Anda di halaman 1dari 43

Sikatrik Kornea Oculi

Sinistra ec
Post Keratitis OS
Pembimbing
dr. Hj. Hasmeinah Bambang, Sp.M

HANA SULISTIA (712021065)


Latar Belakang

Keratitis adalah Sikatrik kornea dapat menimbulkan


peradangan atau infeksi gangguan penglihatan mulai dari
dari lapisan kornea, yang kabur sampai dengan kebutaan.
ditandai adanya infiltrasi Sikatrik kornea dapat berbentuk
sel radang dan edema pada ringan (nebula), sedang (makula) dan
lapisan kornea berat (leukoma). Gangguan kornea
merupakan penyebab kebutaan
kedua didunia setelah katarak.
Prevalensi sikatrik kornea pada kedua Sikatrik kornea lebih sering
mata tertinggi di Provinsi Sumatera
Barat (2,5%), terendah di Sumut, disebabkan oleh infeksi,
Kepulauan Riau, Provinsi DKI Jakarta, xeropthalmia dan trauma
Papua Barat dan Papua (0,3%).
Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari laporan kasus ini adalah


sebagai berikut:
1. Diharapkan pada semua dokter muda agar dapat
memahami kasus Sikatrik Kornea.
2. Diharapkan kemudian hari dokter muda mampu
mengenali dan memberikan tatalaksana secara tepat
pada penyakit Sikatrik Kornea.
Anatomi Kornea
Kornea : selaput bening mata,
bagian selaput mata yang tembus
cahaya.

Terdiri dari 5 lapis :


1. Epitel
2. Membran Bowman
3. Stroma
4. Membran Descement
5. Endotel
Persarafan: saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus berjalan
suprakoroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus membrane Bowman
melepaskan selubung Schwannya.
Fisiologi Kornea

Terdapat dua fungsi kornea secara fisiologi yaitu sebagai media


refraksi utama dan untuk melindungi struktur intraokular lainnya.
Kornea melakukan fungsinya dengan menjaga transparansi dan
pergantian jaringannya.

Transparansi Kornea
Kornea yang transparan ini merupakan hasil dari :
1.Susunan yang khas dari lamella kornea
2.Avaskular
3.Keadaan dehidrasi yang relatif, hal ini dijaga dan dipertahankan oleh
pembatas dari epitel dan endotel serta pompa aktif bikarbonat oleh
endotel untuk proses ini kornea butuh energi.
Fisiologi Kornea

Sumber Nutrisi

Zat terlarut seperti glukosa dan lainnya memasuki kornea dengan


difusi sederhana atau transpor aktif melalui akuos humor dan
difusi dari kapiler perilimbus.

Metabolisme

Epitel dan endotel adalah lapisan paling aktif dalam melakukan


metabolisme. Seperti jaringan lainnya, epitel dapat memetabolisme
glukosa baik secara aerobik maupun anaerobik menjadi karbondioksida
dan air serta asam laktat. Dengan demikian, pada saat metabolisme
anaerobik, asam laktat akan terakumulasi pada kornea.
Bahasan…
Keratitis

Sikatrik Kornea
Keratitis Etiologi.
Peradangan/inflamasi pada kornea
virus, bakteri (pneumococci,
Klasifikasi Keratitis: streptococci, staphylococci), jamur
Berdasarkan tempat: dan protozoa
Keratitis pungtata superfisialis
Keratitis marginal dan Keratitis
interstitial. Manifestasi Klinis.
Sakit ringan sampai berat
Berdasarkan penyebabnya: Silau
Keratitis bakterialis,Keratitis fungal, Mata berair dan kotor
Keratitis viral, Keratitis akibat alergi. Lesi dikornea disertai penglihatan
berkurang.
Berdasarkan bentuk klinisnya : Epifora
Keratitis sika, Keratitis flikten, Keratitis Fotofobia
nurmularis dan Keratitis neuroparalitik Penglihatan kabur
Mata merah
Berdasarkan penyebabnya:
1. Keratitis Bakterial
Dengan factor predisposisi pemakaian
kontak lensa, trauma, dan kontaminasi
obat tetes.
. Keluhan kelopak mata lengket tiap
bangun pagi, mata sakit, silau, merah,
berair, dan penglihatan yang berkurang.

Ditandai pseudomonas (ulkus bentuk


irregular, eksudat mukopurulen hijau,
batas tidak tegas.

Gambaran Klinis Keratitis Bakterial,


ditandai pseudomonas khas pada orang
yang memakai lensa kontak
Berdasarkan penyebabnya:
2. Keratitis Fungal

Dimulai dari trauma pada kornea oleh


ranting pohon, daun, dan bagian
tumbuh-tumbuhan. Disebabkan oleh
Fusarium, Filamentous, yeast, Candida,
Aspergillus

Pada mata infiltrate kelabu disertai


hipopion, peradangan, ulserasi
superficial dan satelit bila terletak
didalam stroma.

Gambar 4. Gambaran Klinis Keratitis Fungal


Berdasarkan penyebabnya:

3. Keratitis Viral
Virus penyebabnya termasuk infeksi
virus pada saluran nafas seperti
adenovirus dan semua yang
menyebabkan demam, virus herpes
simpleks maupun virus herpes zoster.

Gambar 4. Gambaran Klinis Keratitis akibat


virus Herpes Simpleks
Berdasarkan penyebabnya:

4. Keratitis Akibat Alergi

Gambaran karakteristiknya dengan terbentuk papul atau pustula pada


kornea maupun konjungtiva. Pada mata terlihat flikten ada kornea
berupa benjolan berbatas tegas berwarna putih keabuan, dengan atau
tanpa neovaskularisasi yang menuju kearah benjolan tersebut
Berdasarkan
tempatnya:

Keratitis Pungtata Keratitis Interstisial


Superficialis
Keratitis Marginal Terjadi akibat alergi atau
Radang pada kornea
infeksi spiroket ke
multiple, kecil. Infiltrat yang tertimbun dalam stroma kornea
pada tepi kornea sejajar dan akibat tuberkulosis.
Gejala : sakit, silau, mata dengan limbus.
merah, dan rasa
Gejala :
kelilipan. Gejala : sakit seperti Fotofobia, lakrimasi,
kelilipan, lakrimasi, dan kelopak meradang, sakit
fotofobia berat. dan menurun visus.
Tatalaksana
• Untuk virus dapat diberikan idoxuridine, trifluridin atau • Terapi simptomatisnya yaitu diberi air
acyclovir. mata buatan, sikloplegik dan
• Untuk jamur pilihan terapi yaitu: natamisin, amfoterisin kortikosteroid.
atau fluconazol.
• Pengobatan antibiotik yang diberikan pada keratitis
bakterial berdasarkan:

Batang Gram
Batang Gram (-) Kokus Gram (-)
(+)
Tobramisin Cefazoline Ceftriaxone
Ceftazidime Vancomycin Cefatzidime
Moxifloxacin/ Moxifloxacin/
Fluoroquinolone
Gatifloxacin Gatifloxacin
Sikatriks kornea adalah terbentuknya

Sikatrik jaringan parut pada kornea oleh


berbagai sebab. Dapat disebabkan oleh
trauma, bekas luka, maupun sebab-

kornea
sebab lainnya
Etiologi Sikatrik dari penyakit (biasanya
peradangan) biasanya merupakan
hasil dari proliferasi pembuluh
darah baru ke dalam kornea yang
mempercepat penyembuhan.
kondisi seperti abrasi kornea, laserasi kornea, Penyakit yang menyebabkan
burns herpes simpleks, neurotrophic keratitis, vaskularisasi baru ke dalam
syphilis kornea, cedera. Cedera mata bisa kornea termasuk herpes simpleks,
disebabkan oleh luka pada kornea (abrasi, sifilis, dan keratitis.
laserasi, luka bakar, atau penyakit), tergantung
pada tingkat jaringan parut, visus dapat berkisar
dari blur ke kebutaan total walaupun sangat
menyakitkan atau penyembuhan transparan
(tidak meninggalkan bekas luka).
Klasifikasi sikatrik kornea
1. Nebula

a. Penyembuhan akibat keratitis superfisialis.


b. Kerusakan kornea pada Membrana Bowman sampai 1/3
stroma.
c. Pada pemeriksaan, terlihat kabut di kornea, hanya
dapat dilihat di kamar gelap dengan Slit-lamp dan
bantuan kaca pembesar.
Klasifikasi sikatrik kornea
2. Makula

a. Penyembuhan akibat keratitis dan ulkus kornea.

b. Kerusakan kornea pada 1/3 stroma sampai 2/3


ketebalan stroma.

c. Pada pemeriksaan, putih di kornea, dapat dilihat di


kamar gelap dengan slit- lamp tanpa bantuan kaca
pembesar.
Klasifikasi sikatrik kornea
3. Leukoma

a. Penyembuhan akibat keratitis dan ulkus kornea.

b. Kerusakan kornea lebih dari 2/3 ketebalan


stroma.

c. Kornea tampak putih, dari jauh sudah kelihatan


Patofisiologi

Sikatrik yang terjadi setelah keratitis sembuh dapat tipis atau tebal. Sikatrik yang tipis sekali yang hanya
dapat dilihat dengan slit lamp disebut nebula. Sedangkan sikatrik yang agak tebal dan dapat kita lihat
menggunakan senter disebut makula. Sikatrik yang tebal sekali disebut leukoma.
Diagnosis
Anamnesis pasien penting pada penyakit kornea, sering
dapat diungkapkan adanya riwayat trauma, benda asing,
abrasi, adanya riwayat penyakit kornea yang bermanfaat,
misalnya keratitis akibat infeksi virus herpes simpleks yang
sering kambuh.

Disamping itu perlu juga dilakukan


Pada pemeriksaan fisik didapatkan pemeriksaan diagnostik seperti:
gejala obyektif berupa adanya 1. Ketajaman penglihatan
nebula, makula, leukoma 2. Tes refraksi
3. Tes air mata
4. Pemeriksaan slit-lamp
5. Keratometri (pengukuran kornea)
6. Respon reflek pupil
 
Tatalaksana
Ketika jaringan parut kornea cukup padat untuk Indikasi keratoplasti adalah jika terjadi jaringan
mempengaruhi penglihatan, sebuah transplantasi parut yang mengganggu penglihatan, kekeruhan
kornea ditunjukkan. Prosedur ini 90% berhasil kornea yang menyebabkan kemunduran tajam
karena laju penolakan minimal (karena kurangnya penglihatan, serta memenuhi beberapa kriteria
pasokan darah pada kornea). yaitu :
Implikasi: Pengobatan terbaik adalah pencegahan 1. Kemunduran visus yang cukup menggangu
(penyakit dan cedera) aktivitas penderita
2. Kelainan kornea yang mengganggu mental
penderita.
3. Kelainan kornea yang tidak disertai
Edukasi kebutuhan akan bervariasi, tergantung
ambliopia.
kondisi individu (luas dan Iokasi jaringan parut
kornea).
Anamnesis
Nama Lengkap : Adi Robul Rizki
TTL : Palembang, 29 Agustus 2007
Umur : 14 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Plaju
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SD

Dokter yang Merawat : dr. Hj. Hasmeinah Bambang,


Sp.M
Dokter Muda : Hana Sulistia, S.Ked
Anamnesis
Tanggal Pemeriksaan : Kamis, 28 April 2022

  Keluhan Utama :

Pandangan kabur mata kiri

Keluhan Tambahan :

Pasien mengeluh pandangan kabur terutama jarak jauh pada mata kiri. Penurunan penglihatan dirasakan perlahan-lahan yang
semakin lama semakin memberat. silau (-), halo sign (-), secret (-), lakrimasi (-).

 Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke Poli Mata RSMP mengeluh penglihatan kabur pada terutama jarak jauh pada mata kiri sejak 1 bulan
yang lalu. Keluhan ini tidak disertai mata merah, seperti ada yang mengganjal, mata terasa gatal, nyeri mata, halo sign (-/-),
sakit kepala, dan mual muntah.

Sebelumnya saat 2 minggu yang lalu, pasien sudah berobat ke dokter spesialis mata dengan keluhan mata kiri merah
disertai penglihatan kabur, nyeri pada mata, dan mata berair. Pasien diberikan obat tetes mata dan keluhan berkurang namun
keluhan mata kabur sebelah kiri tidak ada perubahan. Pasien menyangkal adanya riwayat trauma pada mata dan benda asing.
Adanya infeksi mata yang berulang juga disangkal. Riwayat penggunaan kontak lensa disangkal.
 
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat operasi mata (-), riwayat memakai kacamata baca
(-), riwayat diabetes melitus (-), hipertensi (-), riwayat alergi
(-), penyakit mata lainnya (-), riwayat pemakaian obat- Riwayat Penyakit Keluarga
obatan (-), dan trauma pada mata (-).
Riwayat Katarak (-)
 
Riwayat Hipertensi (-)
Riwayat DM (-)
Riwayat Alergi (-)
Pemeriksaan Fisik

Status Generalis Status Oftalmologis


Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Kompos mentis

Tanda Vital :
- Tekanan Darah : 110/70 mmHg
- Nadi : 84 x/menit
- Laju Napas : 16 x/menit
- Suhu : 36,50C
Pemeriksaan Penunjang: Funduskopi
Ringkasan Anamnesis dan
Pemeriksaan Jasmani
Anamnesis
Pasien datang ke Poli Mata RSMP mengeluh penglihatan kabur pada terutama jarak jauh pada mata kiri
sejak 1 bulan yang lalu. Keluhan ini tidak disertai mata merah, seperti ada yang mengganjal, mata terasa
gatal, nyeri mata, halo sign (-/-), sakit kepala, dan mual muntah.

Sebelumnya saat 2 minggu yang lalu, pasien sudah berobat ke dokter spesialis mata dengan keluhan
mata kiri merah disertai penglihatan kabur, nyeri pada mata, dan mata berair. Pasien diberikan obat tetes
mata dan keluhan berkurang namun keluhan mata kabur sebelah kiri tidak ada perubahan. Pasien
menyangkal adanya riwayat trauma pada mata dan benda asing. Adanya infeksi mata yang berulang juga
disangkal. Riwayat penggunaan kontak lensa disangkal.

Riwayat operasi mata (-), riwayat memakai kacamata baca (-), riwayat diabetes melitus (-), hipertensi
(-), riwayat alergi (-), penyakit mata lainnya (-), riwayat pemakaian obat-obatan (-), dan trauma pada mata
(-).
Pemerikasaan
Oftalmolgikus

OD   OS
20/20 Visus 20/50
(-) Kornea: (+)
Makula

Daftar Masalah:
Penglihatan kabur pada mata kiri.
VOS : 20/50
Kornea OS : makula (+)
OD

OS
Diagnosis
Sikatrik Kornea OS ec Post Keratitis OS
Tatalaksana

Non medikamentosa:
Medikamentosa : Edukasi
- Menjelaskan kepada pasien
● Pemberian air mata buatan (artificial tears)
mengenai penyakit yang dialami
tetes mata 4x1 gtt/hari OS
- Menggunakan topi dan kacamata
● Pemberian antibiotik topikal : gentamicin normal untuk melindungi mata dari
airdrops 1x1 gtt/hari OS sinar matahari dan udara
- Hindari pemakaian kontak lensa
Prognosis

Fungsionam : Dubia Ad Bonam

Vitam : Dubia Ad Bonam

Sanationam : Dubia Ad Bonam


Analisis Kasus
Pasien datang ke Poli Mata RSMP dengan mengeluh penglihatan kabur terutama jarak jauh pada mata kiri.
Penglihatan kabur dirasakan perlahan-lahan yang semakin lama semakin memberat. Keluhan ini tidak disertai
mata merah, seperti ada yang mengganjal (-/-), mata terasa gatal (-/-), nyeri (-/-), halo sign (-/-), sakit kepala
(-/-), dan mual muntah (-/-). Riwayat memakai kacamata (-), riwayat diabetes melitus (-), hipertensi (-), riwayat
alergi (-), penyakit mata lainnya (-), riwayat pemakaian obat-obatan (-). Pasien terdapat riwayat kontak
langsung dengan tanah dan sering menggosok mata sendiri. Riwayat dalam keluarga memiliki penyakit yang
sama tidak ada.
Berdasarkan anamnesis yang didapatkan bahwa pasien mengeluh penglihatan kabur pada mata kiri. Keluhan
tersebut sesuai dengan keluhan pada pasien yang mengalami sikatrik kornea, selain timbul bercak berwarna
putih juga terjadinya gangguan media refraksi sehingga terjadi pandangan kabur pada mata kiri pasien.
Analisis Kasus
Pada pemeriksaan oftalmologis tanggal 28 April 2022 didapatkan visus oculus dextra 20/20 dan visus oculus
sinistra 20/50 PH 20/30. Visus oculus dextra 20/20 maknanya adalah pasien hanya mampu melihat huruf pada
snelen chart proyektor pada jarak 20 meter sedangkan orang normal dapat melihat huruf di snelen chart
proyektor pada 20 meter yang menandakan visus normal pada mata kanan pasien. Sedangkan, visus oculus
sinistra 20/50 maknanya adalah pasien hanya mampu melihat huruf pada snelen chart proyektor pada jarak 50
meter sedangkan orang normal dapat melihat huruf di snelen chart proyektor jarak 20 meter yang menandakan
terdapat penurunan visus pada mata kiri pasien. Pada pemeriksaan kornea tampak sikatrik kornea jenis makula.

Hal ini sesuai dengan kepustakaan, bahwa sikatrik kornea adalah jaringan parut akibat penyembuhan keratitis
maupun ulkus kornea. Sikatrik pada pasien termasuk jenis makula dimana pada pemeriksaan terdapat putih
dikornea dan dapat dilihat dengan senter. Makula telah terjadi kerusakan kornea pada 1/3 stroma sampai 2/3
ketebalan stroma.
Analisis Kasus
Pada kasus pasien diberikan pemberian air mata buatan (artificial tears) tetes mata 4x1
gtt/hari OS dan antibiotik topikal berupa gentamicin airdrops 1x1 gtt/hari OS. Artificial
tears untuk membantu melumasi dan menyejukan mata kering akibat kekurangan
cairan mata, iritasi, penggunaan lensa kontak, gangguan penglihatan serta membantu
melindungi mata terhadap iritasi lebih lanjut.
Analisis Kasus
Pasien diberikan edukasi dengan menjelaskan mengenai penyakit yang dialami,
gunakan topi dan kacamata normal untuk melindungi mata dari sinar matahari dan
udara serta hindari pemakaian kontak lensa. Pemakaian kontak lensa akan
menyebabkan penurunan sensitivitas permukaan mata sehingga refleks produksi air
mata menurun. Penurunan produksi air mata menyebabkan sebagian besar
penggunanya mengalami mata kering. Kontak lensa juga menghambat distribusi
oksigen dan dapat menyebabkan permukaan kornea tidak beraturan dan menipis.
Kesimpulan
Sikatriks kornea adalah terbentuknya jaringan parut pada kornea oleh
berbagai sebab. Sikatrik kornea disebabkan oleh beberapa kondisi seperti
keratitis ataupun cedera pada kornea dan dapat menyebabkan penurunan
penglihatan. Sikatrik kornea diklasifikasikan menjadi 3 bentuk, yaitu nebula,
makula, dan leukoma. Tatalaksana yang diberikan pada kasus berupa
medikamentosa yaitu air mata buatan (artificial tears) dan antibiotik topikal
pada mata kiri pasien, bila jaringan parut kornea cukup padat untuk
mempengaruhi penglihatan, sebuah transplantasi kornea ditunjukkan.
Kesimpulan
Keratitis adalah peradangan pada kornea yang disebabkan oleh virus,
bakteri (pneumococci, streptococci, staphylococci), jamur dan protozoa.
Pasien dengan keratitis biasanya datang dengan keluhan iritasi ringan, adanya
sensasi benda asing, mata merah, mata berair, penglihatan yang sedikit kabur,
dan silau (fotofobia) serta sulit membuka mata (blepharospasme). Tatalaksana
terapi simptomatisnya yaitu diberi air mata buatan, sikloplegik dan
kortikosteroid. Pemberian air mata buatan yang mengandung metilselulosa
dan gelatin yang dipakai sebagai pelumas oftalmik, meningkatkan viskositas,
dan memperpanjang waktu kontak kornea dengan lingkungan luar
Thank You

Anda mungkin juga menyukai