Anda di halaman 1dari 20

KONSEP DASAR

TRAUMA DADA
C
TRAUMA DADA
• Trauma dada biasa terjadi akibat trauma tumpul
ataupun trauma penetrasi/tusuk. Thoraks melindungi
organ-organ vital yang bertanggung jawab dalam
ventilasi, oksigenasi dan sirkulasi, cedera traumatik
pada thoraks dapat meyebabkan kerusakan fungsi
vital paling banyak (Kurniati, Trisyani & Theresia, 2013).
Penilaian dan tatalaksana awal pasien dengan trauma
toraks terdiri dari primary survey, resusitasi fungsi vital,
secondary survey yang diteliti dan penangan definitif.
TRAUMA DADA
Tension Pneumothorax
•Tension pneumothorax terjadi ketika udara masuk ruang pleural sepanjang inspirasi dan tidak dapat keluar selama
ekspirasi
Open Pneumothorax
•Open Pneumothorax biasanya terjadi akibat luka penetrasi

Hemothorax massif
•Hemothorax terjadi akibat akumulasi darah pada ruang pleura, penyebab utama hemothorax adalah laserasi paru
atau laserasi pembuluh darah intercostal atau arteri mamaria interna
Flail Chest
•Flail chest terjadi akibat fraktur kosta multiple, yaitu dua atau lebih tulang iga mengalami fraktur pada dua tempa
atau lebih
Tamponade Jantung
•Tamponade jantung adalah akumulasi darah pada rongga pericardial, akumulasi darah tersebut dapat menekan
jantung, membatasi pengisian ventrikel dan menurunkan curah jantung.
ALGORITMA PENATALAKSANAAN
PNEUMOTHORAK, PATOFISIOLOGI
DAN KOMPLIKASI KEGAWATAN
C

PNEUMOTHORAK
Indah Mulyani (1806269985)
Algoritma Penatalaksanaan
pneumothoraks
(MacDuff, Arnold, & Harvey, 2010)
Algoritma Penatalaksanaan
pneumothoraks

(Bintcliffe & Maskell, 2014)


Perencanaan, implementasi/
intervensi (ENA, 2007)
1. Pertahankan jalan napas, pernapasan dan sirkulasi
2. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi
3. Memasang akses IV untuk pemberian cairan/ kristaloid sesuai
kebutuhan
4. Mempersiapkan/ membantu intervensi medis
5. Berikan terapi farmakologis
WSD
• Chest tube
dimasukkan untuk
menghilangkan
udara, darah, atau
cairan berlebih dari
ruang pleura dan
mengekspansi paru
yang terkena.

Rushing, 2007
Pemasangan WSD

Apeks Paru (Apikal)


• Anterolateral interkosta 1-2 untuk
mengeluarkan udara

Posterolateral
• Posterolateral interkosta 8-9 untuk
mengeluarkan cairan (darah, pus)
Managing
a water-
seal chest
drainage
unit

Rushing, 2007
Managing a water-seal chest
drainage unit
DON’T

• Jangan biarkan pipa drainase berbelit-


belit atau mengganggu gerakan pasien.
• Jangan menjepit chest tube, kecuali
sebentar saat mengganti CDU, menilai
kebocoran udara, atau menilai toleransi
pasien terhadap pelepasan tabung
dada, dan selama pelepasan tabung
dada.
• Jangan secara agresif memanipulasi/
melepas chest tube
Rushing, 2007
Merawat pasien dengan WSD
Caroll, 2019

Respirasi
• Monitor frekuensi dan kedalaman napas. Dengarkan bunyi napas (simetris atau tidak), jika tidak
simetris cek kepatenan wsd.

Tingkat pengetahuan
• Kaji kepahaman pasien dan keluarga mengenai kegunaan chest tube.

Kontrol nyeri
• Kaji nyeri secara teratur karena pemasangan chest tube

Tanda vital
• Kaji tanda vital secara teratur

Gerakan pasien
• Chest tube tidak boleh dijepit selama pasien bergerak atau ambulasi
Merawat pasien dengan WSD
Caroll, 2019

Chest tube site/ dressing


• Menilai lokasi dan balutan chest tube

Tubing
• Secara teratur memeriksa pipa drainase apakah ada kebocoran, kekusutan, atau
penyumbatan
Cairan drain
• Memonitor volume, kecepatan, warna dan karakteristik drainase

Water Seal
• Periksa secara berkala untuk melihat bahwa water seal diisi ke tingkat yang sesuai
dan permukaan air bergerak ketika pasien bernapas
PATOFISIOLOGI
• Pada paru normal, tekanan di dalam kavum pleura mempunyai tekanan
yang lebih negative daripada tekanan atmosfer pada sepanjang siklus
respirasi.
• Perbedaan tekanan antara alveoli paru dan kavum pleura disebut tekanan
transpulmonal, dan tekanan ini menyebabkan elastic recoil paru.
• Pada pneumothoraks terjadi hubungan antara alveoli paru dan jalan napas
ke kavum pleura, dan udara bermigrasi dari alveoli ke kavum pleura sampai
tekanan di kedua area sama. Sama halnya ketika dinding dada terhubung
dengan kavum pleura, udara bergerak dari luar ke kavum pleura sampai
tidak ada lagi perbedaan tekanan atau sampai hubungan tertutup. Ketika
udara dalam kavum pleura tekanannya meningkat dari -5cmH20 menjadi -
2,5 cmH20, dan kapasitas vital paru menurun 33%.
PATOFISIOLOGI
• Perubahan tekanan di dalam kavum pleura akan menyebabkan peningkatan
volume thoraks, menghasilkan perubahan pada recoil dinding dada dan
hampIr 8% menurunkan kapasitas vital paru.
• Ketika tekanan pada kavum pleura meningkat, mediastinum akan bergerak ke
arah berlawanan, sehingga menyebabkan penambahan luas pada paru yang
sakit, dan menurunkan diafragma. Perubahan ini dapat dilihat pada tension
pneumothoraks.
• Perubahan fisiologi utama pada pneumothoraks adalah penurunan dari oksigen
arteri sehingga menurunkan kapasitas vital. Pasien yang mengalami primer
pneumothoraks akan menurunkan kapasitas vital, tetapi yang mengalami
pneumothoraks sekunder dan penyakit paru yang mendasarinya, penurunan
kapasitas vital bisa menyebabkan hipoventilasi alveolar dan gagal napas.
Penyebab munculnya udara dalam kavum pleura adalah:
1. Pleura visceralis terjadi kerusakan. Saat inspirasi, udara dari alveolus
akan memasuki kavum pleura. Keadaan ini dinamakan pneumothorax
tertutup. Jika kerusakan pleura visceralis bersifat seperti katup, maka ini
menyebabkan udara yang masuk saat inspirasi tidak dapat keluar dari
kavum pleura saat ekspirasi. Hal ini menyebabkan semakin banyak
udara yang terperangkap sehinga menekan mediastinum kearah paru
yang sehat dan mengakibatkan munculnya keadaan pneumothorax
tipe tension.
2. Dinding dada dan pleura parietalis robek sehingga terdapat kontak
antara kavum pleura dengan bagian luar. Ketika tekanan dalam rongga
dada menurun maka udara dari luar masuk ke kavum pleura dan
menyebabkan kolaps paru pada ipsilateral, fase ini terjadi saat inspirasi.
Lalu ketika tekanan rongga dada meningkat, maka udara dari kavum
pleura keluar saat fase ekspirasi. Proses ini disebut pneumothoraks
terbuka.
KOMPLIKASI

• Hypoxemic respiratory failure • Empyema


• Respiratory or cardiac arrest • Pneumomediastinum
• Hemopneumothorax • Pneumopericardium
• Bronchopulmonary fistula • Pneumoperitoneum
• Pulmonary edema (following • Pyopneumothorax
lung reexpansion)

(Daley, 2016
KOMPLIKASI
• Udara yang berkumpul pada kavum thorax menyebabkan ancaman
hemodinamik yang mengancam nyawa. Peningkatan tekanan intrathorakal
menyebabkan sisi paru-paru yang mengalami trauma menjadi kolaps. Hal
tersebut menyebabkan tekanan dari akumulasi udara akan meningkat, paru-
paru yang berlawanan menjadi kolaps, mediastinum bergeser, menekan
jantung, pembuluh vena menjadi besar, dan menyebabkan terjadinya aliran
balik vena dan cardiac output menurun, (Emergency Nurse Association, 2013).
• Jika tidak segera ditangani pneumothorax akan menyebabkan keadaan yang
mengancam nyawa dengan cara pembuluh darah kolaps sehingga pengisian
jantung menurun yang menyebabkan tekanan darah menurun. Selain itu
pneumothoraks juga dapat menyebabkan hipoksia dan dipsneu berat yang
dapat menyebabkan kematian
DAFTAR REFERENSI
1. Bintcliffe, O., & Maskell, N. A. (2014). Spontaneous Pneumothorax. BMJ, 7.
2. Carrol, patricia (2019). Chest Tube and drainage Management.WWW.RN.ORG Provider Information and
our Website unauthorized Distribution Prohibited
3. Daley, B. (2016, December 7). Retrieved from
http://emedicine.medscape.com/article/424547- overview
4. Emergency Nurse Association. (2013). Sheehy’s Manual of Emergency Care, 7th ed.
Singapore: Elsevier.
5. Kowalak, & Jennifer, P. (2011). Buku ajar patofisiologi: sistem pernapasan. Jakarta: EGC.
6. MacDuff, A., Arnold, A., & Harvey, J. (2010). Management of spontaneous pneumothorax:
British Thoracic Society pleural disease guideline 2010. BMJ Journals, 21.
7. Rushing, J.2007. clinical Do'S & Don'ts Managing a Water-seal chest drainage unit. www.nursing2007.com
8. Udin, M. F. (2019). Buku praktis penyakit respirasi pada anak: untuk dokter umum. Jakarta: UB
Press.

Anda mungkin juga menyukai