumber perdarahan internal
3) Periksa nadi: kecepatan, kualitas, keteraturan, pulsus paradoksus. Tidak
diketemukannya pulsasi dari arteri besar merupakan pertanda diperlukannya
resusitasi masif segera.
4) Periksa warna kulit, kenali tanda-tanda sianosis.
5) Periksa tekanan darah
Management:
1) Penekanan langsung pada sumber perdarahan eksternal (balut & tekan)
2) Pasang kateter IV 2 jalur ukuran besar sekaligus mengambil sampel darah
untuk pemeriksaan rutin, kimia darah, golongan darah dan cross-match serta
Analisis Gas Darah (BGA).
3) Beri cairan kristaloid 1-2 liter yang sudah dihangatkan dengan tetesan cepat.
Klo os tidak syok, pemberian cairan IV harus lebih berhati-hati.
4) Pemasangan kateter urin untuk monitoring indeks perfusi jaringan.

D. Disability
a. Menilai tingkat kesadaran memakai GCS
b. Nilai pupil : besarnya, isokor atau tidak, refleks cahaya dan awasi tanda-
tanda lateralisasi
E. Exposure/environment
a. Buka pakaian penderita
b. Cegah hipotermia : beri selimut hangat dan temapatkan pada ruangan yang
cukup hangat.

F. Tambahan primary survey


1) Pasang monitor EKG
2) Kateter urin dan lambung
3) Monitor laju nafas, analisis gas darah
4) Pulse oksimetri
5) Pemeriksaan rontgen standar
6) Lab darah

G. Resusitasi fungsi vital dan re-evaluasi


Re-evaluasi penderita
1) Penilaian respon penderita terhadap pemberian cairan awal
2) Nilai perfusi organ (nadi, warna kulit, kesadaran, dan produksi urin) serta
awasi tanda-tanda syok.

1. Pengkajian Secondary Survey


B1 (Breath) Subjektif
a. Kesulitan bernafas
Objektif
a. Batuk
b. Takipnea
c. Peningkatan kerja napas
d. Bunyi napas turun atau tak ada
e. Fremitus menurun
f. Perkusi dada hipersonan
g. Gerakkkan dada tidak sama
h. Kulit pucat
i. Sianosis
j. Berkeringat
k. Krepitasi subkutan
l. Mental ansietas
m. Penggunaan ventilasi mekanik
tekanan positif.

Objektif
B2 (Blood) a. Takikardia
b. Distrimia
c. Irama jantung gallop
d. Nadi apical berpindah
e. Tanda Homman
f. Distensi vena jugularis
g. Hipotensi / Hipertensi
B3 (Brain) Subjektif
a. Nyeri uni lateral
Objektif
a. Bingung
b. Gelisah
c. Pingsan
B4 (Bladder) Tidak ada kelainan
B5 (Bowel) Tidak ada kelainan

B. Diagnosa keperawatan
a. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekpansi paru yang tidak
maksimal karena akumulasi udara/cairan.
b. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme otot
sekunder.

C. Analisa Data
Data fokus Problem Etiologi
Subjektif Ketidakefektifan pola Sesak napas
a. Biasanya pasien napas
mengeluhkan napas
pendek
b. Mengeluh sesak napas
c. Mengeluh nyeri hebat
dan bertambah pada
setiap gerakan
Objektif
P Pemeriksaan fisik
a. TD: 130/90 mmH
b. RR: 26 x/menit
c. N : 120x/menit
d. Penurunan fremitus
e. Auskultasi
terdengar bunyi crackles
f. Perubahan gerakan dada.
g. penurunan tekanan
inspirasi/ekspirasi.
h. Penurunan ventilasi
semenit.
i. Penurunan kapasitas
vital.
j. Napas dalam.
k. Peningkatan diameter
anterior-posterior.
l. Ortopnea.
m. Fase ekspirasi yang lama.
n. Pernapasan purset-lip.
o. Kecepatan respirasi.

Subjektif Gangguan rasa Nyeri dada


a. Mengungkapakan secara nyaman
verbal / melaporkan
dengan isyarat.
Objektif
a. Gerakan menghindari
nyeri.
b. Posisi menghindari
nyeri.
c. Perubahan autonomik
dari tonus otot.
d. Perubahan nafsu makan
dan makan
e. Perilaku menjaga atau
melindungi.
D. Intervensi Keperawatan
Dx Tujuan Kriteria Intervensi Keperawatan
Dan Hasil NIC NOC

1) Ketidak Setelah dilakukan Mandiri : 1) Meningkatkan inspirasi


efektifan pola tindakan 1) Berikan posisi maksimal, meningkatkan
pernapasan keperawatan yang nyaman, ekpsnsi paru dan ventilasi
berhubungan selama 3x24 jam biasanya pada sisi yang tidak sakit.
dengan diharapkan pasien dnegan Observasi fungsi
ekspansi paru dapat menunjukan: peninggian pernapasan, catat frekuensi
yang tidak a. Memperlihatka kepala tempat pernapasan, dispnea atau
maksimal n frekuensi tidur. Balik ke perubahan tanda-tanda vital.
karena trauma. pernapasan sisi yang sakit. 2) Pengetahuan apa yang
yang efektive. Dorong klien diharapkan dapat
b. Mengalami untuk duduk mengembangkan kepatuhan
perbaikan sebanyak klien terhadap rencana
pertukaran gas- mungkin. teraupetik. Pertahankan
gas pada paru. 2) Jelaskan pada perilaku tenang, bantu
c. Adaptive klien bahwa pasien untuk kontrol diri
mengatasi tindakan dengan menggunakan
faktor-faktor tersebut pernapasan lebih lambat dan
penyebab. dilakukan dalam.
untuk 3).Mengevaluasi perbaikan
menjamin kondisi klien atas
keamanan. pengembangan parunya.
3).Kolaborasi:
a. radiologi
dan
fisioterapi.
b. Pemberian
antibiotika.
c. Pemberian
analgetika.
d. Fisioterapi
dada.
e. Konsul photo
toraks.

2)Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Mandiri: 1). Pendekatan dengan


trauma tindakan 1) Jelaskan dan menggunakan relaksasi dan
jaringan dan keperawatan bantu klien nonfarmakologi lainnya
reflek spasme selama 3x24 jam dengan telah menunjukkan
otot sekunder. diharapkan pasien tindakan keefektifan dalam
dapat: pereda nyeri mengurangi nyeri.
a. Nyeri nonfarmakolog 2). Akan melancarkan
berkurang/ i dan non peredaran darah, sehingga
dapat invasif. kebutuhan O2 oleh jaringan
diadaptasi 2). Ajarkan akan terpenuhi, sehingga
b. Dapat Relaksasi : akan mengurangi nyerinya.
mengindentifik Tehnik-tehnik 3). Mengalihkan perhatian
asi aktivitas untuk nyerinya ke hal-hal yang
yang menurunkan menyenangkan.
meningkatkan/ ketegangan 4). Analgetik memblok
menurunkan otot rangka, lintasan nyeri, sehingga
nyeri yang dapat nyeri akan berkurang.
c. Pasien tidak menurunkan
gelisah. intensitas nyeri
dan juga
tingkatkan
relaksasi
masase.
3). Ajarkan
metode
distraksi
selama nyeri
akut.
Kolaborasi :
4).pemberian
analgetik.

Anda mungkin juga menyukai