Anda di halaman 1dari 26

LBM 3 MATA

STEP 1
Blefarospasme: kaku/spasme pada palpebra krn kontraksi yg tidak disadari dan tidak
beraturan oleh m.orbicularis oculi.
Fotofobi : ada cahaya yg terangmerasa tidak nyaman
STEP 2
1. Mengapa keluar lodok, gatal, dan berair?
2. Apa hubungan antara pengguna lensa kontak dengan keluhan sekarang?
3. Mengapa mata kiri merah dan sekarang mengalami penglihatan kabur?
4. Mengapa didapatkan blefarospasme?
5. Mengapa didapatkan fotofobi?
6. Mengapa didapatkan keluhan saat terkena angin, cahaya yg terang, terlebih saat aktivitas
bekerja di depan layar komputer?
7. Mengapa saat memakai obat tetes 5 hari itu keluhan lodok,gatal dan berair itu berkurang?
8. DD?
9. Pemeriksaan penunjang?
10. Terapi?

STEP 3
1. Mengapa keluar lodok, gatal, dan berair?
Jawab:
Infeksiperadangantanda2 inflamasi yg salah satunya lodokantigen pada mata
sistem lakrimasi pada mata meningkat jd mata berairsel goblet mengelurkan musin
Gatal dari terangsangnya nosiseptor.
Berair: sistem lakrimasi diatur oleh glandula lacrimalissaraf aferen melalui n.opthalmicus
Saraf eferen simpatis dari ganglion cervical superior
Saraf eferen parasimpatis dari nucleus salivarus pons
Proses lakrimasi ada 3:
basalfisiologisnya
Efek lakrimasiadanya infeksisensistasi jaras di kornea dan
konjungtivaSSPeferen simpatis dan parasimpatis yg lebih bnyklakrimasi
Emosihormonal

Lensa kontak itu yg terganggu di konjungtiva dan kornea. Kornea terganggu ada 4
urutan kl trjd kerusakan:
Infiltratifsel PMN ke epitel yg terkena antigensekret
Ulseratifsemakin tdk tertanganimerusak sel epitel di dalamnya
Regresikemampuan sel2 PMN untuk memakan sisa2 sekret
peradangandebris2 di fagosit
Sikatrikproses perbaikan bisa diatasi, trbntk jar. Ikat bila mengenai
membran bowman.
Trigeminus termasuk nosiseptor yg dari n.trigeminus divisi 1 non mielin
n.ophtlamicus
2. Apa hubungan antara pengguna lensa kontak dengan keluhan sekarang?
Jawab:
Lensa kontak sudah digunakan selama 2 thmengakibatkan kerusakan di epitel sebagai
pintu masuk kumanakantamoba: kerusakan epitel. pseudomonasmasuk ke lapisan
stromamembentuk kolonibakteri dikenali sbg antigenmengeluarkan toksintubuh
mengeluarkan PMNmenghasilkan sekret

Pemakaian lensa kontakmerusak keseimbangan permukaan air mata dan oksigenasitear
film: lapisan oil dan musin.

Keratitis dimulai dari mikrolesibakteri,jamur, dan faktor luar sperti penggunan
kortikosteroid jangka panjang.
Efek kontak lensa:
Hipoksiakornea trjd metabolisme anaerobakumulasi asam laktatkornea jd
keruh
Alergi dari kontak lensa maupun cairan kontak lensa
Mengganggu kelembaban
Trauma

3. Mengapa mata kiri merah dan sekarang mengalami penglihatan kabur?
Jawab:
Ada gangguan di media refrakta. Kornea: jar.avaskuler. kalo ada benda asing, bakteri: paling
lambat didatangi oleh pembuluh darahsel PMN berasal dari barisan stromadilatasi
pembuluh darah yg di limbustampak seperti injeksi pericornea.
Bs terjadi hipopion yg berisi sel2 radangbayangan jd tidak jatuh tepat di
retinapenglihatan kabur.

Vasodilatasi aktif: langsungpelebaran pembuluh darah
Vasodilatasi pasif: krn ada sumbatan, sel infiltrat di pembuluh darah tsbpelebaran
pembuluh darah scr tdk lgsg.

Mata merah: Kornea diperdarahi oleh a.siliarisapabila ada injeksi siliarisWarna lebih tua.
Dari sentral ke perifer.

4. Mengapa didapatkan blefarospasme?
Jawab:
Di kornea ada lesibnyk serabut sarafmenimbulkan rangsang nyerirasa sakit dan
fotofobia. Tiap berkedip akan sakitkompensasi mengurangi kedipan mata.
Blefarospasme timbul karena kumpulan sisa2 dari belek.
5. Mengapa didapatkan fotofobi?
Jawab:
Cahaya diatur oleh pupilkarena ada peradangan di kornea yg berpengaruh pada fungsi
kontraksi irism.spincter pupil yg hrsny miosisgangguan krn terlalu banyak cahaya yg
masuksilau.
Di retina ada fotoreseptor melanopsinmata lbh nyaman pd gelombang cahaya yg lbh
pendekjd kalau mata melihat cahaya yg terlalu terangambang mata menyebabkan mata
terpejam dan n.trigeminusspasme.
Kornea dan iris dipersarafi oleh saraf nasociliargangguan kontraksi.
Eferen oleh n.facialis
Aferen oleh n.trigeminus


6. Mengapa saat memakai obat tetes 5 hari itu keluhan lodok,gatal dan berair itu berkurang,
tapi mata masih merah?
Jawab: obat tetes mata berisi air mata buatan. Tidak mengobati dari infeksinya dan bersifat
sementara.
Komposisi air mata buatan?
Obat tetes mata di indonesia ada 2 jenis: salep dan obat tetes mata. Yg obat tetes mata ada
yg sekali pakai maksimal 3 hari. ada juga yg bisa dipakai berbulan2 dan mgdg pengawet.
Obat apa yg biasanya diberikan apoteker kepada pasien yg mengeluh belekan?
Belekan itu apa?
7. DD?
Jawab:
Mata merah dg visus menurun
Keratitis: radang pd kornea
Mnrt lapisannya: superfisialmengenai membran bowman.
Bentuk klinis:
keratitis punctata superfisialis: bintik2 putih pd permukaan kornea.
Disebabkan oleh infeksi virus
keratitis flikten: benjolan putih yg bermula di limbus yg bs menjalar sampai
kornea.
Keratitis numularis: bercak putih bntk bulat pd permukaan kornea yg
bersifat multipel
Profundalapisan stroma.
Keratitis sifilis kongenital: manifestasi lanjut dari sifilis kongenital biasanya
pd anak usia 5-15 tahun.
Keratitis sklerotikal: trjd peradangan pd sklera dan kornea yg unilateral
disertai dg infiltrat sel radang yg menahun.

Keratitis Menurut causanya
bakteri stafilokokus dan streptococcus
HSV
Jamur
Alergi asap, debu
Kelainan nervus trigeminus, fasialis

Keratitis bisa menimbulkan bekas
Nebula: tdk kelihtan scr lgsg. Bs dg tes fokal iluminasi. Kerusakannya
menembus membran bowman 1/3.
Makula: bs terlihat tanpa fokal iluminasi. Menembus stroma 1/3-2/3 bagian.
Leukoma: bs terlihat tanpa fokal iluminasi . menembus stroma >2/3 bagian.
Ulkus kornea: yg sampai membran bowman bs menimbulkan sikatrisk dan
mengganggu penglihatan.

Uvea
Uveitis: radang pada uvea. Trjd peningkatan fibrin pada aqueos humor. Trjd
perlekatan fibrin2 yg anterior melekat pd korena. Yg posterior fibrin2 melekat di iris
yg akan mengganggu penglihatan.
Yg trmsk uvea: iris, koroid dan badan siliar.

Iridosiklitis:uveitis yg anterior

8. Pemeriksaan penunjang?
Tes fluorescine
Keratoskop Placido
Swab mata
Sensibilitas kornea
ERG (elektroretinografi): menggambarkan gelombang listrik di retina
EOG (elektrookulogram)
VER(visual evoked response)
9. Terapi?
10. Keratitis dan ulkus kornea
11. Uveitis anterior (iridosiklitis)
12. Glaukoma primer sudut tertutup
13. Apa saja penyebab penurunan visus dan DD, etiologi, epidemiologi,manfest,penunjang yg
diperlukan, tata laksana, komplikasi, prognosis anatomis dan faal.









STEP 4


























Lensa kontak
Bakteri Kerusakan stroma
inflamasi
Kurang O2
Sekret
vasodilatasi
Blefarospasme
dan fotofobia
aktif pasif
Mata merah dengan penurunan
visus
uveitis Ulkus kornea iridosiklitis Glaukoma primer
sudut tertututp
PF dan Px
penunjang
Tatalaksana
Prognosa
STEP 7
1. Mengapa keluar lodok, gatal, dan berair?
Jawab:
Nyeri
Nyeri inflamasi, terjadinya nyeri oleh karena stimuli yang sangat kuat sehingga
merusak jaringan. Jaringan yang dirusak mengalami inflamasi dan menyebabkan fungsi
berbagai komponen nosiseptif berubah. Jaringan yang mengalami inflamasi
mengeluarkan berbagai mediator inflamasi, seperti: bradikinin, leukotrin, prostaglandin, purin
dan sitokin yang dapat mengaktivasi atau mensensitisasi nosiseptor secara langsung
maupun tidak langsung. Aktivasi nosiseptor menyebabkan nyeri, sedangkan
sensitisasi nosiseptor menyebabkan hiperalgesia. Meskipun nyeri merupakan salah
satu gejala utama dari proses inflamasi, tetapi sebagian besar pasien tidak
mengeluhkan nyeri terus menerus.
Inflamasi disebabkan oleh pelepasan berbagai mediator yang berasal dari jaringan rusak, sel
mast, leukosit, dan komplemen. Mediator-mediator tersebut menyebabkan munculnya
tanda-tanda inflamasi yang telah disebutkan di atas. Berikut adalah mediator-mediator
inflamasi berdasarkan perannya :

1. Prostaglandin dan NO menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah
2. Histamin, serotonin, anafilaktoksin (C3a dan C5a), bradikin, leukotrien C,D,E, dan faktor
pengaktivasi trombosit menyebabkan peningkatan permeabilitas vaskuler
3. C5a, leukotrien B, dan kemokin menyebabkan kemotaksis
4. IL-1, IL-6, TNF, dan prostaglandin menyebabkan demam
5. Prostaglandin dan bradikin menyebabkan adanya rasa nyeri
6. Enzim lisosom neutrofil dan makrofag, metabolit oksigen, dan NO menyebabkan
kerusakan pada jaringan.

Glandula lakrimalis
N. lacrimalis bersifat sensoris
Serabut simpatis dan ganglion servikal superior
Serabut parasimpatis berasal dari nucleus salivarus superior dalam pons cerebri yg
berjalan bersama N.lakrimalis.
Serabut simpatis dan parasimpatis membentuk efferen (secremotor), serabut sympatis
memelihara sekresi normal (basal) sedangkan parasimpatis untuk reflek lakrimasi.

Air mata akan disekresikan secara refleks sebagai respon dari berbagai
stimuli. Stimulus tersebut dapat berupa stimuli iritatif pada kornea, konjungtiva,
mukosa hidung, stimulus pedas yang diberikan pada mulut atau lidah, dan cahaya
terang. Selain itu, air mata juga akan keluar sebagai akibat dari muntah, batuk dan
menguap. Sekresi juga dapat terjadi karena kesedihan emosional. Kerusakan pada
nervus trigeminus akan menyebabkan refleks sekresi air mata menghilang.
Hal ini dapat dibuktikan dengan pemberian kokain pada permukaan mata menyebabkan
penghambatan hantaran pada ujung nervus sensoris yang mengakibatkan
penghambatan refleks sekresi mata (bahkan ketika mata dipaparkan pada gas air
mata yang poten). Jalur aferen pada hal ini adalah nervus trigeminus, sedangkan
eferen oleh saraf autonom, dimana bahagian parasimpatis dari nervus fasialis yang
memberikan pengaruh motorik yang paling dominan. Oleh sebab itu, pemberian
obat yang parasimpatomimetik (seperti asetilkolin) dapat meningkatkan sekresi
sedangkan pemberian obat antikolinergik (atropin) akan menyebabkan penurunan
sekresi. Refleks sekresi air mata yang berlebihan dapat diinterpretasikan sebagai
respon darurat. Pada saat lahir, inervasi pada aparatus lakrimalis tidak selalu
sempurna, hal ini menyebabkan neonatus sering menangis tanpa sekresi air mata
(Encyclopdia Britannica, 2007).

Faktor-faktor yang mempengaruhi sekresi air mata
Semua jaringan pada permukaan bola mata, kelenjar sekretorius, palpebra dan saluran
ekskretorius dari jalur nasolakrimal terhubung oleh jaringan neural yang
kompleks/unit fungsional lakrimal (American Academy of Opthalmology, 2011-
2012a). Jalur sensori aferen berasal dari saraf ofthalmik cabang dari saraf trigeminus.
Jalur eferen bersifat otonom yaitu simpatis dan parasimpatis. Sistem saraf simpatis
berasal dari ganglion servikal superior. Saraf parasimpatis berasal dari nukleus
salivarius superior yang berlokasi di pons, keluar dari batang otak bersama saraf
fasialis (n.VII). Saraf lakrimalis kemudian meninggalkan n VII menuju kelenjar
lakrimal. Persarafan yang kompleks ini berfungsi untuk mengontrol fungsi kelenjar
lakrimal sehingga menjaga homeostasis lapisan air mata dan berespon terhadap stress
dan trauma (Zoukhri, 2006; American Academy of Ophthalmology, 2011-2012a;
American Academy of Ophthalmology, 2011-2012b).
Mekanisme hormonal juga berperan dalam pengaturan sekresi air mata dimana
hormon androgen memiliki peranan penting. Hormon androgen mengatur anatomi,
fisiologi dan sistem imun pada kelenjar lakrimal. Hormon lain seperti luteinizing
hormon, follicle stimulating hormone, prolactin, thyroid stimulating hormone,
progesterone dan estrogen juga berpengaruh terhadap fungsi lakrimal (Dry Eye
Workshop, 2007; Lemp, 2008). Pada pasien menopause terjadi penurunan sekresi air
mata yang diyakini karena defisiensi estrogen (Schaumberg et al., 2003).
Reflek Lakrimasi
Sekresi kelenjar lakrimal dipengaruhi oleh reflek lakrimasi yang dipicu oleh suatu
iritasi pada permukaan bola mata. Reseptor sensori merespon kondisi permukaan bola
mata yaitu pada kornea dan konjungtiva. Reseptor ini selanjutnya akan mengirimkan
sinyal aferen ke sistem saraf pusat yang kemudian akan memberikan impuls eferen
berupa parasimpatis dan simpatis pada kelenjar lakrimal. Kondisi emosi seseorang
juga dapat memicu reflek lakrimasi dan menghasilkan sekresi air mata dalam jumlah
yang banyak, dimana penting untuk melarutkan material asing seperti debu, alergen
dan toksin pada permukaan bola mata (Zoukhri, 2006; Lemp, 2008; Tsubota et al.,
2008;).
Kornea dipersarafi oleh serabut saraf yang paling sensitif yaitu 300-600 kali lebih
sensitif daripada kulit dan memiliki ketebalan 7000 nosiseptor/mm2. Selain sebagai
sensori, persarafan kornea juga berfungsi untuk menjaga struktur dan fungsi kornea
dalam regulasi epitel, proliferasi dan penyembuhan luka karena penyakit, trauma dan
pembedahan (Muller et al., 2003; Gallar et al., 2004). Persarafan kornea utamanya
berasal dari cabang oftalmik saraf trigeminus, melalui saraf siliaris anterior dan saraf
maxillaris. Limbus dan kornea perifer juga menerima persarafan simfatetik dari
ganglion servikal superior (Marfurt et al., 2001). Saraf tersebut memasuki kornea
pada sepertiga tengah stroma menuju anterior secara radial ke arah pusat kornea.
Sekitar 1 mm dari limbus, saraf kornea mulai kehilangan selubung myelin sehingga
disebut saraf telanjang. Saraf ini mempersarafi lapisan anterior dan pertengahan
stroma. Pada pertengahan antara lapisan Bowman dan stroma anterior, persarafan
stroma membentuk pleksus saraf subepitel yang kemudian berjalan menembus
membran Bowman dan membentuk pleksus saraf epitel subbasal. Pleksus saraf epitel
subbasal ini akan menginervasi lapisan sel epitel basal yang kemudian menjadi
lapisan epitel superfisial (Guthoff et al., 2005).

unud-977-483531998-tesis dr. ayu surasmiati-mata
Pathophysiology: Once the corneal defenses are breached, specifically the corneal
glycocalyx, the cornea is prone to infection by pathogenic bacteria. Precipitating factors to
corneal defense breakdown include direct corneal trauma, chronic eyelid disease, tear film
abnormalities affecting the ocular surface and hypoxic trauma from contact lens wear.
Pathogenic bacteria colonize the corneal stroma and immediately become antigenic, both
directly and indirectly, by releasing enzymes and toxins. This sets up an antigen-antibody
immune reaction with chemotactic factors inducing an inflammatory reaction. The body
mobilizes polymorphonuclear leukocytes (PMN) which aggregate at the area of infection,
creating an infiltrate. The PMNs phagocytize and digest the bacteria and damage stromal
tissue utilizing numerous enzymes that tend to leak from the PMN into the stroma.
The collagen stroma is poorly tolerant of the bacterial and leukocytic enzymes and
undergoes degradation, necrosis and thinning. This results in scarring of the cornea. With
severe thinning, the cornea may perforate, thus introducing bacteria into the eye with
ensuing endophthalmitis.
The most commonly occurring organisms in bacterial keratitis vary depending on the
precipitating factors of the ulcer and the geographic location of the patient. In cases
involving contact lens wear and cosmetic mascara, the most common infective organism is
Pseudomonas aeruginosa. Overall throughout North America, the most common infective
organism in bacterial keratitis is Staphylococcus aureus.
ftp://60.241.182.16/CLOUDRIVE/Uni/Optom%20Textbooks/Handbook%20Of%20Opthalmol
ogy%20-%20Online%20Website.pdf
HISTAMINE
The role of histamine as a mediator of acute inflammation has been clearly established
indeed, histamine represents the prototype of the inflammatory mediators. Histamine is an
endogenous substance, widely distributed in mammalian tissue.
3
It is stored in the secretory
granules of tissue mast cells located primarily in connective tissue associated with blood
vessels.
4
Histamine is also found in platelets
5
and in basophils.
6,7
Histamine release can be
triggered by both immunologic and nonimmunologic means. Re-exposure of sensitized
individuals to an inciting antigen activates cell-bound IgE dimers, inducing mast cell and
basophil degranulation and resulting in histamine release. Nonimmunologic mediator release
can be induced by agents such as compound 48/80, dextran, and anaphylatoxins (e.g., C3a
and C5a), or by trauma.
8
Studies in a variety of immediate hypersensitivity models have
shown that the release of immediate hypersensitivity mediators is both selective and
noncytolytic.
To date, three different histamine receptor subtypes have been identified: H
1
, H
2
, and H
3
.
Both H
1
and H
2
receptors have been identified in ocular tissue. When injected intradermally,
histamine causes a localized triple response. First is the development of erythema
immediately surrounding the injection site. Erythema results from vasodilation mediated by
both H
1
and H
2
receptors.
15,16
Second to develop is the cutaneous flare that occurs as an
indirect response to stimulation of histamine receptors on afferent nonmyelinated nerve
endings. Antidromic nerve conduction (the conduction of impulses in a direction opposite to
the normal direction) initiates a reflex arc resulting in the release of various neuropeptides,
including substance P and calcitonin gene-related peptide. These neuropeptides have a direct
effect on arteriolar vasodilation.
17
Finally, wheal results from the exudation of plasma
through gaps between the vascular endothelium of postcapillary venules. This is mediated by
H
1
receptors.
18
In addition to the triple response, intradermal injection of histamine causes the
sensory response of itching.
19

Topical application of histamine to the rabbit or human eye produces the signs and symptoms
of an allergic reaction (itching, redness, and swelling) in a dose-dependent fashion.
20
H
1

receptor activation results in itching
21
and redness,
20
whereas H
2
receptor activation leads to
redness.
22
The presence of a dual receptor system similar to that of skin has been
demonstrated in the eye (Fig. 2).

Fig. 2. There are two histamine receptor sites important in allergic conjunctivitis: H
1
(itch,
burn, plus minimal vasodilation) and H
2
(vasodilation). (Abelson MB, Udell IJ: Ocular Allergy
Update, p 8. Princeton, Excerpta Medica, 1981)
http://www.oculist.net/downaton502/prof/ebook/duanes/pages/v8/v8c027.html


Air mata akan disekresikan secara refleks sebagai respon dari berbagai
stimuli. Stimulus tersebut dapat berupa stimuli iritatif pada kornea, konjungtiva,
mukosa hidung, stimulus pedas yang diberikan pada mulut atau lidah, dan cahaya
terang. Selain itu, air mata juga akan keluar sebagai akibat dari muntah, batuk dan
menguap. Sekresi juga dapat terjadi karena kesedihan emosional. Kerusakan pada
nervus trigeminus akan menyebabkan refleks sekresi air mata menghilang. Hal ini
dapat dibuktikan dengan pemberian kokain pada permukaan mata menyebabkan
penghambatan hantaran pada ujung nervus sensoris yang mengakibatkan
penghambatan refleks sekresi mata (bahkan ketika mata dipaparkan pada gas air
mata yang poten). Jalur aferen pada hal ini adalah nervus trigeminus,
sedangkan
eferen oleh saraf autonom, dimana bahagian parasimpatis dari nervus fasialis
yang memberikan pengaruh motorik yang paling dominan.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16739/4/Chapter%20II.pdf

2. Apa hubungan antara pengguna lensa kontak dengan keluhan sekarang?
Jawab:
Kornea: avaskulermetabolisme aerobik tergantung pada pertukaran gas pada air mata dan
dg oksigen atmosfer.
Penggunaan lensa kontak:
Hipoksia Dan Hiperkapnia
Alergi Dan Toksisitas
Kekuatan Mekanik
Efek Osmotik
Hipoksia Dan Hiperkapnia:
Penggunaan lensa kontakmengurangi proses pertukaran oksigen dan karbon
dioksida pada permukaan kornea (transmisibilitas menurun)oksigenasi tidak
memadaiproses mitosis epitel kornea yang menurunketebalannya berkurang,
mikrosis, dan peningkatan fragilitaskeratopati pungtat epitel, abrasi epitel, dan
meningkatkan resiko keratitis mikroba.
Transmisibilitas oksigen= dK / L
dK= Permeabilitas bahan lensa
L= Ketebalan lensa
Alergi Dan Toksisitas:
Penggunaan lensa kontaklensa kontak mendorong adhesi dari
debrisbersentuhan dengan jaringan okularpotensial alergen.
Larutan lensa kontak dan terutama pengawet di dalamnya menginduksi respon
alergi pada individu-individu yang sensitif.
Gross E. B., Complications of Contact Lenses, In: Duanes Clinical Ophthalmology, (fourth
volume), (CD-ROOM). Lippincott Williams & Wilkins. USA : 2003
Kekuatan Mekanik:
Penggunaan lensa kontakpemakaian atau pelepasan lensa yang tidak
tepatkekuatan mekanikdistorsi atau abrasi kornea.
Pada kasus yang berat, permukaan kornea menjadi bengkokKeratokonus.

Gross E. B., Complications of Contact Lenses, In: Duanes Clinical Ophthalmology, (fourth
volume), (CD-ROOM). Lippincott Williams & Wilkins. USA : 2003
Efek Osmotik:
Penggunaan lensa kontakmeningkatkan penguapan air mata dan menurunkan refleks air
matapermukaan kornea keringkeratopati pungtat epitel dan epitel beresiko terjadi cedera
mekanis seperti abrasi dan erosi.
Gross E. B., Complications of Contact Lenses, In: Duanes Clinical Ophthalmology, (fourth
volume), (CD-ROOM). Lippincott Williams & Wilkins. USA : 2003
Perlekatan Bakteri
Keratitis bakterial akan terjadi jika mikroorganisme dapat melawan imunitas pejamu.
Patogen akan melekat kepada permukaan kornea yang cedera dan menghindari
mekanisme pemusnahan oleh lapisan air mata dan refleks kedip. Setelah cedera terjadi,
bakteri yang bertahan akan melekat kepada tepi sel epitel kornea yang rusak dan ke
membran basalis atau stroma pada tepi luka. Glikokaliks pada epitel yang cedera sangat
rentan terhadap perlekatan mikroorganisme.10
Perlekatan mikrobial diawali oleh interaksi adhesin bakteri dengan reseptor glikoprotein
pada permukaan okular. Kemampuan bakteri untuk melekat kepada defek epitel
tampaknya berperan terhadap seringnya kejadian infeksi oleh S. aureus, S. pneumoniae,
and P. aeruginosa. Produksi biofilm akan meningkatkan agregasi bakteri, melindungi
mikroorganisme yang melekat dan meningkatkan pertumbuhan pada tahap infeksi dini.
Pili (fimbriae) yang terdapat pada permukaan bakteri akan memfasilitasi perlekatan P.
aeruginosa dan Neisseria spp. ke epitel.
Invasi Bakteri
Kapsul bakteri dan komponen permukaan lainnya memiliki peran yang penting dalam
menginvasi kornea. Sebagai contoh, beberapa bakteri menghindari aktivasi jalur
komplemen alternatif karena memiliki polisakarida di kapsulnya. Lipopolisakarida pada
subkapsul bakteri merupakan mediator utama terhadap terjadinya inflamasi kornea.
Inokulasi endotoksin pada intrastroma kornea akan memicu respon peradangan. Invasi
bakteri ke dalam sel epitel dimediasi sebagian oleh interaksi antara protein permukaan sel

bakteri, integrin, protein permukaan sel epitel, dan pelepasan protease bakteri. Organisme
seperti asN. gonorrhoeae,[99] N. meningitidis,[100]Corynebacteriurn
diphtheriae, Haemophilus aegyptius, and Listeria monocytogenes dapat menembus
permukaan epitel kornea yang intak melalui mekanisme ini.
Terkadang kolonisasi bakteri pada permukaan kornea dapat mendahului invasi stroma.
Tanpa antibiotik atau intervensi lainnya, bakteri dapat melanjutkan proses invasi dan
replikasi pada stroma kornea. Keratosit memiliki kemampuan fagositosis, namun stroma
avaskular yang terpajan tidak dapat melindungi kornea. Mikroorganisme di stroma
anterior akan memproduksi enzim proteolitik yang akan menghancurkan matriks stroma
dan fibrilkolagen. Invasi bakteri dapat terjadi beberapa jam setelah terjadinya
kontaminasi luka kornea dengan agen eksogen atau setelah penggunaan lensa kontak
yang terkontaminasi. Peningkatan populasi bakterial tertinggi terjadi pada 2 hari pertama
infeksi stroma.
Setelah inokulasi terjadi, bakteri akan menginfiltrasi epitel sekitarnya dan stroma yang
lebih dalam di sekitar lokasi infeksi awal. Bakteri yang bertahan cenderung ditemukan
pada tepi infiltrat atau di dalam pusat ulserasi kornea. Multiplikasi bakteri yang tidak
terkendali di dalam stroma kornea akan mengakibatkan pembesaran fokus infeksi ke
kornea sekitarnya.
Inflamasi Kornea dan Kerusakan Jaringan
Berbagai mediator dan sel radang dapat dipicu oleh invasi bakteri dan menimbulkan
inflamasi yang mengakibatkan destruksi jaringan. Mediator inflamasi yang terlarut
meliputi sistem pembentuk-kinin, sistem pembekuan dan fibrinolitik, imunoglobulin,
komponen komplemen, amino vasoaktif, eikosanoid, neuropeptida, dan sitokin. Kaskade
komplemen dapat dipicu untuk membunuh bakteri namun kemotaksin yang
complementdependent
dapat mengawali inflamasi fokal.
Produksi sitokin seperti tumor necrosis factor (TNF)-alpha and interleukin-1 akan
mengakibatkan adhesi dan ekstravasasi neutrofil di pembuluh darah limbus. Proses ini
dimediasi oleh glikoprotein adhesi sel seperti integrin dan selektin dan anggota
superfamily imunoglobulin seperti intercellular adhesion molecules (ICAMs) pada sel
endotel vaskular dan leukosit.
Dilatasi vaskular konjungtival dan limbal berhubungan dengan peningkatan permeabilitas
yang akan menimbulkan eksudat radang di dalam lapisan air mata dan kornea perifer.
Neutrofil polimorfonuklir (PMNs) dapat memasuki kornea yang cedera melalui lapisan
air mata pada defek epitel, namun umumnya PMN melewati limbus.
Perekrutan sel radang akut akan terjadi beberapa jam setelah terjadinya inokulasi bakteri.
Dengan terjadinya akumulasi neutrofil pada lokasi infeksi, semakin banyak sitokin dan
komponen komplemen yang dihasilkan untuk menarik lebih banyak leukosit. Makrofag
akan berpindah ke kornea untuk memusnahkan bakteri dan neutrofil yang telah
berdegenerasi. Inflamasi stroma yang berat dapat mengakibatkan penghancuran stroma
secara proteolitik dan nekrosis jaringan.
Kerokan dari kornea yang terinfeksi akan memperlihatkan kumpulan neutrofil di
antara jaringan debris nekrotik.10 Organisme dapat ditemukan pada pemeriksaan
pewarnaan Gram. Pemeriksaan kultur sangat membantu identifikasi organisme penyebab
dan sensitivitas antibiotik.
Hipoksia adalah gangguan pada mata yang dikarenakan kornea mata tidak cukup
oksigen. Ketika lensa kontak berada di atas kornea, otomatis akan membatasi
jumlah oksigen yang masuk ke mata. Gangguan hipoksia pada mata akan
menyebabkan mata kering, lelah, ketidaknyamanan dan mata kabur.
Infeksi. Pemakaian lensa kontak, tanpa perawatan lensa yang tepat, dapat
menyebabkan infeksi pada mata. Komplikasi saat memakai lensa kontak yang
salah dapat menyebabkan infeksi, dan jika tambah parah akan menyebabkan
kebutaan atau disebut ulserasi kornea, atau infeksi kornea
Mata kering. Banyak keluhan oleh pengguna lensa kontak yang sangat umum
adalah mata merasa sangat kering. Diketahui bahwa lapisan air mata sangat
penting bagi mata untuk menjaga mata agar tetap nyaman serta menghindari
agar penglihatan tidak kabur. Jadi, sangat penting untuk menjaga mata agr tetap
basah. Cara tepat untuk menanggulangi mata kering sewaktu menggunakan
lensa kontak adalah mengurangi pemakaian, dan menggunakan obat tetes mata
yang dianjurkan oleh spesialis perawat mata Anda.
Konsekuensi dari kurang memperhatikan kebersihan lensa kontak memang sangat
fatal bagi kondisi mata. Banyak orang yang tidak cuci tangan sebelum
memakaikan lensa kontak pada mata. Hal ini bisa memicu terjadinya iritasi yang
jika dibiarkan bisa menjadi infeksi parah.
Menurut Dr. H. Dwight Cavanagh, seorang profesor ahli mata dari Southwestern
Medical Center, Amerika Serikat dalam tulisannya Eye and Contact Lens pada
2003, mengungkapkan sebanyak 2.500 pengguna lensa kontak mengalami
corneal ulcers. Hal itu terjadi pada pengguna yang menggunakan lensa kontak
setiap hari.
Perawatan contact lens?
Memasang dan melepas lensa kontak :

Pertama, cuci tangan dan pada saat sudah selesai
pastikan mereka bersih dan kering.
Pakai tangan yang biasa Anda buat menulis,, letakkan
lensa kontak di jari telunjuk.
Pakai jari tengah di tangan yang sama, tarik kelopak
mata bawah ke arah bawah, dan pada saat
bersamaan pakai jari telunjuk dari tangan satu nya
untuk tarik kelopak mata atas ke arah atas.
Lihat ke atas.
Perlahan letakkan lensa kontak di bagian bawah
putih mata Anda.
Lepaskan dan juga lepaskan kelopak mata
keduannya.
Tutup mata Anda beberapa detik dan lensa kontak
akan secara otomatis ke posisi tengah mata Anda.
Ulangi langkah ini untuk pemakaian lensa kontak
satunya.
Bagaimana melepaskan lensa kontak :

Pertama, cuci tangan dan pada saat sudah selesai
pastikan mereka bersih dan kering.
Lihat keatas dan tarik kelopak mata bawah ke arah
bawah dengan jari tengah Anda.
Letakkan jari telunjuk Anda pada bagian bawah lensa
kontak.
Tarik lensa kontak ke bawah ke bagian putih mata
Anda.
Jepit perlahan kontak lensa Anda dengan jari telunjuk
dan ibu jari dan lepaskan dari mata Anda.
Ulangi langkah ini untuk membuka lensa kontak dari
mata satunya
Bagaimana Merawat Lensa Kontak Anda
Lensa kontak sekali buang di desain untuk hanya di pakai sekali dan langsung di buang, jadi
Anda tidak perlu kawatir untuk membersihkan dan menyimpan lensa kontak.
Sangat mudah untuk merawat lensa kontak yang Anda pakai apabila lebih dari satu hari.
Hanya pastikan bahwa Anda mengikuti rutinitas yang di sarankan oleh tenaga medis
profesional Anda. Untuk kesehatan, kenyamanan memakai lensa kontak, pilih solution yang
terbukti Bausch + Lomb Renu Fresh.
Bilas :
Bilas setiap sisi dari lensa kontak Anda selama 5 detik dengan Bausch + Lomb Renu Fresh.
Berdasarkan air mata setiap individue dan skedul pemakaian lensa kontak, tenaga ahli
medis Anda akan merekomendasikan perawatan tambahan untuk lensa kontak Anda
dengan teteskan 3 tetes solution di permukaan dari lensa kontak dan gosok dengan
lembut selama 20 detik sebelum di bilas. Hal ini memastikan bahwa lensa kontak Anda
bebas dari debu dan deposit. Pastikan mengikuti rutinitas yang di rekomendasikan oleh
tenaga ahli profesional Anda.
Disinfektan :
Letakkan lensa kontak Anda di dalam tempat lensa kontak
Isi tempat lensa kontak dengan Renu Fresh
Rendam lensa kontak Anda paling tidak 4 jam
Sekarang lensa kontak Anda sudah siap untuk di pakai kapanpun Anda inginkan.
Simpan :
Jangan pernah menggunakan solution yang sudah di pakai
Ganti tempat lensa kontak Anda dengan yang baru setiap 1 bulan sekali
Jadwal penggantian Anda

Lensa kontak di desain untuk pemakaian di waktu
tertentu. Tergantung dengan apa yang terbaik
untuk mata Anda, dan rekomendari dari tenaga ahli
profesional Anda untuk lensa kontak harian (daily)
atau dua mingguan (bi-weekly) atau satu bulanan
(monthly).
Terlepas dari itu semua, sangat penting untuk
mengikuti skedul yang sudah di berikan, dan ikuti
cara penggunaan dan perawatannya akan membuat
mata Anda aman dan nyaman.
http://www.bausch.co.id/id-id/vision-and-age/teenager-eyes/teenagers-vision-
correction/wearing-and-caring-for-contact-lenses/
Efek penggunaan lensa kontak
1. Infisiusiensi kualitas lapisan air mata akibat abnormalitas posisi atau fungsi
kelopak mata
2. Gaya hidup atau pekerjaan meliputi lingkungan yang penuh debu, kering dan
berasap
3. Kurangnya motivasi untuk melakukan perawatan lensa dan prosedur strelisasi
4. Kerusakan sensasi kornea
5. Edema kornea yang terjadi jika lensa konta dipakai untuk periode yang lama
6. Abrasi kornea, adapat terjadi karenapemakaian lensa kontak yang berlebihan
akan mengeringkan epitel dan meyebabkan robekan atau akibat iritasi
permukaan lensa kontak terhadap kornea
7. Giant papillary cell conjunctivitis ( radang konjungtiva pelebra, biasanya pada
kelopak mata atas
8. Reaksi sensivitas yang terjadi pada pemakaian lensa kontak jangaka panjang
dengan tanda hyperemia konjungtiva, lakrimasi dan konjungtiva
menampakkan karakteristik peningakatan cobblestone appearance
Istiqomah, indriani N, 2004. ASKEP Klien Gangguan mata, Jakarta : EGC

3. Mengapa mata kiri merah dan sekarang mengalami penglihatan kabur?
Jawab:
Penggunaan lensa kontakmengurangi proses pertukaran oksigen dan karbon
dioksida pada permukaan kornea (transmisibilitas menurun)oksigenasi tidak
memadaiasidosis stromamengganggu pola teratur dari lamellae
kolagenstriae, lipatan pada posterior stroma, dan meningkatnya hamburan balik
cahaya.
Gross E. B., Complications of Contact Lenses, In: Duanes Clinical Ophthalmology,
(fourth volume), (CD-ROOM). Lippincott Williams & Wilkins. USA : 2003
Epitel adalah sawar yang efisien terhadap masuknya mikroorganisme ke dalam kornea
dan merupakan satu lapis sel sel pelapis permukaan posterior kornea yang tak
dapat diganti baru. Sel-sel ini berfungsi sebagai pompa cairan dan menjaga agar
kornea tetap tipis, dengan demikian mempertahankan kejernihan optiknya, jika sel-
sel ini cedera atau hilang, timbul edema dan penebalan kornea yang pada akhirnya
mengganggu penglihatan.
Kornea adalah struktur yang avaskuler oleh sebab itu pertahanan pada waktu
peradangan, tidak dapat segera ditangani seperti pada jaringan lainnya yang banyak
mengandung vaskularisasi. Sel-sel di stroma kornea pertama-tama akan bekerja
sebagai makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang ada
di limbus dan tampak sebagai injeksi pada kornea. Sesudah itu terjadilah infiltrasi
dari sel-sel lekosit, sel-sel polimorfonuklear, sel plasma yang mengakibatkan
timbulnya infiltrat, yang tampak sebagai bercak kelabu, keruh dan permukaan
kornea menjadi tidak licin.

4. Mengapa didapatkan blefarospasme?
Jawab:
Blepharospasm is a focal dystonia characterized by excessive involuntary closure of the
eyelids. Typically, this is due to spasm of the orbicularis oculi muscles. Involuntary closure of
the eyelids can also be caused by failure of levator contraction, a condition known as apraxia
of lid opening or motor persistence of the orbicularis oculi muscles.
The orbicularis oculi (OO) muscle is innervated unilaterally from the facial nucleus and the
levator palpebrae (LP) muscle is innervated bilaterally from the central caudal subdivision of
the oculomotor nucleus. The synaptic circuitry of the input to these brainstem nuclei is being
worked out.(May et al., 2002; May and Porter, 1998) Primary sensory afferents from the
cornea and eyelid terminate most densely in the medullary spinal trigeminal nucleus. The
pars caudalis of the spinal trigeminal nucleus sends excitatory projections to the OO
motoneurons, ipsilaterally. The principal trigeminal nucleus sends excitatory projections to
the OO motoneurons and inhibitory projections to the LP motoneurons, bilaterally. This is
the appropriate circuitry for the trigeminal blink reflex, which should occur with orbicularis
oculi contraction and levator inhibition.
Weakening the orbicularis oculi creates two difficulties that initiate compensatory motor
learning by blink neural circuits. First, the difference between the planned and the actual
eyelid movement caused by orbicularis oculi weakness increases the drive on reflex blink
circuits to compensate for muscle weakness. In other words, the nervous system learns a
new relationship between blink-evoking stimulus magnitude and the motor drive required to
generate the correct size blink. Second, muscle weakness decreases tear film distribution
across the cornea, which leads to corneal irritation. Corneal irritation and dry eye profoundly
alter trigeminal reflex blink circuits. Normally, a single trigeminal stimulus elicits a single
reflex blink. With dry eye, however, this same trigeminal stimulus elicits a reflex blink and a
series of additional blinks that occur with a constant interblink interval, blink oscillations
(Evinger, unpublished data). Dry eye might be a model for the eye irritation that appears to
trigger blepharospasm. The blink oscillations created by the trigeminal complex in response
to eye irritation may be a slower version of the repetitive OO contractions that characterize
spasms of lid closure in some patients with blepharospasm. Eye irritation may also be
responsible for photophobic responses .
Blefarospasme dlm bentuk kaku tdk bs membuka mata. Dan bukan kedutan.
5. Mengapa didapatkan fotofobi?
Jawab:
Fotofobia pada penyakit kornea adalah akibat kontraksi iris yang beradang. Dilatasi
pembuluh darah iris adalah fenomena reflex yang disebabkan iritasi pada ujung saraf
kornea.

Pembuluh darah pada konjungtiva :
a. arteri konjngtiva posterior mendarahi konjungtiva bulbi
b. arteru siliar anterior atau episklera , mencabangkan :
- arteri episklera masuk ke bola mata dengan arteri siliar posterior longus,
bergabung membentuk arteri sirkular mayor atau pleksus siliaris mendarahi
iris dan badan siliar.
- Arteri perkornea mendarahi kornea
- Arteri episklera, merupakan bagian arteri siliar anterior mendarahi bola
mata.

Iritis akan memberikan rasa sakit, merah dan fotofobia.
Pupil kecil akibat rangsangan proses peradangan pada m.spingter pupil dan
terdapat edem iris. Reaksi pupil akan lemah , pupil bereaksi lambat terhadap
sinar atau tidak ada reaksi sama sekali.


Afferents lie in the ophthalmic (V1) portion of the trigeminal ganglion transmit pain
information from the eye. The conjunctiva, cornea, sclera, and uvea (iris, ciliary body, and
choroid) are densely innervated with trigeminal fibers, and exquisitely sensitive to pain.
Any painful stimulus to these areas (e.g. corneal abrasion, iritis, uveitis) invariably causes
photophobia. In contrast, the retina is insensate, as evidenced by the lack of pain with
retinal detachment, chorioretinitis, and nonarteritic anterior ischemic neuropathy (NAION).
The optic nerve does contain trigeminal afferents (not within the nerve, but within blood
vessels, and dura) which cause pain associated with optic neuritis and arteritic anterior
ischemic neuropathy
Another possible explanation, given the recent discovery of melanopsin photoreceptors in
the iris (84), is that these intrinsically photosensitive ganglion cells bypass the retina and
optic nerve entirely, to activate nociceptors either inside or outside the globe
6. Mengapa saat memakai obat tetes 5 hari itu keluhan lodok,gatal dan berair itu berkurang,
tapi mata masih merah?
Jawab:
ERLAMYCETIN Tetes Mata
Rating: -. Direkomendasikan oleh 9 pembaca. Beri rekomendasi:



Indikasi:
Iritis, uvetis, conjunctivitis, keratitis, dacryocysititis dan infeksi lain oleh bakteri patogen.

Kontra Indikasi:
Penderita yang lewat peka terhadap Chloramphenicol.

Komposisi:
Tetes mata Erlamycetin mengandung 0.5 persen Chloramphenicol base di dalam larutan
steril untuk pengobatan mata.

Aksi dan Pemakaian:
Chloramphenicol adalah suatu antibiotika yang mempunyai spektrum luas dan aktif
melawan bakteri-bakteri Gram positif dan Gram negatif serta terhadap virus.
Yang jelas Chloramphenicol sebagai perintang pembentukan protein-protein bakteri.
Untuk pengobatan infeksi mata, Chloramphenicol nyata-nyata cocok, apalagi dengan
kadar yang lebih dari cukup akan menghancurkan kuman-kuman.

Cara Pemakaian:
Teteskan 2 tetes 3 - 4 kali sehari ke dalam mata atau menurut petunjuk dokter.

Efek Samping:
Iritasi lokal pada penderita sensitif terhadap Chloramphenicol.
Bila ini terjadi pemakaian harus dihentikan.

Peringatan dan Perhatian:
Pengobatan yang lama atau pemakaian yang berulang-ulang untuk penggunaan
Chloramphenicol sebagai obat luar perlu dihindari karena ada kemungkinan
terjadi reaksi hypersensitif, termasuk penyempitan tulang hypoplasia.

Pencegahan
Penggunaan lama antibiotik kadang-kadang menyebabkan pertumbuhan yang
berlebihan dari mikroorganisme non susceptible, termasuk fungi, bila timbul
infeksi baru selama pengobatan, obat harus dihentikan dan berikanlah takaran
yang tepat.

Penyimpanan:
Simpan di tempat yang sejuk dan terlindung dari cahaya.

Kemasan:
Dalam botol tetes mata berisi 10 ml tetes mata Erlamycetin.

HARUS DENGAN RESEP DOKTER
Tetrahydrozoline HCl 0.05% b/v, benzalkonium Cl 0.01% b/v obat tetes mata Insto.
Indikasi: Mengatasi kemerahan dan rasa perih pada mata yang disebabkan oleh iritasi ringan
karena debu, asap, angin, dan sesudah berenang
Dosis: 3-4 kali sehari 2-3 tetes pada setiap mata

Belekan itu apa? Belekan itu mata kotor, nama lainnya blobok.

Obat mata : cendo
eomycin sulfate setara dgn neomycin base 3,5 mg, polymixin b sulfate 10000iu dan
dexamethason sodium phosphate 1 mg

Kotrikosteroid
Efek samping
- Glaucoma
- Katarak
- Eksaserbasi bakteri dan virus melalui mekanisme penekanan system imun
Pengaruh : penghambatan akumulasi makrofag dan neutrofil di tempat radang.

7. DD?
Jawab:
Keratitis
Peradangan kornea,disebabkan bakteri,virus,jamur,autoimun. Pada umumnya
didahului oleh proses trauma, penggunaan lensa kontak,pemakaian obat
korticosteroid tak terkontrol atau perluasan dari infeksi konjungtiva.
Gejala : mata merah,berair,nyeri,silau,sensasi benda asing,penglihatan kabur.
Tanda : injeksi silier, infiltrat kornea(infiltrat sel radang). Pada ulkus terbentuk jaringan
nekrotik kornea, Bisa disertai reaksi peradangan pada COA (flare/hipopion), baik akibat
perforasi maupun toksin kuman yang masuk ke COA melalui kornea yang masih intak
Ulkus kornea
1. Nebula : penyembuhan akibat keratitis
superfisialis. Kerusakan kornea pada
membrana bowman sampai 1/3 stroma.
Pada pemeriksaan terlihat seberti kabut di
kornea, hanya dapat dilihat di kamar gelap
dengan focal ilumination dan bantuan kaca
pembesar.

2. Makula
Penyembuhan akibat ulkus kornea. Kerusakan
kornea pada 1/3 stroma sampai 2/3 ketebalan
stroma
Pada pemeriksaaan terlihat putih dikornea ,
dapat dilihat dikamar terang dengan focal
ilumination/batere tanpa bantuan kaca
pembesar.

Lekoma
Penyembuhan akibat ulkus kornea
Kerusakan kornea lebih dari 2/3 ketebalan
stroma.
Kornea tampak putih, dari kejauhan sudah
terlihat
Apabila ulkus kornea smpai tembus ke endotel,
akan terjadi perforasi, dengan tanda iris
prolaps,COA dangkal,TIO menurun. Sembuh
menjadi lekoma adheren(lekoma disertai sinekhia
anterior).

Uveitis anterior (iridosiklitis)
Merupakan peradangan iris dan korpus siliaris
Klasifikasi:
Iridosiklitis akut: timbuk keluhan secara tiba-tiba
dan berjalan selama 6 minggu /kurang
Iridosiklitis kronik: proses berjalan selama
berbulan-bulan kadang bertahun, sering dimulai
ringan dan asymtomatik. Kemudian sering diikuti
radang eksaserbasi akut

Tanda dan Gejala iridosiklitis:
Gejala : Mata merah
penglihatan kabur
kemeng
silau
nyerocos
tanda: Visus turun
injeksi ciliar
keratic precipitate
reaksi inflamasi di COA
humor akuos keruh (efek tyndal positif), hypopion
iris Edem
pupil miosis
Synechia (anterior/posterior)
nodul di iris
keratopati

3. glaucoma primer sudut tertutup
Stdiumprodormal
Sakit kepala sebelah pada mata mata yang sakit (timbul pada
sorehari karna pupil midriasis sehingga iris menebal dan
menempel pada tuberkulum. out flow terhambat.
Penglihatan sedikit menurun
Melihat pelangi disekitar lampu (Hallo)
Mata merah
Injeksi silier ringan
Edemkornea ringan
TIO meningkat

Stadium akut / inflamasi
Sakit kepala hebat dibagian mata yang sakit
Kadang disertai mual,muntah
Mata merah
Penglihatan kabur
Melihat hallo disekitar sumber cahaya
Injeksi cilier
Edemkornea
Coa dangkal
Tyndall efek
Pupil melebar/ lonjong
TIO sangat tinggi

Stadium absolut
Penglihatan buta (visus 0)
Sakit kepala
Mata merah
TIO sangat tinggi ,kesakitan

8. Pemeriksaan penunjang?
Tes pachometry : tes untuk mengukur tebal kornea dengan memberikan seberkas sinar
Tes dengan keratoskop atau plasido : untuk melihat licinnya kelengkungan kornea
Tes sensibilitas kornea : tes untuk pemeriksaan fungsi saraf trigeminus yang
memberikan sensibilitas kornea
Tes sensibilitas kuantitatif kornea : tes untuk mengetahui derajat sensibilitas kornea
Tes fluoresin : tes untuk mengetahui terdapatnya kerusakan epitel kornea.
Tes rose Bengal : untuk melihat sel mati pada kornea
Tes metilen biru : tes untuk melihat adanya kerusakan saraf pada kornea
Tes fistel : tes untuk memeriksa adanya fistel atau kebocoran pada kornea
Tes seidel : tes untuk mengetahui letak kebocoran pada luka operasi pascabedah
intraocular.
(dasar-teknik pemeriksaan dalam ilmu penyakit mata, prof. dr. sidarta ilyas, SpM)

9. Terapi?
Pengobatan Keratitis Disiformis:
Sulfas Atropin 1% 3 kali sehari satu tetes, disertai salep mata
antibiotik yang dapat dikombinasikan dengan kortikosteroid dan mata
ditutup.
Biasanya perjalanan penyakitnya lama sampai berbulan bulan.
Pengobatan dari keratitis sika tergantung dari penyebab penyakitnya:
1. Pemberian air mata tiruan apabila yang berkurang adalah komponen air.
2. Pemberian lensa kontak apabila komponen mukus yang berkurang.
3. Penutupan punctum lacrima bila terjadi penguapan yang berlebihan.
(http://www.fkumyecase.net/wiki/index.php?page=presus+mata+%22kerati
tis%22)
Pengobatan keratitis bacterial dini dapat diberikan anti biotic :
Gram negative (-) Gram positif (+)
Tobramisin Cefasozin
Gentamisin Vancomysin
Polimiksin Basitrasi
Biasanya pengobatan diberikan setiap 1 jam, siklopegik diberikan untuk istirahat
mata.
Keratitis herpetic pengobatannya :
IDU merupakan obat antiviral yang murah, bersifat tidak stabil. Bekerja
dengan menghambat sintesis DNA virus dan manusia, sehingga bersifat toksik
untuk epitel normal dan tidak boleh dipergunakan lebih dari 2minggu.
Terdapat dalam larutan 1% dan diberikan setiap jam, salep 0,5 % diberikan
setiap 4 jam.
Vidarabin sama dengan IDU, tetapi hanya terdapat dalam bentuk salep.
Trifluoratimidin (TFT) sama dengan IUD, diberikan 1% setiap 4 jam. Asiklovir
bersifat selektif terhadap sintesis DNA virus. Dalam bentuk salep 3% yang
diberikan setiap 4 jam. Sama efektif dengan antivirus lain akan tetapi dengan
efek samping yang kurang.
Keratitis marginal pengobatan :
Diberikan antibiotic yang sesuai dengan penyebab infeksi lokalnya dengan
steroid dosis ringan. Pada pasien dapat diberikan vitamin B dan C dosis tinggi.
pada kelainan yang indolen dilakukan kauterisasi dengan listrik ataupun
AgNO3 dipembuluh darahnya atau dilakukan flep konjungtiva yang kecil.
(Ilmu Penyakit Mata, Prof. dr. H. Sidarta ilyas, SpM)

Anda mungkin juga menyukai