Dibacakan :
Hari/Tanggal : selasa, 21 Juni 2022
Jam : 08.00 wib
Tempat : Konfrens Poli Mata/Zoom Meeting
TIA AFELITA
FITRATUL ILAHI
TAHAP II
2
sudut terbuka dengan persentasi 52%-92%. Dengan tekanan TIO normal 57,1%
kasus POAG di Afrika Selatan. Dalam studi epidemilogi Amerika Serikat, Belanda,
dan Italia NTG dilaporkan dengan masing – masing persentasi 31,7%, 38,9%, dan
30% dari kasus glaukoma sudut terbuka tersebut merupakan NTG dengan nilai TIO
kurang dari 21 mmHg.2 ,13
Etiologi NTG kemungkinan besar bersifat multifaktor dan masih belum
terdeteksi dengan baik sehingga pada makalah ini akan dibahas mengenai
patofisiologi dan manifestasi klinis Normotension Glaukoma.
3
BAB II
ANATOMI DAN PATOFISIOLOGI NORMOTENSION GLAUKOMA
4
Jaringan vaskular dikelilingi oleh stroma tipis yang terdiri dari substansi
dasar, dan fibril kolagen. Substansi dasar mengandung mukopolisakarida , protein
, dan zat terlarut plasma.10
Epitel berpigmen terdiri dari sel kuboid yang sedikit dengan banyak granula
melanin sitoplasma. Lapisan ini dipisahkan dari stroma dan oleh membran basal
atipikal, lanjutan dari membrane bruch yang mengandung serat kolagen dan elastik.
Fungsi dari epitel berpigmen tidak sepenuhnya jelas. Bagian basal dari lapisan ini
memiliki sejumlah besar lipatan ke dalam mitokondria, menunjukkan peran dalam
proses metabolisme aktif. 10
Epitel tidak berpigmen terdiri dari sel – sel kolumnar, yang dipisahkan dari
humor akuous oleh membrane basal. Epitel siliaris tidak berpigmen memiliki
gambaran morfologis jaringan yang terlibat dalam transport cairan, termasuk
dibagian luas di membrane basal dan lateral,banyak mengandung mitokondria,
retikulum endoplasma kasar yang berkembang baik, dan tigh junction yang
menghubungkan membrane sel apikal yang saling berdekatan.10
Gambar 2.2 Tampilan gambar yang memisahkan rongga vitreous dari ruang
posterior dan iris memisahkan ruang anterior dan posterior10
5
menurun sekitar 50% selama tidur. Akuous humor memiliki beberapa mekanisme
fisiologis dalam proses produksinya yaitu , Sekresi aktif yang megacu pada
transport yang membutuhkan energi untuk memindahkan beberapa ion seperti
sodium, klorida, bikarbonat dan ion – ion lainnya yang berperan sebagai gradien
eletrokimia. Sekresi aktif tidak tergantung pada tekanan dan bertanggung jawab
besar atas Sebagian produksi akuoaus humor dan melibatkan Sebagian aktivitas
enzim karbonat anhydrase II. 1
Ultrafiltrasi merupakan mekanisme gradien yang bergantung pada tekanan.
Dalam prossesus siliaris, perbedaan tekanan hidrostatik antara tekanan kapiler dan
TIO mendukung pergerakan cairan kedalam mata, sedangkan gradien onkotik
menahan pergerakan cairan. Sedangkan Difusi melibatkan pergerkan pasif ion,
berdasarkan muatan dan konsentrasi dengan melintasi membrane.1
6
2. Corneal Meshwork
Bagian ini terdiri dari jaringan ikat yang tipis, datar, berlubang dan tersusun
dalam pola laminar. Setiap berkas trabekula ditutupi oleh selapis sel trabekula tipis
yang memiliki banyak pinocytotic vesikel. Lamina basal dari sel-sel ini membentuk
korteks luar dari berkas trabekular; inti dalam terdiri dari kolagen dan serat elastis.1
3. Juxtacanalicular Meshwork
Bagian ini memisahkan antara lapisan corneoscleral meshwork dengan dinding
bagian dalam kanal schlemm. Pada jaringan trabekula, di antara lapisan terluar dari
corneoscleral dan lapisan endotel kanal Schlemm, terletak endothelial meshwork,
terdiri dari sel-sel berlapis yang membentuk jaringan longgar. Di antara sel-sel ini
terdapat ruang dengan lebar hingga 10 𝜇m di mana akuos humor dapat meresap
untuk mencapai lapisan endotel kanalis Schlemm. Bagian sistem drainase ini
memberikan kontribusi paling besar terhadap outflow resistance, dikarenakan
jalurnya yang sempit dan berliku-liku, serta tahanan yang diakibatkan oleh
proteoglikan dan glikoprotein ekstraseluler.1
Trabecular meshwork terdiri dari beberapa lapisan, yang memiliki jaringan ikat
kolagen dan dilapisi oleh lapisan endotel kontinu. Trabecular meshwork merupakan
pressure-sensitive outflow dan berfungsi sebagai katup satu arah, yang
memungkinkan akuos humor meninggalkan mata melalui aliran dalam jumlah besar
tetapi membatasi aliran ke arah lain, dan tidak bergantung pada energi.1,10
7
Pada orang dewasa, sel-sel trabekula mengandung sejumlah besar granul pigmen
dalam sitoplasmanya, memberikan tampilan berpigmen pada seluruh meshwork,
sekitar 200.000–300.000 sel trabekula per mata. Seiring bertambahnya usia, jumlah
sel trabekula berkurang, dan membran basal di bawahnya menebal, berpotensi
meningkatkan outflow resistance. Laser trabeculoplasty akan menginduksi
pembelahan sel trabekular dan menyebabkan perubahan dalam produksi sitokin dan
elemen struktural penting lainnya dari matriks ekstraseluler. Bahan matriks
ekstraseluler ditemukan di seluruh bagian padat dari trabecular meshwork. 1,10
Kanal kolektor akan menghubungkan kanal schlemm ke vena akuos, dan
mengalirkannya ke vena episklera. Kanal kolektor merupakan bagian distal dari
sistem aliran keluar trabekula. Vena episklera kemudian bermuara ke vena siliaris
anterior dan vena oftalmikus superior. Pada akhirnya akan mengalir ke sinus
kavernosus.1,10
Trabecular outflow bersifat dinamis. Dengan meningkatnya TIO, luas
penampang kanalis schlemm berkurang, sedangkan trabecular meshwork meluas.
Demikian pula, dalam distal outflow system, jumlah aliran akuos humor melalui
masing-masing pembuluh darah tampak bervariasi secara dinamis. Efek dari
perubahan outflow resistance ini bersifat tidak pasti.1,10
b. Outflow Uveascleral
Uveoscleral outflow disebut juga sebagai pressure-insensitive outflow.
Meskipun tidak sensitif terhadap tekanan, uveoscleral outflow adalah aliran dalam
jumlah besar yang bergantung pada gradien tekanan yang tetap konstan dengan
perubahan TIO. Akuos humor dari bilik mata depan masuk ke otot siliar, kemudian
masuk keruangan suprasiliar dan suprakoroid. Cairan keluar melalui sklera yang
intak melalui ruang sekitar yang menembus saraf dan pembuluh darah. Resistensi
utama pada uveoscleral outflow yaitu pada otot siliar dimana kontraksi otot akan
mengurangi aliran, sedangkan relaksasi otot siliar akan meningkatkan aliran.1,10
2.2 Definisi
Normotension glaukoma merupakan neuropati optik yang ditandai dengan
excavatio papil nervus optikus dengan derajat gangguan lapang pandang yang
8
koresponden dan TIO dalam rentang nilai normal serta gonioskopi sudut terbuka.
NTG sebenarnya masih merupakan bagian spektrum dari glaukoma primer sudut
terbuka (POAG) tetapi tidak disertai dengan peningkatan TIO.2,3
2.3 Epidemiologi
Prevalensi global dari semua jenis glaucoma dikemukakan oleh chen, tham,
kim dkk , dalam populasi bagian Asia , NTG terdiri dari 70% glaucoma sudut
terbuka primer (POAG) dengan persentasi 75 – 90% di Cina , Singapura, Jepang
dan Korea, dan persentasi 50% - 70% di India dan Nepal. Glaukoma dengan
tekanan intraocular yang tinggi mendominasi pada populasi yang berasal dari
Afrika dan Eropa, sedangkan NTG mendominasi pada populasi yang berasal dari
Asia Timur. Laporan konsensus tentang NTG di Cina, yang diambil dari pusat
medis utama di Cina dan bahwa NTG terdiri dari 70% kasus POAG. Mereka
melaporkan bahwa pada populasi yang sehat terdapat rata – rata TIO adalah 17
mmHg untuk orang berkulit putih dan 15 mmHg untuk orang cina, sendangkan
untuk POAG rata – rata 22 mmHg.3,4
Sebanyak dua pertiga dari kasus glaucoma di Jepang kemungkinan NTG.
Beberapa penyakit sistemik telah dilaporkan berkaitan dengan NTG seperti
penyakit vascular, migrain, vasospasme dan penyakit yang berkaitan dengan system
kekebalan.4
Beberapa faktor resiko yang telah terbukti memiliki hubungan dengan NTG
yang pertama adalah usia. Terjadinya NTG terdapat pada usia 60 tahunan. Faktor
resiko yang kedua adalah jenis kelamin, dimana beberapa penelitian menunjukkan
bahwa kejadian NTG pada populasi perempuan lebih besar dibandingkan dengan
populasi laki – laki. Fenomena ini terjadi dikarena kan pada populasi perempuan
memiliki rentang hidup yang lebih lama di bandingkan dengan populasi laki – laki.
Faktor resiko yang ketiga adalah Ras dimana angka kejadian NTG pada setiap
populasi terdapat perbedaan. Dilaporkan bahwa insiden NTG lebih tinggi pada
populasi Asia, seperti Jepang dibandingkan dengan populasi Eropa. 3
9
2.3 Patofisiologi Normotension Glaukoma
Mekanisme yang menyebabkan kerusakan pada glaukoma bersifat
multifaktorial. Dan terdapat beberapa teori yang menjelaskan bagaimana terjadi
kerusakan akibat glaucoma yaitu sebagai berikut .4,5,6,7,14,15,18,20
a. Toleransi yang rendah pada tekanan intraocular normal dapat
menyebabkan kerusakan mekanik
Konsep patofisiologi mekanik glaucoma di fokuskan pada lamina cribosa.
Lamina cribosa adalah struktur penting pada jalur akson intraocular ke bagian
intraorbita saraf optik. Nutrisi akson di dalam lamina cribosa dianggap bergantung
pada oksigen dan nutrisi dari kapiler yang berada didalam lamina cribosa. Dalam
paradigma biomekanik kerusakan akson , kapiler dan astrofit disebabkan oleh
adanya deformasi pada lamina cribosa dan penekanan TIO pada akson , kapiler ,
astrofit di dalam lamina cribosa. Pada percobaan uji hewan menunjukkan bahwa
RNFL lebih tipis di bandingkan pada RIM. Konsep menjelaskan tentang pola
hilangnya lapang pandang pada glaucoma.
Selanjutnya, pada ketebalan sentral kornea merupakan salah satu sebagai risiko
klinis pada NTG. Beberapa penelitian menunjukkan rata – rata ketebalan kornea
sentral yang lebih tipis pada pasien NTG dibandingkan dengan pasien hipertensi
okular. Sementara, penelitian di Jepang terdapat hubungan antara ketebalan kornea
sentral hilangnya penglihatan lapang pandang.
10
dengan berkurangnya aliran darah ocular yang akibatnya mengakibatkan
penurunan suplai darah ke serat saraf optic. Hal ini berlaku untuk tekanan darah
“dippers” pada malam hari.
Disregulasi vaskular diduga menjadi faktor utama dalam patofisiologi vaskular
neuropati optik glaukoma , khususnya pada NTG. Disregulasi vaskular
didefinisikan sebagai ketidak mampuan jaringan untuk mempertahankan suplai
darah yang konstan meskipun terjadi perubahan tekanan perfusi. Abnormalitas
vaskular dan reaksi vaskular abnormal terhadap agen vasospastik dan vasodilatasi
lokal telah didiskusikan. Ini termasuk penyakit pembuluh darah dan endotel yaitu,
sindrom vasospasme, dan migrain. Hal ini terjadi sebagai faktor risiko terjadinya
kerusakan saraf optik pada glaucoma tanpa adanya peningkatan TIO.
Collaborative Normal Tension Glaucoma Study (CNTGS) melaporkan bahwa
migraine merupakan faktor risiko untuk perkembangan dan progresivitas NTG.
Corbett dkk melaporkan bahwa iskemik yang berkaitan dengan migraine
merupakan mekanisme patogenik pada NTG. Pada penelitian lain dilaporkan
bahwa migraine lebih sering dijumpai pada pasien NTG. Migraine ini berkaitan
dengan episode vasospastik serebral transien, yang mana menyebabkan gangguan
mekanisme autoregulasi aliran darah pada sistim saraf pusat. Autoregulasi menjadi
tidak efisien pada neuropati optik. Migraine menjadi penanda klinis terhadap
gangguan autoregulasi mikrovaskular. Drance dkk menemukan kaitan yang
signifikan antara NTG dan migraine, sebanyak 65% dari pasien NTG yang
diobservasi memiliki respon vasospastik yang positif. Temuan ini juga didukung
oleh CNTGS yang mendapatkan bahwa pasien dengan NTG yang menderita
migraine memiliki risiko progresivitas sebanyak 2,58 kali lipat.
11
seperti saringan, dimana akson terletak di dalam ruang subarachnoid yang diisi
dengan cairan cerebrospinal. Lamina cribosa dan akson saraf optic terletak diantara
dua zona yaitu, tekanan intaokular (IOP) dan tekanan intracranial (ICP). Selisih
antara kedua tekanan tersebut dinyatakan sebagai sebagai tekanan translaminar
(IOP-ICP).
12
dan lokasi defek perdarahn tersebut masih berada diregio yang sama dengan
perdarahan diskus.
3. Disfungsi Endothelial
Endotel vaskular melakukan regulasi mikrosirkulasi melalui pelepasan
faktor - faktor vasoaktif, seperti vasodilator nitrit oksida (NO) dan vasokonstriktor
endotelin - 1 (ET-1). NO dilepaskan dari sel endotel secara langsung menstimulasi
otot polos pembuluh darah sehingga terjadi vasodilatasi. Kelainan sistemik seperti
13
hiperlipidemia, aterosklerosis dan hiperglikemia dapat menyebabkan kegagalan
mekanisme ini melalui proses stress oksidatif. Aktvitas NO juga berkontribusi
terhadap autoregulasi dari OBF dan dapat melindungi endotel dan nerve fiber layer
terhadap stress pada glaukoma. ET-1 merupakan salah satu faktor vasokonstriktor
poten. Sejumlah penelitian menemukan bahwa kadar plasma ET-1 meningkat pada
pasien NTG. ET-1 menyebabkan berkurangnya aliran darah pada nervus optikus
14
BAB III
FAKTOR RESIKO DAN MANIFESTASI KLINIS
b. Genetik
Latar belakang genetik dari sebagian besar glaukoma sangatlah kompleks.
Beberapa penelitian yang menunjukkan adanya pewarisan sifat akibat mutasi gen
pada pasien NTG. Mitokondria OPA 1 memberikan mekanisme pertahanan
15
terhadap sel ganglion retina (RGC) terhadap kerusakan retina akibat tekanan
mekanik. Perubahan gen OPA 1 dapat memicu kematian sel secara apoptosis pada
kultur sel RGC-5. Mutasi gen optineurin (OPTN) juga dilaporkan berkaitan dengan
NTG. Mutasi gen OPTN dapat memicu mutasi gen E50K dan H486R,
menyebabkan kematian RGC-5. Selain itu, juga dilaporkan peningkatan perubahan
beberapa gen yang dijumpai pada NTG, seperti gen p53, 17 TLR4,18 MFN1,19
MFN2,19 PARL,19 GLC1F,20 SRBD1,21 dan ELOVL5.
c. Usia
Insidensi terjadinya NTG dan POAG rata – rata terjadi pada umur 58 tahun untuk
NTG dan 55 tahun untuk POAG. NTG paling sering terjadi pada Wanita 58,9% dan
POAG lebih sering terjadi pada laki-lai 73,2%. Penuaan adalah faktor risiko penting
lainnya yang berperan dalam NTG. Pada proses penuaan, terjadi kerusakan pada
DNA inti sel dan DNA mitokondria. Amyloidβ (Aβ), merupakan faktor toksik
neuronal utama pada penyakit Alzheimer. Ekspresi dari Aβ dan amyloid precursor
protein (APP) memainkan peranan penting dari apoptosis RGC dengan atau tanpa
peningkatan TIO. Iskemia juga dapat menyebabkan deposit Aβ pada jaringan
melalui peningkatan produksi APP dan penurunan kliren pada pembuluh darah.
16
c. Perdarahan diskus optikus dilaporkan lebih sering pada NTG, tetapi juga
dapat ditemukan pada glaukoma sudut terbuka primer yang tidak
terkontrol. Perdarahan lebih sering pada NTG disebabkan karena
penurunan substansial tekanan intraokular yang lebih sulit dicapai.
d. NTG dan glaukoma sudut terbuka primer dapat diwariskan dalam keluarga
yang sama, hal ini menunjukkan kedua kelainan tersebut adalah kondisi
yang sama atau terkait.
e. Penting untuk mempertimbangkan diagnostik dan manajemen NTG
berkaitan dengan disregulasi vaskular. Disregulasi vaskular banyak
terdapat pada orang dengan glaukoma, namun gejalanya lebih mencolok
dan lebih sering terjadi pada orang-orang dengan glaukoma tekanan
normal. Gejalanya dapat ditemukan dengan melakukan anamnesis terhadap
pasien termasuk tangan dan kaki dingin sebagai over-reaksi terhadap dingin
atau stres. Pasien dapat melaporkan tidur menggunakan kaus kaki bahkan
dalam iklim hangat, dan tangan terasa dingin ketika berjabat tangan.
Tekanan darah arteri cenderung rendah. Sakit kepala migrain, terutama
dengan “visual aura”, lebih umum dan lebih sering pada wanita. Anehnya,
meskipun orang-orang dengan kelainan ini, pada saat merasa kelaparan
sebagai pendekatan waktu makan, mereka jarang atau tidak pernah
memiliki sensasi rasa haus bahkan ketika dehidrasi.
f. Terdapat laporan yang menunjukkan bahwa pada mata dengan tanda
glaukoma dapat terkait dengan sebuah episode iskemik akut ("shock-
induced neuropathy"), atau penyakit arteri obstruktif kronik yang tidak
bersifat progresif, serta hubungan NTG terhadap iskemia akibat sleep
apnea perlu eksplorasi lebih lanjut.
g. Lapang pandang dan perubahan papil nervus optikus identik antara NTG
dan POAG. Jika dibandikan defek lapang pandang antara NTG dan POAG
dengan derajat cupping yang serupa, maka akan didapatkan hasil yang
mirip, begitu juga ketika NTG dan POAG dengan gambaran defek lapang
pandang yang serupa, akan memiliki derajat cupping yang identik. Splinter
hemorrhage sering ditemukan pada pasien NTG. Pada pasien NTG terdapat
resistensi yang tinggi pada arteri oftalmik.
17
h. Perjalanan penyakit dari NTG dapat progresif maupun stabil dalam jangka
waktu yang lama. Pada kelompok dengan perjalanan penyakit yang stabil,
akan mengalami penurunan fungsi penglihatan lebih lanjut apabila terjadi
krisis hemodinamik tambahan lainnya. Berdasarkan laporan observasi dari
NTGS, faktor risiko terjadinya progresivitas NTG diantaranya migraine,
jenis kelamin wanita, dan ras afrika. Usia, nilai TIO dan riwayat keluarga
bukan merupakan faktor risiko dari progresivitas dari NTG.
i. Optic cup pada penderita NTG cenderung lebih besar, batas neroretinal rim
lebih tegas dan lebih tipis terutama pada daerah temporal dan inferior. Pada
daerah temporal 32,1% dan pada bagian inferior 39,3% , sedangkan pada
POAG penipisan bipolar 57,1%. Lapisan Serat Saraf Retina (RNFL) secara
signifikan lebih tipis di keempat kuadran pada POAG.
18
Gambar 3.2 Splinter hemorrhage pada NTG15
l. Defek lapang pandang pada NTG sebagian besar serupa dengan defek
lapang pandang yang ditemukan pada pasien POAG (nasal step, skotoma
parasentral, arkuata). Aprioli dan Spaeth membandingkan defek lapang
pandang antara pasien NTG dengan glaukoma TIO tinggi (POAG,
glaukoma pseudoeksfoliasi, pigmentary glaukoma). Pada penelitian ini,
didapatkan defek lapang pandang lebih dalam dan lebih dekat ke titik
fiksasi scotoma
19
BAB IV
KESIMPULAN
1. Tampilan klinis NTG merupakan varian lain glaukoma sudut terbuka tetapi
tidak disertai dengan peningkatan TIO.
2. Hubungan faktor resiko antara NTG dengan penyakit lain masih belum
jelas, namun dilaporkan bahwa kejadian NTG sering dikaitkan dengan
penyakit vaskular (diabetes 42,9%, hiperetensi 25%) migrain 1,8%,
vasospasme dan penyakit imun.
3. Manifestasi klinis NTG menyerupai POAG dengan patognomonis splinter
hemorrhage.
4. Faktor resiko lain pada NTG berupa TIO , usia , dan genetik.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Cantor LB, Rapuano CJ, Cioffi GA. Orbit and Ocular Adnexa. In:
Fundamental and Principles of Ophtalmology. BCSC Section 2. American
Academy of Ophtalmology: San Fransisco. 2021. p1-50
2. Rapuano C, Stout J, McCannel C. The Eye. In: Fundamental and Principles of
Ophthalmology. San Fransisco: American Academy of Ophthalmology; 2020.
P 59–64
3. Mi XS, Yuan TF, So KF. The Current Research Status Of Normal Tension
Glaucoma. 2014. Diakses Dari : Www.Dovepress.Com
4. Song BJ, Caprioli J. New directions in the treatment of normal tension
glaucoma. 2014. Diakses dari : http://www.ijo.in
5. Tanna Ap. Normal-Tension Glaucoma. In: Glaucoma Medical Diagnosis &
Therapy. Elsevier Saunders. China. 2015. Pp 378-386
6. Johnson M, McLaren J, Overby D. Unconventional Aqueous Humor Outflow:
A Review. 2017;176(5):139–48.
7. Ning Fan, Junkai Tan, Xuyang Liu. Is “Normal tension Glaucoma”
glaucoma.2019. Diakses dari; www.elsevier.com/locate/mehy
8. George Ay, Yanan Luo, Dominic M. Normal Tension Glaucoma : Prevalence,
etiology and treatment. 2021. Diakses dari :
https://www.peertechzpublications.com
9. HE Killer, A. Pircher. Normal Tension Glaucoma : Review of currett
understanding and mechanisms of the pathogenesis. 2017. Diakses dari :
htpps://doi.org/10.1038/s41433-018-0042-2
10. Fan N, Wang P, Tang L, Liu X. Ocular Blood Flow and Normal Tension
Glaucoma. 2015. Diakses dari : http://dx.doi.org
11. Raghu C. Clinical Update on Normal Tension Glaucoma. 2013. Diakses dari :
Doi : 10.3109/08820538.2013.771202
12. Stamper RL, Lieberman MF, Drake MV. Primary open angle glaucoma. In :
Becker-shaffer’ diagnosis and therapy of the glaucomas. Mosby Elsevier.
China. 2019
21
13. Kamal D, Hitchings R. Normal tension glaucoma a practical approach. Br J
Ophthalmol. 2016. Diakses dari : http://bjo.bmj.com
14. Douglas R. Normal – tension glaucoma (Low – tension glaucoma). 2011.
Diakses dari : Doi : 10.4103/0301-4738.73695
15. Esporcatte BLB, Tavares IM. Normal-tension glaucoma: an update. Arq Bras
Oftalmol. 2016. Diakses dari : http://dx.doi.org/10.5935/0004-2749.2016007
16. Blanco Aa, Wilson Rp, Costa Vp. Chronic Or Primary Open Angle Glaucoma.
In : Handbook Of Glaucoma. Martin Dunitz. Uk. 2002
17. Tham Y, Li X, Wong T, Quigley H, Aung T, Cheng C. Global prevalence of
glaucoma and projections of glaucoma burden through 2040: A systematic
review and meta-analysis. Ophthalmology. 2014;121(11):2081–90
18. Salmon JF. Glaucoma. In: Kanski’s Clinical Ophthalmology. 9th ed. China:
Elsevier; 2020. P 365–367.
19. Allingham RR. Shields’ Textbook of Glaucoma, 6th edition. Clin Exp Optom.
2012;95(2):250–250.
20. Gedde S, Heatly G. Curbside Consultation in Glaucoma. Slack; 2015. P 97-
100
22