Anda di halaman 1dari 7

Review Article

Review: The Lacrimal Gland and Its Role in Dry Eye


Christopher D. Conrady, Zachary P. Joos, and Bhupendra C. K. Patel
Journal of Ophthalmology
Volume 2016, Article ID 7542929, 11 pages

1. Pendahuluan
Air mata manusia melindungi permukaan anterior mata dan terdiri dari
3 lapisan, yaitu lapisan musinosa dalam, komponen aqueous dan lapisan lipid
monomolekuler superfisial. Lapisan musin berasal dari sel goblet konjungtiva,
komponen aqueous dari kelenjar lakrimalis dan lapisan lipid monomolekular
dari kelenjar meibom. Ketiga lapisan air mata ini mencegah permukaan okuli
dari invasi oleh patogen, memudahkan pertukaran udara dan menyediakan
nutrisi bagi kornea.
Jurnal ini membahas tentang anatomi, fisiologi dan produk dari
kelenjar lakrimalis berkaitan dengan sindroma mata kering. Selain itu, jurnal
ini juga membahas tentang beberapa penyebab patologis kelenjar lakrimalis
seperti penuaan, penyakit autoimun dan infeksi. Pada akhir jurnal dibahas
tentang penatalaksanaan emergensi sindroma mata kering yang berkaitan
dengan disfungsi kelenjar lakrimalis.
2. Anatomi, Fisiologi, Inervasi dan Histologi
2.1 Anatomi, Vaskularisasi, Inervasi
Kelenjar lakrimalis terletak di superotemporal orbita di fosa
lakrimalis os frontalis. Secara makroskopis, kelenjar lakrimalis berwarna
merah muda keabuan, terdiri dari lobulus kecil dengan jaringan ikat
bersepta dan tidak memiliki kapsul. Kelenjar lakrimalis dibagi menjadi 2
lobus, lobus orbital dan parpebral. Meskipun terbagi, tetapi sebenarnya
tidak terpisah seutuhnya karena terdapat dinding posterior parenkim
diantara kedua lobus. Kelenjar lakrimalis bagian depan terikat oleh septum
orbita dan lapisan lemak, bagian posterior oleh lemak orbita, bagian

Journal Reading Halaman 1


medial oleh membrane intermuskularis antara rektus superior dan lateral,
bagian lateral oleh tulang. Rerata ukuran kelenjar lakrimalis adalah
panjang 20mm dan lebar 12mm dengan lobus orbital dan palpebral
masing-masing tebal 5mm dan 3mm.
Kelenjar lakrimalis merupakan kelenjar eksokrin seperti kelenjar
mammae dan saliva. Kelenjar ini merupakan kelenjar mucus yang
mensekresi mukopolisakarida. Saluran dari kedua lobus mengalir ke
forniks konjungtiva superotemporal, sekitar 5mm superior perbatasan
tarsal lateralis.
Vaskularisasi kelenjar lakrimalis berasal dari cabang lakrimal arteri
oftalmika, cabang arteri infraorbita. Arteri lakrimal lewat melalui kelenjar
memberi nutrisi kelopak mata atas dan bawah. Vena lakrimal mengikuti
jalan arteri dan mengalir ke vena oftalmika superior.
Kelenjar lakrimalis dipersarafi oleh N. V1, VII dan persarafan
simpatik dari ganglion servikalis superior. Stimulasi pada permukaan
okuli mengaktivasi refleks lakrimasi.

Gambar 1. Histopatologi kelenjar lakrimalis. Pewarnaan H&E


kelenjar lakrimalis normal. Kelenjar ini terdiri dari lobulus yang
dipisahkan oleh jaringan ikat longgar

Journal Reading Halaman 2


Gambar 2. Potongan Oblique orbita kanan menunjukkan kelenjar
lakrimalis terbagi 2 lobus orbital (OL) dan lobus palpebra oleh levator
aponeurosis bagian lateral (LA). Duktus ekskretori keluar dari lobus
palpebra mengalir melalui fornix konjungtiva superior

2.2 Patologi
Obata dkk, menemukan bahwa fibrosis dan atrofi baik lobular
ataupun difus, fibrosis periduktus, focus limfositik, dan infiltrasi lemak
ditemukan lebih sering pada lobus orbital, sedangkan dilatasi duktus
interlobular sering ditemukan di lobus palpebral. Belum diketahui secara
jelas apa yang menjadi penyebab perbedaan dari patofisiologi yang
terjadi pada masing- masing lobus. Pada sebuah penelitian otopsi
kelenjar lakrimalis oleh Roen dkk, ditemukan bahwa 75% kelenjar yang
diteliti menunjukkan kelainan mikroskopik. Kelainan yang paling
banyak ditemukan adalah inflamasi kronik dan fibrosis periduktus.
Rerata pasien yang diteliti lebih dari usia 50 tahun menunjukkan tanda
fibrosis periduktus dan kelainan duktus. Kombinasi dari fibrosis
periduktus, inflamasi dan dilatasi bisa menyebabkan retensi air mata
yang berkontribusi pada terjadinya sindroma mata kering akibat usia
lanjut. Penelitian lain oleh Obata dkk, mengemukakan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan dari banyaknya kejadian fibrosis, atrofi
periduktus kelenjar lakrimalis pada wanita postmenopaus dibandingkan

Journal Reading Halaman 3


dengan pria. Kelenjar lakrimalis yang mengalami atrofi menunjukkan
rendahnya aktivitas lysozyme dan mungkin sebagai penyebab sedikitnya
produksi air mata sebagai konsekuensi dari penuaan.
Kesehatan dari epitel konjungtiva sangat berpengaruh pada
fungsi kelenjar lakrimalis. Bila terjadi stenosis atau obstruksi aliran
duktus ekskretori di forniks superior konjungtiva bisa menyebabkan
dilatasi kistik duktus interlobular di lobus palpebral kelenjar lakrimalis.
Kerusakan pada duktus ekskretori di superior konjungtiva bisa muncul
akibat penyakit okuler permukaan yang berat dengan keratinisasi seperti
SJS atau akibat dari tindakan operasi, yang bisa menyebabkan
kerusakan orifisium duktus ekskretori.
2.3 Kontribusi Kelenjar Lakrimalis pada Permukaan Okuli
2.4 Penyakit pada Kelenjar Lakrimalis
2.5 Proses Penuaan
2.6 Penyakit Inflamasi pada Kelenjar Lakrimalis
2.7 Faktor Lingkungan: Merokok dan Video Games
2.8 Infeksi: HIV (Human Immunodeficiency Virus)
Prevalensi mata kering didapati lebih tinggi pada individu
dengan HIV. Terjadi penurunan produksi air mata karena infiltrasi
limfosit. Pada individu dengan HIV, kelenjar air liur dan lakrimalis
mengalami edema karena infiltrasi limfosit CD8+ sehingga terjadi
disfungsi kelenjar lakrimalis. Terapi yang dapat diberikan tidak
mempunyai pilihan yang banyak.
2.9 Radiasi
Kanker kepala-leher banyak di terapi dengan pembedahan atau
radiasi. Terapi radiasi walaupun efektif untuk sel kanker, memiliki efek
toksik secara lokal dan regional pada jaringan tubuh. Kelenjar di daerah
kepala selain mengalami diferensiasi sel juga terjadi disfungsi baik
sementara atau permanen pada kelenja. Xerostomia merupakan bentuk

Journal Reading Halaman 4


disfungsi kelenjar di kepala-leher. Kelenjar lakrimalis juga terganggu,
yaitu terjadi penurunan sekresi aqueous humour.
2.10 Idiopatik
Disfungsi kelenjar lakrimalis yang belum diketahui penyebabnya.
3. Terapi Masa Lampau pada Mata Kering karena Disfungsi Kelenjar
Lakrimalis
Terapi mata kering terkait karena insufisiensi lapisan air mata tidak
terlalu mengalami perkembangan. Terapi yang ada saat ini sebagian besar
bertujuan untuk menurunkan drainase air mata dengan oklusi punktum
lakrimalis atau dengan meningkatkan produksi air mata dengan air mata
buatan akibat produksi aqueous humour yang tidak cukup. Namun kedua hal
ini mempunyai risiko. Oklusi punktum lakrimal mempunyai retensi rendah,
sehingga dapat menyebabkan migrasi ke sistem lakrimalis dan meningkatkan
risiko infeksi, serta terjadi epifora. Air mata buatan merupakan terapi yang
lebih aman, tetapi kandungan pengawet dapat menyebabkan toksik pada
kornea bila diapakai dalam frekuensi sering. Kedua terapi ini hanya untuk
mengatasi mata kering tetapi tidak mengatasi disfungsi kelenjar lakrimalis.
Terapi yang baru adalah dengan cyclosporine. Komponen merupakan
isolasi dari jamur Tolypocladium inflatum, suatu inhibitor poten untuk
aktivitas limfosit sel T. Terapi dengan obat ini mempunyai efek positif
terhadap densitas sel goblet dan TGF-β. Penelitian yang dilakukan pada tikus
menunjukkan penurunan kerusakan pada epitel dibandingkan prednisone
sebagai antiinflamasi. Terapi ini efektif pada mata kering dengan inflamasi.
Beberapa percobaan pada binatang, yaitu dilakukan pembedahan
untuk membuat jalur bypass dengan memindahkan saluran kelenjar parotis ke
konjungtiva inferior. Tetapi teknik ini telah ditinggalkan karena tidak dapat
dievaluasi pada manusia.

Journal Reading Halaman 5


4. Terapi pada Mata Kering di Masa Mendatang

Terdapat beberapa modalitas terapi. Terapi untuk saat ini dibagi


menjadi dua kategori: komponen eksogen dan regenerasi/bypass kelenjar.
Komponen eksogen adalah lewat topikal atau oral, yaitu dengan menghambat
jalur pro-inflamasi. Target terapi meliputi: inhibitor adhesi sel vaskular,
modulator imun, dan supresi imun. Terapi ini menunjukkan efetif pada mata
kering dengan inflamasi pada tikus. Komponen eksogen baru yang tidak
mengandung komponen imun yaitu adenylate cyclase-polypeptiderived
peptide kelenjar pituitari yang berperan untuk penyembuhan luka pada kornea
dan sekresi kelenjar lakrimal pada tikus. Terapi lain adalah menggunakan
stem-cell untuk regenerasi sel dan jaringan secara in-vitro.
Cara lain adalah dengan transplantasi kelenjar lakrimalis. Terapi ini
menjanjikan, karena kelenjar yang ditransplantasi menunjukkan penurunan
gejala mata kering selama 5 tahun dan penurunan penggunaan air mata
buatan. Keenjar yang ditransplantasikan berasal dari sublingual, labial, dan
submandibula. Kelenjar air liur dan lakrimalis mempunyai komponen yang
sama, yaitu mengandung IgA sekretorik. Namun terapi ini menjadi pilihan
terakhir karena efikasi diatas 5 tahun masih belum diketahui dan pembedahan
secara mikro sangat sulit. Transplantasi dapat menyebabkan inflamasi kronis
yang memicu gejala mata kering, edema epitel mikrositer, dan epifora. Cara
terakhir adalah dengan memasang alat yang menstimulasi saraf kelenjar
lakrimalis. Terapi ini masih dipertanyakan.
5. Kesimpulan

Terdapat berbagai macam penyakit yang dapat menimbulkan disfungsi


pada kelenjar lakrimalis. Proses patologis dan penurunan produksi aqueous
humour dari kelenjar lakrimalis yang tidak diobati dapat menimbulkan
dekompensasi dari permukaan okuli, yaitu terjadi deteriosasi visus. Terapi
yang ada untuk di masa mendatang diharapkan dapat menurunkan beban

Journal Reading Halaman 6


kasus akibat mata kering, yaitu dengan regenerasi kelenjar yang terganggu
atau mengontrol fase pro-inflamasi.

Journal Reading Halaman 7

Anda mungkin juga menyukai