Anda di halaman 1dari 9

http://jurnal.fk.unand.ac.

id 1

Clinical Science Session


Fraktur Os Nasal
Ditta Ananda, Siti Hidayatul Fitri,Syafira Anandayu

Abstrak

Latar belakang : Fraktur os nasal merupakan fraktur paling sering ditemui pada trauma muka, namun fraktur nasal
sering tidak terdiagnosa dan diobati pada saat cedera. Identifikasi awal dan penanganan cedera di awal periode
penting untuk menghindari komplikasi potensial dari patah tulang dan septum hidung. Tujuan : untuk mengetahui
epidemiologi, patofisiologi, etiologi, manifestasi klinis, diagnosis, penatalaksanaan, komplikasi dan prognosis dari
Fraktur Os Nasal. Tinjauan Pustaka : Fraktur nasal disebabkan oleh trauma yang ditandai dengan patahnya tulang
hidung baik sederhana maupun kominunitiva. Fraktur nasal pada orang dewasa dijumpai pada kasus berkelahi,
trauma akibat olahraga, jatuh dan kecelakaan lalu lintas, sedangkan pada anak-anak sering disebabkan karena
bermain dan olahraga. Fraktur nasal dapat ditemukan dan berhubungan dengan fraktur tulang wajah yang lain. Tanda
yang mendukung terjadinya fraktur tulang hidung dapat berupa :adanya pembengkakan pada hidung atau muka,
memar pada hidung atau di bawah kelopak mata (black eye), deformitas hidung, keluarnya darah dari lubang hidung
(epistaksis), terasa krepitasi, nyeri dan kesulitan bernapas dari lubang hidung. Ketepatan waktu dalam mendiagnosa
kejadian fraktur hidung sangat berperan dalam mencapai penyembuhan yang optimal dan estetika yang baik.
Kesimpulan : Perlu adanya kecepatan dan ketepatan dalam mendiagniosis fraktur os nasal agar dapat diberikan
penatalaksanaan segera dan sesuai.

Kata kunci: Fraktur os nasal, trauma

Abstract
Background: Nasal fracture is the most commonly fracture in facial trauma, but nasal fractures are often undiagnosed
and doesn’t treated while injury. Initial identification and initial treatment are neccessary to prevent complications.
Objectives: to find out epidemiology, pathophysiology, etiology, clinical manifestations, diagnosis, management,
complications and prognosis of Os Nasal Fracture. Literature: Nasal fractures caused by severe trauma with a
fracture of both simple and kominunitival bone. Nasal fractures in adults are found in cases of fighting, sports trauma,
falls and traffic accidents, whereas in children it is often caused by play and sports. Nasal fractures can be found and
associated with other facial bone fractures. Signs of os nasal fractures are: nose or facial swelling, bruises on the nose
or under eyelids (black eyes), nasal deformities, blood discharge from the nostrils (epistaksis), crepitation, pain and
difficulty breathing from the hole nose Precision time in diagnosing of nasal fractures is useful for achieving optimal
healing and good aesthetics. Conclusion: Need accuracy in diagnosis of nasal fractures in order to be given prompt
and appropriate management.

Keywords: Fracture os nasal, trauma

PENDAHULUAN edema dan epistaksis. Fraktur nasal sering tidak


A. Latar Belakang terdiagnosa dan tidak terobati pada saat cedera.
Hidung adalah salah satu organ vital dalam Identifikasi awal dan penanganan cedera di awal
system organ manusia manusia. Sebagai sebuah periode penting untuk menghindari komplikasi
organ, hidung bersama dengan sinus paranasal potensial dari fraktur nasal tersebut.2
memiliki beberapa fungsi, antara lain: 1) fungsi B. Batasan Masalah
respirasi untuk mengatur kondisi udara, penyaring Penulisan Referat ini terbatas pada definisi,
udara, humidifikasi, penyeimbang, penyeimbang epidemiologi, patofisiologi, etiologi, manifestasi klinis,
dalam pertukaran tekanan dan mekanisme imunologik diagnosis, penatalaksanaan, komplikasi dan prognosis
lokal, 2) Fungsi penghidu, 3) fungsi fonetik yang Fraktur Os Nasal
berguna untuk resonansi suara, 4) fungsi statik dan C. Tujuan Penulisan
mekanik untuk meringankan beban kepala, proteksi Tujuan penulisan clinical science session ini
terhadap trauma dan pelinung panas, 5) reflex nasal. 1 antara lain sebagai berikut :
Fraktur os nasal merupakan salah satu fraktur 1. Sebagai salah satu syarat dalam menjalani
yang disebabkan trauma pada wajah yang dapat kepaniteraan klinik di bagian THT-KL Fakultas
menyebabkan fraktur os nasal tertutup maupun Kedokteran Universitas Andalas Padang
terbuka, Fraktur os nasal dapat menimbulkan kelainan 2. Menambah pengetahuan tentang Fraktur Os
berupa depresi atau pergeseran tulang-tulang nasal, Nasal

Jurnal Kesehatan Andalas. 2017; 1(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 2

D. Metode Penulisan Dinding medial kavum nasi ialah septum nasi.


Penulisan Referat ini menggunakan metode Septum nasi dibentuk oleh tulang rawan (kartilago
tinjauan kepustakaan yang merujuk pada berbagai septum dan kolumela) dan tulang (lamina
literatur. perpendikularis os etmoid, vomer, krista nasalis os
maksila, dan, krista nasalis os palatina).1
TINJAUAN PUSTAKA Dinding lateral kavum nasi terdapat 4 konka yang
1. Anatomi Hidung ditutupi oleh membran mukosa yaitu konka inferior,
Hidung luar berbentuk piramid terdiri atas: 1) konka media, konka superior, dan konka suprema.
pangkal hidung (bridge), 2) batang hidung (dorsum Namun konka suprema biasanya rudimenter. Diantara
nasi), 3) puncak hidung (tip), 4) ala nasi, 5) kolumela, konka terdapat rongga yang disebut meatus, yaitu
dan 6) nares anterior. Hidung luar dibentuk oleh tulang meatus inferior, media, dan superior. 1,3
dan tulang rawan yang dilapisi kulit, jaringan ikat dan
otot. Kerangka tulang terdiri dari os nasal, prosesus
frontalis os maksila, dan prosesus nasalis os frontal.
Kerangka tulang rawan terletak di bagian bawah
hidung yang terdiri dari kartilago nasalis lateralis
superior, kartilago nasalis lateralis inferior (alar
mayor), tepi anterior kartilago septum.1
Rongga hidung dipisahkan oleh septum nasi yang Gambar Hidung dalam4
menjadi kavum nasi dextra dan sinistra. Lubang depan Dinding atas kavum nasi dibentuk oleh lamina
kavum nasi disebut nares anterior, sedangkan lubang kribriformis sebagai pemisah antara rongga tenggorak
belakang disebut nares posterior (koana). Koana dan rongga hidung. Dinding inferior yang merupakan
memisahkan rongga hidung dengan nasofaring.1,3 dasar rongga hidung dibentuk oleh os maksila dan os
palatum.1
2. Fraktur Muka
2.1 Klasifikasi
Fraktur muka dibagi atas fraktur pada organ yang
terjadi yaitu:
a. fraktur tulang hidung
b. fraktur tulang zigona dan arkus zigoma
c. fraktur tulang maksila (mid facial)
Gambar Anatomi hidung luar d. fraktur tulang orbita
e. fraktur tulang mandibula.1
Secara umum wajah dibagi menjadi tiga bagian:
a. Sepertiga atas. Terletak diatas supraorbital
b. Sepertiga tengah. Diantara supraorbital dan
rahang atas
c. Sepertiga bawah. Mandibula dan rahang
bawah.4

3. Fraktur Os Nasal
3.1 Epidemiologi
Gambar Tulang pembentuk hidung
Fraktur os nasal merupakan kasus trauma
Bagian depan dan bawah rongga hidung disebut
terbanyak pada wajah dan merupakan kasus fraktur
vestibulum. Vestibulum dilapisi oleh kulit dan memiliki
ketiga terbanyak diseluruh tulang-tulang ditubuh
banyak kelenjar sebasea dan folikel rambut yang
manusia. Insidens fraktur os nasal di Amerika kira-kira
disebut vibrise.1,3

Jurnal Kesehatan Andalas. 2017; 1(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 3

51.200 kasus pertahun, walaupun angka ini dapat septum nasal juga dapat menyebabkan bentuk hidung
lebih tinggi karena banyak pasien tidak datang untuk berubah selama proses penyembuhan.
berobat dan kasus tidak dilaporkan. Fraktur os nasal Fraktur os nasal dapat melibatkan satu atau dua os
banyak terjadi pada usia 15-40 tahun dan lebih banyak nasal, prosesus frontalis os maksila, septum nasi, dan
terjadi pada laki-laki dengan perbandingan 2:1. 5 pada trauma yang berat kompleks naso-orbital-etmoid.
Perkelahian dan kecelakaan kendaraan motor Lokasi fraktur paling sering adalah dua pertiga bawah
merupakan penyebab paling sering. Dari semua os nasal yang merupakan bagian yang paling tipis.
olahraga, olahraga boxing yang peling banyak Fraktur nasal sederhana harus dibedakan dengan
menyebabkan trauma fasial. Dari 200 trauma fasial, fraktur naso-orbital-etmoid (NOE) dimana fraktur
perkelahian merupakan penyebab tersering yaitu melebar dari hidung ke tulang etmoid. Fraktur ini dapat
mendekati 50%.6 menyebabkan trauma pada duramater dan
3.2 Etiologi menyebabkan bocornya cairan cerebrospinal.6
Hidung merupakan bagian yang paling sering 3.4 Klasifikasi
mengalami trauma pada trauma facial, sekitar 40%. Fraktur os nasal dibagi berdasarkan hubungannya
Kekuatan yang dibutuhkan untuk terjadinya fraktur os dengan luar, yaitu:
nasal lebih kecil dibandingkan fraktur fasial lain. a. Fraktur os nasal terbuka
Fraktur os nasal pada orang dewasa paling sering Fraktur os nasal disebut terbuka jika os nasal
terjadi akibat perkelahian dan olahraga, selain itu terpapar karena terpotongnya lapisan kulit atau
terjadi akibat kecelakaan motor. Kecelakaan motor mukosa hidung. Prosedur yang digunakan untuk
cenderung menyebabkan fraktur os nasal yang berat. memastikan fraktur os nasal terbuka adalah dengan
Jatuh saat bermain dan olahraga merupakan menyisipkan instrument ke luka atau dengan
penyebab tersering pada anak-anak. Fraktur nasal visualisasi langsung.
biasanya diikuti oleh fraktur pada bagian wajah lain.5,6 b.Fraktur os nasal tertutup
Secara umum fraktur os nasal terjadi akibat: Fraktur os nasal disebut tertutup jika fraktur masih
a. Kecelakaan motor memberikan tekanan pada kulit.2
b. Kecelakaan industry Fraktur os nasal juga diklasifikasikan berdasarkan
c. Kecelakaan olahraga arah datangnya trauma, yaitu:
d. Perkelahian a. Tipe depressed
e. Trauma senjata api Tipe ini terjadi akibat trauma dari frontal. Trauma
f. Luka bakar7 dari frontal akan menyebabkan fraktur terbuka
3.3 Patofisiologi dimana septum nasal menjadi kolaps dan tulang
Tulang terdiri dari tulang rawan anterior dan hidung menjadi teregang. Trauma yang lebih
inferior, dan tulang pada posterior dan superior. besar dapat menyebabkan terpisahnya beberapa
Sepasang tulang hidung, maksila, dan prosessus fragment tulang hidung dan processus frontalis
nasalis os frontal memberikan bagian tulang rawan dari maksila menjadi datar dan melebarnya
hidung. Sepasang tulang nasal berbentuk baji dan dorsum nasal.
bergabung ditengah. Bagian bawah os nasal tipis dan b. Tipe angulated
lebar sedangkan bagian atasnya tebal dan kuat serta Trauma lateral dapat menyebabkan depresi
didukung oleh os frontal dan prosessus frontalis os unilateral dari os nasal pada sisi yang sama atau
maksila. Bagian yang tipis lebih mudah fraktur fraktur pada kedua os nasal dan septum disertai
daripada bagian yang tebal dekat os frontal. Walaupun deviasi dari nasal bridge. Fraktur nasal sering disertai
begitu, kekuatan yang dibutuhkan untuk terjadinya trauma pada septum nasi berupa dislokasi dan fraktur
fraktur os nasal lebih rendah daripada fraktur fasial menjadi beberapa bagian. Haematoma septum dapat
yang lain. Septum nasal juga menipis dibagian tip terbentuk.4
sehingga lebih mudah fraktur pada bagian tip. Fraktur

Jurnal Kesehatan Andalas. 2017; 1(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 4

3.5 Manifestasi Klinis Pasien biasanya datang dengan keluhan


Tanda yang mendukung terjadinya fraktur tulang nyeri dan bengkak setelah timbulnya taruma pada
8,9
hidung dapat berupa : bagian hidung atau wajah. Pembengkakan terus
a. Adanya pembengkakan pada hidung berlanjut hingga 24-48 jam setelah trauma. Epistaksis
atau muka. biasanya muncul bersamaan dengan waktu trauma,
b. Memar pada hidung atau di bawah berhenti sendiri ataupun dengan penekanan langsung.
kelopak mata (black eye). Namun, epistaksis yang terjadi bisa juga dapat
c. Deformitas hidung. mengancam jiwa dan membutuhkan tindakan
d. Keluarnya darah dari lubang hidung segera.10
(epistaksis).
Jika setelah beberapa hari setelah trauma
e. Saat menyentuh hidung terasa krepitasi.
pasien datang dengan keluhan demam dan menggigil
f. Rasa nyeri dan kesulitan bernapas dari
serta peningkatan nyeri dan bengkak, patut dicurigai
lubang hidung
adanya abses di septum, yang mana dapat
g. Depresi atau pergeseran tulang – tulang
menyebabkan destruksi permanen di kartilago nasal
hidung.
yang akan sebbakan saddle nose deformity. Tanyakan
3.6 Diagnosis
juga apa adanya gangguan maloklusi , kebas diwajah
Diagnosis fraktur tulang hidung dapat dan masalah di gigi. Jika terdapat gejala tersebut,
dilakukan dengan inspeksi, palpasi dan pemeriksaan menandakan adanya trauma maxilla. 10
hidung bagian dalam dilakukan dengan rinoskopi
Pemeriksaan Fisik
anterior, seta pemeriksaan penunjang berupa foto os
Kebanyakan fraktur nasal adalah pelengkap
nasal, foto sinusparanasal posisi Water dan bila perlu
trauma seperti trauma akibat dihantam atau terdorong.
dapat dilakukan pemindaian dengan CT scan. CT
Sepanjang penilaian awal dokter harus menjamin
scan berguna untuk melihat fraktur hidung dan
bahwa jalan napas pasien aman dan ventilasi terbuka
kemungkinan terdapatnya fraktur penyerta lainnya.
dengan sewajarnya. Fraktur nasal sering dihubungkan
Anamnesis : 9,10
dengan trauma pada kepala dan leher yang bisa
a. Waktu terjadinya trauma
mempengaruhi patennya trakea. Pemeriksaan dimulai
b. Kekuatan, arah dan mekanisme trauma
dari pemeriksaan kepala dan leher untuk mendeteksi
c. Hilang kesadaran saat trauma
adanya trauma yang berhubungan ataupun yang lebih
d. Adanya pendarahan pada hidung ataupun
berat. Inspeksi dan palpasi tulang wajah, ekimosis dan
keluar cairan bening dari hidung
laserasi. Karena adanya hubungan tulang mata
e. Deformitas hidung luar setelah trauma.
dengan bagian hidung, lakukan juga pemeriksaan
f. Sumbatan hidung
pada mata. Tajam penglihatan dapat diperiksa, cek
g. Riwayat fraktur sebelumnya
adanya hifema, korneal injury selagi melakukan
h. Riwayat operasi sebelumnya
pemeriksaan ukuran, bentuk dan refleks pupil.
i. Riwayat penggunaan obat intranasal, kokain,
Gangguan pergerakan mata menandakan adanya
atau alkohol sebelum mengalami trauma
gangguan pada tulang mata. Adanya traumatic
nasal
telecantus dapat diamati pada pasien dengan naso-
Pada pasien harus ditanyakan mengenai
orbitaetmoid fraktur. Fraktur tulang ethmoid biasanya
mekanisme trauma, hilangnya kesadaran, perubahan
terjadi pada pasien dengan fraktur nasal fragmental
pada penglihatan dan diplopia. Keluarnya cairan encer
berat dengan tulang piramid hidung telah terdorong ke
dari hidung bisa juga menandakan adanya kebocoran
belakang ke dalam labirin ethmoid, disertai remuk dan
dari cairan serebrospinal. Obstruksi total yang terjadi
melebar, menghasilkan telekantus, sering dengan
pada hidung umumnya jarang, namun hal ini
rusaknya ligamen kantus medial, apparatus lakrimalis
menandakan fraktur yang hebat pada septum ataupun
dan lamina kribriformis, yang menyebabkan rhinorrhea
adanya hematom.10
cerebrospinalis.10,11

Jurnal Kesehatan Andalas. 2017; 1(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 5

 Catat adanya dari asimetris pada nostril,


perpindahan caudal septum ataupun adanya
obstruksi dan deviasi septum.
 Pada kasus trauma, dapat menyebabkan
submucoperichondrial septal hematom.
Septal hematom bermanifestasi sebagai
pembengakakan ataupun penebalan pada
septum nasal. Apabila kondisi ini dibiarkan
maka akan sebabkan saddle nose.

Gambar septal hematom

3.7 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan radiologis
Gambar pasien dengan deformitas hidung Jika tidak dicurigai adanya fraktur nasal
komplikasi, radiografi jarang diindikasikan. Karena
Palpasi gigi atas, mid-face dan malar region
pada kenyataannya kurang sensitif dan spesifik,
dan inspeksi oklusi yangterjadi pada pasien untuk
sehingga hanya diindikasikan jika ditemukan keraguan
menyingkirkan adanya fraktur mid-facial. Rusaknya
dalam mendiagnosa. Radiografi tidak mampu untuk
tulang lakrimal bilateral berhubungan juga dengan
mengidentifikasi kelainan pada kartilago dan ahli klinis
fraktur nasal depresi. Palatum instability dan
sering salah dalam menginterpretasikan sutura normal
deformitas open-bite menandakan fraktur le fort.
sebagai fraktur yang disertai dengan pemindahan
Unilateral malar deformitas dan asimetris pada wajah
posisi. Bagaimanapun, ketika ditemukan gejala klinis
menandakan fraktur kompleks zigomaticomaxillary.8,10
seperti rhinorrhea cerebrospinalis, gangguan
pergerakan ekstraokular atau maloklusi.CT-scan dapat
Pemeriksaan yang terfokus pada hidung yang
diindikasikan untuk menilai fraktur wajah atau
dilakukan : 10
mandibular.
 Pada external hidung dilihat apakah adanya
Pada anak-anak, rontgen x-ray pada trauma
pembengkakan, laserasi, depresi, deviasi
nasal kurang bernilai dibandingkan pada dewasa,
ataupun instability.
karena tulang pada anak masih kecil, dan belum fusi
 Palpasi tulang hidung untuk menentukan dengan sempurna, dan hal ini yang menyebabkan
adanya krepitasi dan tenderness. kesalahan pembacaan hasil. Pada anak, hidung masih
 Cek hidung dari bawah dan liat kearah nostril banyak dibentuk oleh tulang kartilago, sehingga
untuk mengetahui adanya perubahan posisi pemeriksaan rontgen tidak diindikasikan. Rontgen dan
nasal tip. CT Scan tidak terlalu membantu dalam mengetahui
Visualisasikan kavum nasi dengan menggunakan adanya fraktur pada hidung dibandingkan
spekulum dan lampu kepala : pemeriksaan fisik dan riwayat trauma pada pasien.8, 12

Jurnal Kesehatan Andalas. 2017; 1(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 6

dan fiksasi definitive bukan merupakan tindakan life-


saving.1

Trauma wajah yang sering terjadi salah


satunya adalah fraktur hidung biasanya dapat
dilakukan dengan anestesi lokal setelah edema
mereda. Pengolesan kokain 4% secara topical dengan
kapas, dilanjutkan dengan infiltrasi lidokain biasanya
cukup memadai. Pada orang dewasa diberikan tidak
lebih dari 5 ml kokain 4 persen. Sedangkan pada
anak, agaknya kokain lebih baik tidak diberikan.
Reduksi fraktur hidung pada anak biasanya
3
memerlukan anestesi umum. Penatalaksanaan fraktur
os nasal dapat dilakukan dengan reposisi tertutup dan
reposisi terbuka. Indikasi operasi untuk fraktur os
nasal adalah karena adanya kelainan fungsi dan
Gambar Foto x-ray fraktur hidung
kosmetik. Prosedur yang umum dilakukan bervariasi
yaitu rinoplasti, septorinoplasti atau open
septorinoplasti.5
Pada fraktur hidung sederhana, dapat
dilakukan reposisi fraktur dalam analgesia lokal.
Analgesia lokal dapat diberikan dengan pemasangan
tampon lidocaine 1-2% yang dicampur dengan
epinefrin 1:1000%. Kadang diperlukan penambahan
penyemprotan oxymethaxolin spray untuk
mendapatkan efek anestesi dan vasokonstriksi yang
baik. Teknik reduksi tertutup pada fraktur tulang
hidung dilakukan dengan analgesia lokal. Tindakan
reduksi ini dikerjakan 1-2 jam setelah trauma, dimana
pada waktu tersebut edema yang terjadi mungkin
sangat sedikit. Namun, tindakan reduksi secara lokal
masih dapat dilakukan sampai 14 hari setelah trauma.
Apabila melewati waktu tersebut, tindakan reduksi
mungkin sulit dikerjakan karena sudah terjadi
Gambar CT-scan potongan coronal dan axial pada
kalsifikasi sehingga harus dilakukan rinoplasti
fraktur nasal
osteotomy. Alat yang dipakai adalah elevator tumpul
yang lurus, cunam Ash, cunam Walsham, speculum
3.8 Tatalaksana
hidung pendek dan panjang, dan pinset bayonet.
Trauma yang terjadi pada area wajah, harus Reposisi dilakukan dengan bantuan cunam Walsham,
dilakukan tatalaksana segera (immediate) atau pada satu sisinya dimasukkan dalam kavum nasi,
waktu berikutnya (delayed). Penanggulangan ini sedangkan sisi lain diluar hidung diatas kulit yang
tergantung kepada kondisi jaringan yang terkena dilindungi karet. Tindakan manipulasi dilakukan
trauma. Pada periode akut, tidak ada tindakan khusus dengan kontrol palpasi jari. Jika ada deviasi pyramid,
untuk fraktur pada wajah kecuali mempertahankan cunam Ash digunakan dengan cara memasukkan
jalan nafas, mengatasi perdarahan dan memperbaiki masing masing bilah ke dalam rongga hidung sambal
sirkulasi darah serta cairan tubuh. Tindakan reposisi menekan septum dengan kedua sisi forsep. Sesudah

Jurnal Kesehatan Andalas. 2017; 1(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 7

fraktur dikembalikan pada posisi semula, dilakukan Komplikasi lambat yang dapat terjadi adalah
pemasangan tampon.1 deformitas hidung, perforasi hingga nekrosis septum,
Jika teknik reduksi tertutup tidak memberikan saddle nose, kontraktur karena jaringan parut, dan
hasil yang memuaskan, maka mungkin perlu dilakukan nyeri hidung yang terus menerus.5
reposisi terbuka termasuk memaparkan secara luas Pada pasien dengan adanya trauma wajah
septum hidung dan bagian-bagian tulang hidung. berupa fraktur hidung, perlu diperiksa adanya
Cedera berat tidak hanya memerlukan reposisi kemungkinan hematoma septum akibat fraktur,
terbuka namun juga berbagai teknik fiksasi seperti apabila tidak terdeteksi dan tidak dirawat dapat
pemasangan kawat langsung, penyangga eksternal, berlanjut menjadi abses, dimana terjadi resorpsi
atau bahkan transfiksasi dengan kawat stainless steel kartilago septum dan deformitas hidung pelana
dan pemasangan lempeng plumbum.3 (saddle nose) yang berat.3
Umumnya balutan hidung internal maupun Apabila terjadi kerusakan pada nasal pyramid
eksternal sangat bermanfaat setelah reposisi hidung. akibat tekanan atau pukulan dengan beban berat akan
Suatu balutan internal yang memadai adalah berupa menimbulkan fraktur hebat pada tulang hidung,
kain kassa ½ atau 1 inci yang diolesi salep antibiotik. lakrimal, ethmoid, maksila, dan frontal. Komplikasi
Balutan eksternal dipasang untuk melindungi hidung yang dapat terjadi dapat berupa komplikasi neurologic
dan mempertahankan reduksi atau keduanya. Balutan seperti robeknya duramater, keluarnya cairan
eksternal dapat berupa lembaran aluminium, plastic serebrospinal dengan kemungkinan timbulnya
termolabil, atau stent gigi. Terapi antibiotic umumnya meningitis, pneumoensefal, laserasi otak, avulsi dari
dianjurkan pada kasus sering pada fraktur hidung, nervus olfaktorius. Dapat pula terjadi komplikasi pada
terutama bila disertai kerusakan jaringan lunak yang mata seperti hematoma pada mata, kerusakan nervus
luas, bila diperlukan balutan internal dalam waktu optikus, epifora, ptosis, dan kerusakan bola mata.
lama, atau bila telah dilakukan tindakan reposisi Komplikasi pada hidung juga dapat terjadi berupa
terbuka. Balutan internal biasanya dibiarkan selama perubahan bentuk dari hidung, obstruksi rongga
tiga hingga tujuh hari, tergantung keparahan cedera.3 hidung yang disebabkan fraktur, dislokasi atau
3.9 Komplikasi hematoma pada septum, anosmia atau hiposmia,
Fraktur os nasal memiliki komplikasi segera epistaksis posterior yang hebat, serta kerusakan pada
dan komplikasi lambat. Komplikasi segera berupa ductus nasofrontalis dengan menimbulkan sinusitis
deformitas hidung, nyeri hidung, hematom septum, frontal.1
epistaksis, rinore, serta obstruksi jalan nafas.

Jurnal
Gambar : Algoritma penatalaksanaan fraktur nasal 14 Kesehatan Andalas. 2017; 1(1)
http://jurnal.fk.unand.ac.id 8

Komplikasi dari rinoplasti dapat berupa diagnosa dapat ditunjang dengan pencitraan seperti
komplikasi intraoperative, setelah operasi dan foto X-ray hidung dan CT scan hidung.
komplikasi lambat. Komplikasi intraoperative dapat
Penanganan dari fraktur hidung secara
berupa perdarahan hebat, robeknya
konservatif. Pasien dengan pendarahan hebat
mukoperikondrium, kolapsnya pyramid tulang,
biasanya dikontrol dengan pemberian vasokonstriktor
disartrikulasi kartilago upper lateral dan perinasal
topikal. Antibiotik diberikan untuk mengurangi resiko
trauma. Sedangkan komplikasi lambat berupa
infeksi dan komplikasi yang dapat menimbulkan
hipertrofi jaringan parut, sinekia, perforasi septum,
kematian. Analgetik untuk mengurangi rasa nyeri dan
kolaps nasal valve, dan stenosis hidung.5
memberikan rasa nyaman pada pasien. Adapun pada
3.10 Prognosis fraktur hidung sederhana maupun kominutiva yang
disertai dengan deviasi septum dan deformitas harus
Pada fraktur hidung sederhana yang
dilakukan tindakan operatif yang terdiri dari teknik
ditatalaksana segera dan baik, cenderung memiliki
reduksi tertutup dan reduksi terbuka. Komplikasi yang
prognosis yang cukup baik, berbeda halnya apabila
dapat terjadi pada fraktur hidung meliputi heatoma
fraktur hebat pada hidung yang terjadi sampai
septum, fraktur dinding orbita, fraktur septum nasal
mengenai lakrimalis, ethmoid, maksila dan frontal
dan fraktur lamina kribiformis.
yang dapat memberikan komplikasi yang lebih berat
pada pasien. Pada beberapa pasien yang dilakukan DAFTAR PUSTAKA
reduksi terbuka memiliki tingkat revisi operasi 1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti
sebanyak 9%. Beberapa pasien mengeluhkan RD (eds). Buku ajar ilmu kesehatan telinga,
terjadinya komplikasi berupa sumbatan hidung, dan hidung, tenggorok, kepala & leher. Jakarta: Balai
estetika dari wajah pasien.13 penerbit FK UI. 2014.
2. Kavanagh KT. Nasal fracture. 2017.(diakses
4. Kesimpulan
Septermber 2017). Diakses dari:
www.entusa.com
Fraktur hidung merupakan kejadian fraktur yang
paling sering terjadi pada trauma yang mengakibatkan 3. Efendi H, Santoso RAK (ed). BOIES buku aja
penyakit THT. Jakarta: EGC. 2015.
fraktur pada tulang wajah. Penyebab dari fraktur
tulang hidung meliputi cedera saat olahraga, 4. Dhingra PL, Dhingra S. Disease of ear, nose, and

perkelahian, kecelakaan lalu lintas, terjatuh, mabuk, throat & head and neck surgery. India: Elsevier.
2014.
masalah kelahiran dan kadang iatrogenik. Tulang
hidung dan kartilago rentan untuk mengalami fraktur 5. Huriyanti E, Fitria H. Penatalaksanaan fraktur os

karena hidung letaknya menonjol dan merupakan nasal lama dengan komplikasi saddle nose.
Bagian THT-KL FK UNAND.2011:1-8
bagian sentral dari wajah,sehingga kurang kuat
menghadapi tekanan dari luar. 6. Das D, Salazar L. Maxillofacial trauma: managing
potentially dangerous and disfiguring complex
Ketepatan waktu dalam mendiagnosa injuries (trauma CME). Emergency Medicine
kejadian fraktur hidung sangat berperan dalam Practice. 2017.
mencapai penyembuhan yang optimal dan estetika 7. Bansal M. Diseases of ear, nose and throat.
yang baik. Maka pengenalan atas gejala klinis harus India: Jaypee brother medical publisher. 2013
dimiliki oleh dokter untuk melakukan penatalaksanaan 8. M. Anniko, M. Bernal-Sprekelsen, V. Bonkowsky,
selanjutnya. Gejala klinis dari fraktur hidung yang P.J. Bradley, S. Iurato (Eds.)Otorhinolaryngology,
sering dijumpai adalah epistakis, deformitas hidung, Head and Neck Surgery. London : Springer. 2010
obstruksi hidung dan anosmia. Adapun pemeriksaan 9. Marcus JR, Erdmann D, Rodriguez ED. Essential
fisik yang ditemukan dapat berupa deviasi septum, of Craniomaxillofacial Trauma. St. Louis : Quality
depresi septum nasi, dan epistakis. Untuk memastikan Medical Publishing. 2012

Jurnal Kesehatan Andalas. 2017; 1(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 9

10. Calholin KH, Wax MK, Eibling DE. Expert guide


to Otolaryngology. Philadelphia : American
College of Physician-American Society of Internal
Medicine. 2013.
11. R.Sjamsuhidajat, Wim De Jong. Buku Ajar Ilmu
Bedah. Fraktur Tulang Hidung. Edisi ke-2.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ; EGC. 2015.
12. Stucker, F.J., de Souza, C., Kenyon, G.S., Lian,
T.S., Draf, W., Schick, B. (Eds.). Rhinology and
Facial Plastic Surgery. Newyork : Springer-Verlag
New York, Inc. 2009.
13. Ondik, M.P., L. Lipinski. The Treatment of Nasal
Fractures. Arch Facial Plast Surg. 2009. Vol. 11
(5): 1-7.
14. Soetjipto, D., W. Retno. Studi Plastik dan
Rekonstruksi: Trauma Wajah. Guidelines
Penyakit THT-KL: 82.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2017; 1(1)

Anda mungkin juga menyukai