Trauma toraks merupakan penyebab kematian utama pada kelompok umur dibawah 35
tahun. Trauma toraks terjadi hampir 50% dari seluruh kasus kecelakaan. Trauma thorax
kebanyakan disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas yang umumnya berupa trauma tumpul
(90%).
Trauma tumpul abdomen yaitu trauma abdomen tanpa penetrasi ke dalam rongga
peritoneum, dapat diakibatkan oleh pukulan, benturan, ledakan, deselarasi, kompresi, atau
sabuk pengaman. Organ padat seperti limpa dan hati merupakan organ yang paling sering
mendapatkan cidera.
Sebagai dokter umum yang akan menempati fasilitas kesehatan tingkat pertama kita
harus paham mengenai trauma thorak dan trauma abdomen. Oleh karena itu penulis tertarik
untuk membuat makalah mengenai trauma thorak dan trauma tumpul abdomen.
LAPORAN
KASUS
3
4 Identitas Pasien
▹ Nama : Tn. A
▹ Umur : 36 Tahun
▹ Berat badan : 80 kg
▹ Jenis Kelamin : Laki-laki
▹ Alamat : RT. 03 JL. Wali Songo. Kota
Jambi
▹ Pekerjaan : Pegawai Swasta
▹ MRS : 15 Oktober 2019
▹ Tgl Pemeriksaan : 15 Oktober 2019
PRIMARY SURVEY
5 C E
A Jejas (+) di
Circulation : Akral atas dan
Airway : patent, hemithorax
bawah hangat, CRT <2 detik,
tidak ada jejas di dekstra dan
nadi= 112 x/menit , TD: 120/80
supraklavikula kuadran kanan
mmHg. atas abdomen.
B
Deviasi trakea (-), pergerakan dinding
dada simetris kiri = kanan, reguler, D
perkusi sonor pada kedua paru, GCS 15 E4 –
auskultasi vesikuler kiri = kanan, RR = V5 – M6,
26 x / menit. pupil isokor
SECONDARY
SURVEY
KELUHAN UTAMA :
Nyeri dada sebelah kanan sejak 30 menit SMRS
6
RIWAYAT PENYAKIT
7 SEKARANG
▹ Os datang dengan keluhan nyeri dada sebelah kanan 30 menit SMRS. Nyeri dada
dirasakan terutama saat bernafas. Os mengaku mengalami kecelakaan motor
(tunggal) terjatuh sendiri dikarenakan terkejut ada mobil melintas dengan sangat
cepat. Os terjatuh kearah kanan, bagian dada kanan dan perut kanan os terkena
pot bunga yang berada di pertengahan jalan.
▹ Os mengatakan kecepatan kendaraannya tidak melebihi 20km/jam. Os
menggunakan helm saat kejadian. Benturan kepala dan leher tidak ada. Keluhan
penurunan kesadaran (-), mual dan muntah (-). Os juga mengeluh sesak nafas dan
nyeri perut kanan atas. Os tidak memiliki riwayat alergi obat-obatan maupun
makanan, os tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan jangka panjang, os makan
nasi 1 jam sebelum kecelakaan.
8
Riwayat Sosial
Riwayat Penyakit Ekonomi
Riwayat Keluarga Pasien sehari-hari bekerja
Penyakit sebagai pegawai swasta.
DM (-)
Pasien memiliki kebiasaan
Dahulu Hipertensi (-)
merokok satu bungkus
DM (-) sehari sejak pasien duduk
Hipertensi (-) di Sekolah Dasar.
STATUS
GENERALISATA
9
KU : Tampak sakit sedang Bentuk Kepala : Normocephal
Mata : CA (-/-), SI (-/-), RC (+/+), isokor
Kesadaran : Compos mentis Hidung : Deviasi septum (-), Epistaksis (-/-)
Mulut : Sianosis (-)
Telinga : Otore (-/-), Otalgia (-/-), tinnitus (-/-)
Vital Sign :
TD : 120/80 mmHg
HR : 84 x/menit Perbesaran KGB : (-)
RR : 20 x/menit Deviasi leher : (-)
Jejas : (-)
Suhu : 36,00 C
SpO2 : 98 %
GENERALISA
TA Paru
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris kiri = kanan. Terdapat
Vulnus Contussum (luka memar) di hemithorax kanan dengan ukuran ±
20x10 cm.
Palpasi : Pergerakan dinding dada simetris kiri = kanan, nyeri tekan (+)
di hemithorax dektra di ics 8-12, fremitus taktil dada kiri = kanan.
Perkusi : Sonor pada kedua paru.
Auskultasi : Vesikuler kiri = kanan.
JANTUNG
Inspeksi
Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi
Ictus cordis tidak teraba di ICS V line midclavicula sinistra
Perkusi
Batas atas : ICS II linea parasternalis sinistra
Batas bawah : ICS V linea midclavicularis sinistra
Batas kanan: ICS IV linea sternalis dextra
Batas kiri : ICS V linea midclavicularis sinistra
Auskultasi: BJ1- BJ2 reguler, murmur (-), gallop (-)
STATUS GENERALISATA
ABDOMEN
Inspeksi : Datar, terdapat Vulnus Contussum (luka
memar) di kuadran kanan atas dengan ukuran 8x1cm
Auskultasi: Bising Usus (+) normal 7x/menit .
Palpasi : Nyeri tekan pada kuadran kanan atas (+).
Hepar dan lien tidak teraba.
Perkusi : Timpani diseluruh kuadran abdomen (+)
Ekstremitas
Superior : Akral hangat, CRT <2 Detik, Edem (-)
Inferior : Akral hangat, CRT <2 Detik,Edem (-)
Rectal Toucher
12
Inspeksi
Inflamasi (-) pembengkakan (-)
Palpasi
Tonus sfingter ani menjepit kuat, nyeri (-)
-Mukosa rectum dan anus licin
-Prostat arah jam 12 dengan permukaan rata, konsistensi kenyal
-Ampula recti tidak menganga
-Sarung tangan di dapatkan fases tidak ada darah dan lendir
Paru :
Inspeksi : Pergerakan dinding dada STATUS LOKALISATA
simetris kiri = kanan. Terdapat Vulnus
Contussum (luka memar) di hemithorax
kanan dengan ukuran ± 20x10 cm.
Palpasi : Pergerakan dinding dada
simetris kiri = kanan, nyeri tekan (+) di
hemithorax dektra di ics 8-12, fremitus
taktil dada kiri = kanan.
Perkusi : Sonor pada kedua paru.
Auskultasi: Vesikuler kiri = kanan.
Abdomen
Inspeksi : Datar, terdapat Vulnus
Contussum (luka memar) di kuadran kanan
atas dengan ukuran 8x1cm
Auskultasi: Bising Usus (+) normal 7x/menit.
Palpasi : Nyeri tekan pada kuadran kanan
atas (+). Hepar dan lien tidak teraba.
Perkusi : Timpani diseluruh kuadran
abdomen (+)
LABORATORIUM Darah Rutin
(15/10/2019) 07.00 pagi. HB serial jam 10.00 pagi dan 20.00 malam
14 Pemeriksaan
Darah rutin
Hasil
Nilai Rujukan
HGB 14,8 g/dl
Elektrolit
Natrium 142,54 mmol/L 135-148 mmol/L
Kalium 3,59 mmol/L 3,5-5,3 mmol/L
Chlorida 103,50 mmol/L 98-110 mmol/L
Calcium 1,14 mmol/L 1,19-1,23 mmol/L
Faal Ginjal
Ureum 18 mg/dl 15-39 mg/dl
Kreatinin 0,9 mg/dl 0,9-1,3 mg/dl
Gula Darah 88 mg/dl <200 mg/dl
Sewaktu
15
FOTO
THORAX
16
FOTO
POLOS
ABDOME
N
17
FOTO
POLOS
ABDOME
N
18
Kesan :
USG Perdarahan intraabdomen
kanan dengan suspek
rupture hepar lobus
kanan. Lien, pancreas,
kandung empedu, ginjal,
vesika urinaria, aorta
dalam batas normal.
DIAGNOSA
KERJA
Trauma tumpul thorax + suspek ruptur hepar dengan hemodinamik stabil ec
trauma tumpul abdomen.
19
20 TATALAKSANA
- Pemeriksaan fisik :
Inspeksi pergerakan berukurang pada paru terkena trauma
Palpasi fremitus taktil menurun
Perkusi didapatkan redup pada salah satu sisi hemitoraks
Auskultasi didapatkan hilangnya suara nafas pada sisi yang
terkena.
65
Penatalaksanaan hematotoraks
1. Penanganan hemodinamik segera untuk menghindari kegagalan
sirkulasi.
2. Pemasangan chest tube + WSD.
3. Tindakan operasi torakotomi emergensi dilakukan untuk menghentikan
perdarahan apabila dijumpai :
- Dijumpai perdarahan massif atau inisial jumlah produksi darah di
atas 1500 cc.
- Bila produksi darah di atas 5 cc/kgBB/jam.
- Bila produksi darah 3-5 cc/kgBB selama 3 jam berturut-turut.
Kontusio Paru
▹ Kontusio paru sering dijumpai pada kasus trauma tumpul toraks dan
dapat pula terjadi pada trauma tajam dengan mekanisme perdarahan
dan edema parenkim. Kontusio paru atau cedera jaringan yang
menyebabkan edema dan reaksi inflamasi menimbulkan gambaran
klinis batuk disertai darah (hemoptisis), sesak napas dikarenakan
terganggunya fungsi ventilasi dan perfusi.
▹ Pada pemeriksaan foto toraks yang akan didapatkan gambaran infiltrat
dan pemeriksaan laboratorium analisa gas darah yang menunjukan
penurunan nilai PaO2 < 65mmHg atau SaO2 <90%.
68
Penatalaksanaan
69
Penatalaksanaan dapat dilakukan dengan :
1. Mempertahankan oksigenasi
2. Tindakan: bronkial toilet, batasi pemberian cairan
isotonik atau hipotonik, terapi oksigen, pain control,
diuretika, bila perlu ventilator dengan tekanan positif
(PEEP >5)
Laserasi Paru
▹ Robekan pada parenkim paru akibat trauma tajam atau trauma
tumpul keras yang disertai fraktur iga
▹ Manifestasi klinik umumnya dijumpai hemato + pneumotoraks.
Emfisema subkutis dapat terjadi akibat trauma pada saluran pernapasan. Trauma yang
merobek pleura sehingga udara yang berasal dari paru menyebar ke otot-otot dan lapisan
subkutan. Dan bisa karena patah tulang iga , dimana iga melukai parenkim paru yang
menyebabkan rupturnya alveoli.
Tanda dan gejala dari emfisiema subkutis bervariasi tergantung pada
penyebab dan lokasi terjadinya :
Tetapi sering berhubungan dengan nyeri pada leher, nyeri dada, dan
terkadang juga terjadi nyeri tenggorokan, dan kesulitan bernafas.
PEMERIKSAAN FISIK
- Inspeksi :
Membengkak, jika kebocoran udara sangat banyak, wajah dapat
menjadi bengkak sehingga kelopak mata tidak dapat dibuka. Dan
kasus emfisiema subkutis yang terjadi di sekitar leher, terkadang
menimbulkan perubahan suara pasien menjadi lebih tinggi, hal ini
dikarenakan pengumpulan udara pada mukosa faring.
- Palpasi akan teraba seperti kertas atau krispies. Jika disentuh maka
teraba seperti balon yang berpindah dan kadang-kadang timbul
bunyi retakan “crack ”.
79
Pemeriksaan penunjang
Radiologi foto toraks :
Dada emfisiema subkutis terlihat sebagai gambaran radiolusen pada
otot pektoralis mayor.
Tatalaksana
-Emfisiema subkutis biasanya bersifat jinak, sehingga tidak
membutuhkan penanganan karena dalam 3 atau 4 hari bahkan sampai
seminggu pembengkakan akan berkurang secara menyeluruh karena
udara diserap secara spontan dan terjadi penyembuhan.
INTRAPERITONEA RETROPERITONEALL
L
Ruptur Ginjal
Ruptur Hepar
Ruptur Pankreas
Ruptur Limpa
Ruptur ureter
Ruptur Usus halus
RUPTUR HEPAR
88
Ruptur Hepar :
• Fraktur costa VII – IX.
• Syok hipovolemik, hipotensi, nyeri pada abdomen kuadran kanan atas.
• Nyeri tekan dan Defans muskuler tampak saat perdarahan menyebabkan
iritasi peritoneum (± 2 jam post trauma).
• Pemeriksaan penunjang
▹ USG : terdapat perdarahan , CT-Scan: Laserasi
▹ Kondisi pasien syok, atau pasien trauma dengan kegawatan. Lakukan
Laparotomi: melihat perdarahan intraperitoneal.
▹ Pasien dengan trauma tumpul hepar yang stabil secara
89 hemodinamik tanpa adanya indikasi lain untuk operasi lebih baik
ditangani secara konservatif