Disusun Oleh
Pembimbing :
KUPANG
2020
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Di Indonesia masalah kesehatan mata saat ini adalah masih tingginya angka
masalah kesehatan mata yang lain termasuk kelainan vaskularisasi. Tujuan upaya
kesehatan mata di Indonesia antara lain adalah menurunkan angka kebutaan, kesakitan
mata dan gangguan penglihatan. Salah satu ancaman dan kesakitan mata disebabkan
oleh kelainan pada sistem vaskularisasi mata diantaranya Carotid Cavernous Fistula
(CCF).
cavernous fistula tipe langsung umumnya berkaitan dengan trauma atau tindakan
operasi. Lebih dari 76% kasus CCF disebabkan oleh trauma kepala atau maksilofasial
dengan gambaran klinis yang khas, kejadian akut dan progressif. Kasus ini terhitung
jarang, namun merupakan komplikasi penting pasca trauma kepala. Sekitar 25% CCF
terjadi secara spontan, terutama pada perempuan berusia paruh baya hingga perempuan
berusia tua dan mungkin terkait dengan aterosklerosis, hipertensi sistemik, penyakit
2
trauma minor. Sekitar 75% CCF diakibatkan oleh trauma serebral seperti kecelakaan
kendaraan bermotor, perkelahian, dan jatuh. Luka yang terjadi dapat berupa luka
penetrans atau non penetrans dan mungkin berhubungan dengan fraktur tulang wajah
atau basis tengkorak. Carotid cavernous fistulae traumatik lebih sering terjadi pada usia
muda. CCF biasanya terjadi pada wanita usia pertengahan sampai usia tua tetapi dapat
menimbulkan gejala pada setiap kelompok umur, termasuk pada bayi. CCF karena
trauma umumnya terjadi pada remaja. Tidak ada latar belakang ras tertentu yang
sedangkan wanita yang menopause lebih mungkin untuk pengembangan CCF yang
spontan.
Manifestasi klinis terpenting dari CCF adalah eksoptalmus yang berdenyut namun
tidak selalu menjadi keluhan utama. Keluhan utama pasien dapat pula berupa,
khemosis dan kehilangan visus gangguan tajam penglihatan, diplopia, kelopak mata
pemeriksaan tajam penglihatan, lapang pandang, gerakan bola mata dan inspeksi
permukaan bola mata, kelopak mata dan jaringan sekitarnya. Pemeriksaan penunjang
3
pada CCF mencakup pemeriksaan darah lengkap jika perlu, ultrasonografi,
computerized tomography scan (CT scan), magnetic resonance imaging (MRI) dan
arteriografi/angiografi. Saat MRI angiografi adalah teknik terbaik untuk deteksi CCF.
BAB 2
4
TINJAUAN PUSTAKA
Vaskularisasi mata terdiri dari sistem arteri dan sistem vena. Sistem Arteri
orbita terutama berasal dari ophthalmic artery, (yang utama) cabang arteri carotis
interna. Arteri ophtalmika ini dipercabangkan pada saat arteri carotis interna keluar dari
sinus cavernosus. Arteri Ophtalmika berjalan lurus dibawah serabut saraf optik dan
optikus. Arteri ini memberi banyak cabang dengan variasi yang signifikan. Selanjutnya
arteri centralis retina, cabang dari ophthalmic artery yang berasal dari bagian inferior
nervus opticus, menembus lapisan dura nervus opticus dan keluar di optic disc. Cabang
arteri ini menyebar ke permukaan dalam retina. Cabang terminal arteri ini merupakan
end arteries, yang memberikan satu-satunya suplai darah pada bagian internal retina.
Bagian eksternal retina juga disuplai oleh lamina capilaris choroid. Dari
delapan posterior ciliary arteries (juga sebagai cabang ophthalmic artery), enam short
5
posterior ciliary arteries secara langsung mensuplai choroid, dan memberikan nutrisi
pada outer nonvascular layer of the retina serta saraf optikus. Dua long posterior
ciliary arteries, satu pada masing-masing sisi bulbus oculi, melewati sclera dan choroid
untuk mengadakan anastomose dengan anterior ciliary arteries (kelanjutan dari cabang
muscular ophthalmic artery menuju musculus rectus) untuk mensuplai pleksus coroid
serta membentuk sirkulus arteriosus major iris yang mensuplai iris. Sedangkan cabang
lain dari anterior ciliary arteries juga mensuplai konjungtiva, limbus dan sklera.
beranastomose dengan pembuluh darah dari arteri carotis externa. Sebagian kecil
berasal dari arteri karotis eksterna yang mempercabangkan arteri maxillaris interna dan
6
mempercabangkan divisi temporal dan fasial yang beranastomose dengan cabang arteri
kelopak mata.
lain. Vena-vena tersebut tidak berkatup. Orbita memperoleh drainase oleh vena oftalmik
cavernous sinus secara langsung, namun mungkin juga bergabung dengan ophthalmic
veins. Vorticose veins dari lapisan vascular layer bulbus oculi mengalir ke inferior
ophthalmic vein. Scleral venous sinus adalah struktur vascular yang mengelilingi
anterior chamber bulbus oculi di mana aqueous humor dikembalikan ke sirkulasi darah.
7
Aliran utama vena orbita terutama berasal dari vena oftalmik superior, yang
mulai berjalan pada kuadran superonasal orbita kemudian ke posterior melalui fissura
pada bagian depan dari fossa kranii media. Sinus ini berjalan dari fissura orbitalis
superior ke bagian petrosus ke tulang temporal secara terpisah. Sinus kavernosus saling
berhubungan (kiri dan kanan) melalui sinus interkavernosus anterior dan posterior
yang juga dikenal sebagai sinus sirkular. Anatomi dari sinus kavernosus sebenarnya
unik, karena hanya ini lokasi anatomi di tubuh dimana arteri melewati secara sempurna
melalui struktur vena. Sinus kavernosus memiliki fungsi utama sebagai struktur vena
dari duramater, menerima asupan darah dari vena optalmika superior dan inferior.
Setelah memasuki sinus, darah vena mengalir melalui sinus sfenoparietal, sinus
Setelah bercabang dari arteri karotis komunis, arteri karotis interna memasuki
tengkorak kepala melalui foramen laserum dan kanalis karotikus. Kemudian berlanjut
ke kanalis petrosus dan memasuki sinus kavernosus pada bagian medial dari sinus.
8
Gambar 2.4 anatomi sinus cavernosus
Di dalam sinus kavernosus, arteri karotis interna dibalut dengan filamen dura
yang kuat, terutama pada saat masuk dan keluar pada segmen inferior dan superior.
Bagian sifon dari arteri karotis berjalan melalui sinus kavernosus. Arteri karotis
karotis intrakavernosus yang memasuki sinus pada segmen posterior, kemudian arteri
berjalan ke depan dimana arteri itu menjadi segmen horizontal dan akhirnya arteri itu
berjalan ke atas dimana menjadi segmen anterior yang ascending. Arteri karotis interna
meninggalkan sinus kavernosus di bagian bawah dari prossesus klinoideus anterior dari
9
tulang sfenoid yang paling tipis. Karena arteri karotis interna terfiksasi ke duramater
dan sekitarnya di basis tengkorak, hal ini membuatnya menjadi mudah terpapar dengan
Aliran darah vena orbita kembali ke jantung melalui vena jugularis interna lalu
menuju ke vena subclavia dan vena brachiosephalica menuju ke vena cava superior
2.3.1. Definisi
10
Carotid Cavernous Fistulas (CCF) merupakan hubungan abnormal antara
CavernousSinus (CS) dengan Internal Carotid Artery (ICA) atau dengan salah satu
abnormal antara arteri karotis dengan sinus kavernosus, yang dapat terjadi secara
spontan atau didapat (trauma)(3,4) Fistula Carotid cavernosus juga dapat diartikan
2.3.2. Epidemiologi
orang dengan gangguan penglihatan di seluruh dunia pada tahun 2010 adalah sebanyak
285 juta jiwa atau sekitar 4,24% populasi. Berdasarkan hasil RISKESDAS 2007 dan
2013 didaptkan data terkait angka kejadian gangguan penglihatan berdasarkan umur,
dilaporkan gangguan penglihatan dan kebutaan tertinggi didapatkan pada usia diatas
50 tahun. Sedangkan berdasarkan jenis kelamin, didapatkan kondisi ini lebih banyak
diderita oleh perempuan. Salah satu penyebab kebutaan karena adanya kelainan
Frekuensi CCF di Amerika maupun secara internasional adalah jarang. CCF tipe
langsung umumnya berkaitan dengan trauma atau tindakan operasi. Lebih dari 76%
kasus CCF disebabkan oleh trauma kepala atau maksilofasial dengan gambaran klinis
yang khas, kejadian akut dan progressif. Kasus ini terhitung jarang, namun merupakan
11
terutama pada perempuan berusia paruh baya hingga perempuan berusia tua, dan
Sekitar 75% CCF diakibatkan oleh trauma serebral seperti kecelakaan kendaraan
bermotor, perkelahian, dan jatuh. Luka yang terjadi dapat berupa luka penetrans atau
nonpenetrans dan mungkin berhubungan dengan fraktur tulang wajah atau basis
tengkorak. CCF traumatik lebih sering terjadi pada usia muda. Dural carotid cavernous
sinus fistula biasanya terjadi pada wanita usia pertengahan sampai usia tua tetapi dapat
menimbulkan gejala pada setiap kelompok umur, termasuk pada bayi. Tidak ada latar
insiden meningkat karena trauma sedangkan wanita yang menopause lebih mungkin
untuk pengembangan CCF dural yang spontan.CCF mewakili sekitar 12% dari semua
fistula arteriovenosa dural. Tipe A lebih sering terjadi pada laki-laki muda. Jenis B, C,
dan D lebih sering terjadi pada wanita yang lebih tua dari 50 tahun, dengan rasio
2.3.3. Etiologi
Sekitar 75% penyebab dari carotid cavernous fistula adalah trauma serebral, dengan
12
kejadian yang paling sering. Cedera bisa berupa luka tembus ataupun tidak dan dapat
Sekitar 25% sisanya terjadi secara spontan, terutama pada wanita usia pertengahan
sampai dengan tua, yang berkaitan dengan aterosklerosis, hipertensi sistemik, penyakit
dijelaskan. Carotid cavernosus fistulas bisa menjadi baik langsung maupun tidak
langsung. Direct fistulas, seperti yang diketahui pada namanya mengandung atau
sinus cavernous, dimana indirect fistulas terbentuk dari hubungan antara cabang-
cabang pada internal dan external arteri carotid dan sinus cavernous. Direct fistulas
biasanya akibat dari trauma, kerusakan spontan pada aneurisma pada cavernous
segmen arteri carotid internal. Dalam kasus ini, sebuah hubungan langsung meningkat
berbagai bebagai macam sebagai tipe ACCF ), yang khususnya menyerang sebuah
hubungan langsung di antara carotid arteri dan cavernous sinus, adalah lesi yang
13
beraliran tinggi. Jika tidak ditangani, mereka akan menjadi orbital edema yang
progresif dan congestif atau bahkan kebutaan. Mereka akan mengarah pada cortical
venous hypertension serius yang akan terus memburuk. Mereka jarang sekali membaik
secara tiba-tiba.
vascular atau DAVM (dura arteri vena malformation),dimana hubungan antara internal
carotid arteri dan cavernous sinus itu tidak langsung, tetapi melewati dura, dan
menyerang satu dari cabang intracavernous pada internal carotid arteri ( tipe B ), atau
2.3.4.Patogenesis
Carotid-cavernous fistula terjadi karena robeknya dinding dari arteri karotis interna
intrakavernosus atau cabangnya baik traumatik ataupun spontan. Hal ini menyebabkan
sirkulasi yang pendek dari darah arteri ke vena dari sinus kavernosus.(3) Carotid-
sering, sekitar 70-90%) ditandai oleh adanya hubungan langsung antara segmen
intrakavernosus dari arteri karotis interna dengan sinus kavernosus. Fistula ini
biasanya mempunyai kecepatan aliran darah arteri yang kuat dan umumnya disebabkan
Dural carotid-cavernous fistula ditandai oleh hubungan antara sinus kavernosus dan
satu atau lebih cabang meningens dari karotis interna, arteri karotis eksterna atau
14
keduanya. Fistula ini biasanya memiliki aliran darah arteri yang lambat dan hampir
selalu menyebabkan gejala dan tanda yang spontan, tanpa didahului trauma ataupun
adanya robekan satu atau lebih dari dinding arteri dura yang tipis (yang normalnya
melewati sinus kavernosus). Teori yang lain yang menjelaskan asal dari dural carotid-
cavernous fistulaadalah lesi tersebut diperoleh sebagai respon dari trombosis vena
2.3.5. Klasifikasi
kuat) antara arteri karotis interna dengan sinus kavernosus, yang dapat disebabkan oleh
15
Gambar 2.6 CCF tipe A
16
Tipe C : berasal dari percabangan meningens arteri karotis eksterna.
Tipe D : berasal dari percabangan meningens arteri karotis interna dan arteri karotis
eksterna.
17
Gambar 2.10 jenis carotid cavernosus fistula
Gambaran klinis dari CCF bergantung pada derajat shunting dan rute dari alian vena.
Gambaran klinis dari CCF tipe langsung meliputi onset yang cepat dan pulsatile
oftalmoplegi, peningkatan tekanan intraokuli, proptosis, parese nervus III, IV, VI, dan
adanya bruit yang dapat didengar dengan stetoskop bila diletakkan diatas palpebra
superior. Bruit adalah desah dari aliran darah yang melalui celah yang sempit .
Diplopia dapat terjadi akibat paresis nervus penggerak bola mata, kongesti orbital atau
kedua mekanisme tersebut.(7) Bola mata menjadi immobile baik secara parsial ataupun
komplit karena penekanan pada saraf okular yang melewati sinus.(8) Mungkin dijumpai
nyeri atau rasa tidak enak di periorbita atau retrookular, yang menunjukkan adanya
18
Gambar 2.11 Gambaran klinis dari carotid-cavernous fistula
perlahan-lahan dan gejalanya lebih ringan. Dijumpai mata merah pada satu atau kedua
mata yang disebabkan dilatasi vena konjungtiva dan episklera. Gambaran yang tampak
yang hati-hati dari pembuluh darah yang dilatasi itu biasanya menunjukkan gambaran
tortuous corkscrew yang khas, yang merupakan patognomonik dari dural carotid-
cavernous fistula.(7)
Proptosis adalah salah satu dari tanda-tanda yang paling umum diamati pada
pasien dengan CCF direct, terjadi pada hampir semua pasien jika fistula ini tidak
diobati. Dalam sebagian besar kasus, proptosis berkembang pesat di sisi fistula,menjadi
19
jelas dalam beberapa hari meskipun beberapa kasus telah diuraikan di mana proptosis
telah berlangsung beberapa bulan atau bahkan bertahun-tahun setelah trauma kepala.
Dalam kasus seperti itu,di asumsikan bahwa arteri karotis interna terluka disaat trauma,
tapi fistula tidak berkembang sampai lama.
Pada beberapa pasien, proptosis terjadi tidak hanya pada sisi fistula, tetapi juga
di sisi yang berlawanan . Pada sekitar sepertiga kasus dengan proptosis bilateral,
proptosis ini berkembang secara bersamaan pada kedua sisi . Pada akhirnya, mata
sebelahnya menjadi terkena dampak setelah terkena mata pertamanya.
20
b. Perubahan kelopak mata dan wajah
Pada tahap awal dari CCF direct, kelopak mata dapat menjadi cukup atau
bahkan sangat bengkak. Pembengkakan dapat persisten dan berhubungan dengan
perubahan progresif dari kelopak mata dan pembuluh darahnya. Pada akhirnya,
pelebaran pembuluh periorbital bergelombang dapat menyebabkan sianosis dermal
kronis dan penebalan yang menyerupai perubahan yang terlihat pada pasien dengan
bawaan malformasi arteriovenous wajah .Ketika vena oftalmik superior melebar,
bagian medial kelopak mata atas dapat jauh meregang dan bengkak.
Chemosis konjungtiva terjadi pada kebanyakan pasien dengan CCF direct. Ini
dapat terjadi sebelum proptosis menjadi lebih jelas, dan mungkin menjadi sangat khas
Karena tarsus dari kelopak mata atas lebih tebal dan lebih kencang dari tarsus dari
21
kelopak mata bawah, bulbar superior dan palpebral konjungtiva biasanya tetap
nonchemotic,dengan chemosis yang terbatas pada bulbar interpalpebral konjungtiva
dan palpebral konjungtiva inferior, terlepas dari laju aliran darah melalui fistula. Pada
kasus yang berat, palpebra konjungtiva rendah sebenarnya prolaps melalui fisura
interpalpebral. Jika tidak di tangani dengan baik, konjungtiva prolaps dapat
menjadinekrotik dan terinfeksi.
22
Gambar 2.15 arterilisasi pembuluh darah
e. Pulsasi okuler
Pulsasi okuler disebabkan oleh transmisi gelombang denyut nadi dari karotis
interna atau arteri oftalmik kevena oftalmik. Pada pasien dengan CCF direct, pulsasi di
sisi fistula selalu mengalami peningkatan amplitudo, dan asimetri. Pulsasi mata yang
abnormal dapat terlihat atau hanya teraba. Pulsasi mata yang terlihat biasanya lebih
mudah dideteksi dari sisi samping dari pada depan. Pulsasi mata yang teraba dapat
terdeteksi sebagai sensasi dorongan dari darah yang lewat dalam pembuluh, atau
sensasi penuh dari mata terhadap jari-jari yang ditempatkan pada kelopak mata.
Peningkatan Pulsasi mata mungkin berkembang secepat pada CCF yang baru
terbentuk mulai mengalir ke anterior. Hal ini mungkin terdeteksi dalam beberapa jam
setelah trauma dengan cara observasi, palpasi, atau cara lain. Applanation tonometry
adalah metode efektif untuk mendeteksi peningkatan Pulsasi okular, bahkan ketika
Pulsasi tersebut tidak terlihat.
f. Pulsasi Exophthalmos
Ketika CCF direct dengan aliran darah yag meningkat dari anterior ke bagian
orbita, akan menimbulkan denyut okular yang terlihat di sebut pulsasi exophthalmos.
Dalam hal ini, exophthalmos hampir selalu dikaitkan dengan konjungtiva chemosis,
arterialisasi pembuluh konjungtiva, dan bruit yang terdengar baik pada pasien dan
23
pemeriksa. Ketika seorang pasien dengan trauma kepala sebelumnya berkembang
pulsasi exophthalmos yang terkait dengan tanda-tanda lain, diagnosis CCF direct,
biasanya jelas.
Pulsasi exophthalmos dapat disebabkan oleh kondisi lain dari CCF direct,
namun dalam kasus tersebut, diagnosis yang benar biasanya tidak dibuat sampai studi
neuroimaging yang sesuai dilakukan.
g. Kerusakan kornea
Keratopathy Exposure adalah tanda kornea yang paling sering ditemui pada
pasien dengan CCF direct. Ini biasanya terkait dengan tingkat keparahan proptosis..
Keratopathy mungkin diperburuk oleh neuropati trigeminal yang disebabkan oleh
cedera atau efek fistula pada saraf trigeminal dalam sinus cavernous .
Meskipun keratopathy eksposur adalah tanda kornea yang paling umum pada
pasien dengan CCF direct, itu bukan satu-satunya tanda. Kornea juga bisa menjadi
keruh dan kabur pada pasiendengan glaukoma sekunder atau segmen anterior iskemia.
24
h. Diplopia
Diplopia terjadi pada sekitar 60-70% pasien dengan direct CCF. Diplopia ini
mungkin disebabkan oleh disfungsi dari satu atau lebih dari saraf motorik okular, otot-
otot ekstraokular, atau keduanya.
Ketika CCF direct disebabkan oleh trauma, saraf oculomotorius akan rusak
yang menyebabkan terjadinya ophthalmoparesis namun biasanya tidak dapat diperiksa
pada pasien dengan penurunan kesadaran karena adanya trauma. Ophthalmoparesis
juga dapat disebabkan oleh kerusakan pada salah satu atau lebih dari saraf motorik
okular oleh fistula itu sendiri. Kerusakan ini dapat disebabkan oleh kompresi saraf oleh
fistula, iskemia dari perubahan dalam aliran darah dalamvasa nervorum saraf motorik
okular, atau keduanya.
Dari tiga saraf motorik okular, saraf abducens adalah paling sering dipengaruhi
oleh CCF direct. Saraf abducens mungkin satu-satunya okular saraf motorik yang
terkena atau mungkin rusak bersama dengan salah satu atau kedua saraf motorik okular
lainnya. Terkenanya saraf abducent di pengaruhi oleh letak saraf yang berada pada
bagian luar lateral dinding sinus cavernosus sehingga lebih mudah rusak oleh
perubahan hemodinamik dan mekanik yang terjadi ketika fistula berkembang. Di
antara 33pasien dengan 34 traumatis CCF direct, Kupersmith.menemukan 28 paresis
saraf abducens (85%).
25
Meskipun paresis saraf abducens adalah yang paling umum dari paresis saraf
motorik okular yang terjadi pada pasien dengan CCF direct namun kerusakan saraf
occulomotrius dan trochlear dapat juga terjadi. Pasien dengan CCF direct,
ophthalmoparesis, dan diplopia yang tidak memiliki proptosis yang signifikan,
chemosis, dan edema orbital hampir selalu memiliki keterbatasan neuropatik dari
gerakan mata.
i. Kelainan oftalmoskopik
Pelebaran vena retina merupakan manifestasi dari adanya CCF. Ketika derajat
pelebaran ringan, mungkin tidak memiliki arti penting selama oftalmoskopi direct
sedangkan pada yang kasus berat, di dapatkan pembengkakan optik diskus serta
perdarahani dari arteri retina centralis.
Semua manifestasi ini disebabkan oleh stasis vena dan gangguan aliran darah
retina, serta iskemia sekunder atau hipoksia. Pembengkakan disc biasanya ringan,
tetapi bisa berat.
26
j. Disfungsi Saraf Trigeminal
Nyeri pada orbital biasanya jarang terjadi pada pasien dengan CCF direct
kecuali jika terjadi ulserasi pada kornea. Namun demikian, pasien kadang-kadang
mengeluh nyeri wajah dari bagian oftalmik dan maksila dari saraf trigeminal. Selain
itu pasien juga dapat mengalami penurunan sensasi kornea, sensasi facial, atau
keduanya pada wajah. Nyeri dan penurunan hipestesi berhubungan dengan iskemia
atau kompresi dari oftalmik dan maksila dari saraf trigeminal dalam sinus kavernosus.
k. Glaukoma
Glaukoma berkembang pada 30-50% pasien dengan direct CCF dan dapat
disebabkan oleh beberapa mekanisme yang berbeda. Penyebab paling umum adalah
peningkatan tekanan intra okular. Tekanan intra okular pada kebanyakan kasus
biasanya agak meningkat sebesar 50-60mm Hg. Menurut Weekers dan Delmarcelle,
tekanan intraokular meningkat milimeter ke milimeter dengan peningkatan yang sesuai
pada tekanan vena episcleral dalam jenis glaukoma . Tekanan intra okular terlalu tinggi
dapat dikaitkan dengan berkembangnya oklusi arteri retina sentral.
Penyebab kedua glaukoma pada pasien dengan CCF direct kongesti orbital,
yang biasanya terjadi dalam hubungan dengan proptosis berat dan chemosis. Glaukoma
neovascular dapat terjadi pada beberapa pasien dengan CCF direct. Hal ini dapat terjadi
karena adanya hipoksia retina kronis dan neovaskularisasi retina karena adanya oklusi
dari vena dan arteri sentralis retina.
27
Gambar 2.19 glaukoma neovaskular
2.3.7. Diagnosis
A. Riwayat penyakit
inipenting karena proptosis dapat disebabkan oleh ateri – vena malformasi serta adanya
B. Pemeriksaan mata
28
- Pengamatan terhadap perubahan orbita sepertieksoptalmus yang berdenyut, khemosis
- Penilaian permukaan bola mata dan konjungtiva, tekanan bola mata dan kondisi
C. pemeriksaan penunjang
1. Funduskopi
Pemeriksaan fundus pada mata menunjukkan dilatasi dari vena dengan pulsasi
spontan, edema diskus optikus, perdarahan retina, retinopati stasis vena atau oklusi
vena.
2. Neuro imaging.
adanya pelebaran sinus kavernosus dengan gambaran konveks dari dinding lateralnya.
MRI
MRI menyediakan atau memberikan test pencitraan yang baik untuk pasien yang
diduga dengan diagnosa CCF. MRI adalah sebuah penangan terbaik dengan diagnosis
29
CCF yang muncul. Ini kebanyakan benar karena MRI dapat menunjukkan keberadaan
1 2
Pada gambar 2.20, bagian 1 tampak pelebaran vena ophtalmica superior pada anak
panah dan pada bagian 2 tampak terjadinya CCF sebelah kanan yang di tunjukan pada
30
Pada gambar MRI 2.21 dapat dilihat pada bagian A, B dan C terjadinya carotid
cavernosus fistula
CT scan
tidak danjurkan sebagai penanganan tidak juga sebagai sebuah alat atau cara bagi
Proptosis
edema orbita
Angiography
pengobatan. Arteriogrphy penting dalam menentukan lokasi yang tepat dari fistula,
suplai arteri, dan pola drain vena. Arteriography juga menyediakan akses untuk
pengobatan definitif dari CCF. Saat ini, cara yang paling baik untuk mengobati CCF
31
o pembesaran pembulih darah vena
Gambar 2.23. Proyeksi lateral dari substraction angiografi Tipikal carotid-cavernous fistula
Proyeksi lateral dari substraction angiografi menunjukkan pengisian dari arteri karotis
interna dengan sinus kavernosus sebagai akibat robeknya arteri karotis interna
intrakavernosus. Tampak pengisian vena oftalmika superior (panah yang di atas) dan
Ultrasound
vena oftalmik dan sistem arteri dapat dilihat pada AS-Doppler. Gambaran color
serebraldengan kateterisasi selektif dari arteri karotis interna dan eksterna pada kedua
sisi.(11)
32
Gambar 2.24 Gambaran Color Doppler dari aliran vena oftalmika superior pada pasien carotid-
cavernous fistula
Diagnosis banding dari CCF meliputi kelainan vaskular, seperti trombosis sinus
kavernosus. Gambaran klinis dari trombosis sinus kavernosus ini adalah edema
periorbital, khemosis, parese nervus III, IV, VI, ptosis, midriasis, eksoftalmus,
orbita dan periorbita. Kondisi ini merupakan penyebab tersering proptosis unilateral
dan bilateral pada remaja dan usia pertengahan. Sembilan puluh persen penderitanya
Gejala dan tanda dari dural carotidcavernous fistula kadang-kadang ringan saja,
biasanya spontan dan bisa juga perlahan, hal ini menyebabkan kesalahan diagnosis.
33
Ketika pasien menderita mata merah, dengan pembengkakan kelopak mata yang
2.3.9. Penatalaksanaan
Terapi optimal dari CCF adalah obliterasi atau penutupan dari hubungan abnormal dari
arteri vena atau dengan restorasi aliran arteri dan vena yang normal dengan tetap
menjaga utuhnya arteri karotis interna. Teknik yang digunakan untuk hal tersebut
meliputi operasi perbaikan dari bagian yang rusak dari arteri karotis interna
intrakavernosus, embolisasi atau oklusi balon dari fistula tersebut. Hubungan carotid-
cavernosus dapat ditutup dengan embolisasi intravascular dengan coil, liquid embolic
Tipe-A fistula biasanya didekati melalui arteri karotid internal. Sebuah balon dilepas
patensi dari arteri karotis. Vena pendekatannya melalui vena jugularis internal dan
pada CCF dapat dikurangi dengan menggunakan balon, melalui perjalanan arteri balon
kegagalan dari terpi ini karena masuknya balon terhadap sebuah vena terlalu kecil
untuk memungkinkan sesuiia inflasi balon atau karena spikula tulang yang dapat
menusuk balon tersebut.. Ketika balon sendiri hanya sebagai sebuah penyumbat dari
34
fistula. Dalam kasus tersebut , sebuah tes oklusi semetara harus dilakukan untuk
menilai adanya waktu sisa untuk fistula dan untuk kecukupan perfusi otak setelah
oklusi. Bahan pilihan seperti balon yang diisi dengan polimerasi dan campuran larutan
garam. Setelah balon ditempatkan dilokasi yang diinginkan suatu angiogram dilakukan
Secara umum embolisasi endovaskular merupakan terapi optimum untuk lesi yang
menyebabkan gejala dan tanda yang progresif seperti kehilangan penglihatan, diplopia,
Pada pasien dengan fistula yang hanya berhubungan dengan cabang meningeal dari
arteri karotis eksterna atau dengan cabang meningens dari kedua arteri karotis eksterna
Pada gambar 2.25 bagian (a). menunjukkan pengisian yang bersamaan dari sinus
kavernosus dan vena oftalmika superior. Fistula juga diisi dari percabangan arteri
35
karotis eksterna. (b). Coil multipel dan glue ditempatkan di sinus kavernosus melalui
pendekatan vena (vena oftalmika superior). (d). Tidak ada residu pengisian vena post
embolisasi.
Embolisasi dan ligasi dari fistula yang berhubungan dengan arteri karotis interna
hampir tidak pernah dilakukan, karena morbiditas neurologis dari embolisasi distal.
Jalur yang digunakan biasanya melalui vena femoral atau vena jugularis interna
menuju sinus petrosus inferior atau superior dan kemudian ke sinus kavernosus.Tetapi
jika jalur ini gagal, variasi jalur lain bisa digunakan, kebanyakan melibatkan kanulisasi
dari vena oftalmika superior atau inferior.Pendekatan melalui vena oftalmika superior
secara langsung pada banyak kasus. Prosedur ini dilakukan di ruangan operasi dengan
panduan fluroskopi, dimana pasien dalam keadaan anastesi umum. Dilakukan insisi
kulit curvilinier pada lipatan kelopak mata atas atau pada sulkus superior dari kelopak
mata atas bagian nasal dengan bantuan mikroskop. Insisi diteruskan ke muskulus
orbikularis okuli. Septum orbita diidentifikasi dan dibuka dengan ujung gunting yang
36
Gambar 2.26 Operasi penutupan fistula dengan menggunakan mikro kateter dari vena
optalmika superior
Vena muncul berwarna merah kebiruan dengan ukuran diameter bervariasi antara 3-8
mm. Vena tersebut dibersihkan secara hati-hati dari lemak orbita disekelilingnya yang
melekat sampai ter-expose 10-20 mm. Dilakukan ligasi pada kedua ujung vena
tersebut. Insisi kecil dilakukan pada dinding vena antara dua ligasi tersebut.
kateter dan satunya lagi memanipulasi ligasi sehingga kateter dapat lewat dan
37
sampai ke sinus kavernosus, kemudian coil dilekatkan sampai fistula tertutup. Setelah
fistula tersebut tidak terulang atau alternative jalur fistulousyang tidak berkembang.
2.3.10. Prognosis
Prognosis pada CCF di tandai dengan gejala klinis biasanya menghilang dalam
beberapa jam sampai dengan hari setelah penutupan dari CCF. Gejala seperti Proptosis,
minggu sampai dengan bulan, dan kebanyakan pasien menjadi normal atau mendekati
normal dalam waktu 6 bulan. Kehilangan penglihatan yang disebabkan oleh efusi
penglihatannya menetap. Sebanyak 90% pasien dengan CCF langsung ataupun tidak
38
2.3.11. Komplikasi
39
BAB 3
KESIMPULAN
CavernousSinus (CS) dengan Internal Carotid Artery (ICA) atau dengan salah satu
abnormal antara arteri karotis dengan sinus kavernosus, yang dapat terjadi secara
adalah trauma, sedangkan sekitar 25% sisanya terjadi secara spontan, terutama pada
wanita usia pertengahan sampai dengan tua, yang berkaitan dengan aterosklerosis.
dijelaskan. Carotid cavernosus fistulas bisa menjadi baik langsung (tipe A) maupun
bergantung pada derajat shunting dan rute dari alian vena. Diagnosis ditegakan melalui
pemeriksaan gold standar MRI angiografi, dengan tatalaksana dengan prognosis baik
40
DAFTAR PUSTAKA
1. Harton JF. Disorders of Vision. In: Hauser SR, Josephson SA, eds. Harrison’s
2. Iiyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. 5th ed. Jakarta: FK UI; 2013. 3-12-
121 p.
3. Moore, KL, Dalley, AF and Agur AMR. 2010. 6th ed.Philadelphia. Lippincott
5. Razeghinejad MR, Tehrani MJ. Sudden onset and blinding spontaneous direct
Available athttp://emedicine.medscape.com/article/338870overviewon
20/02/2020
8. Hamid RS, Haq T, Shamim MS, Kazim SF, Salam B. Endovascular approach as
primary treatment for traumatic carotid cavernous fistula: local experience from
41
9. AK Khurana. Comprehensive Ophthalmology. 6th ed. New Dehli, India: Jaypee
2nd ed. Agarwal, Amar; Prakash, Dimple; Agarwal A, editor. New Dehli, India:
42