“FLAIL CHEST”
Oleh:
Monika Wulan Sapta Ridha (196070300111051)
Fransiskus Xaverius Meku (196070300111055)
2. Etiologi
a. Flail chest terjadi karena trauma tumpul yang kuat kea rah dada sehingga
menyebabkan fraktur costa di beberapa tempat. Misalnya karena kecelakaan
lalu lintas maupun jatuh.
b. Flail chest juga dapat terjadi karena trauma tembus, misalnya akibat luka
tusuk, luka tikam, maupun luka tembak.
4. Patofisiologi
Fraktur costa dapat terjadi akibat trauma yang datngnya dari arah depan,
samping ataupun dari arah belakang. Trauma yang mengenai dada biasanya akan
menimbulkan trauma costa tetapi dengan adanya oto yang melindungi costa pada
dinding dada, maka tidak semua trauma dada akan terjadi fraktur costa. Fraktur
costa yang “displace” akan dapat mencederai jaringan sekitarnya atau bahkan
organ dibawahnya. Fraktur pada costa ke 4-9 dapat mencederai intercostalis,
pleura visceralis, paru maupun jantung, sehingga dapat mengakibatkan timbulnya
hematotoraks, pneumotoraks ataupun laserasi jantung.
Adanya segmen flail chest (segmen mengambang) menyebabkan gangguan
pada pergerakan dinsing dada. Jika kerusakan parenkim paru dibawahnya terjadi
sesuai dengan kerusakan pada tulang maka akan menyebabkan hipoksia yang
serius. Kesulitas utama pada kelaianan flail chest yaitu trauma pada parenkim paru
yang mungkin terjadi (kontusio paru). Ketidak-stabilan dinding dada menimbulkan
gerakan paradoksal dari dinding dada pada inspirasi dan ekspirasi.
Gerakan paradoksal akan menyebabkan fungsi ventilasi paru menurun sebagai
akibat dari aliran udara yang kekurangan O2 dan kelebihan CO2 masuk ke sisi
paru yang lain (rebreathing). Pergerakan fraktur pada costa akan menyebabkan
nyeri yang sangat hebat dan akan membuat pasien takut bernafas. Hal ini akan
menyebabkan hipoksia yang serius. Hipoksia terjadi lebih karena faktor nyeri
sehingga membatasi gerakan dinding dada. Disamping itu, hal ini juga akan
menimbulkan mediastinum akan selalu bergerak mengikut gerak nafas ke kiri dan
ke kanan. Keadaan ini akan menyebabkan gangguan pada venous retrun dari
sistem vena cava, pengurangan cardiacouput, dan penderita jatuh pada kegagalan
hemodinamik.
5. Manifestasi klinik
a. Gerakan paradoksal segmen mengembang yaitu ketika inspirasi ke dalam,
ekspirasi ke luar. Gerakan ini tidak terlihat pada pasien dengan ventilator
b. Sesak napas
c. Krepitasi iga, fraktur tulang rawan
d. Takikardi
e. Sianosis
f. Pasien menunjukkan trauma berat
g. Biasanya disertau trauma pada organ lain (kepala, abdomen, ekstremitas)
b. Data obyektif
1) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
Tingkat kesadaran
Posisi dimana untuk membalut area yang cedera
Hipotensi, takikardi, takipnea
Rasa ketidaknyamanan
b) Inspeksi
Kontusio dinding dada atau ekimosis
Pergerakan dinding dada asimetris
Gerakan dada paradoksal
Pasien terlihat nyeri saat bernafas
Pasien menahan dadanya dan bernafas pendek
Hiperventilasi
c) Auskultasi
Suara nafas: berkurang atau tidak pada bagian yang terluka
Suara jantung: ada suara tambahan atau tidak
d) Palpasi
Krepitasi atau deformitas tulang
Nyeri tekan
Jika terjadi komplikasi berupa pneumotoraks didapatkan perkusi
hipersonor
Jika terjadi komplikasi berupa hematothoraks didapatkan perkusi
redup
2) Pemeriksaan Penunjang
a) Foto thorax
Foto thorax anteroposterior dan lateral dapat menentukan jumlah
dan tip costa yang fraktur
Pada pemeriksaan foto thorax pasien dewasa dengan trauma tumpul
thorax, adanya gambaran hematotoraks, pneumothoraks atau
kontusio pulmo menunjukka hubungan yang kuat dengan gambaran
fraktur costa
b) Radiografi tulang belakang leher
c) Analisa gas darah (penurunan po2)
d) EKG
e) Pulse oksimetri
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pertukaran gas
b. Ketidakefektifan pola nafas
c. Nyeri akut
d. Kecemasan
2) Breathing
Penilaian
Buka leher dan dada pasien dengan tetap memperhatikan control
servikal in-line immobilisasi
Tentukan laju dan dalamnya pernapasan
Inspeksi dan palpasi leher dan thoraks untuk mengenali kemungkinan
terdapat deviasi trachea, ekspansi thoraks simetris atau tidak,
pemakaian otot-otot tambahan dan tanda-tanda cedera lainnya
Perkusi thoraks untuk menentukan redup atau hipersonor
Auskultasi thoraks bilateral
Management:
Menempatkan pasien dengan posisi terlentang sehingga segmen yang
mengambang tadi terletak menempel pada tempat tidur
Pemberian ventilasi adekuat
Control nyeri dan membantu pengembangan dada dengan cara
pemberian analgesik dan pemberian blok nervus interkostalis yang
dapat digunakan untuk mengatasi nyeri berat akibat fraktur costa
Stabilisasi area flail chest
o Ventilator
o Stabilisasi sementara dengan menggunakan towl-clip traction atau
pemasangan firm strapping
o Pada pasien dengan flail chest tidak dibenarkan melakukan tindakan
fiksasi pada daerah flail secara eksterna, seperti melakukan
splint/bandage yang melingkari dada, oleh karena akan mengurangi
gerakan mekanik pernapasan secara keseluruhan
Pemasangan WSD yaitu sebagai profilaksis atau preventif pada semua
pasien yang dipasang ventilator
4) Disabaility
Menilai tingkat kesadaran dengan memakai GCS
Nilai pupil: besarnya, isokor atau tidak, refleks cahaya dan awasi
tanda-tanda lateralisasi
5) Exposure
Buka pakaian penderita
Cegah hipotermia: beri selimut hangat dan tempatkan pada ruangan
yang cukup hangat
c. Terapi definitif
Fiksasi internal dengan menyatukan fragmen-fragmen yang terpisah dengan
operatif.
Indikasi operasi (stabilisasi) pada flail chest:
1) Bersamaan dengan torakotomi karena sebab lain contohnya hematotoraks
massif.
2) Gagal/sulit waeaning ventilator
3) Menghindari prolong ICU stay
4) Menghindari prolong hospital stay
5) Mengindari cacat permanen
Tindakan operasi adalah dengan fiksasi fraktur iga sehingga tidak didapatkan
lagi area flail.
d. Rujuk
1) Pasien dirujuk apabila rumah sakit tidak mampu menangani pasien karena
keterbatasan SDM maupun fasilitas serta keadaan pasien yang masih
memungkinkan untuk di rujuk.
2) Tentukan indikasi rujukan, prosedur rujukan dan kebutuhan pasien
selama perjalanan serta komunikasikan dengan dokter pada pusat rujukan
yag dituju.
Altintop, I., Gunarli, N., & Fazlioglu, M. (2014). Flail Chest Associated with a
Simple Fall and Successful External Tamponade Application in a Pediatric Case.
Case Reports in Clinical Medicine, 03(12), 660–663.
https://doi.org/10.4236/crcm.2014.312139
Jena, R., Agrawal, A., Sandeep, Y., & Shrikhande, N. (2016). Understanding of flail
chest injuries and concepts in management. International Journal of Students�
Research, 6(1), 3. https://doi.org/10.4103/ijsr.int_j_stud_res_8_16
Winge, R., Berg, J. O., Albret, R., & Krag, C. (2012). VAC® for external fixation of
flail chest. Clinics and Practice, 2(3), 161–163.
https://doi.org/10.4081/cp.2012.e65