Anda di halaman 1dari 98

Clinical Report Session

Trauma Tumpul Thoraks


&
Trauma Tumpul Abdomen
Wita Zahara
Pembimbing dr. Sondang Nora Harahap, Sp. B

BAGIAN BEDAH RSUD RADEN MATTAHER


AKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
Pendahuluan
Trauma toraks adalah luka atau cedera akibat benda tajam atau tumpul yang mengenai
2 rongga toraks dan dapat menyebabkan kerusakan baik dinding toraks maupun isi kavum toraks
yang berlanjut sebagai keadaan gawat toraks akut. Bahaya utama berhubungan dengan trauma
toraks biasanya berupa perdarahan dalam dan tusukan terhadap organ.

Trauma toraks merupakan penyebab kematian utama pada kelompok umur dibawah 35
tahun. Trauma toraks terjadi hampir 50% dari seluruh kasus kecelakaan. Trauma thorax
kebanyakan disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas yang umumnya berupa trauma tumpul
(90%).

Trauma tumpul abdomen yaitu trauma abdomen tanpa penetrasi ke dalam rongga
peritoneum, dapat diakibatkan oleh pukulan, benturan, ledakan, deselarasi, kompresi, atau
sabuk pengaman. Organ padat seperti limpa dan hati merupakan organ yang paling sering
mendapatkan cidera.

Sebagai dokter umum yang akan menempati fasilitas kesehatan tingkat pertama kita
harus paham mengenai trauma thorak dan trauma abdomen. Oleh karena itu penulis tertarik
untuk membuat makalah mengenai trauma thorak dan trauma tumpul abdomen.
LAPORAN
KASUS

3
4 Identitas Pasien
▹ Nama : Tn. A
▹ Umur : 36 Tahun
▹ Berat badan : 80 kg
▹ Jenis Kelamin : Laki-laki
▹ Alamat : RT. 03 JL. Wali Songo. Kota
Jambi
▹ Pekerjaan : Pegawai Swasta
▹ MRS : 15 Oktober 2019
▹ Tgl Pemeriksaan : 15 Oktober 2019
PRIMARY SURVEY
5 C E
A Jejas (+) di
Circulation : Akral atas dan
Airway : patent, hemithorax
bawah hangat, CRT <2 detik,
tidak ada jejas di dekstra dan
nadi= 112 x/menit , TD: 120/80
supraklavikula kuadran kanan
mmHg. atas abdomen.

B
Deviasi trakea (-), pergerakan dinding
dada simetris kiri = kanan, reguler, D
perkusi sonor pada kedua paru, GCS 15 E4 –
auskultasi vesikuler kiri = kanan, RR = V5 – M6,
26 x / menit. pupil isokor
SECONDARY
SURVEY
KELUHAN UTAMA :
Nyeri dada sebelah kanan sejak 30 menit SMRS

6
RIWAYAT PENYAKIT
7 SEKARANG
▹ Os datang dengan keluhan nyeri dada sebelah kanan 30 menit SMRS. Nyeri dada
dirasakan terutama saat bernafas. Os mengaku mengalami kecelakaan motor
(tunggal) terjatuh sendiri dikarenakan terkejut ada mobil melintas dengan sangat
cepat. Os terjatuh kearah kanan, bagian dada kanan dan perut kanan os terkena
pot bunga yang berada di pertengahan jalan.
▹ Os mengatakan kecepatan kendaraannya tidak melebihi 20km/jam. Os
menggunakan helm saat kejadian. Benturan kepala dan leher tidak ada. Keluhan
penurunan kesadaran (-), mual dan muntah (-). Os juga mengeluh sesak nafas dan
nyeri perut kanan atas. Os tidak memiliki riwayat alergi obat-obatan maupun
makanan, os tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan jangka panjang, os makan
nasi 1 jam sebelum kecelakaan.
8

Riwayat Sosial
Riwayat Penyakit Ekonomi
Riwayat Keluarga Pasien sehari-hari bekerja
Penyakit sebagai pegawai swasta.
DM (-)
Pasien memiliki kebiasaan
Dahulu Hipertensi (-)
merokok satu bungkus
DM (-) sehari sejak pasien duduk
Hipertensi (-) di Sekolah Dasar.
STATUS
GENERALISATA
9
KU : Tampak sakit sedang Bentuk Kepala : Normocephal
Mata : CA (-/-), SI (-/-), RC (+/+), isokor
Kesadaran : Compos mentis Hidung : Deviasi septum (-), Epistaksis (-/-)
Mulut : Sianosis (-)
Telinga : Otore (-/-), Otalgia (-/-), tinnitus (-/-)
Vital Sign :
TD : 120/80 mmHg
HR : 84 x/menit Perbesaran KGB : (-)
RR : 20 x/menit Deviasi leher : (-)
Jejas : (-)
Suhu : 36,00 C
SpO2 : 98 %
GENERALISA
TA Paru
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris kiri = kanan. Terdapat
Vulnus Contussum (luka memar) di hemithorax kanan dengan ukuran ±
20x10 cm.
Palpasi : Pergerakan dinding dada simetris kiri = kanan, nyeri tekan (+)
di hemithorax dektra di ics 8-12, fremitus taktil dada kiri = kanan.
Perkusi : Sonor pada kedua paru.
Auskultasi : Vesikuler kiri = kanan.

JANTUNG
Inspeksi
Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi
Ictus cordis tidak teraba di ICS V line midclavicula sinistra
Perkusi
Batas atas : ICS II linea parasternalis sinistra
Batas bawah : ICS V linea midclavicularis sinistra
Batas kanan: ICS IV linea sternalis dextra
Batas kiri : ICS V linea midclavicularis sinistra
Auskultasi: BJ1- BJ2 reguler, murmur (-), gallop (-)
STATUS GENERALISATA

ABDOMEN
Inspeksi : Datar, terdapat Vulnus Contussum (luka
memar) di kuadran kanan atas dengan ukuran 8x1cm
Auskultasi: Bising Usus (+) normal 7x/menit .
Palpasi : Nyeri tekan pada kuadran kanan atas (+).
Hepar dan lien tidak teraba.
Perkusi : Timpani diseluruh kuadran abdomen (+)

Ekstremitas
Superior : Akral hangat, CRT <2 Detik, Edem (-)
Inferior : Akral hangat, CRT <2 Detik,Edem (-)
Rectal Toucher
12
Inspeksi
Inflamasi (-) pembengkakan (-)
Palpasi
Tonus sfingter ani menjepit kuat, nyeri (-)
-Mukosa rectum dan anus licin
-Prostat arah jam 12 dengan permukaan rata, konsistensi kenyal
-Ampula recti tidak menganga
-Sarung tangan di dapatkan fases tidak ada darah dan lendir
Paru :
Inspeksi : Pergerakan dinding dada STATUS LOKALISATA
simetris kiri = kanan. Terdapat Vulnus
Contussum (luka memar) di hemithorax
kanan dengan ukuran ± 20x10 cm.
Palpasi : Pergerakan dinding dada
simetris kiri = kanan, nyeri tekan (+) di
hemithorax dektra di ics 8-12, fremitus
taktil dada kiri = kanan.
Perkusi : Sonor pada kedua paru.
Auskultasi: Vesikuler kiri = kanan.

Abdomen
Inspeksi : Datar, terdapat Vulnus
Contussum (luka memar) di kuadran kanan
atas dengan ukuran 8x1cm
Auskultasi: Bising Usus (+) normal 7x/menit.
Palpasi : Nyeri tekan pada kuadran kanan
atas (+). Hepar dan lien tidak teraba.
Perkusi : Timpani diseluruh kuadran
abdomen (+)
LABORATORIUM Darah Rutin
(15/10/2019) 07.00 pagi. HB serial jam 10.00 pagi dan 20.00 malam

14 Pemeriksaan
Darah rutin
Hasil
 
Nilai Rujukan
 
HGB 14,8 g/dl

WBC 4-10 109/L HGB 14,5 g/dl


11,59 109/L
RBC 4,58 1012/L 3,5-5,5 1012/L
HGB 15,6 g/dl 11-16 g/dl
HCT 44.9 % 35-50 %
PLT 259 x 10 /L
9
100-300 x 109/L
MCV 98,1 fl 80,0-99,0 fl

MCH 34,1 pg 26,0-32,0 pg

MCHC 347 g/L 320-360 g/L

Elektrolit    
Natrium 142,54 mmol/L 135-148 mmol/L
Kalium 3,59 mmol/L 3,5-5,3 mmol/L
Chlorida 103,50 mmol/L 98-110 mmol/L
Calcium 1,14 mmol/L 1,19-1,23 mmol/L
Faal Ginjal    
Ureum 18 mg/dl 15-39 mg/dl
Kreatinin 0,9 mg/dl 0,9-1,3 mg/dl
Gula Darah 88 mg/dl <200 mg/dl
Sewaktu
15

FOTO
THORAX
16

FOTO
POLOS
ABDOME
N
17

FOTO
POLOS
ABDOME
N
18
Kesan :
USG Perdarahan intraabdomen
kanan dengan suspek
rupture hepar lobus
kanan. Lien, pancreas,
kandung empedu, ginjal,
vesika urinaria, aorta
dalam batas normal.
DIAGNOSA
KERJA
Trauma tumpul thorax + suspek ruptur hepar dengan hemodinamik stabil ec
trauma tumpul abdomen.

19
20 TATALAKSANA

▹ O2 Nasal kanul 2L - IVFD RL Loading 1 kolf


▹ Dilanjutkan IVFD RL 20 Tpm - Pemasangan Kateter
▹ Inj. Ceftriaxone 1x2 gr - Inj.Asam Traneksamat 3x500mg
▹ Inj.Vitamin K 3x1gr - Pantau HB serial
▹ Konsul dokter Sp. B
21 PROGNOSIS

▹ Quo ad Vitam : Dubia ad Bonam


▹ Quo ad Functionam : Dubia ad Bonam
▹ Quo ad Sanationam : Dubia ad Bonam
FOLLOW UP 16/10/2019
S O A P
Nyeri (+) di TD : 130/80 Trauma tumpul IVFD RL 20 Tpm
hemithorax N : 80x/menit RR: 20x/menit thorax + suspek Pemasangan Kateter
ruptur hepar
dektra dan T : 36,2 Oc Inj.Ceftriaxone 1x2 gr
dengan
kuadran SpO2 : 99% Uo : 1500cc/24 Jam hemodinamik Inj.Asam tranexsamat
kanan atas PARU stabil ec trauma 3x500mg
abdomen Inspeksi: Dinding dada simetris kiri = kanan, jejas di tumpul abdomen Inj.Vitamin K 3x1gr
hemithorax dekstra dengan ukuran 20x10.
Palpasi: Nyeri tekan (+) di hemithorax dektra ics 8-12,
pergerakan dinding dada simetris kiri dan kanan,
fremitus taktil dada kanan = kiri. Krepitasi (-)
Perkusi: Sonor pada seluruh lapangan paru (+/+)
Auskultasi: Vesikuler kanan sama dengan kiri, Rhonki
(-), Wheezing (-)
Abdomen
Inspeksi: Datar, tampak jejas di kuadran kanan atas.
Palpasi: Supel di seluruh kuadran abdomen, nyeri tekan
pada kuadran kanan atas. Hepar dan lien tidak teraba.
Perkusi: Timpani diseluruh lapangan abdomen (+)
Auskultasi : Bising Usus (+) Normal
FOLLOW UP 17/10/2019
S O A P

Nyeri (+) TD: 120/80 N : 91x/menit Trauma tumpul IVFD RL 20 Tpm


di RR: 18x/menit T : 36,2 oC thorax + Pemasangan
suspek ruptur Kateter
hemithor SpO2 : 98% UO : 1600cc/ 24 jam
hepar dengan Inj.Ceftriaxone
ax dektra Paru hemodinamik 1x2 gr
dan Inspeksi : dinding dada simetris kiri dan kanan, jejas di stabil ec Inj.Asam
kuadran hemithorax dekstra dengan ukuran 20x10. trauma tumpul tranexsamat
kanan Palpasi : Nyeri tekan (+) di hemithorax dektra ics 8-12, abdomen 3x500mg
atas pergerakan dinding dada simetris kiri dan kanan, fremitus Inj.Vitamin K
3x1gr
abdomen taktil dada kanan = kiri. Krepitasi (-)
berkuran Perkusi : Sonor pada thorax kanan dan kiri (+/+)
g. Auskultasi: Vesikuler kanan sama dengan kiri, Rhonki (-),
Wheezing (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, tampak jejas di kuadran kanan atas.
Palpasi : Supel di seluruh lapangan abdomen, nyeri tekan
pada kuadran kanan atas. Hepar dan lien tidak teraba.
Perkusi : Timpani diseluruh lapangan abdomen (+)
Auskultasi: Bising Usus (+) Normal
FOLLOW UP 18/10/2019
S O A P

Nyeri (+) di TD: 120/80 N : 91x/menit Trauma tumpul IVFD RL 20 Tpm


hemithora RR: 18x/menit T : 36,2 oC thorax + Pemasangan
x dektra suspek ruptur Kateter
SpO2 : 98% UO : 1600cc/ 24 jam
dan hepar dengan Inj.Ceftriaxone
kuadran Paru hemodinamik 1x2 gr
kanan atas Inspeksi : dinding dada simetris kiri dan kanan, jejas di stabil ec Inj.Asam
abdomen hemithorax dekstra dengan ukuran 20x10. trauma tumpul tranexsamat
berkurang. Palpasi : Nyeri tekan (+) di hemithorax dektra ics 8-12, abdomen 3x500mg
pergerakan dinding dada simetris kiri dan kanan, fremitus Inj.Vitamin K
3x1gr
taktil dada kanan = kiri. Krepitasi (-)
Perkusi : Sonor pada thorax kanan dan kiri (+/+)
Auskultasi: Vesikuler kanan sama dengan kiri, Rhonki (-),
Wheezing (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, tampak jejas di kuadran kanan atas.
Palpasi : Supel di seluruh lapangan abdomen, nyeri tekan
pada kuadran kanan atas. Hepar dan lien tidak teraba.
Perkusi : Timpani diseluruh lapangan abdomen (+)
Auskultasi: Bising Usus (+) Normal
FOLLOW UP (19-10-2019)
S O A P
Nyeri di TD: 110/80 N : 80x/menit Trauma - IVFD RL 20 Tpm
hemithora RR: 18x/menit T : 36,5 oC tumpul Inj.
thorax +
x dektra SpO2 : 98% UO : 1600cc/ 24 jam suspek
- Ceftriaxone 1x2
dan Paru ruptur gr
kuadran Inspeksi: Simetris kiri dan kanan, jejas di hemithorax hepar - Inj.Asam
kanan dekstra dengan ukuran 20x10. dengan traneksamat
atas Palpasi: Nyeri tekan (+) di hemithorax dektra ics 8-12, hemodina 3x500mg
abdomen pergerakan dinding dada simetris kiri dan kanan, fremitus mik stabil - Inj.Vitamin K
ec trauma
berkurang taktil dada kanan = kiri. Krepitasi (-) tumpul
3x1gr
. Perkusi: Sonor pada thorax kanan dan kiri (+/+) abdomen.
Auskultasi: Vesikuler kanan sama dengan kiri, Rhonki (-),
Wheezing (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, tampak jejas di kuadran kanan atas.
Palpasi : Supel di seluruh lapangan abdomen, nyeri
tekan pada kuadran kanan atas. Hepar dan lien tidak
teraba.
Perkusi : Timpani diseluruh lapangan abdomen (+)
Auskultasi: Bising Usus (+) Normal
FOLLOW UP 20/10/2019
S O A P

Nyeri di TD: 120/80 N:75x/menit Trauma - IVFD RL 20 Tpm


hemithorax RR: 18x/menit T : 36,2 oC tumpul - Inj.Ceftriaxone 1x2 gr
dektra dan thorax +
SpO2 : 98% UO : 1650cc/ 24 jam - Inj.Asam traneksamat
kuadran suspek
kanan atas Status lokalis ruptur hepar 3x500mg
abdomen PARU dengan - Inj.Vitamin K 3x1gr
berkurang. Inspeksi: Simetris kiri dan kanan, jejas di hemodinami
hemithorax dekstra dengan ukuran 20x10. k stabil ec Pasien boleh pulang
Palpasi : Nyeri tekan (+) di hemithorax dektra ics trauma jika:
tumpul
8-12, pergerakan dinding dada simetris kiri dan - Tidak ada perdarahan
abdomen
kanan, fremitus taktil dada kanan = kiri. Krepitasi (-) - Up kateter
Perkusi : Sonor pada thorax kanan dan kiri (+/+) - Up infus
Auskultasi: Vesikuler kanan sama dengan kiri,
Rhonki (-), Wheezing (-)
ABDOMEN
Inspeksi: Datar, tampak jejas di kuadran kanan atas.
Palpasi: Supel di seluruh lapangan abdomen, nyeri
tekan pada kuadran kanan atas. Hepar dan lien tidak
teraba.
Perkusi: Timpani diseluruh lapangan abdomen (+)
Auskultasi: Bising Usus (+) Normal
TINJAUAN
PUSTAKA
Anatomi Thorax
▹ Dinding toraks secara
anatomis tersusun dari :
▸ kulit, fascia, otot dada, jurai
neurovaskular pada dinding
dada, serta kerangka dada.
▹ Kerangka
▸ sternum, 12 pasang tulang iga-
tulang rawan iga, dan vertebra
torakalis -diskus intervertebralis.
▹ Otot dada
▸ otot Inspirasi
▸ otot Ekspirasi
Trauma Pada Dinding Toraks
Fraktur Iga
30

Sering terjadi akibat trauma tumpul pada dinding


toraks dibanding trauma benda tajam.

● Fraktur pada iga VIII-XII sering menyebabkan kerusakan


pada hati dan limpa

● Perlu di curigai adanya cedera neurovaskular seperti


pleksus brakhialis dan arteri atau vena subklavia, apabila
terdapat fraktur pada iga I-III maupun fraktur klavikula.
Pemeriksaan fisik
31
Nyeri terlokalisir, nyeri pada palpasi dan
krepitasi dijumpai pada pasien dengan trauma
tulang iga. Deformitas yang dapat di palpasi atau
dilihat meningkatkan kecuriagaan akan adanya
fraktur iga.
Penatalaksanaan
● Fraktur yang mengenai 1 atau 2 iga tanpa adanya penyulit/kelainan lain :
- konservatif dengan anti nyeri.
● Fraktur di atas 2 iga perlu di curigai adanya kelainan lain seperti : hematotoraks
dan pneumotoraks.

Pada fraktur iga multipel tanpa penyulit pneumotoraks, hematotoraks, atau


kerusakan organ intratoraks lain, berikan :
● Analgetik yang adekuat (oral/ iv / intercostal block)
● Narkotik
● Intercostal block menggunakanan anestesia yang meliputi segmen di kaudal dan
kranial iga yang patah
● Cek laboratorium berkala: Hemoglobin, Hematokrit, Leukosit,Trombosit, dan
Analisa gas darah
● Cek foto toraks berkala
33
34
Fraktur Klavikula
35
▹ Fraktur klavikula sering dijumpai tanpa disertai trauma toraks
▹ Fraktur klavikula terjadi karena penderita jatuh pada bahu, biasanya
tangan dalam keadaan terulur.
▹ Manifestasi klinis :
▸ nyeri pada daerah trauma,
▸ perubahan warna pada kulit
▸ pembengkakan pada lokasi trauma
▸ peningkatan suhu pada daerah trauma
▸ biasanya disertai dengan deformitas dan krepitasi dilokasi trauma.

Pemeriksaan Foto thoraks : dijumpai garis fraktur di klavikula


36
37
38
Penatalaksanaan :
▹ Konservatif: "Verband Figure of eight
bandage" sekitar sendi bahu dan pemberian
analgetik.
▹ Operatif: Fiksasi internal
39
40
Fraktur Sternum
▹ Fraktur sternum jarang ditemukan pada trauma toraks.
▹ Lokasi fraktur biasanya dijumpai pada bagian tengah atas sternum
dan
▹ Sering disertai fraktur Iga.

▹ Dapat disertai beberapa kelainan seperti :


▸ Kontusio atau laserasi jantung
▸ Perlukaan bronkhus atau aorta.

▹ Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik biasanya dijumpai nyeri


terutama di area sternum, adanya edema, deformitas, dan disertai
krepitasi.
Penatalaksanaan :

• Untuk fraktur tanpa dislokasi fragmen fraktur


dilakukan pemberian analgetika dan observasi tanda-
tanda adanya laserasi atau kontusio jantung

• Untuk fraktur dengan dislokasi atau fraktur


fragmented dilakukan tindakan operatif untuk
stabilisasi dengan menggunakan sternal wire, sekaligus
eksplorasi adanya perlukaan pada organ atau struktur
di mediastinum.
43
Dislokasi Sendi Sternoklavikula
44
▹ Kasus dislokasi sendi sternoklavikula jarang ditemukan.
▹ Dislokasi ini dibagi menjadi dislokasi anterior dan
posterior.
▹ Dislokasi anterior ditandai dengan :
▸ nyeri pada daerah trauma
▸ nyeri tekan
▸ dan terlihat bongkol klavikula dari sendi sternoklavikula
menonjol kedepan,
▸ dislokasi posterior tampak sendi tertekan kedalam.

▹ Dislokasi posterior tampak sendi tertekan kedalam


▹ Penatalaksanaan dislokasi sendi sternoklavikula berupa
45
46 Flail Chest
▹ Flail chest adalah area toraks yang melayang, disebabkan adanya
fraktur iga multipel berturutan lebih atau sama dengan 3 iga, dan
memiliki garis fraktur lebih atau sama dengan 2 pada tiap iganya.

▹ Pemeriksaan fisik yang didapatkan pernafasan pasien melemah,


pergerakan dinding toraks tampak asimetris dan tidak
terkoordinasi. Dari palpasi didapatkan gangguan pergerakan
nafas dan adanya krepitasi tulang iga atau fraktur kartilago dapat
nyongkong diagnosis.

▹ Dari pemeriksaan rontgen thoraks akan dijumpai adanya multiple


fraktur kosta.
47
Penatalaksaan
1. Oksigenasi yang adekuat
2. Pemberian ciaran secara seimbang
3. Analgetik untuk memperbaiki ventilasi
4. Pemberian anestesi lokal meliputi blok saraf interkosta,
intrapleural, ekstra pleural.
49
Indikasi Operasi atau stabilisasi pada flail chest:
1. Bersamaan dengan Torakotomi karena sebab lain, seperti hematotoraks
masif.
2. Gagal atau sulit weaning ventilator.
3. Menghindari cacat permanen.
4. Indikasi relatif Menghindari prolong ICU stay dan prolong hospital stay.
5.Tindakan operasi adalah dengan fiksasi fraktur iga sehingga tidak
didapatkan lagi area yang melayang atau flail.
Tindakan operasi adalah dengan fiksasi fraktur iga sehingga
tidak didapatkan lagi area yang melayang atau flail
Trauma Pada Pleura dan Paru
51 Pneumotoraks
▹ Adanya udara yang terperangkap di rongga pleura akibat robeknya
pleura visceral
▹ Dapat terjadi spontan atau karena trauma, yang mengakibatkan
terjadinya peningkatan tekanan negatif intrapleura sehingga
mengganggu proses pengembangan paru.
▹ Terjadi karena trauma tumpul atau tembus toraks
▹ Pneumotoraks dibagi menjadi :
▸ 1. Simple pneumotoraks
▸ 2. Tension pneumotoraks
▸ 3. open pneumotoraks
1.Simple Peumothorax
▹ Tidak disertai peningkatan tekanan intra toraks yang
progresif.
Manifestasi klinis :
▹ Nyeri dan sesak nafas
▹ Dari pemeriksaan fisik
Inspeksi : Dada dapat tampat asimetris
Palpasi : Fremitus menurun atau menghilang
Perkusi : Dijumpai hipersonor pada daerah yang terkena
Auskultasi : Dijumpai suara napas yang melemah sampai menghilang pada
daerah yang terkena.
Pada pemeriksaan foto toraks dijumpai adanya gambaran radiolusen atau
gambaran lebih hitam pada daerah yang terkena, biasanya dijumpai gambaran
pleura line. Tidak dijumpai mediastinal shift, paru pada sisi yang terkena akan
kolaps, parsial atau total.
Penatalaksanaan simple pneumotoraks
dengan chest tube + WSD.
53
Cara pemasangan chest tube + WSD :
1. Tentukan tempat insersi di ics 5 (setinggi puting susu) di anterior line mid-aksilaris
pada sisi yang terkena.
2. Siapkan pembedahan dan tempat insersi ditutup dengan kain
3. Anestesi local kulit dan periosteum iga
4. Insisi transversal (horizontal) 2-3 cm pada tempat yang telah ditentukan dan diseksi
yang telah ditentukan dan diseksi tumpul melalui jaringan subkutan, tepat diatas
iga.
5. Tusuk pleura parietal dengan ujung klem dan masukkan jari ke dalam tempat insisi
untuk mencegah melukai organ yang lain dan melepaskan perlengketan.
6. Klem ujung proksimal tube torakostomi dan dorong tube ke dalam rongga pleura
sesuai panjang yang diinginkan. Tube diarahkan ke sisi posterior toraks.
7. Cari adanya fogging pada chest tube saat ekspirasi atau dengarkan aliran udara.
8. Sambung ujung tube torakostomi ke WSD.
9. Jahit tube ditempatnya.
10. Tutup dengan kain atau kasa dan plester.
11. Foto rontgen thorak dan pemeriksaan analisa gas darah sesuai kebutuhan.
2. Tension pneumotoraks
▹ Disertai peningkatan tekanan intra toraks yang semakin lama semakin
bertambah atau progresif
▹ Manifestasi Klinis :
▸ Tanda dan gejala klinis: sesak yang bertambah berat dengan cepat,.
▸ Pemeriksaan fisik
Inspeksi : trakea terdorong ke arah yang sehat (konteralateral), distensi
vena jugularis, paru asimetris (yang sakit tertinggal), terdapat jejas.
Palpasi : trakea mengalami deviasi
Perkusi : hipersonor pada posisi yang sakit
Auskultasi : vesikular melemah/ sampai benar-benar menghilang
▹ Terjadi peningkatan intra toraks yang progresif, sehingga terjadi kolaps
total paru, mediastinal shift atau pendorongan mediastinum ke
kontralateral
▹ Merupakan keadaan life-threatening, maka tidak perlu dilakukan
pemeriksaan foto toraks
56
Penatalaksanaan tension pneumotoraks berupa dekompresi
segera dengan needle insertion pada sela iga II linea mid-
57 klavikula pada daerah yang terkena.
Prosedur torakosintesis jarum :
1. Identifikasi sela iga II, di linea midklavikula di sisi tension pneumothoraks.
2. Lakukan asepsis dan antisepsis dada menggunakan betadine dan kassa steril.
3. Jika penderita sadar atau keadaan mengijinkan lakukan anestesi lokal menggunakan lidocaine
dalam spuit 3 cc sub kutan pada daerah yang akan dilakukan punksi.
4. Pasang abbocath pada spuit 10 cc yang sudah diisi dengan 5 cc NaCl 0.9%.
5. Insersi jarum abbocath ke kulit secara langsung membentuk sudut 90 derajat tepat di tepi atas iga
ketiga pada sela iga kedua (SIC II).
6. Tusuk hingga menembus pleura parietal, ditandai dengan adanya gelembung-gelembung udara
pada spuit yg telah diisi 5 cc NaCl.
7. Setelah keadaan tension pneumotoraks teratasi, angkat jarum abbocath dan spuit dari kateter
plastik serta pertahankan posisi kateter plastik dengan plester (tanda tension teratasi yaitu sudah
tidak ada lagi gemlembung udara di dalam spuit dan sesak penderita membaik).
8. Siapkan pasien untuk dilakukan pemasangan chest-tube.chest tube dipasang setinggi puting susu
anterior garis mid-aksilarin pada hemitoraks yang cedera.
9. Setelah chest-tube terpasang, angkat kateter plastik dari tempat punksi yang digunakan untuk
dekompresi tension pneumothorax.
10. Lakukan rontgen thoraks.
58
3. Open Pneumothorax
Adanya luka terbuka yang bisa menyebabkan udara luar masuk kerongga dada .
Udara masuk ke tempat luka dikarenakanan tahanan lebih kecil.
Akan meyebabkan gangguan ventilasi.

Penatalaksanaan open pneumotoraks :


- Luka tidak boleh di eksplore.
- Pasang plester 3 posisi (menutup defek dengan occlusice dressing yaitu plastik atau
petrolatum gauze yang steril)
- Insersi chest tube + WSD.
60
62
Hematotoraks
Terakumulasinya darah pada rongga pleura akibat trauma
tumpul atau tembus pada toraks. Sumber perdarahan
umumnya berasal dari A. interkostalis atau A. mamaria
interna.
● Pasien dengan hematotoraks (< 1500 ml darah) bersifat self-limited dan
tidak memerlukan intervensi operatif.
● Sedangkan hematotoraks massive (>1500 ml darah) memerlukan
tindakan operatif
Manifestasi klinis yang ditemukan pada hematotoraks yang pertama
64 kali muncul adalah
- Syok hipovolemik yaitu hipotensi, nadi cepat, pucat, akral dingin,
takikardi, sianosis

- Tidak menimbulkan nyeri selain dari luka yang berdarah di dinding


dada

- Pemeriksaan fisik :
Inspeksi pergerakan berukurang pada paru terkena trauma
Palpasi fremitus taktil menurun
Perkusi didapatkan redup pada salah satu sisi hemitoraks
Auskultasi didapatkan hilangnya suara nafas pada sisi yang
terkena.
65
Penatalaksanaan hematotoraks
1. Penanganan hemodinamik segera untuk menghindari kegagalan
sirkulasi.
2. Pemasangan chest tube + WSD.
3. Tindakan operasi torakotomi emergensi dilakukan untuk menghentikan
perdarahan apabila dijumpai :
- Dijumpai perdarahan massif atau inisial jumlah produksi darah di
atas 1500 cc.
- Bila produksi darah di atas 5 cc/kgBB/jam.
- Bila produksi darah 3-5 cc/kgBB selama 3 jam berturut-turut.
Kontusio Paru
▹ Kontusio paru sering dijumpai pada kasus trauma tumpul toraks dan
dapat pula terjadi pada trauma tajam dengan mekanisme perdarahan
dan edema parenkim. Kontusio paru atau cedera jaringan yang
menyebabkan edema dan reaksi inflamasi menimbulkan gambaran
klinis batuk disertai darah (hemoptisis), sesak napas dikarenakan
terganggunya fungsi ventilasi dan perfusi.
▹ Pada pemeriksaan foto toraks yang akan didapatkan gambaran infiltrat
dan pemeriksaan laboratorium analisa gas darah yang menunjukan
penurunan nilai PaO2 < 65mmHg atau SaO2 <90%.
68
Penatalaksanaan
69
Penatalaksanaan dapat dilakukan dengan :
1. Mempertahankan oksigenasi
2. Tindakan: bronkial toilet, batasi pemberian cairan
isotonik atau hipotonik, terapi oksigen, pain control,
diuretika, bila perlu ventilator dengan tekanan positif
(PEEP >5)
Laserasi Paru
▹ Robekan pada parenkim paru akibat trauma tajam atau trauma
tumpul keras yang disertai fraktur iga
▹ Manifestasi klinik umumnya dijumpai hemato + pneumotoraks.

▹ Penatalaksanaan umum dengan Torakostomi + WSD


▹ Indikasi operasi:
▸ Hematotoraks masif (terapi hematotoraks)
▸ Adanya continous buble pada torakostomi yang menunjukkan
adanya robekan paru
▸ Distress pernapasan berat yang dicurigai karena robekan luas
Ruptur diafragma -Pada keadaan ini trauma tembus juga akan
melukai organ organ intratoraks atau
intraabdominal
-Biasanya disebabkan oleh trauma -Pada ruptur diafragma akan terjadi herniasi
tumpul pada daerah toraks inferior organ viseral abdomen ke toraks dan dapat
atau abdomen atas. terjadi ruptur ke intra perikardial.
Tanda dan gejala klinis sesak atau respiratory distress,
-Trauma tumpul di daerah toraks mual-muntah, tanda-tanda akut abdomen, hilangnya
inferior akan mengakibatkan suara pernapasan yang diganti dengan bising usus di
peningkatan tekanan intra rongga thoraks.
abdominal yang diteruskan ke
diafragma. -Dari pemeriksaan foto toraks dengan NGT terpasang
dijumpai pendorongan mediastinum kontralateral dan
terlihat adanya organ viseral maupun organ solid di atas
-Ruptur terjadi bila diafragma diafragma.
tidak dapat menahan tekanan
tersebut. -Penatalaksanaan dapat dilakukan dengan torakotomi
eksplorasi emergensi dan dapat diikuti dengan
-Dapat pula terjadi ruptur laparotomi apabila diperlukan
diafragma akibat trauma tembus
pada daerah toraks inferior.
73
74 Trauma esofagus
▹ Umumnya disebabkan oleh trauma tajam atau
tembus.
▹ Diagnostik dapat dilakukan dengan pemeriksaan
foto toraks yang menggambarakan
pneumomediastinum atau efusi pleura dan dapat
dilakukan dengan esofagografi
▹ Penatalaksanaannya dapat berupa torakotomi
eksplorasi
Trauma Jantung
Trauma tajam dan trauma tumpul jantung dapat
Kecurigaan terjadinya suatu mengakibatkan memar otot jantung, perdarahan
trauma jantung dapat dinilai masif, dan temponade jantung. Pasien akan
apabila dijumpai: mengalami hipotensi, disritmia
- Trauma tumpul di daerah
PEMERIKSAAN PENUNJANG
anterior 1. Pemerikasan EKG adanya gambaran
- Fraktur pada sternum
infark miokard yaitu perubahan
- Trauma tembus atau tajam
segmen ST.
pada area prekordial yaitu 2. Pada foto toraks dijumpai pembesaran
parasternal kanan, sela iga II mediastinum, gambaran doublecontour
kiri, garis mid-klavikula kiri, pada mediastinum yang menunjukkan
arkus kosta kiri kecurigaan efusi pericardium.
3. Echocardiography untuk memastikan
adanya suatu efusi atau tamponade
jantung.
Penatalaksanaan trauma jantung
dapat dilakukan apabila dijumpai:

▹ Luka tembus pada area prekordial merupakan indikasi dilakukannya


torakotomi eksplorasi emergency
▹ Tamponade dengan riwayat trauma toraks merupakan indikasi
dilakukannya torakotomi eksplorasi.
▹ Kecurigaan trauma jantung yang mengharuskan perawatan dengan
observasi ketat untuk mengetahui adanya tamponade.
Emfisema Subkutis
77
▹ Emfisiema diartikan sebagai terkumpulnya udara secara patologik
dalam  jaringan atau organ.
▹ Subkutis merupakan suatu lapisan kulit setelah dermis
▹ Definisi emfisiema subkutis adalah emfisema intertisial yang
ditandai dengan adanya udara dalam jaringan subkutan, biasanya
disebabkan oleh cedera intratoraks, dan pada kebanyakan kasus
disertai dengan pneumothoraks.

Emfisema subkutis dapat terjadi akibat trauma pada saluran pernapasan. Trauma yang
merobek pleura sehingga udara yang berasal dari paru menyebar ke otot-otot dan lapisan
subkutan. Dan bisa karena patah tulang iga , dimana iga melukai parenkim paru yang
menyebabkan rupturnya alveoli.
Tanda dan gejala dari emfisiema subkutis bervariasi tergantung pada
 penyebab dan lokasi terjadinya :
Tetapi sering berhubungan dengan nyeri pada leher, nyeri dada, dan
terkadang juga terjadi nyeri tenggorokan, dan kesulitan bernafas.

PEMERIKSAAN FISIK
- Inspeksi :
Membengkak, jika kebocoran udara sangat banyak, wajah dapat
menjadi bengkak sehingga kelopak mata tidak dapat dibuka. Dan
kasus emfisiema subkutis yang terjadi di sekitar leher, terkadang
menimbulkan perubahan suara pasien menjadi lebih tinggi, hal ini
dikarenakan pengumpulan udara pada mukosa faring.
- Palpasi akan teraba seperti kertas atau krispies. Jika disentuh maka
teraba seperti balon yang berpindah dan kadang-kadang timbul
 bunyi retakan “crack ”.
79
Pemeriksaan penunjang
Radiologi foto toraks :
Dada emfisiema subkutis terlihat sebagai gambaran radiolusen pada
otot pektoralis mayor.

Tatalaksana
-Emfisiema subkutis biasanya bersifat jinak, sehingga tidak
membutuhkan  penanganan karena dalam 3 atau 4 hari bahkan sampai
seminggu pembengkakan akan berkurang secara menyeluruh karena
udara diserap secara spontan dan terjadi penyembuhan. 

- Pada kasus emfisiema subkutis yang berat pemasangan chest tube +


WSD
81 ANATOMI ABDOMEN
TRAUMA TUMPUL
ABDOMEN
83 DEFINISI
▹ Trauma adalah keadaan yang disebabkan oleh luka atau cidera. Trauma
terbagi dua yakni trauma tumpul dan trauma tajam.
▹ Trauma tajam terjadi bila terdapat penetrasi kedalam jaringan tubuh
sehingga menimbulkan luka.
▹ Trauma tumpul adalah trauma yang tanpa disertai penetrasi ke jaringan
tubuh.
▹ Trauma abdomen adalah keadaan pada abdomen baik bagian dalam
ataupun luar yang disebabkan oleh luka atau cidera.
▹ Trauma tumpul abdomen yaitu trauma abdomen tanpa penetrasi ke dalam
rongga peritoneum, dapat diakibatkan oleh pukulan, benturan, ledakan,
deselerasi, kompresi.
84 ETIOLOGI ▹ KLL
▹ JATUH DARI KETINGGIAN
▹ CEDERA KETIKA
BEROLAHRAGA
PADA ANAK-ANAK
 KECELAKAAN KENDARAAN
BERMOTOR
 CEDERA AKIBAT
MENGENDARAI SEPEDA
 KEKERASAN PADA ANAK.
EPIDEMIOLOGI
85
 75% kecelakaan antara kendaraan bermotor atau
kecelakaan antara pejalan kaki dengan kendaraan
bermotor

 Pukulan langsung ke abdomen 15%

 Jatuh dari ketinggian 6-9 %

 Prevalensi dari cedera intra-abdomen disebabkan


trauma tumpul abdomen yang ada di unit gawat
darurat sekitar 13%.

 Lien dan hepar adalah organ padat yang paling


sering cedera di kasus trauma tumpul abdomen
PATOFISIOLOGI
86
▹ Trauma ▹ Trauma ▹ Trauma
Deselerasi Crushing kompresi
Deselerasi terjadi Isi organ Gaya kompresi
bila bagian yang intraabdominal eksternal yang
menstabilasi organ, tertekan diantara menyebabkan
seperti pedikel dinding abdomen peningkatan tekanan
ginjal, ligamentum dan columna intra-abdomen yang
teres tidak bergerak, vertebra. Dapat pula tiba-tiba dan
sedangkan organ terjadi bila mencapai
yang distabilisasi komponen alat puncaknya pada
tetap bergerak. penahan (sabuk ruptur organ
Shear force terjadi pengaman) dipakai berongga.
bila pergerakan ini dengan cara yang
terus berlanjut. salah
CIDERA ORGAN
87 SPESIFIK

INTRAPERITONEA RETROPERITONEALL
L
Ruptur Ginjal
Ruptur Hepar
Ruptur Pankreas
Ruptur Limpa
Ruptur ureter
Ruptur Usus halus
RUPTUR HEPAR
88
Ruptur Hepar :
• Fraktur costa VII – IX.
• Syok hipovolemik, hipotensi, nyeri pada abdomen kuadran kanan atas.
• Nyeri tekan dan Defans muskuler tampak saat perdarahan menyebabkan
iritasi peritoneum (± 2 jam post trauma).
• Pemeriksaan penunjang
▹ USG : terdapat perdarahan , CT-Scan: Laserasi
▹ Kondisi pasien syok, atau pasien trauma dengan kegawatan. Lakukan
Laparotomi: melihat perdarahan intraperitoneal.
▹ Pasien dengan trauma tumpul hepar yang stabil secara
89 hemodinamik tanpa adanya indikasi lain untuk operasi lebih baik
ditangani secara konservatif

Beberapa kriteria klasik untuk penatalaksan non operatif adalah:


-Hemodinamik stabil setelah resusitasi, status mental normal dan tidak
ada indikasi lain untuk laparotomi. Pasien yang ditangani secara non
operatif harus di monitoring klinis untuk vital sign dan abdomen,
pemeriksaan HB serial dan pemeriksaan CT/USG akan menentukan
penatalaksanaan.
90 ▹ Jika pemeriksaan HB serial (setelah resusitasi) normal pasien dapat
dipulangkan dengan pembatasan aktifitas. Aktifitas fisik
ditingkatkan secara perlahan sampai 6-8 minggu. Waktu untuk
penyembuhan perlukaan hepar berdasarkan bukti CT-Scan antara
18-88 hari dengan rata-rata 57 hari.
91 DIAGNOSIS
Berdasarkan : Pemeriksaan
Pemeriksaan head to toe
Anamnesis dan riwayat Penunjang
trauma : • Inspeksi
• Palpasi a) Laboratorium
• Mechanism of injury
• Riwayat AMPLE • Perkusi b) Pemeriksaan
Primary Survey • Auskultasi radiologis: Foto
▹ rontgen
A – Airway
▹ B – Breathing c) Pemeriksaan
▹ C – Circulation diagnostik khusus:
▹ D – Disability • USG
• CT-Scan
▹ E - Exposure
92 TATALAKSANA Berdasarkan Evaluasi radiologis (Rontgen)
▹ Adanya udara bebas (free air ) atau
Manajemen Operatif
ruptura diafragma
Indikasi Laparotomi pada trauma
▹ CT-Scan dengan kontras
tumpul abdomen:
memperlihatkan adanya ruptur organ –
Berdasarkan Evaluasi Klinik : organ berongga intraabdominal
▹ Trauma tumpul dengan hasil
USG adanya internal bleeding
Manajemen non-operatif:
▹ Trauma tumpul dengan
-Resusitasi cairan
hipotensi terus menerus
walaupun dilakukan resusitasi -Pantau tanda-tanda vital
adekuat
▹ Adanya tanda-tanda peritonitis
93 Prognosis

Prognosis secara keseluruhan pasien dengan trauma


tumpul abdomen cukup baik.
ANALISA KASUS
Pasien atas nama Tn. A, laki-laki, berusia 36 tahun datang ke IGD RSUD
Raden Mattaher Jambi mengeluh nyeri dada sebelah kanan 30 menit SMRS. Nyeri
dada dirasakan terutama saat bernafas. Os mengaku mengalami kecelakaan
motor. Pasien juga mengeluh sesak nafas dan nyeri perut kanan atas.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien tampak sakit
sedang, kesadarannya compos mentis dan untuk vital signnya didapatkan Tekanan
darah 120/80mmhg, RR 26x/m, nadi 112x/menit, suhu 36,00 C, SpO2nya 98%, dan
urin output dalam batas normal. Dari hasil ttv dapat kita lihat bahwa RR pasien
dalam keadaan takipneu dan nadi meningkat. Pada pemeriksaan thorak
didapatkan inspeksi pergerakan dinding dada simetris kiri sama dengan kanan.
Terdapat Vulnus Contussum (luka memar) di hemithorax kanan dengan ukuran ±
20x10 cm. Pada palpasi pergerakan dinding dada simetris kiri sama dengan
kanan, nyeri tekan (+) di hemithorax dektra di ics 8-12, fremitus taktil dada kiri
sama dengan kanan. Pada perkusi didapatkan sonor pada kedua paru dan
auskultasi vesikuler kiri sama dengan kanan.
▹ Pada pemeriksaan fisik abdomen inspeksi datar, terdapat Vulnus
Contussum (luka memar) di kuadran kanan atas dengan ukuran
8x1cm, auskultasi bising usus (+) normal 7x/menit . Pada palpasi
nyeri tekan pada kuadran kanan atas (+), hepar dan lien tidak teraba.
Perkusi didapatkan timpani diseluruh kuadran abdomen.
▹ Pemeriksaan penunjang laboratorium didapatkan HB dalam batas
normal. Pemeriksaan bermakna bahwa tidak ada tanda-tanda
perdarahan. Untuk itu pasien diobservasi secara rutin. Dari
pemeriksaan foto thorax didapatkan normal, foto polos abdomen 3
posisi didapatkan tidak ada tanda-tanda peritonitis. Dilakukan juga
pemeriksaan USG dan ditemukannya perdarahan intra abdomen
kanan dengan suspek ruptur hepar lobus kanan.
▹ Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
96 pemeriksaan penunjang dapat disimpulakan bahwa
pasien didiagnosa trauma tumpul thorax + suspek
ruptur hepar dengan hemodinamik stabil ec trauma
tumpul abdomen.
▹ Tatalaksana yang diberikan IVFD RL 20 Tpm,
pemasangan kateter, ceftriaxone 1x2 g, Asam
Traneksamat 3x500mg, vitamin K 3x1gr
▹ Setelah dilakukan observasi selama beberapa hari,
didapatkan hemodinamik pasien stabil, terjadi
penurunan kadar leukosit, tanda tanda perdarahan
tidak ada, dan nyeri pada dinding dada dan abdomen
Kesimpulan
97
Trauma adalah cedera atau luka yang mengenai organ tubuh, rongga tubuh
manusia yang dapat menyebabkan kerusakan. Biasa disebabkan benda tajam
ataupun benda tumpul. Trauma toraks merupakan salah satu penyebab utama
kematian di dunia berkisar 15-77%. Trauma toraks terdiri dari 10-15% dari semua
trauma dan mewakili 25% dari semua kematian akibat trauma.
Pada pasien dengan cedera intraabdominal perlu dilakukan konsultasi segera
dengan ahli bedah. Bila fungsi vital pasien bisa diperbaiki, maka evaluasi dan
penanganan akan bervariasi sesuai dengan cederanya.
Semua pasien trauma tumpul dengan hemodinamik yang tidak stabil harus
segera dinilai kemungkinan perdarahan intraabdominal maupun kontaminasi GI
tract dengan melakukan DPL, ataupun FAST.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai