Hanna Damayanti
10.2012.337 / C - 6
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat 11510
Email : hannadamayanti12@gmail.com
Pendahuluan
Mata kering merupakan penyakit mata yang umum, yang sering menyebabkan iritasi
okular yang membuat pasien mencari penanganan dari dokter spesialis mata. Ketika gejala
biasanya membaik dengan pengobatan, penyakit ini biasanya tidak bisa sembuh, yang
mungkin menjadi sumber frustasi bagi pasien dan dokter. Mata kering dapat menyebabkan
kecacatan visual dan dapat menjadi korneal, katarak, dan operasi refraksi6. Di Amerika
Serikat, sebanyak 6% dari populasi yang berusia diatas 40 tahun dan lebih dari 15% populasi
yang berusia diatas 65 tahun menderita mata kering.
Menurut National Eye Institute mata kering adalah gangguan film air mata oleh karena
defisiensi air mata yaitu gagalnya glandula memproduksi komponen air mata yang cukup atau
evaporasi air mata yang berlebihan yang mengakibatkan kerusakan pada permukaan
intrapalpebra dan berhubungan dengan gejala ketidaknyamanan. Sindroma mata kering
(keratokeratokonjungtivitis sika) dapat dibagi menjadi sindroma non-Sjogren, sindroma
Sjogren dan penyakit glandula meibom. Secara klinis, gejala yang berhubungan dengan mata
kering termasuk mata terasa terbakar, sensasi benda asing, sensasi nyeri, fotofobia dan
penglihatan kabur.
Air mata diperlukan untuk mempertahankan kesehatan permukaan depan mata dan
untuk memberikan pandangan yang jelas. Orang dengan dry eye tidak menghasilkan air mata
yang cukup atau memiliki kualitas buruk air mata. Dry eye merupakan masalah umum dan
sering bersifat kronis, terutama pada orang dewasa yang lebih tua.
Struktur Palpebra1
A. Lapisan Kulit
Kulit palpebra berbeda dari kulit di kebanyakan bagian lain tubuh karena tipis, longgar
dan elastis, dengan sdikit folikel rambut serta tanpa lemak subkutan.
B. Muskulus Orbicularis Oculi
Fungsi muskulus orbicularis oculi adalah menutup palpebra. Serat-serat ototnya
mengelilingi fissura palpebra secara konsentris dan menyebar dalam jarak pendek
mengelilingi tepi orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang
terdapat didalam palpebra dikenal sebagai bagian pratarsal; bagian diatas septum orbitale
adalah bagian praseptal. Segmen diluar palpebra disebut bagian orbita. Orbicularis oculi
dipersarafi oleh nervus fascialis.
C. Jaringan Areolar
Jaringan areolar submuskular yang terdapat di bawah musculus orbicularis oculi
berhubungan dengan lapisan subaponeurotik kulit kepala.
D. Tarsus
Struktur penyokong palpebra yang utama adalah lapisan jaringan fibrosa padat yang
bersama sedikit jaringan elastik disebut lempeng tarsus. Sudut lateral dan medial serta
juluran tarsus tertambat pada tepi orbita dengan adanya ligamen palpebra lateralis dan
medialis. Lempeng tarsus superior dan inferior juga tertambat pada tepi atas dan bawah
orbita oleh fasia yang tipis dan padat. Fasia tipis ini membentuk septum orbitale.
E. Konjungtiva Palpebra
Bagian posterior palpebra dilapisi selapis membran mukosa, konjungtiva palpebra, yang
melekat erat pada tarsus. Insisi bedah melalui garis kelabu tepian palpebra membelah
palpebra menjadi lamella anterior kulit dan musculus orbicularis oculi serta lemella
posterior lempeng tarsal dan konjungtiva palpebra.
Tepian Palpebra1
Panjang tepian bebas palpebra adalah 25-30 mm dan lebarnya 2 mm. Tepian ini
dipisahkan oleh garis kelabu (sambungan mukokutan) menjadi tepian anterior dan posterior.
A. Tepian anterior
1. Bulu Mata Bulu mata muncul dari tepian palpebra dan tersusun tidak teratur. Bulu
mata atas lebih panjang dan lebih banyak daripada bulu mata bawah serta
melengkung ke atas; bulu mata bawah melengkung kebawah.
2. Glandula Zeis Struktur ini merupakan modifikasi kelenjar sebasea kecil, yang
bermuara ke dalam folikel rambut pada dasar bulu mata.
3. Glandula Moll Struktur ini merupakan modifikasi kelenjar keringat yang
bermuara membentuk satu barisan dekat bulu mata.
B. Tepian Posterior
Tepian palpebra posterior berkontak dengan bola mata, dan sepanjang tepian ini terdapat
muara-muara kecil kelenjar sebasea yang telah dimodifikasi (glandula Meibom, atau
tarsal).
C. Punctum Lakrimal
Pada ujung medial tepian posterior palpebra terdapat penonjolan kecil dengan lubang
kecil di pusat yang terlihat pada palpebra superior dan inferior. Punctum ini berfungsi
menghantarkan air mata ke bawah.
Air Mata
Air mata membentuk lapisan tipis setebal 7-10 m yang menutupi epitel kornea dan
konjungtiva. Fungsi lapisan ultra-tipis ini adalah (1) membuat kornea menjadi permukaan
optik yang licin dengan meniadakan ketidakteraturan minimal di permukaan epitel; (2)
membassahi dan melindungi permukaan epitel kornea dan konjungtiva yang lembut; (3)
menghambat pertumbuhan mikroorganisme dengan pembilasan mekanik dan efek
antimikroba; dan (4) menyediakan kornea berbagai substansi nutrien yang diperlukan1.
Lapisan superfisial adalah film lipid monomolekular yang berasal dari kelenjar meibom.
Diduga lapisan ini menghambat penguapan dan membentuk sawar kedap-air saat
palpebra ditutup.
2.
Lapisan akueosa tengah yang dihasilkan oleh kelenjar lakrimal mayor dan minor;
mengandung substansi larut-air (garam dan protein).
3.
Lapisan musinosa dalam terdiri atas glikoprotein dan melapisi sel-sel epitel kornea dan
konjungtiva. Membran sel epitel terdiri atas lipoprotein dan karenanya relatif hidrofobik.
Permukaan yang demikian tidak dapat dibasahi dengan larutan berair saja. Musin
diadsorpsi sebagian pada membran sel-sel epitel permukaan. Ini menghasilkan
permukaan hidrofilik baru bagi lapisan akueosa untuk menyebar secara merata ke bagian
yang dibasahinya dengan cara menurunkan tegangan permukaan.
Definisi
National Eye Institute (NEI)/ Industry Dry Eye Workshop melihat kembali definisi mata
kering pada tahun 1995 yang menyatakan bahwa dry eye meruakan gangguan dari lapisan air
mata akibat defisiensi air mata atau evaporasi berlebihan, yang menyebabkan kerusakan pada
permukaan okular interpalpebra dan dikaitkan dengan gejala ketidaknyamanan okular. Komite
sepakat bahwa definisi mata kering dapat berkembang dengan pengetahuan tentang peranan
hiperosmolaritas air mata dan inflamasi permukaan okuular pada mata kering dan berakibat
gangguan fungsi penglihatan. Sehingga terbentuk versi yang telah digabungkan pada
workshop tahun 2007 untuk membuat definisi dry eye merupakan penyakit air mata
multifaktorial dan permukaan okular yang menghasilkan gejala ketidaknyamanan, gangguan
visual, dan ketidakstabilan air mata dengan kerusakan potensial terhadap permukaan okular.
Hal ini disertai dengan meningkatnya osmolaritas film air mata dan inflamasi pada permukaan
okular7,8.
Sindroma mata kering (keratokonjungtivitis sika) dapat disebabkan oleh sembarang
penyakit yang berkaitan dengan defisiensi komponen-komponen air mata (akuosa, musinosa,
7
atau lipid), kelainan permukaan palpebra, atau kelainan-kelainan epitel. Walaupun terdapat
berbagai bentuk keratokonjungtivitis sika, yang berhubungan dengan arthritis rheumatoid dan
penyakit autoimun lainnya biasanya dikategorikan sebagai sindrom Sjorgen1.
1
Epidemiologi
Ellwein dkk menemukan angka kejadian kasus mata kering per 100 pembayaran
pelayanan pengobatan meningkat sebesar 57,4% dari 1,22 pada 1991 menjadi 1,92 pada
19989. Sejumlah 17% dari 2127 pasien rawat jalan didiagnosis dengan mata kering diketahui
dengan pemeriksaan yang komprehensif. Sedangkan pada populasi 2520 orang tua (65 tahun
atau lebih) penduduk Salisbury, Maryland, 14,6 % mengeluhkan satu atau lebih gejala mata
kering sering atau sepanjang waktu. Pada populasi di US usia 65-84 tahun diperkirakan 1 juta
dari 4,3 juta orang mengalami mata kering6.
Gejala keratokonjungtivitis sika didapati sebanyak 20% pada wanita dan 15% pada pria
antara usia 45 sampai 54 tahun. Sedangkan antara usia 55 sampai 60 tahun didapati sebanyak
22% wanita dan 10% pria yang mengalami gejala keratokonjungtivitis sika14.
Faktor Resiko
Tingkat Bukti
Konsisten
Mungkin
Belum Jelas
Usia tua
Ras Asia
Merokok
Wanita
Pengobatan:
Tricyclic Pengobatan:
antidepresan,
serotonin
reuptake antipsikosis
estrogen
Penggunaan alkohol
menopause
Diet rendah asam lemak Infeksi HIV/HTLV1
Menopause
omega 3
Pengobatan antihistamin
Kemoterapi sistemik
Penyakit
jaringan Insisi
luas
ECCE
dan jerawat
connective
keratoplasty
LASIK
Isotretinoin
Asam urat
Terapi radiasi
Sarcoidosis
Kontrasepsi oral
Transplantasi
Disfungsi ovarium
Hamil
Etiologi
Banyak diantara penyebab dry eye mempengaruhi lebih dari satu komponen film air
mata atau berakibat perubahan permukan muka yang secara sekunder menyebabkan film air
mata menjadi tidak stabil. Ciri histopatologik termasuk timbulnya bintik-bintik kering kornea
dan epitel konjungtiva, pembentukan filamen, hilangnya sel goblet konjungtiva, pembesaran
abnormal sel epitel non-goblet, peningkatan stratifikasi sel, dan penambahan keratinasi1.
Etiologi dari dry eye syndrome/keratokeratokonjungtivitis sika yaitu1:
A.
Penyakit sistemik
1)
Sindroma sjorgen
2)
3)
Sarkoidosis
4)
Leukemia, limfoma
5)
Amiloidosis
6)
Hemokromatosis
b.
Infeksi
1)
Trachoma
2)
Parotitis epidemica
c.
Cedera
1)
2)
Iradiasi
3)
d.
e.
B.
Medikasi
1)
Antihistamin
2)
3)
4)
Avitaminosis A
2.
Sindrom steven-johnson
3.
Pemfigoid okuler
4.
Konjungtivitis menahun
5.
10
6.
C.
D.
11
b. Symblepharon
3. Proptosis
12
mata dimodifikasi oleh aksi esterase dan lipase yang dilepaskan oleh flora komensal di
kelopak mata, yang jumlahnya meningkat pada blepharitis. Penurunan aliran akuos air mata
adalah akibat terganggunya pengiriman cairan lakrimal ke saccus konjungtiva. Masih belum
jelas apakah hal ini diakibatkan kejadian yang normal pada penuaan, tetapi ini dapat dipicu
oleh obat-obatan sistemik tertentu, seperti antihistamin dan agen antimuskarinik. Hal utama
yang paling umu menyebabkan kerusakan inflamasi lakrimal, terlihat pada kelainan autoimun
seperti sindroma Sjorgen dan juga non-Sjorgen. Inflamasi menyebabkan kerusakan jaringan
dan hambatan neurosekretorik yang reversibel. Penghambatan reseptor dapat juga disebabkan
oleh sirkulasi antibodi di reseptor M38.
Pengiriman air mata dapat terhambat oleh sikratiks konjungtiva akibat luka atau
penurunan refleks sensorik ke glandula lakrimal dari permukaan okular. Akhirnya, kerusakan
permukaan yang kronik dari mata kering mengarahkan pada gagalnya sensitivitas kornea dan
penurunan refleks sekresi air mata. Berbagai etiologi dapat menyebabkan mata kering, oleh
mekanisme blok refleks sekresi, termasuk operasi refraksi (LASIK), pemakaian lensa kontak
dan penyalahgunaan anastesi topikal yang kronik8.
13
Manifestasi Klinis
Pasien dengan mata kering paling sering mengeluhkan tentang iritasi, benda asing
(berpasir), sensasi terbakar, ketidaknyamanan okular yang tidak spesifik, fotosensitivitas,
mata merah, sakit, air mata berlebihan (refleks lakrimasi) dari hanya akibat lingkungan yang
kecil seperti tiupan angin, dingin, kelembaban rendah, atau membaca dalam waktu yang
lama16,17. Pada kebanyakan pasien, ciri paling luar biasa pada pemeriksaan mata adalah
tampilan yang nyata-nyata normal. Ciri yang paling khas pada pemeriksaan slitlamp adalah
terputus atau tiadanya meniskus air mata di tepian palpebra inferior. Benang-benang mukus
kental kekuning-kuningan kadang-kadang terlihat dalam fornix conjungtivae inferior. Pada
konjungtiva bulbi tidak tampak kilauan yang normal dan mungkin menebal, beredema dan
hiperemik1.
Epitel kornea terlihat bertitik halus pada fissura interpalpebra. Sel-sel epitel konjungtiva
dan kornea yang rusak terpulas dengan bengal rose 1% dan defek pada epitel kornea terpulas
dengan fluorescein. Pada tahap lanjut keratokonjungtivitia sika tampak filamen-filamen
dimana satu ujung setiap filamen melekat pada epitel kornea dan ujung lain bergerak bebas.
Pada pasien dengan sindrom sjorgen, kerokan dari konjungtiva menunjukkan peningkatan
jumlah sel goblet. Pembesaran kelenjar lakrimal kadang-kadang terjadi pada sindrom
sjorgen1.
5
6
Diagnosis
Diagnosis dan penderajatan keadaan mata kering dapat diperoleh dengan teliti memakai
cara diagnostik berikut:1,3,16
A.
Tes Schirmer
Tes ini dilakukan dengan mengeringkan film air mata dan memasukkan strip Schirmer
(kertas saring Whatman No. 41) kedalam cul de sac konjungtiva inferior pada batas sepertiga
14
tengah dan temporal dari palpebra inferior. Bagian basah yang terpapar diukur 5 menit setelah
dimasukkan. Panjang bagian basah kurang dari 10 mm tanpa anestesi dianggap abnormal.
Bila dilakukan tanpa anestesi, tes ini mengukur fungsi kelenjar lakrimal utama, yang
aktivitas sekresinya dirangsang oleh iritasi kertas saring itu. Tes Schirmer yang dilakukan
setelah anestesi topikal (tetracaine 0.5%) mengukur fungsi kelenjar lakrimal tambahan
(pensekresi basa). Kurang dari 5 mm dalam 5 menit adalah abnormal.
Tes Schirmer adalah tes saringan bagi penilaian produksi air mata. Dijumpai hasil false
positive dan false negative. Hasil rendah kadang-kadang dijumpai pada orang normal, dan tes
normal dijumpai pada mata kering terutama yang sekunder terhadap defisiensi musin.
B.
kandungan musin dalam cairan air mata. Kekurangan musin mungkin tidak mempengaruhi tes
Schirmer namun dapat berakibat tidak stabilnya film air mata. Ini yang menyebabkan lapisan
itu mudah pecah. Bintik-bitik kering terbentuk dalam film air mata, sehingga memaparkan
epitel kornea atau konjungtiva. Proses ini pada akhirnya merusak sel-sel epitel, yang dapat
dipulas dengan bengal rose. Sel-sel epitel yang rusak dilepaskan kornea, meninggalkan
daerah-daerah kecil yang dapat dipulas, bila permukaan kornea dibasahi flourescein.
Tear film break-up time dapat diukur dengan meletakkan secarik keras berflouresein
pada konjungtiva bulbi dan meminta pasien berkedip. Film air mata kemudian diperiksa
15
dengan bantuan saringan cobalt pada slitlamp, sementara pasien diminta agar tidak berkedip.
Waktu sampai munculnya titik-titik kering yang pertama dalam lapisan flouresein kornea
adalah tear film break-up time. Biasanya waktu ini lebih dari 15 detik, namun akan berkurang
nyata oleh anestetika lokal, memanipulasi mata, atau dengan menahan palpebra agar tetap
terbuka. Waktu ini lebih pendek pada mata dengan defisiensi air pada air mata dan selalu lebih
pendek dari normalnya pada mata dengan defisiensi musin.
C.
Sitologi Impresi
Sitologi impresi adalah cara menghitung densitas sel goblet pada permukaan
konjungtiva. Pada orang normal, populasi sel goblet paling tinggi di kuadran infra-nasal.
Hilangnya sel goblet ditemukan pada ksus keratokonjungtivitis sika, trachoma, pemphigoid
mata sikatriks, sindrom stevens johnson, dan avitaminosis A.
E.
Pemulasan Flouresein
Menyentuh konjungtiva dengan secarik kertas kering berflouresein adalah indikator
baik untuk derajat basahnya mata, dan meniskus air mata mudah terlihat. Flouresein akan
memulas daerah-daerah tererosi dan terluka selain defek mikroskopik pada epitel kornea.
F.
16
G.
Sjorgen dan berguna untuk mendiagnosis penyakit ini. Air mata ditampung pada kertas
Schirmer dan diuji kadarnya. Cara paling umum adalah pengujian secara spektrofotometri.
H.
kontak lens dan diduga sebagai akibat berkurangnya sensitivitas kornea. Laporan-laporan
menyebutkan bahwa hiperosmolalitas adalah tes paling spesifik bagi keratokonjungtivitis
sika. Keadaan ini bahkan dapat ditemukan pada pasien dengan Schirmer normal dan
pemulasan bengal rose normal.
I.
Laktoferin
Laktoferin dalam cairan air mata akan rendah pada pasien dengan hiposekresi kelenjar
Penatalaksanaan
Mata kering umumnya tidak bisa disembuhkan dan penanganan berupa mengontrol
gejala dan mencegah kerusakan permukaan. Pilihan terapi bergantung pada tingkat keparahan
penyakit3.
17
1.
Suplementasi dengan substitusi air mata. Air mata artifisial tetap menjadi pengobatan
mata kering. Tersedia dalam bentuk tetes dan salap. Mengandung derivat selulosa (0,250,7% metil selulosa dan 0,3% hipromelosa) atau polyvinyl alkohol (1,4%).
2.
Siklosporin topikal (0,05%, 0,1%) dilaporkan sebagai obat yang sangat efektif untuk
mata kering di banyak studi terbaru. Ini membantu mengurangi inflamasi cell-mediated
pada jaringan lakrimal.
3.
4.
5.
Menurunkan evaporasi dan drainase. Evaporasi dapat dikurangi dengan menurunkan suhu
ruangan, menggunakan ruang lembab dan kacamata proteksi2.
6.
7.
Oklusi punktal. Mengurangi drainase dan dapat menyelamatkan air mata alami
dan memperpanjang efek artificial tears. Ini sangat bermanfaat pada pasien dengan
keratokonjungtivitis sedang hingga berat yang tidak berespon pada pengobatan topikal.
Sementara, oklusi dapat dilakukan dengan menginsersi kolagen ke dalam kanalikuli.
Prognosis
Secara umum, prognosis untuk ketajaman visual pada pasien dengan sindrom mata
kering baik.1
Komplikasi
Pada awal perjalanan keratokonjungtivitis sicca, penglihata sedikit terganggu. Dengan
memburuknya keadaan, ketidaknyamanan sangat menggangu. Pada kasus lanjut, dapat timbul
ulkus kornea, penipisan kornea, dan perforasi. Kadang-kadang terjadi infeksi bakteri
sekunder, dan berakibat parut dan vaskularisasi pada kornea, yang sangat menurunkan
penglihatan. Terapi dini dapat mencegah komplikasi-komplikasi ini.1,2,3,7,10
18
Kesimpulan
0
Dry eye merupakan penyakit air mata multifaktorial dan permukaan okular yang
menghasilkan gejala ketidaknyamanan, gangguan visual, dan ketidakstabilan air mata dengan
kerusakan potensial terhadap permukaan okular. Hal ini disertai dengan meningkatnya
osmolaritas film air mata dan inflamasi pada permukaan okular.7,8
1
Gejala keratokonjungtivitis sika didapati sebanyak 20% pada wanita dan 15% pada
pria antara usia 45 sampai 54 tahun. Sedangkan antara usia 55 sampai 60 tahun didapati
sebanyak 22% wanita dan 10% pria yang mengalami gejala keratokonjungtivitis sika.14
2
Pasien dengan mata kering paling sering mengeluhkan tentang iritasi, benda asing
Mata kering umumnya tidak bisa disembuhkan dan penanganan berupa mengontrol
gejala dan mencegah kerusakan permukaan. Pilihan terapi bergantung pada tingkat keparahan
penyakit3.
Air mata buatan adalah terapi yang kini dianut. Salep berguna sebagai pelumas jangka
panjang, terutama saat tidur. Bantuan tambahan diperoleh dengan memakai pelembab,
kacamata pelembab bilik, atau kacamata berenang. pemeriksaan mata secara eksternal
termasuk struktur kelopak mata dan dinamik berkedip; evaluasi kelopak mata dan kornea
menggunakan cahaya terang dan magnifikasi; serta pengukuran kuantitas dan kualitas air
mata untuk semua abnormalitas.
Langkah awal untuk mengobati penyakit ini adalah dengan mengidentifikasi etiologi
yang mendasarinya dan mencoba untuk mengeliminasi dan/atau mengobatiya.
Daftar Pustaka
19
Association.
2006-12.
Dry
Eye.
Available
from:
C.S.
2012.
Dry
Eye
Syndrome.
Available
http://emedicine.medscape.com/article/1210417-overview#aw2aab6b2b4.
from:
[Accessed
20 januari 2013].
11. Perry, H.D. 2008. Dry Eye Disease: Pathophysiology, Classification, and Diagnosis.
Available from: http://www.ajmc.com/publications/ supplement/2008/2008-04-vol14n3Suppl/Apr08-3141pS079-S087/. [ Accessed 20 Maret 2016].
12. Remington, A. 2005. Chapter 9 Ocular Adneksa dan Sistem Lakrimalis. In: Clinical
Anatomy of the Visual System. USA: Elsevier Inc p160-1, 163-4.
13. Perry, H.D. 2008. Dry Eye Disease: Pathophysiology, Classification, and Diagnosis.
Available from: http://www.ajmc.com/publications/ supplement/2008/2008-04-vol14n3Suppl/Apr08-3141pS079-S087/. [ Accessed 20 Maret 2016].
14. Schlote, T., Rohrbach, J., Grueb, M., Mielke, J. 2006. Chapter 4 Lacrimal Apparatus.
Pocket Atlas of Ophthalmology. NewYork Thieme. p34.
15. Ilyas S. 2009. Ilmu penyakit mata edisi ketiga. Jakarta: Balai penerbit FK UI; 140-141.
16. Wagner, P. Lang, G.K. 2000. Chapter 3 Lacrimal System. In: Lang,G.K.
Opthalmology A Short Textbook. New York: Thieme. p50-51
20
21