Anda di halaman 1dari 17

LBM 3

STEP 1
1. Injeksi Perikorneal
Pelebaran pada pembuluh darah a. Siliaris anterior dan diebut juga injeksi
siliar.
2. Neovaskularisasi kornea
Pertumbuhan pembuluh darah limbik kedalam kornea biasanya
disebabkan penggunaan lensa kontak, gejala bisa visus berkurang.
Bisa timbul akibat hipoksia, penyebabnya?
3. Makula kornea
Suatu bentuk penyembuhan dari ulkus kornea, kerusakan terjadi pada 1/3
-2/3 bagian stroma pada pemeriksaan terlihat putih pada kornea.

STEP 2
1. Apa penyebab visus turun?
2. Mengapa mata pasien merah, terasa mengganjal, nyeri, berair dan
penglihatan turun sejak 3 hari lalu?
3. Mengapa pasien mengalami photophobia?
4. Mengapa pasien mengeluh kelopak mata kiri sulit dibuka dan tidak tahan
terhadap angin?
5. Bagaimana patofisiologi dari kondisi pasien diskenario?
6. Apakah efek samping dari penggunaan lensa kontak?
7. Apa diagnosis banding dan diagnosis dari skenario?
8. Apa interpretasi dari hasil pemeriksaan VOD 6/6 dan VOS 1/60 dan
didapatkan injeksi perikorneal, infiltrat, makula dan neovaskularisasi
kornea?
9. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk kasus
diskenario?
10.Bagaimana tatalaksana dari masing-masing DD?
11.Bagaimana cara mencegah mata merah akibat penggunaan lensa kontak?

STEP 3
1. Apa penyebab visus turun?
Penyebab visus turun secara umum:
Gangguan refraksi (misal pada : miopi, astigmatisma, hipermetropi)
Kelainan pada media refrakta (katarak, keratitis, glaukoma)
Kelainan pada saraf (lesi pada jaras penglihatan)

Terdapat gangguan pada kornea. Kornea sebagai membran


pelindung, jika terjadi kekeruhan menyebabkan pandnagan
terganggu. Susunan pada kornea merupakan epitel squamous non
keratin untuk menempel air mata dan oksigen, apabila penggunaan
lensa kontak yang tidak bersih menyebabkan gangguan pada
kornea.
(Penggunaan lensa kontak kornea hipoksi metabolisme
anaerob)
A. penurunan visus
Kelainan kornea
Kelainan retina : contoh : peningkatan TIO (glaukoma)
Kelainan uvea
B. Fotophobia
Kelainan iris
Kelainan kornea
glaukoma
C. Mata merah
Kelainan konjunctiva
Kelainan kornea
Kelainan sclera
Kelainan uvea
glaukoma

2. Mengapa mata pasien merah, terasa mengganjal, nyeri, berair dan


penglihatan turun sejak 3 hari lalu?
Mata merah disebabkan pelebaran pembuluh darah dikonjungtiva atau
sclera akibat infeksi, alergi, keratitis, glaukoma juga bisa akibat
vasodilatasi yang aktif akibat inflamasi dan vasodilatasi pasif akibat
kongesti.
Kornea avaskular (jika ada peradangan tidak segera ditangani sel-
sel yang ada distroma bekerja sebagai makrofag vasodilatasi limbus
mata merah)
Penggunaan lensa kontak infeksi
Jika ada benda asing dikornea terasa mengganjal
Terasa nyeri karena ada prsarafan dari n. Trigeminus sehingga sensitif
terhadap rangsang nyeri.
Akibat rasa mengganjal berkedip gesekan mata berair

Adanya infiltrat mengganggu pompa dari kornea mengganggu


deturgense (dehidrasi) menjadi keruh visus turun
Mata nyeri juga disebabkan oleh dry eyes suplai O2 menurun
pelindung berkurang mudah teriritasi nyeri mata berair

Nyeri
Nyeri inflamasi, terjadinya nyeri oleh karena stimuli yang sangat kuat sehingga
merusak jaringan. Jaringan yang dirusak mengalami inflamasi dan menyebabkan fungsi
berbagai komponen nosiseptif berubah. Jaringan yang mengalami inflamasi
mengeluarkan berbagai mediator inflamasi, seperti: bradikinin, leukotrin, prostaglandin, purin
dan sitokin yang dapat mengaktivasi atau mensensitisasi nosiseptor secara langsung
maupun tidak langsung. Aktivasi nosiseptor menyebabkan nyeri, sedangkan
sensitisasi nosiseptor menyebabkan hiperalgesia. Meskipun nyeri merupakan salah
satu gejala utama dari proses inflamasi, tetapi sebagian besar pasien tidak
mengeluhkan nyeri terus menerus.

Inflamasi disebabkan oleh pelepasan berbagai mediator yang berasal dari jaringan rusak, sel
mast, leukosit, dan komplemen. Mediator-mediator tersebut menyebabkan munculnya
tanda-tanda inflamasi yang telah disebutkan di atas. Berikut adalah mediator-mediator
inflamasi berdasarkan perannya :

1. Prostaglandin dan NO menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah


2. Histamin, serotonin, anafilaktoksin (C3a dan C5a), bradikin, leukotrien C,D,E, dan faktor
pengaktivasi trombosit menyebabkan peningkatan permeabilitas vaskuler
3. C5a, leukotrien B, dan kemokin menyebabkan kemotaksis
4. IL-1, IL-6, TNF, dan prostaglandin menyebabkan demam
5. Prostaglandin dan bradikin menyebabkan adanya rasa nyeri
6. Enzim lisosom neutrofil dan makrofag, metabolit oksigen, dan NO menyebabkan
kerusakan pada jaringan.

Glandula lakrimalis
N. lacrimalis bersifat sensoris
Serabut simpatis dan ganglion servikal superior
Serabut parasimpatis berasal dari nucleus salivarus superior dalam pons cerebri yg
berjalan bersama N.lakrimalis.
Serabut simpatis dan parasimpatis membentuk efferen (secremotor), serabut sympatis
memelihara sekresi normal (basal) sedangkan parasimpatis untuk reflek lakrimasi.

Air mata akan disekresikan secara refleks sebagai respon dari berbagai
stimuli. Stimulus tersebut dapat berupa stimuli iritatif pada kornea, konjungtiva,
mukosa hidung, stimulus pedas yang diberikan pada mulut atau lidah, dan cahaya
terang. Selain itu, air mata juga akan keluar sebagai akibat dari muntah, batuk dan
menguap. Sekresi juga dapat terjadi karena kesedihan emosional. Kerusakan pada
nervus trigeminus akan menyebabkan refleks sekresi air mata menghilang.
Hal ini dapat dibuktikan dengan pemberian kokain pada permukaan mata menyebabkan
penghambatan hantaran pada ujung nervus sensoris yang mengakibatkan
penghambatan refleks sekresi mata (bahkan ketika mata dipaparkan pada gas air
mata yang poten). Jalur aferen pada hal ini adalah nervus trigeminus, sedangkan
eferen oleh saraf autonom, dimana bahagian parasimpatis dari nervus fasialis yang
memberikan pengaruh motorik yang paling dominan. Oleh sebab itu, pemberian
obat yang parasimpatomimetik (seperti asetilkolin) dapat meningkatkan sekresi
sedangkan pemberian obat antikolinergik (atropin) akan menyebabkan penurunan
sekresi. Refleks sekresi air mata yang berlebihan dapat diinterpretasikan sebagai
respon darurat. Pada saat lahir, inervasi pada aparatus lakrimalis tidak selalu
sempurna, hal ini menyebabkan neonatus sering menangis tanpa sekresi air mata
(Encyclopdia Britannica, 2007).

Faktor-faktor yang mempengaruhi sekresi air mata


Semua jaringan pada permukaan bola mata, kelenjar sekretorius, palpebra dan saluran
ekskretorius dari jalur nasolakrimal terhubung oleh jaringan neural yang
kompleks/unit fungsional lakrimal (American Academy of Opthalmology, 2011-
2012a). Jalur sensori aferen berasal dari saraf ofthalmik cabang dari saraf trigeminus.
Jalur eferen bersifat otonom yaitu simpatis dan parasimpatis. Sistem saraf simpatis
berasal dari ganglion servikal superior. Saraf parasimpatis berasal dari nukleus
salivarius superior yang berlokasi di pons, keluar dari batang otak bersama saraf
fasialis (n.VII). Saraf lakrimalis kemudian meninggalkan n VII menuju kelenjar
lakrimal. Persarafan yang kompleks ini berfungsi untuk mengontrol fungsi kelenjar
lakrimal sehingga menjaga homeostasis lapisan air mata dan berespon terhadap stress
dan trauma (Zoukhri, 2006; American Academy of Ophthalmology, 2011-2012a;
American Academy of Ophthalmology, 2011-2012b).
Mekanisme hormonal juga berperan dalam pengaturan sekresi air mata dimana
hormon androgen memiliki peranan penting. Hormon androgen mengatur anatomi,
fisiologi dan sistem imun pada kelenjar lakrimal. Hormon lain seperti luteinizing
hormon, follicle stimulating hormone, prolactin, thyroid stimulating hormone,
progesterone dan estrogen juga berpengaruh terhadap fungsi lakrimal (Dry Eye
Workshop, 2007; Lemp, 2008). Pada pasien menopause terjadi penurunan sekresi air
mata yang diyakini karena defisiensi estrogen (Schaumberg et al., 2003).

Reflek Lakrimasi
Sekresi kelenjar lakrimal dipengaruhi oleh reflek lakrimasi yang dipicu oleh suatu
iritasi pada permukaan bola mata. Reseptor sensori merespon kondisi permukaan bola
mata yaitu pada kornea dan konjungtiva. Reseptor ini selanjutnya akan mengirimkan
sinyal aferen ke sistem saraf pusat yang kemudian akan memberikan impuls eferen
berupa parasimpatis dan simpatis pada kelenjar lakrimal. Kondisi emosi seseorang
juga dapat memicu reflek lakrimasi dan menghasilkan sekresi air mata dalam jumlah
yang banyak, dimana penting untuk melarutkan material asing seperti debu, alergen
dan toksin pada permukaan bola mata (Zoukhri, 2006; Lemp, 2008; Tsubota et al.,
2008;).
Kornea dipersarafi oleh serabut saraf yang paling sensitif yaitu 300-600 kali lebih
sensitif daripada kulit dan memiliki ketebalan 7000 nosiseptor/mm2. Selain sebagai
sensori, persarafan kornea juga berfungsi untuk menjaga struktur dan fungsi kornea
dalam regulasi epitel, proliferasi dan penyembuhan luka karena penyakit, trauma dan
pembedahan (Muller et al., 2003; Gallar et al., 2004). Persarafan kornea utamanya
berasal dari cabang oftalmik saraf trigeminus, melalui saraf siliaris anterior dan saraf
maxillaris. Limbus dan kornea perifer juga menerima persarafan simfatetik dari
ganglion servikal superior (Marfurt et al., 2001). Saraf tersebut memasuki kornea
pada sepertiga tengah stroma menuju anterior secara radial ke arah pusat kornea.
Sekitar 1 mm dari limbus, saraf kornea mulai kehilangan selubung myelin sehingga
disebut saraf telanjang. Saraf ini mempersarafi lapisan anterior dan pertengahan
stroma. Pada pertengahan antara lapisan Bowman dan stroma anterior, persarafan
stroma membentuk pleksus saraf subepitel yang kemudian berjalan menembus
membran Bowman dan membentuk pleksus saraf epitel subbasal. Pleksus saraf epitel
subbasal ini akan menginervasi lapisan sel epitel basal yang kemudian menjadi
lapisan epitel superfisial (Guthoff et al., 2005).

Epitel adalah sawar yang efisien terhadap masuknya


mikroorganisme ke dalam kornea dan merupakan satu lapis sel sel
pelapis permukaan posterior kornea yang tak dapat diganti baru.
Sel-sel ini berfungsi sebagai pompa cairan dan menjaga agar kornea
tetap tipis, dengan demikian mempertahankan kejernihan optiknya,
jika sel-sel ini cedera atau hilang, timbul edema dan penebalan
kornea yang pada akhirnya mengganggu penglihatan.
Kornea adalah struktur yang avaskuler oleh sebab itu pertahanan
pada waktu peradangan, tidak dapat segera ditangani seperti pada
jaringan lainnya yang banyak mengandung vaskularisasi. Sel-sel di
stroma kornea pertama-tama akan bekerja sebagai makrofag, baru
kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang ada di
limbus dan tampak sebagai injeksi pada kornea. Sesudah itu
terjadilah infiltrasi dari sel-sel lekosit, sel-sel polimorfonuklear, sel
plasma yang mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang tampak
sebagai bercak kelabu, keruh dan permukaan kornea menjadi tidak
licin.

3. Mengapa pasien mengalami photophobia?


Photophobia merupakan gejala suatu penyakit disebabkan
Juga disebabkan ablasi kornea dan gangguan sistem saraf pusat (e.g
migrain).
Ada iritasi di ujung saraf kornea vasodilatasi iris kontraksi iris yang
meradang photophobia

Fotofobia pada penyakit kornea adalah akibat kontraksi iris yang beradang. Dilatasi
pembuluh darah iris adalah fenomena reflex yang disebabkan iritasi pada ujung saraf
kornea.

Pembuluh darah pada konjungtiva :


a. arteri konjngtiva posterior mendarahi konjungtiva bulbi
b. arteru siliar anterior atau episklera , mencabangkan :
- arteri episklera masuk ke bola mata dengan arteri siliar posterior longus,
bergabung membentuk arteri sirkular mayor atau pleksus siliaris mendarahi
iris dan badan siliar.
- Arteri perkornea mendarahi kornea
- Arteri episklera, merupakan bagian arteri siliar anterior mendarahi bola
mata.

Iritis akan memberikan rasa sakit, merah dan fotofobia.


Pupil kecil akibat rangsangan proses peradangan pada m.spingter pupil dan terdapat edem
iris. Reaksi pupil akan lemah , pupil bereaksi lambat terhadap sinar atau tidak ada reaksi
sama sekali.

4. Mengapa pasien mengeluh kelopak mata kiri sulit dibuka dan tidak tahan
terhadap angin?
Karena ada nyeri (ada serabut saraf sensoris) sensitif terhadap nyeri
tidak tahan terhadap angin.

Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada kornea baik
superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit juga
diperberat dengan adanaya gesekan palpebra (terutama palbebra superior) pada kornea dan
menetap sampai sembuh. Kontraksi bersifat progresif, regresi iris, yang meradang dapat
menimbulkan fotofobia, sedangkan iritasi yang terjadi pada ujung saraf kornea merupakan
fenomena reflek yang berhubungan dengan timbulnya dilatasi pada pembuluh iris. Fotofobia,
yang berat pada kebanyakan penyakit kornea, minimal pada keratitis herpes karena hipestesi
terjadi pada penyakit ini, yang juga merupakan tanda diagnostik berharga. Meskipun berair
mata dan fotofobia umumnya menyertai penyakit kornea, umumnya tidak ada tahi mata
kecuali pada ulkus bakteri purulen (Vaughan, 2009).
Karena kornea berfungsi sebagai jendela bagi mata dan membiaskan berkas cahaya,
lesi kornea umumnya agak mengaburkan penglihatan, terutama kalau letaknya di pusat
(Vaughan, 2009).

5. Bagaimana patofisiologi dari kondisi pasien diskenario?


Penggunaan lensa kontak (tidak boleh >8jam), merupakan benda asing.
Digunakan pada bagian kornea suplai o2 menurun & merusak tear film
(lapisan lipid) evaporasi meningkat pada proses pelepasan akan
terjadi defek epitel dan jika higiene buruk iritasi vasodilatasi limbus
injeksi perikorneal pada bagian kornea terdapat saraf sensoris
(menyebabkan nyeri, mengganjal, mata berair)

Penggunaan lensa kontakmengurangi proses pertukaran oksigen


dan karbon dioksida pada permukaan kornea (transmisibilitas
menurun)oksigenasi tidak memadaiasidosis stromamengganggu
pola teratur dari lamellae kolagenstriae, lipatan pada posterior
stroma, dan meningkatnya hamburan balik cahaya.

Gross E. B., Complications of Contact Lenses, In: Duanes Clinical


Ophthalmology, (fourth volume), (CD-ROOM). Lippincott Williams &
Wilkins. USA : 2003

6. Apakah efek samping dari penggunaan lensa kontak?


- Iritasi dan mata mera akibat debu dan penggunaan yang tidak benar
- Penggunaan yang terlalu longgar atau terlalu sempit
- Soft lense koyak/rusak dalam mata akibat digunakan saat tidur, akibat
pelepasan dalam kondisi kering
- Terjadi trauma, infeksi, mengganggu kelembapan kornea dan
konjungtiva akibat penurunan oksigenasi kornea

Memasang dan melepas lensa kontak :

Pertama, cuci tangan dan pada saat


sudah selesai pastikan mereka bersih dan
kering.

Pakai tangan yang biasa Anda buat


menulis,, letakkan lensa kontak di jari
telunjuk.

Pakai jari tengah di tangan yang sama,


tarik kelopak mata bawah ke arah bawah,
dan pada saat bersamaan pakai jari
telunjuk dari tangan satu nya untuk tarik
kelopak mata atas ke arah atas.

Lihat ke atas.

Perlahan letakkan lensa kontak di


bagian bawah putih mata Anda.

Lepaskan dan juga lepaskan kelopak


mata keduannya.

Tutup mata Anda beberapa detik dan


lensa kontak akan secara otomatis ke
posisi tengah mata Anda.

Ulangi langkah ini untuk pemakaian


lensa kontak satunya.

Bagaimana melepaskan lensa kontak :

Pertama, cuci tangan dan pada saat


sudah selesai pastikan mereka bersih dan
kering.

Lihat keatas dan tarik kelopak mata


bawah ke arah bawah dengan jari tengah
Anda.

Letakkan jari telunjuk Anda pada


bagian bawah lensa kontak.

Tarik lensa kontak ke bawah ke bagian


putih mata Anda.

Jepit perlahan kontak lensa Anda


dengan jari telunjuk dan ibu jari dan
lepaskan dari mata Anda.

Ulangi langkah ini untuk membuka


lensa kontak dari mata satunya

Bagaimana Merawat Lensa Kontak Anda

Lensa kontak sekali buang di desain untuk hanya di pakai sekali dan
langsung di buang, jadi Anda tidak perlu kawatir untuk membersihkan dan
menyimpan lensa kontak.

Sangat mudah untuk merawat lensa kontak yang Anda pakai apabila lebih
dari satu hari. Hanya pastikan bahwa Anda mengikuti rutinitas yang di
sarankan oleh tenaga medis profesional Anda. Untuk kesehatan,
kenyamanan memakai lensa kontak, pilih solution yang terbukti Bausch
+ Lomb Renu Fresh.

Bilas :

Bilas setiap sisi dari lensa kontak Anda selama 5 detik dengan
Bausch + Lomb Renu Fresh. Berdasarkan air mata setiap individue dan
skedul pemakaian lensa kontak, tenaga ahli medis Anda akan
merekomendasikan perawatan tambahan untuk lensa kontak Anda
dengan teteskan 3 tetes solution di permukaan dari lensa kontak dan
gosok dengan lembut selama 20 detik sebelum di bilas. Hal ini
memastikan bahwa lensa kontak Anda bebas dari debu dan deposit.
Pastikan mengikuti rutinitas yang di rekomendasikan oleh tenaga ahli
profesional Anda.

Disinfektan :

Letakkan lensa kontak Anda di dalam tempat lensa kontak

Isi tempat lensa kontak dengan Renu Fresh

Rendam lensa kontak Anda paling tidak 4 jam

Sekarang lensa kontak Anda sudah siap untuk di pakai kapanpun Anda
inginkan.

Simpan :

Jangan pernah menggunakan solution yang sudah di pakai

Ganti tempat lensa kontak Anda dengan yang baru setiap 1 bulan
sekali
Jadwal penggantian Anda

Lensa kontak di desain untuk pemakaian


di waktu tertentu. Tergantung dengan
apa yang terbaik untuk mata Anda, dan
rekomendari dari tenaga ahli profesional
Anda untuk lensa kontak harian (daily)
atau dua mingguan (bi-weekly) atau satu
bulanan (monthly).

Terlepas dari itu semua, sangat penting


untuk mengikuti skedul yang sudah di
berikan, dan ikuti cara penggunaan dan
perawatannya akan membuat mata Anda
aman dan nyaman.

http://www.bausch.co.id/id-id/vision-and-age/teenager-
eyes/teenagers-vision-correction/wearing-and-caring-for-
contact-lenses/
Efek penggunaan lensa kontak

1. Infisiusiensi kualitas lapisan air mata akibat abnormalitas


posisi atau fungsi kelopak mata

2. Gaya hidup atau pekerjaan meliputi lingkungan yang penuh


debu, kering dan berasap

3. Kurangnya motivasi untuk melakukan perawatan lensa dan


prosedur strelisasi

4. Kerusakan sensasi kornea

5. Edema kornea yang terjadi jika lensa konta dipakai untuk


periode yang lama

6. Abrasi kornea, adapat terjadi karenapemakaian lensa kontak


yang berlebihan akan mengeringkan epitel dan meyebabkan
robekan atau akibat iritasi permukaan lensa kontak terhadap
kornea

7. Giant papillary cell conjunctivitis ( radang konjungtiva pelebra,


biasanya pada kelopak mata atas

8. Reaksi sensivitas yang terjadi pada pemakaian lensa kontak


jangaka panjang dengan tanda hyperemia konjungtiva,
lakrimasi dan konjungtiva menampakkan karakteristik
peningakatan cobblestone appearance

Istiqomah, indriani N, 2004. ASKEP Klien Gangguan mata,


Jakarta : EGC

7. Apa diagnosis banding dan diagnosis dari skenario?


DD:
Glaukoma primer sudut tertutup
Gejala : sakit kepala hebat dimata yang sakit, mual muntah, ada sensasi
Halo, TIO tinggi
Glaukoma tertutup COP- COA
Glaukoma terbuka gangguan HA ke trabecula meshwork
Keratitis (peradangan pada kornea didahului proses peradangan akibat
trauma, penggunaan lensa kontak, dll)
Gejala : photophobia, berair, mengganjal, TIO normal, terdapat injeksi
siliar dan infiltrat pada kornea
- Keratitis superficial (keratitis pungtata, keratitis flikten)
- Keratitis profunda
Uveitis anterior
Gejala : silau, berair, kemeng, TIO rendah
Dx : Keratitis

PEMBEDA KONJUNGTIVI KERATITIS IRITIS AKUT GLAUKOMA


TIS AKUT
Sakit Kesat Sedang Sedang- Hebat dan
hebat menyebar
Kotoran Sering Refleks ringan -
purulen epifora
fotofobia ringan hebat Sedang
kornea Jernih&teran - Deposit Edema epitel
g endotel
kornea jernih Fluoresin ++ presipitat Edema
penglihatan Normal <Normal <normal <Normal
sekret + - - -
Tekanan Normal normal <N> pegel >N +++
sangat pegal
injeksi konjungtival siliar siliar Episkleral
vaskularisasi a.konjungtiva a.siliar Pleksus siliar Episkleral
posterior
Pengobatan antibiotik Antibiotik + Steroid + Mitoka
sikloplegik sikloplegik diamox +
bedah
Uji Bakteri sensibilitas Infeksi fokal tonometri
No. Jenis keratitis Bentuk keratitis
1. Keratitis stafilokok Erosi kecil-kecil terputus fluorescin; terutama
sepertiga bawah kornea
2. Keratitis herpetik Khas dendritik (kadang-kadang bulat atau
lonjong) dengan edema dan degenerasi
3. Keratitis varicella- Lebih difus dari lesi HSK; kadang-kadang
zoster linear (pseudosendrit)
4. Keratitis adenovirus Erosi kecil-kecil terpulas fluorecein; difus
namun paling mencolok di daerah pupil
5. Keratitis sindrom Epitel rusak dan erosi kecil-kecil, pleomorfik,
Sjorgen terpulas fluorescein; filament epithelial dan
mukosa khas; terutama belahan bawah kornea
6. Keratitis terpapar Erosi kecil-kecil tidak teratur, terpulas
akibat lagoftalmus atau fluorescein; terutama di belahan bawah kornea
eksoftalmus
7. Keratokonjungtuvitis Lesi mirip-sinsisium, yang keruh dan
vernal berbercak-bercak kelabu, paling mencolok di
daerah pupil atas. Kadang-kadang membentuk
bercak epithelium opak
8. Keratitis trofik-sekuele Edema epitel berbercak-bercak; difus namun
HS, HZ dan destruksi terutama di fissure palpebrae, pukul 9-3
ganglion gaseri
9. Keratitis karena obat- Erosi kecil-kecil terpulas fluorescein dengan
terutama antibiotika edema seluler berbintik-bintik; lingkaran epitel
spectrum luas
10. Keratitis superficial Focus sel-sel epithelial sembab, bulat atau
punctata (SPK) lonjong; menimbul bila penyakit aktif
11. Keratokonjungtivitis Erosi kecil-kecil terpulas fluorescein di
limbic superior sepertiga atas kornea; filament selama
eksaserbasi; hiperemi bulbar, limbus
berkeratin menebal, mikropanus
12. Keratitis rubeola, Lesi tipe virus seperti pada SPK; di daerah
rubella dan parotitis pupil
epidemika
13. Trachoma Erosi epitel kecil-kecil terpulas fluorescein
pada sepertiga atas kornea
14. Keratitis defisiensi Kekeruhan berbintik kelabu sel-sel epitel
vitamin A akibat keratinisasi partial; berhubungan
dengan bintik-bintik bitot

8. Apa interpretasi dari hasil pemeriksaan VOD 6/6 dan VOS 1/60 dan
didapatkan injeksi perikorneal, infiltrat, makula dan neovaskularisasi
kornea?
VOD 6/6 normal
VOS 1/60 terjadi penurunan visus
Injeksi perikorneal terjadi pelebaran pembuluh darah di perikorneal
Infiltrat akibat ada serbukan radang
Makula jaringan sikatrik akibat peradangan dari kornea

Makula :

Penyembuhan akibat ulkus kornea. Kerusakan kornea pada 1/3 stroma


sampai 2/3 ketebalan stroma
Pada pemeriksaan terlihat putih di kornea, dapat dilihat di kamar
terang dengan focal ilumination / batere tanpa bantuan kaca pembesar

Gambar 9. Makula

9. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk kasus


diskenario?
Px fokal iluminasi menilai kejernihan kornea
Keratoskop plasido dengan kepingan lingkaran konsentris
Pemulasan fluorescin untuk memperjelas adany defek epitel kornea
Tes pacometri mengukur tebal kornea dengan memberi sinar
Tes sensibilitas kornea px fungsi saraf trigeminus
Tes sensibilitas kuantitatif kornea untuk mengetahui derajat sensibilitas
kornea
Tes fistel memeriksa adanya fistel/kebocoran pada kornea
Tes tonometri untuk mengukur tekanan intraokular
Anamnesis : di ungkapkan adanya riwayat trauma (benda asing dan abrasi
merupakan dua lesi yang paling umum pada kornea), riwayat penyakit kornea
juga bermanfaat, tanyakan gejala untuk membedakan jenis keratitis, tanyakan
juga pemakaian obat local
Pemeriksaan laboratorium : biomikroskopik dengan atau tanpa fluorescein,
kerokan ulkus, biopsy kornea.
(Oftalmologi Umum; Daniel g Vaughan, dkk, edisi 14)
Tes pachometry : tes untuk mengukur tebal kornea dengan
memberikan seberkas sinar
Tes dengan keratoskop atau plasido : untuk melihat licinnya
kelengkungan kornea
Tes sensibilitas kornea : tes untuk pemeriksaan fungsi saraf
trigeminus yang memberikan sensibilitas kornea
Tes sensibilitas kuantitatif kornea : tes untuk mengetahui derajat
sensibilitas kornea
Tes fluoresin : tes untuk mengetahui terdapatnya kerusakan epitel
kornea.
Tes rose Bengal : untuk melihat sel mati pada kornea
Tes metilen biru : tes untuk melihat adanya kerusakan saraf pada
kornea
Tes fistel : tes untuk memeriksa adanya fistel atau kebocoran pada
kornea
Tes seidel : tes untuk mengetahui letak kebocoran pada luka operasi
pascabedah intraocular.
(dasar-teknik pemeriksaan dalam ilmu penyakit mata, prof. dr.
sidarta ilyas, SpM)

10. Bagaimana tatalaksana dari masing-masing DD?


Terapi medikamentosa :
- Keratitis : dilihat dari penyebabnya (bakteri antibiotik
spektrum luas (ampicilin), fungi ketokonazol, virus
kortikosteroid dan kompres dingin)
- Galukoma : dirawat (pilokarpin 3xsehari, timolol, asetazolamin, glyserin),
tx pembedahan (trabeculektomi), bisa iridotomi dengan laser
- uveitis :

Pengobatan Keratitis Disiformis:


Sulfas Atropin 1% 3 kali sehari satu tetes, disertai salep
mata antibiotik yang dapat dikombinasikan dengan
kortikosteroid dan mata ditutup.
Biasanya perjalanan penyakitnya lama sampai berbulan
bulan.

Pengobatan dari keratitis sika tergantung dari penyebab


penyakitnya:
1. Pemberian air mata tiruan apabila yang berkurang
adalah komponen air.

2. Pemberian lensa kontak apabila komponen mukus yang


berkurang.

3. Penutupan punctum lacrima bila terjadi penguapan yang


berlebihan.
(http://www.fkumyecase.net/wiki/index.php?
page=presus+mata+%22keratitis%22)

Pengobatan keratitis bacterial dini dapat diberikan anti biotic :

Gram negative (-) Gram positif (+)


Tobramisin Cefasozin
Gentamisin Vancomysin
Polimiksin Basitrasi
Biasanya pengobatan diberikan setiap 1 jam, siklopegik
diberikan untuk istirahat mata.
Keratitis herpetic pengobatannya :
IDU merupakan obat antiviral yang murah, bersifat tidak
stabil. Bekerja dengan menghambat sintesis DNA virus dan
manusia, sehingga bersifat toksik untuk epitel normal dan
tidak boleh dipergunakan lebih dari 2minggu. Terdapat dalam
larutan 1% dan diberikan setiap jam, salep 0,5 % diberikan
setiap 4 jam.
Vidarabin sama dengan IDU, tetapi hanya terdapat
dalam bentuk salep.
Trifluoratimidin (TFT) sama dengan IUD, diberikan 1%
setiap 4 jam. Asiklovir bersifat selektif terhadap sintesis DNA
virus. Dalam bentuk salep 3% yang diberikan setiap 4 jam.
Sama efektif dengan antivirus lain akan tetapi dengan efek
samping yang kurang.
Keratitis marginal pengobatan :
Diberikan antibiotic yang sesuai dengan penyebab infeksi
lokalnya dengan steroid dosis ringan. Pada pasien dapat
diberikan vitamin B dan C dosis tinggi. pada kelainan yang
indolen dilakukan kauterisasi dengan listrik ataupun AgNO3
dipembuluh darahnya atau dilakukan flep konjungtiva yang
kecil.
(Ilmu Penyakit Mata, Prof. dr. H. Sidarta ilyas, SpM)
11. Bagaimana cara mencegah mata merah akibat penggunaan lensa
kontak?
- penggunaan yang benar,
- higiene yang baik

konsep map

Anda mungkin juga menyukai