Anda di halaman 1dari 5

BAB III

VASKULAR

Hemangioma :
 Hemangioma adalah tumor benigna yang merupakan kelainan vaskuler bawaan paling
banyak pada bayi dan anak-anak. Hemangioma dibagi atas : Hemangioma infantile,
Hemangioma kongenital involute cepat, Hemangioma non-involut, Hemangioma
intramuskuler.
 Tanda dan gejala klinis hemangioma umumnya timbul sejak minggu pertama kelahiran dan
biasanya di daerah muka dan leher sehingga menyebabkan gangguan kosmetik dan indera.
Daerah tungkai dan lengan lebih jarang. Penampakan hemangioma umumnya nampak
kemerahan, bisa menonjol atau rata dengan kulit. Sering disebut dengan “strawberry type
hemangioma” karena seperti strawberry. Juga dapat nampak seperti bercak-bercak dengan
kelompok vena-vena di sekitarnya, dan perabaan lunak/kenyal. Secara umum, diagnosis
hemangioma dapat ditegakkan secara klinis melalui anamnesis dan inspeksi.
 Hemangioma pada umumnya akan mengalami regresi secara perlahan sampai usia 5 tahun
dan tidak diperlukan tindakan pengobatan. Apabila tidak terjaid regresi, atau terjadi ekspansi
massa yang cepat dalam waktu beberapa bulan, maka dapat dilakukan tindakan pengobatan
berupa: pengobatan bedah yaitu eksisi dari hemangioma yang local, Radioterapi, Embolisasi
Arterial, atau terapi obat-obatan:
Limfadema :
 Sistem limfatik terdiri atas pembuluh limfe, jaringan limfoid, dan organ limfoid. Pembuluh
limfe berjalan sepanjang perjalanan arteri dan vena dan dimulai dari kapiler limfe,
selanjutnya bergabung pada pembuluh limfe koleksi, dan menjadi trunkus limfatikus,
kemudian menjadi ductus limfatikus dan bermuara di system vena.
 Organ limfatik terdiri dari nodul, limpa, timus, dan tonsil. Berfungsi sebagai pertahanan
tubuh dan mengeliminasi sel-sel abnormal dan pathogen lain. Limpa adalah organ
pertahanan tubuh dan memberi respon tubuh untuk membuang debris, benda asing, toksin,
bakteri, virus, sel darah merah tua. Kelenjar thymus adalah tempat maturase limfosit T dan
mensekresi hormone timopoetin dan timosin.
 Diagnostik paling mudah adalah mengukur sirkumferensial tungkai dan membandingkan
dengan sisi yang sehat, yaitu apabila terdapat perbedaan 2,5 cm maka dianggap edema.
Diagnostik radiologis dengan limfoscintigrafi atau dengan MRI/CT-scan.
 Staging limfedema dibagi sebagai berikut: Derajat I : edema pitting terbatas pada daerah
kaki. Derajat II: edema pitting menyangkut kaki dan bagian bawah tungkai s/d ankle.
Derajat III: edema kaki dan daerah tungkai bawah mengeras. Derajat IV: edema menyangkut
seluruh tungkai dengan hyperkeratosis kaki.
 Indikasi pembedahan limfatik adalah edema limfatik pascainflamatorik, pasca bedah
neoplasma, pasca radioterapi dan jenis edema limfe hiperplastik. Kontra indikasi mutlak
adalah bila terdapat dermato-limfangio-adenitis (DLA) dan adanya ulserasi kulit.
Penyakit Arteri
Trauma arteri :
 Merupakan suatu kegawatdaruratan vascular apabila mengenai arteri besar atau vena besar.
Langkah awal yang harus dilakukan untuk menghentikan trauma vaskuler adalah
menghentikan perdarahan atau hemostasis. Cara yang harus dilakukan adalah dengan bebat
tekan atau penekanan dengan tangan.
 Gejala klinik dari trauma arteri ekstrimitas adalah hilangnya pulsasi perifer, rasa dingin
sampai rasa nyeri di kulit ekstrimitas, berkurangnya kekuatan otot tungkai, hilang rasa,
sensai / numb, perubahan warna kulit (facies mormorata) dan busa teraba adanya masa
hematom.
 Gejala klinik terbagi dalam gejala jelas (hard sign) dan gejala tidak jelas (soft sign). Gejala
jelas terdiri dari, deficit pulsasi sebelah distal dari trauma, adanya iskemia jaringan distal
dari trauma, ada auskultasi bising atau bruit, tampak adanya perdarahan aktif/ deras, terlihat
hematom berdenyut. Gejala tidak jelas meliputi terlihat senjata tajam, ada perlukaan, shock
hemoragis yang tidak diketahui sebabnya, pembengkakan yang signifikan dari ekstrimitas,
hematom dengan hemodinamik stabil.
 Diagnostik selanjutnya ditegakkan dengan Arteriografi, Dopller ulstrasonografi, Pulse
oxymetri pada akral ekstrimitas
 Indikasi intervensi bedah segera pada trauma vaskuler adalah: terdapatnya kerusakan intima
(derajat II), trauma vaskuler derajat III, iskemia tungkai yang lebih dari 4-5 jam (maksimal
6 jam sebagai golden period). Proses reperfusi dengan melakukan tindakan rekonstruksi
vascular harus dilakukan sebelum melakukan tindakan ortopedi dab setelah tindakan
ortopedik, harus dicek kembali.
PAPO :
 Etiologi dari penyakit arteri oklusif adalah arteriosclerosis, arteritis dan tromboemboli.Dari
seluruhnya 90% disebabkan oleh arteriosclerosis dan atherosclerosis.
 Pada arteritis, terjadi keradangan dari dinding arteri.Umumnya menyerang penderita muda.
Salah satu bentuk yang paling klasik adalah penyakit Winiwarter Buerger atau
Trohrombendangiitis –obliterans. Dari klinis, penyakit Buerger umumnya : diderita oleh
laki-laki <30 tahun, ada iskemia jari atau beberapa jari, ada flebitis migrans, tidak ada
diabetes atau kelainan pembekuan darah.
 Diagnosis dari PAPO diklasifikasikan berdasarkan Fountaine yang membagi menjadi 4
stadium: 1. Gejala tidak spesifik, 2. Claudicatio intermittens, 3. Rest pain, 4. Nekrosis akral/
gangrene.
 Terapi bedah pada PAPO dapat dilakukan dengan cara bypass, endarteriektomi, patching,
interposisi graft. Terapi pembedahan paliatif meliputi simpatektomi . Dengan dipotongnya
serabut saraf simpatikus dan ganglion yang merawat arteri tersebut, maka regulasi kimia
akan terputus dan pembuluh darah yang dimaksud akan mengalami vasodilatasi sehingga
diharapkan ada perbaikan gejala dan hilangnya rasa nyeri.
Emboli Arteria Akut :
 .Emboli yang mendadak ini menyebabkan keadaan yang disebut dengan Critical Limb
Ischemi. Onset terjadinya ischemia ini adalah kurang dari 6 jam , bila lebih dari 6 jam, maka
prognosisnya buruk. Umumnya terjadi pada usia<40 tahun.
 Letak emboli biasanya pada a. femoralis. Gejala yang ditunjukkan adalah 6P (Pain Palor,
Polar, Pulselessness, Paresthesia, Paralysis).Terapi definitive dari emboli adalah
embolektomy dengan tekni Fogarty segera.
Penyakit Aorta
Aneurisma Aorta Abdominalis :
 Aneurisma terjadi bila ada dilatasi local dengan peningkatan diameter > 50% dan lapisan
elastin menipis dengan fragmentasi atau disrupsi akibat aktivitas proteolitik.
 Klinis dari AAA adalah adanya masa pulsatile di daerah abdomen, nyeri perut yang kronis
dengan nyeri tekan di daerah aneurisma, emboli sentral.Bila terjadi diseksi, didapatkan
keluhan nyeri tiba-tiba hingga menembus punggung dan disertai kolaps sirkulasi
 .Terapi dari AAA adalah pembedahan yang dilakukan ketika tidak ada gejala karena
resikonya besar.
Angiopati Diabetik
 Pasien diabetes memiliki resiko terkena infeksi yang sulit sembuh hingga menimbulkan
gejala yang disebut dengan diabetic foot hingga menyebabkan ulkus dan bila semakin
parahmenjadi gangrene.Pada kaki diabetic, terjadi neuropati dan angiopati.Pemeriksaan
untuk mendiagnosis adalah dengan mengukur ABPI.Inspeksi luka dilakukan dengan cermat
untuk menilai ekstensi, kedalaman nekrosis, luas jaringan yang terkena serta adanya
osteomyelitis.
 Assesment dari ulkus diabetic adalah dengan klasifikasi wagner. Tindakan bedah dilakukan
dengan cara eksisi dari jaringan nekrosis, dilakukan tanpa anestesi dan kemudian dirawat
dengan balutan antibiotic (wound dressing) dan ujung luka dibiarkan terbuka. Penggantian
bebat dilakukan tiap hari dan disertai dengan regulasi diabetesnya.
 Pembedahan toraks, kardiak dan vaskuler memiliki fungsi vital dalam dalam
mempertahankan fungsi vital tubuh manusia. Oleh karena itu perlu pemahaman yang
mendasar untuk dapat menyelamatkan nyawa pasien.
Penyakit Vena
Varises Tungkai:
 Penyakit pada vena yang sering dijumpai salah satunya adalah varises tungkai.Varises
adalah pemanjangan, pelebaran, disertai berkelok-keloknya system vena dan terdapatnya
gangguan sirkulasi darah di dalamnya. Beberapa factor yang dapat dikaitkan dengan
timbulnya varises yaitu factor tekanan dan factor aliran.
 Etiologi varises tungkai dibagi dalam 2 golongan: (1) Varises primer, sering disebut
"idiopatik" yang berupa insufisiensi dari katup vena memang kira-kira sebanyak 30%
disebabkan karena kebocoran daerah sapheno femoral. (2) Varises sekunder, dikaitkan
dengan sejumlah factor risiko sebagai kausa sekunder dari varises tungkai. Obesitas,
perkerjaan berdirilama, hormonal/menopause, kehamilan, obat-obatan kontrasepsi,
hubungan keluarga.
 Pada klinisnya, varises dibagi menjadi 4 stadium
 Terapi pada varises terbagi menjadi 2, yaitu dengan pembedahan atau tanpa
pembedahan.Pembedahan dilakukan pada jenis varises tertentu.Pada vena yang telah
mengalami kerusakan, harus dilakukan tindakan pembedahan.Mulai stadium klinis II, sudah
harus dipikirkan tindakan pembedahan karena dapat melancarkan peredaran darah balik
sehingga tidak jatuh pada stadium lanjut.Sedangkan pada varises trunkal dan reticularis pada
stadium III dan IV, mutlak harus dilakukan pembedahan.Teknik-teknik pembedahan pada
varises yaitu secara ablasi venous saphenous, ligase vena perforator, koreksi refluks vena
profunda, terapi obstruksi vena profunda, maupun bedah endovaskuler.

Anda mungkin juga menyukai