Oleh
Dr. M. Akram Chalid
Pembimbing:
Dr. M. Asykar Palinrungi,Sp.U
Case Report
Abstract
Crossed renal ectopia is a rare congenital anomaly which usually asymptomatic and
remain undiagnosed. Most cases are fused type (90%). We report an unusual case of
nonfused crossed renal ectopia that is accidentally found in a patient previously
diagnosed with renal trauma. The 25-year-old adolescent male patient was admitted
with generalized abdominal pain with history of trauma 3 weeks earlier. Abdominal
Computed Tomography revealed grade IV trauma on right kidney and non-visualised left
kidney. When the patient underwent emergency laparotomy because of peritonitis, we
found that the injured kidney was actually a crossed ectopic kidney.
Keywords: Crossed Renal Ectopia, Renal Trauma
PENDAHULUAN
LAPORAN KASUS
Seorang laki-laki usia 25 tahun dirujuk ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah
Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar dengan keluhan utama nyeri pada seluruh perut
yang dialami sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Riwayat trauma pada perut 3
minggu yang lalu setelah terjatuh dari ketinggian 5 meter, dengan perut pasien
terbentur pada batang besi dan dirawat di RS Sinjai dimana nyeri perut bertambah
berat sehingga pasien dirujuk ke Makassar. Riwayat hematuria kurang lebih 3 minggu
sejak setelah terkena benturan sampai sekarang. Keluhan saluran cerna dan saluran
kencing lainnya tidak ada. Riwayat penyakit sebelumnya tidak ada.
Pada pemeriksaan fisis didapatkan tekanan darah 90/60 mmHg, pernafasan 30
kali permenit, nadi 110 kali per menit, suhu tubuh 38,6 C. Pada pemeriksaan thorax
didapatkan suara nafas bagian kanan melemah. Perkusi hemithorax kanan pekak.
Pemeriksaan abdomen didapatkan nyeri tekan menyeluruh pada seluruh
abdomen
disertai dengan defans muskuler. Suara bising usus menurun. Pada pemeriksaan colok
dubur tonus spinchter ani kesan longgar dan tidak ditemukan darah pada sarung
tangan. Warna urine terlihat merah pada urine bag.
Pemeriksaan
laboratorium
didapatkan
leukosit
47.700,
hemoglobin
7,2,
hematocrit 21%, trombosit 867.000, ureum 151mg/dl, creatinine 6,5 mg/dl. Foto thorax
dengan hasil efusi pleura pada hemithorax kanan. Dilakukan pemeriksaan CT scan
abdomen tanpa kontras dengan hasil laserasi pada ginjal kanan disertai subkapsular
hematoma, ascites dan efusi pleura bilateral, blood cloth dalam buli-buli, serta ginjal kiri
tidak tervisualisasi.
Gambar 4. Intra operasi ditemukan 2 buah ginjal di sisi kanan, ginjal yang ektopik
Mengalami laserasi grade IV
DISKUSI
Ektopia ginjal dapat dibagi menjadi simple, horseshoe, dan crossed renal
ectopia. Ginjal ektopik simple dapat berlokasi dimanapun sepanjang perjalanan
embrionik ginjal dari pelvis ke fossa renalis . Crossed renal ectopia adalah kelainan
kongenital yang jarang ditemukan dimana ureter yang terletak pada posisi normal di
kandung kemih menyeberangi midline menuju ke ginjal ektopik yang terletak pada sisi
tubuh yang berlawanan. Ginjal ektopik kebanyakan malrotasi dan terletak di bawah
ginjal normal. 1
Crossed renal ectopia tidak menunjukkan gejala (asimtomatik) dan ditemukan
secara kebetulan selama otopsi, skrining, atau pada saat pemeriksaan untuk penyakit
lain. Bentuk yang paling umum ditemukan adalah jenis yang fusi, sekitar 90% dari
semua kasus, dan insidennya dilaporkan 1 dari 7.500 otopsi. Sebaliknya, jenis tanpa
fusi dilaporkan 1 dari 75.000 otopsi. Crossed renal ectopia memiliki 4 jenis: tipe A,
dengan fusi; tipe B, tanpa fusi; tipe C, solitary crossed; tipe D, bilaterally crossed.1,2
dkk juga menyarankan bahwa pembedahan pada kasus ektopik ginjal, jika dilakukan,
harus dilakukan hanya sekali dan sebaiknya melakukan nefrektomi.
3,4
Crossed ectopia adalah ketika ginjal berlokasi pada posisi berlawanan dengan
ureternya yang masuk ke dalam kandung kemih. Sembilan puluh persen crossed
ectopic kidney bersatu pada ipsilateralnya. Kelainan fusi biasanya didiagnosis pada
anak sebagai bagian konstellasi malformasi, pada dewasa muda sepanjang evaluasi
untuk menarche yang terlambat, dan pada lansia biasanya ditemukan secara insidental.
5
Kasus crossed ectopia pertama kali dilaporkan oleh Pamarolus pada 1654.
Abeshouse dan Bhisitkul pada 1959 melakukan suatu ulasan signifikan pada subjek
dan ditemukan 500 kasus crossed ectopia dengan atau tanpa fusi dengan gejala klinis
primer. Glodny dkk pada 2008 melaporkan 24 crossed fused ectopia ditemukan secara
insidental pada pemeriksaan CT scan untuk kasus non-urologi. 6
Enam puluh dua pasien dengan crossed ectopia tanpa fusi telah dilaporkan. Ini
merepresentasikan kurang lebih 10% dari seluruh crossed ectopia. Kelainan ini timbul
lebih sering pada pria dengan rasio 2:1 dan ektopia kiri ke kanan ditemukan 3 kali lebih
banyak dibandingkan dengan ektopia kanan ke kiri 6. Pada kasus kami, pasien
mengalami ginjal ektopia kiri ke kanan.
Ureteral bud (UB) memasuki blastema metanephric yang disekitar ke anlage
spina lumbosacral. Empat minggu kemudian, ginjal yang berkembang melayang pada
level vertebra L1-L3. Karena mekanisme komplit normal untuk naiknya ginjal sepanjang
masa gestasi tidak diketahui, maka penyebab crossed renal ectopia pun tidak diketahui.
Wilmer pada 1938 melaporkan bahwa persilangan timbul sebagai tekanan dari arteri
umbilikalis yang berlokasi abnormal yang mencegah migrasi cephalad dari unit renal,
sehingga mengikuti perjalanan dengan resistensi yang lebih sedikit kearah yang
sebaliknya. 6
Potter pada 1952 dan Alexander dkk pada 1950 memiliki teori bahwa crossed
ectopia adalah suatu fenomena ureteral dimana UB yang sedang berkembang berjalan
ke sisi yang berlawanan dan menginduksi diferensiasi anlage nefrogenik kontralateral.
Ashley dan Mostofi pada 1960 berkesimpulan bahwa tekanan yang kuat bertanggung
jawab pada naiknya ginjal dan tekanan ini menarik satu atau kedua ginjal ke tempatnya
pada sisi lawan. Cook dan Stephens menyatakan bahwa bersilangnya ginjal merupakan
suatu hasil dari malalignment dan rotasi abnormal dari ujung kaudal pada janin yang
sedang berkembang dengan bagian distal pada kolumna vertebra berpindah tempat ke
sisi yang berlawanan atau sebaliknya sehingga satu ureter dapat menyilang pada
midline dan memasuki blastemal nefrogenik sisi lainnya, atau ginjal dan ureter
ditransplantasi ke sisi yang berlawanan dari midline sepanjang penaikan ginjal yang
normal.6
Kelalis dkk pada 1973 mengimplikasikan faktor teratogenik setelah mereka
menyadari peningkatan insidens pada kelainan genitourinaria atau sistem organ lain.
Pada akhirnya, pengaruh genetik mungkin memiliki peran, karena inheritans familial
pada crossed renal ectopia telah dilaporkan pada studi-studi sebelumnya.6
Insidens kejadian abnormalitas pada sistem urogenitalia telah diasosiasikan
dengan ektopia ginjal. Vesicoureteral reflux adalah yang paling sering terjadi (20%
kasus). Kelainan kongenital lainnya termasuk megaureter, hipospadia, kriptokismus,
valve uretra dan dysplasia kistik, dan agenesis unilateral dari tuba fallopi dan ovarium.
7,8
Angka kejadian trauma ginjal sekitar 1 3% dari semua pasien trauma dan 10%
dari semua pasien dengan trauma abdomen. Persentase trauma tumpul dan penetrans
bervariasi tiap tempat. Di Amerika Serikat, 90% trauma ginjal disebabkan oleh trauma
tumpul abdomen.9
The American Association for the Surgery of Trauma (AAST) telah membuat
sebuah skala keparahan organ untuk trauma ginjal, dengan melihat luasnya trauma.
Skala ini telah divalidasi secara prospektif dan secara langsung berhubungan dengan
kebutuhan akan penanganan pembedahan pada pasien trauma ginjal (Lihat tabel 1).
AAST juga telah menunjukkan korelasi dengan fungsi ginjal dan oleh karena itu dapat
diterapkan sebagai prediktor luaran. Satu penelitian yang menunjukkan ini, melaporkan
adanya penurunan fungsi ginjal masing-masing sebesar 15%, 30%, and 65% setelah
trauma grade III, IV, and V. Lebih jauh lagi penelitian ini menunjukkan bahwa fungsi
ginjal bersifat independen, apakah trauma bersifat tumpul atau tajam, dan apakah
penanganannya bersifat pembedahan konstruktif atau konservatif. 9,10,11
Trauma ginjal grade I dan II selalu berhasil ditangani secara konservatif. Ini
bervariasi dibandingkan dengan grade yang lain dan dibutuhkan analgesia untuk
pemantauan tanda-tanda vital sampai normalisasi dan antibiotik untuk resolusi
hematuri. Secara historis, manajemen bedah trauma ginjal grade III bersifat
kontroversial, tetapi bukti terbaru menunjukkan bahwa pendekatan non operatif lebih
disukai. Sebuah studi prospektif observasional yang multisenter baru-baru ini
menunjukkan bahwa penanganan konservatif trauma ginjal grade IV pada sebagian
besar kasus memiliki fungsi ginjal yang tidak berubah sebelum dan sesudah
penanganan yang diukur dengan skintigrafi ginjal dengan asam dimercaptosuksinat.12
Sebuah tinjauan sistematis dan meta-analisis dari penanganan nonoperatif
trauma ginjal pediatrik nonvaskuler grade IV menyimpulkan bahwa pendekatan
nonoperatif itu sangat sukses, dengan pemeliharaan ginjal parsial dicapai pada 95%
dari pasien. Sekitar seperempat dari trauma ginjal grade IV dikelola secara konservatif.
Pemeliharaan parenkim ginjal dan menghindari morbiditas adalah tujuan utama. Hasil
serupa dicapai dengan trauma ginjal grade IV.12
Operasi harus dilakukan pada pasien-pasien yang tetap dalam kondisi
hemodinamik tidak stabil meskipun telah dilakukan resusitasi dengan kristaloid dan
produk darah, dengan kemungkinan terjadi perdarahan ginjal
dan hematoma
mungkin bentuk yang paling tepat untuk intervensi bedah pada kasus cedera kutub
besar atau laserasi pertengahan ginjal. Pendekatan dalam kasus ini adalah melalui
laparotomi midline, memungkinkan penilaian yang memadai dari organ dalam lainnya.
Rekonstruksi didasarkan pada prinsip-prinsip paparan, kontrol perdarahan, debridement
dan hemostasis. Sebuah sistem pengumpulan kedap air adalah yang terpenting, dan
drainase retroperitoneal juga penting.12
Pada kasus kami, pasien datang
dimana ada riwayat trauma tumpul pada abdomen sebelumnya. Setelah dilakukan
resusitasi cairan dan kondisi pasien stabil dilakukan pemeriksaan CT scan abdomen
dimana ditemukan laserasi pada ginjal kanan dan cairan bebas intraperitoneal.
Manajemen operatif pasien dilakukan tindakan laparotomi midline, ditemukan cairan
bebas berupa darah yang berasal dari imbibisi rongga retroperitoneal. Dalam rongga
retroperitoneal kemudian ditemukan terdapat 2 buah ginjal, salah satunya adalah
crossed renal ectopia tipe non-fused. Ginjal ini yang mengalami trauma grade IV yang
menyebabkan perdarahan renal yang meluas ke rongga intraperitoneal. Pada ginjal ini
kemudian dilakukan prosedur nefrektomi.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Yano H, et al. Abdominal aortic aneurysm associated with crossed renal ectopia without
fusion: Case report and literature review. Journal of vascular Surgery. Vol May 2003:
2.
p1098-102
Lodh BD, et al. Unfused crossed renal ectopia with ipsilateral anorchia- a rare entity.
3.
8.
Ramaema DP, et al. Crossed renal ectopia without fusion: an unusual cause of acute
abdominal pain-a case report. Case report in urology vol 2012: 1-4
9. Michael C. Genitourinary trauma. Trauma. Ed: Mattox KL et al. 7 th edition. McGrawHill:
10.
UK. 2012
Tait CD, Somani BK. Renal trauma: case reports and overview. Case reports in urology,
vol 2012, no 1: p1-4