Anda di halaman 1dari 14

BAGIAN SMF MATA REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN FEBRUARI 2020


UNIVERSITAS HALU OLEO

PYOGENIC GRANULOMA

Oleh :
Rahmawan Adhy Putra
K1A1 13 128

PEMBIMBING
dr. Melvin Manuel Philips, Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020

1
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa :

Nama : Rahmawan Adhy Putra

NIM : K1A1 13 128

Judul Referat : Pyogenic granuloma

Telah menyelesaikan Referat dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian

Ilmu Penyakit Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo.

Kendari, Februari 2020

Mengetahui,

Pembimbing

dr. Melvin Manuel Philips, Sp.M


PYOGENIC GRANULOMA
Rahmawan Adhy Putra/Melvin manuel Philips

I. PENDAHULUAN
Granuloma piogenik adalah bentuk granulasi polipoid jaringan.
sebagian besar jaringan terdiri dari imatur dan proliferasi dari endotel
vaskular, granuloma piogenik dapat terjadi pada permukaan kulit dan
mukosa. Granuloma piogenik merupakan tumor yang sering disertai
dengan perubahan inflamasi. Granuloma piogenik, meskipun sebagai
bagian dari penyakit dermatologi dan jarang dilaporkan dalam berbagai
literatur ilmu penyakit mata, dan sebagian besar materi yang diterbitkan
dalam bentuk laporan kasus. Hanya satu penelitian serial yang telah
dipublikasikan dan penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk
menentukan mekanisme dan faktor yang mungkin menyebabkan
pembentukan granuloma piogenik, dan menilai hubungan granuloma
dengan penyakit dan sebelum intervensi bedah dilakukan.1
Nama granuloma pyogenik ini sebenarnya keliru, karena kondisi ini
tidak terkait dengan pus dan tidak mewakili gambaran granuloma secara
histologis. Jenis granuloma ini ditemukan pada tahun1 980 , dimana lesi
abnormal ini dianggap timbul akibat gangguan metabolisme protein. Lesi
yang muncul tersebut merupakan jaringan primitif yang menyebabkan
depresi gen di fibroblast yang menghasilkan infeksi virus tipe C .1
Lesi granuloma pyogenik diderita oleh orang - orang di seluruh
dunia tanp aada predileksi ras khusus. Perempuan jauh lebih rentan
dibandingkan laki- laki karena perubahan hormonal yang terjadi selama
pubertas, kehamilan, dan menopause. 1
II. ANATOMI

Gambar 1. Struktur mata manusia2

a. Lapisan Mata Luar (Tunika Fibrosa Bulbi)

- Kornea mempunyai lima lapisan yang berbeda-beda: lapisan epitel


(yang berbatasan dengan epitel konjungtiva bulbaris), lapisan
Bowman, stroma, membran Descement dan lapisan endotel. Lapisan
epitel mempunyai lima atau enam lapis sel (sangat melengkung,
jernih seperti kaca).2
- Sklera (sedikit melengkung, tidak tembus pandang, berwarna
putih).Sklera adalah pembungkus fibrosa pelindung mata dibagian
luar, yang hampir seluruhnya terdiri atas kolagen. Jaringan ini padat
dan berwarna putih serta berbatasan dengan kornea di sebelah
anterior dan duramater nervus optikus di posterior.2
b. Lapisan Mata Tengah (Tunika Vaskulosa Bulbi)
Traktus uvealis merupakan lapisan yang terdiri atas iris, corpus
ciliare, dan koroid. Bagian ini merupakan lapisan vaskular tengah mata
dan dilindungi oleh kornea dan sklera, struktur ini ikut mendarahi retina.
Iris adalah perpanjangan corpus ciliare ke anterior. Iris berupa
permukaan pipih dengan apertura bulat di tengah, yaitu pupil. Iris terletak
bersambungan dengan permukaan anterior lensa, memisahkan bilik mata
depan dari bilik mata belakang yang masing-masing berisi aqueous
humor. Di dalam stroma iris terdapat sfingter dan otot-otot dilator yang
dipersarafi parasimpatis. Kedua lapisan berpigmen pekat pada
permukaan posterior iris merupakan perluasan neuroretina dan lapisan
epitel pigmen retina ke arah anterior.2
Corpus ciliare, yang secara kasar berbentuk segitiga pada potongan
melintang, membentang ke depan dari ujung anterior koroid ke pangkal
iris (sekitar 9 mm). Corpus ciliare terdiri atas zona anterior yang
berombak-ombak, pars plicata (2 mm), dan zona posterior yang datar,
pars plana (4 mm). Koroid adalah segmen posterior uvea, di antara retina
dan sklera. Koroid tersusun atas tiga lapisan pembuluh darah koroid,
yaitu pembuluh darah besar, sedang dan kecil. Semakin dalam pembuluh
darah terletak di dalam koroid, semakin lebar lumennya.2

Gambar 2. Lapisan Koroid2

c. Lapisan Mata Dalam (Tunica Nervosa Bulbi)


Lapisan ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam
dan mempunyai susunan lapis sebanyak 13 lapis yang merupakan lapis
membran neurosensoris yang akan merubah sinar menjadi rangsangan
pada saraf optik dan diteruskan ke otak.2
Retina merupakan membran yang tipis, halus, tidak berwarna dan
tembus pandang. Yang terlihat merah pada fundus adalah warna koroid.
Retina ini terdiri dari macam-macam jaringan, jaringan saraf dan jaringan
pengokoh yang terdiri dari serat-serat Mueller, membrana limitans
interna dan eksterna serta sel-sel glia.
Lapisan-lapisannya dari dalam ke luar terdiri dari :
- Membrana limitans interna
- Lapisan-lapisan serabut saraf (axon dari sel-sel ganglion)
- Lapisan sel-sel ganglion
- Lapisan plexiform dalam
- Lapisan nuclear dalam (nucleus dari sel bipoler)
- Lapisan plexiform luar
- Lapisan nuclear luar (nucleus dari batang dan kerucut)

- Membrana limitans eksterna


- Lapisan batang dan kerucut (alat-alat untuk melihat, penerima
cahaya)
- Lapisan epitel pigmen

d. Anatomi dan Fisiologi Konjungtiva


Konjungtiva merupakan lapisan terluar dari mata yang terdiri dari
membran mukosa tipis yang melapisi kelopak mata, kemudian melengkung
melapisi permukaan bola mata dan berakhir pada daerah transparan pada mata yaitu
kornea. Secara anatomi, konjungtiva dibagi atas 2 bagian yaitu konjungtiva
palpebra dan konjungtiva bulbaris. Namun, secara letak areanya, konjungtiva
dibagi menjadi 6 area yaitu area marginal, tarsal, orbital, forniks, bulbar dan limbal.
Konjungtiva bersambungan dengan kulit pada tepi kelopak (persambungan
mukokutan) dan dengan epitel kornea pada limbus.3
Pada konjungtiva palpebra, terdapat dua lapisan epithelium dan menebal
secara bertahap dari forniks ke limbus dengan membentuk epithelium berlapis
tanpa keratinisasi pada daerah marginal kornea. Konjungtiva palpebralis terdiri dari
epitel berlapis tanpa keratinisasi yang lebih tipis. Dibawah epitel tersebut terdapat
lapisan adenoid yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdiri dari leukosit.
Konjungtiva palpebralis melekat kuat pada tarsus, sedangkan bagian bulbar
bergerak secara bebas pada sklera kecuali yang dekat pada daerah kornea.3
Aliran darah konjungtiva berasal dari arteri siliaris anterior dan arteri
palpebralis. Kedua arteri ini beranastomosis bebas dan bersama dengan banyak
vena konjungtiva yang umumnya mengikuti pola arterinya membentuk jaring-
jaring vaskuler konjungtiva yang banyak sekali. Pembuluh limfe konjungtiva
tersusun dalam lapisan superfisial dan lapisan profundus dan bersambung dengan
pembuluh limfe palpebra hingga membentuk pleksus limfatikus yang banyak.
Konjungtiva menerima persarafan dari percabangan pertama (oftalmik) nervus
trigeminus. Saraf ini hanya relatif sedikit mempunyai serat nyeri.
Fungsi dari konjungtiva adalah memproduksi air mata, menyediakan
kebutuhan oksigen ke kornea ketika mata sedang terbuka dan melindungi mata
dengan mekanisme pertahanan nonspesifik yang berupa barier epitel, aktivitas
lakrimasi, dan menyuplai darah. Selain itu, terdapat pertahanan spesifik berupa
mekanisme imunologis seperti sel mast, leukosit, adanya jaringan limfoid pada
mukosa tersebut dan antibodi dalam bentuk IgA.3 Pada konjungtiva terdapat
beberapa jenis kelenjar yang dibagi menjadi dua grup besar yaitu:
1. Penghasil musin
a. Sel goblet; terletak dibawah epitel dan paling banyak ditemukan pada daerah
inferonasal.
b. Crypts of Henle; terletak sepanjang sepertiga atas dari konjungtiva tarsalis
superior dan sepanjang sepertiga bawah dari konjungtiva tarsalis inferior.
c. Kelenjar Manz; mengelilingi daerah limbus.

2. Kelenjar asesoris lakrimalis.


Kelenjar asesoris ini termasuk kelenjar Krause dan kelenjar Wolfring. Kedua
kelenjar ini terletak dalam dibawah substansi propria. Pada sakus konjungtiva tidak
pernah bebas dari mikroorganisme namun karena suhunya yang cukup rendah,
evaporasi dari cairan lakrimal dan suplai darah yang rendah menyebabkan bakteri
kurang mampu berkembang biak. Selain itu, air mata bukan merupakan medium
yang baik.
III. DEFINISI
Granuloma piogenik adalah tumor jinak pada mukosa yang terjadi pada
hemangioma yang tidak aktif. Tidak ada pus, tidak ada giant sel. Bisa terjadi
karena trauma minor, kalazion yang parah, post operasi jaringan granulasi. Adanya
pedunkel yang bewarna merah, dan lesi yang halus. Nama granuloma pyogenik ini
sebenarnya keliru, karena kondisi ini tidak terkait dengan pus dan tidak mewakili
gambaran granuloma secara histologis.3

IV. ETIOLOGI DAN PATOGENESIS


Granuloma piogenik pertama kali ditemukan pada manusia oleh Poncet dan
Dor (1987), mereka berpendapat bahwa granuloma piogenik disebabkan oleh
organisme jamur, namun beberapa peneliti berpendapat bahwa granuloma piogenik
merupakan bentuk dari jaringan granulasi yang disebabkan oleh invasi bakteri
piogenik setelah disrupsi dari permukaan endotel akibat trauma minor. Akan tetapi,
meskipun bakteri kadang dapat ditemukan pada gambaran mikroskopik dari
granuloma piogenik, sekarang telah diterima secara umum oleh peneliti bahwa
granuloma piogenik merupakan penyakit non infeksius. lesi ini sebenarnya
merupakan hemangioma yang terdiri dari stroma vaskular longgar yang telah
diinfiltrasi oleh sel-sel inflamasi akut dan kronis.6
Penyebab granuloma pyogenik belum di ketahui dengan pasti tetapi sering di
kaitkan dengan riwayat trauma, trauma pada luka konjungtiva post operasi
khalazion, pterigium, dan benda asing.3

V. DIAGNOSIS

1. Anamnesis
- Pasien mengeluh atau merasakan adanya masa
- iritasi serta mata merah yang berlangsung bisa berminggu – minggu atau tahun tetapi
paling sering dalam bulanan
- Visual hanya akan terganggu pada fase akhir dimana aksis visual juga sudah terganggu.2

2. Pemeriksaan fisik
Didapatkan gambaran klinik dari granuloma berupa papul atau nodul vaskuler,
lunak, warna kemerahan, terlihat seperti daging mentah, mudah berdarah jika kena trauma
ringan. Permukaan lesi awalnya tipis/halus dengan epidermis yang utuh, tidak ada
pulsasi,dan tidak sakit.
Predileksi Granuloma pyogenic dapat terjadi diseluruh tubuh yang mengandung
mukosa begitu juga dengan mata yang banyak mengandung mukosa, bagian mata yang
bisa menjadi predileksi granuloma pyogenic adalah korne, limbus, palpebra atau
konjungtiva bulbar, namun lokasi yang paling sering terkena adalah konjungtiva 44 %,
Canthus 13%, Socket 13%, Palpebra 11%, Saccus Lacrimalis 7%, Limbus 2% .1,6

Gambar 2. Granuloma pyogenic pada Konjungtiva.9

Gambar 2. Granuloma pyogenic pada Sklera.4


Gambar 3. Granuloma pyogenic pada Palpebra.6

Gambar 4. Granuloma pyogenic pada kornea.7


3. Pemeriksaan diagnostik mata secara umum.2
a) Snellen chart
Untuk mengetahui apakan sudah ada gangguan ketajaman penglihatan yang
disebabkan oleh kerusakan kornea, lensa, Aqueus atau vitreus
b) Tonografi
Mengkaji tekanan intraokuler (TIO) (normal 12 – 20 mmHg)
c) Oftalmoskopi
Mengkaji struktur internal okuler , Mencatat atrofi lempeng optic, papiledema,
perdarahan retina dan mikroanurisme.
d) Pemeriksaan darah lengkap
LED untuk menunjukan anemia sistemik atau adanya infeksi.
4. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Histopatologi
Untuk menentukan apakah tumor merupakan suatu keganasan atau jinak
Gambar 5. A. Tampak epitel polypoid dengan gambar seperti jamur, B. Tampak gambaran
kumpulan sel – sela inflamatory dan granulasi.5,10
b) Pemeriksaan radiologik
Untuk melihat ukuran rongga orbita, terjadi kerusakan tulang, terdapat perkapuran
pada tumor dan kelainan foramen optik
c) Pemeriksaan Ultrasonografi
Untuk mendapatkan kesan bentuk tumor, Konsistensi tumor, teraturnya susunan tumor
dan adanya infiltrasi tumor
d) CT – scan
Deteksi adanya vaskularisasi pada tumor dan terjadinya perkapuran pada tumor
e) Arteriografi
Untuk melihat besar tumor yang mengakibatkan bergesernya pembuluh darah
disekitar tumor dan deteksi adanya oembulih darah dalam tumor.
VI. Penatalaksanaan

Granuloma kadang memberikan respon terhadap kortikosteroid topikal, tetapi banyak kasus
yang harus dilakukan tindakan eksisi dengan dasar yang dibersihkan.3

Gambar 6. Pre dan post op granuloma pyogenic.8


DAFTAR PUSTAKA

1. Al-Towerki, Abdulelah A. 2016. Pyogenic franuloma. Saudi Arabia : King


Khaled eye specialist hospital.
2. Vaughan, Asbury. 2015. Oftalmologi Umum, edisi ke-17. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC
2. Squire, LR., et all. 2008. Fundamental Neuroscienc 3rd Edition. Canada :
Elsevier

3. Rares, LM. 2013. Granuloma konjungtiva tarsalis inferior okuli sinistra.


Poliklinik Mata RSU Prof. dr. R.D. Kandou
4. David A. Ramirez. 2019. Pyogenic granuloma. University of IOWA
health care
5. Ferry, Andrew P. Pyogenic granulomas of the eye and ocular adnexa: A
Study of 100 Cases
6. Jonathan C. 1990. Pyogenic Granuloma of the palpebral conjungtiva
associated with contact lens wear. Washington, DC: Georgetown Medical
Center.
7. Abateneh, A. 2014. Corneal pyogenic granuloma: Rare complication of
infectious keratitis. Ethiopia: College of Public Health adn Medical
Sciences, Jimma University.
8. Shubhangi, N. 2014. Pyogenic granuloma: Post operative complication of
pterygium. India: Department of Ophtamology, rural Medical college.
9. Damasceno, EF. 2009. Ilmu Penyakit Mata UGM. Brazil : Departemen
Mata Rumah sakit universitas clementino.
10. DePotter P, Tardio DJ, Shields CL, et al.2016. Pyogenic granuloma of the
cornea after penetrating keratoplasty. https://entokey.com/vascular-
tumors-and-related-lesions-of-the-conjunctiva
33

Anda mungkin juga menyukai