Anda di halaman 1dari 3

DEFINISI

Keratitis pungtata merupakan keratitis yang terkumpul di daerah membran


Bowman dengan infiltrat berbentuk bercak-bercak halus. Keratitis ini disebut juga
dengan Thygesons disease karena ditemukan pertama kali oleh dr. Phillip
Thygeson di amerika. Keratitis pungtata disebabkan oleh hal yang tidak spesifik dan
dapat terjadi pada moluskum kontagiosum, akne rosasea, herpes zoster, herpes
simpleks, blefaritis, keratitis neuroparalitik, infeksi virus, dry eyes, vaksinia, trakoma
dan trauma radiasi, trauma, lagoftalmus, keracunan obat seperti neomisin, tobramisin
dan bahan pengawet lain.1
Penyakit ini ditandai kekerutan epitel yang meninggi berbentuk lonjong dan jelas,
yang menampakkan bintik-bintik pada pemulasan dengan fluoresein, terutama di
daerah pupil. Uji fluoresein merupakan sebuah tes untuk mengetahui terdapatnya
kerusakan epitel kornea. Dasar dari uji ini adalah bahwa zat warna fluoresein akan
berubah berwarna hijau pada media alkali. Zat warna fluoresein bila menempel pada
epitel kornea maka bagian yang terdapat defek akan memberikan warna hijau karena
jaringan epitel yang rusak bersifat lebih basa.. Sebelum dilakukan uji ini, mata
diteteskan anestetikum pantokain 1 tetes. Kemudian zat warna fluoresein 0,5% - 2%
diteteskan pada mata atau kertas fluoresein ditaruh pada forniks inferior seama 20
detik. Zat warna lalu diirigasi dengan garam fisiologik sampai seluruh air mata tidak
berwarna hijau lagi. Kemudian dilakukan penilaian pada kornea yang berwarna hijau.
Bila terdapat warna hijau pada kornea berarti terdapat defek pada epitel kornea. Defek
ini dapat berbentuk erosi kornea atau infiltrat yang mengakibatkan kerusakan epitel.
Kekeruhan ini tidak tampak dengan mata telanjang, namun mudah dilihat dengan slitlamp dengan lampu berwarna biru sehingga permukaan kornea terlihat warna hijau.1
Etiologi
Keratitis Pungtata ini disebabkan oleh hal yang tidak spesifik dan dapat terjadi
pada Moluskum kontangiosum, Akne rosasea, Herpes simpleks, Herpes zoster,
Blefaritis neuroparalitik, infeksi virus, vaksinisia, trakoma, trauma radiasi, dry eye,
keratitis lagoftalmos, keracunan obat seperti neomisin, tobramisin dan bahaya
pengawet lainnya.
Klasifikasi keratitis berdasarkan lokasi yang terkena dari lapisan kornea :1
1. Keratitis superfisialis
a. Keratitis epithelial
i. Keratitis pungtata superfisialis

ii. Herpes simplek


iii. Herpes zoster
b. Keratitis subepitelial
i. Keratitis didiformis dari Westhoff
ii. Keratitis numularis dari Dimmer
c. Keratitis stromal
i. Keratitis neuroparalitik
2. Keratitis profunda
a. Keratitis sklerotikan
b. Keratitis intersisial
c. Keratitis disiformis
MANEFESTASI KLINIS
Pasien dengan keratitis pungtata superfisial biasanya datang dengan keluhan iritasi
ringan, adanya sensasi benda asing, mata berair, penglihatan yang sedikit kabur, dan
silau (fotofobia) . Lesi pungtata pada kornea dapat dimana saja tapi biasanya pada
daerah sentral. Daerah lesi biasanya meninggi dan berisi titik-titik abu-abu yang kecil.
Keratitis epitelial sekunder terhadap blefarokonjungtivitis stafilokokus dapat
dibedakan dari keratitis pungtata superfisial karena mengenai sepertiga kornea bagian
bawah. Keratitis epitelial pada trakoma dapat disingkirkan karena lokasinya dibagian
sepertiga kornea bagian atas dan ada pannus. Banyak diantara keratitis yang mengenai
kornea bagian superfisial bersifat unilateral atau dapat disingkirkan berdasarkan
riwayatnya.2
sakit pada mata karena kornea memiliki banyak serabut nyeri, sehingga amat
sensitif. Kebanyakan lesi kornea superfisialis maupun yang
sudah dalam
menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit diperberat oleh kuman kornea
bergesekan dengan palpebra. Karena kornea berfungsi sebagai media untuk refraksi
sinar dan merupakan media pembiasan terhadap sinar yang masuk ke mata maka lesi
pada kornea umumnya akan mengaburkan penglihatan terutama apabila lesi terletak
sentral pada kornea.2
Fotofobia yang terjadi biasanya terutama disebabkan oleh kontraksi iris yang
meradang. Dilatasi pembuluh darah iris adalah fenomena refleks yang disebabkan
iritasi pada ujung serabut saraf pada kornea. Pasien biasanya juga berair mata namun
tidak disertai dengan pembentukan kotoran mata yang banyak kecuali pada ulkus
kornea yang purulen. KPS ini juga akan memberikan gejala mata merah, silau,
merasa kelilipan, penglihatan kabur.2

DAFTAR PUSTAKA
3. Vaughan, Daniel. Oftalmologi Umum. Edisi 17 Cetakan Pertama. Widya
Medika Jakarta, 2015 : 142-3
4. Ilyas S. Anatomi dan Fisiologi Mata. Dalam : Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata.
Edisi ketiga. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 2008. h. 152-3

Anda mungkin juga menyukai