Anda di halaman 1dari 33

REFERAT

ENDOFTALMITIS

Oleh:
Hanifah Rahmania
1518012178

PRECEPTOR:
dr. Yuda Saputra, Sp. M

SMF ILMU PENYAKIT MATA


RUMAH SAKIT UMUM JENDRAL AHMAD YANI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Endoftalmitis merupakan kejadian yang jarang namun merupakan


komplikasi yang membahayakan. Endoftalmitis sering terjadi setelah
trauma pada mata termasuk setelah dilakukannya operasi mata yang
merupakan faktor resiko masuknya mikroorganisme ke dalam mata.
Mikroorganisme ini menyebabkan infeksi intraokuler yang disebut
endoftalmitis.1

Diagnosis endoftalmitis selalu berdasarkan kondisi klinis. Biasanya


ditandai dengan edema palpebra, kongesti konjungtiva, dan hipopion atau
eksudat pada COA. Visus menurun bahkan dapat menjadi hilang.
Prognosis penglihatan menjadi jelek pada pasien-pasien dengan
endoftalmitis.1

Karena hasil pengobatan akhir sangat tergantung pada diagnosis awal,


maka penting untuk melakukan diagnosis sedini mungkin. Penelitian
tentang endoftalmitis pada beberapa tahun terakhir telah menunjukkan
beberapa cara sebagai profilaksis terjadinya endoftalmitis.1

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui anatomi bola
mata, definisi, epidemiologi, etiologi, klasifikasi, patogenesis, manifestasi
klinis, pemeriksaan fisik, pemeriksan penunjang, diagnosis, diagnosis
banding, tatalaksana, komplikasi, dan prognosis dari endoftalmitis.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Bola Mata

2.1.1 Konjungtiva

Konjungtiva merupakan membran mukosa tipis dan transparan


yang melapisi bagian yang paling anterior dari sklera dan melapisi
permukaan bagian dalam kelopak mata. Konjungtiva dibagi
menjadi daerah limbal, bulbar, forniks, dan palpebra. Sel yang
terkait dengan konjungtiva adalah sel goblet yang menghasilkan
lendir dan kelenjar yaitu kelenjar konjungtiva (Krause) dan
kelenjar lakrimal aksesorius (Wolfring). Kelenjar konjungtiva
(Krause) terkonsentrasi di forniks atas, sedangkan kelenjar lakrimal
aksesorius (Wolfring) berhubungan dengan tarsus. 2

2.1.2 Kelopak Mata

Kelopak mata (palpebra) dirancang untuk melindungi, memelihara,


dan mempertahankan kornea dan sklera anterior. Secara anatomis,
kelopak mata dibagi menjadi 2 lamela, anterior dan posterior, yang
dibatasi oleh linea alba. Lamela anterior terdiri dari epitel dan otot
orbicularis oculi, sedangkan tarsus dan konjungtiva palpebra
membentuk lamela posterior.2

Gambar 1. Anatomi konjungtiva dan kelopak mata

2.1.3 Tunika Fibrosa

3
1. Sklera

Sklera adalah jaringan fibrosa padat yang membentuk lapisan


terluar mata. Sklera melindungi mata dan memberikan tempat
perlekatan otot ekstraokuler. Pada daerah posterior, bagian
sklera yang berlubang akan dilewati oleh saraf optik di lamina
cribrosa.2

Ketebalan sklera tidak seragam. Pada daerah anterior, ketebalan


sklera adalah 0,6 mm; 0,3mm pada tempat melekatnya otot
rektus; 0,5mm pada ekuator bola mata dan 1,0 mm pada kutub
posterior. Secara eksternal, sklera ditutupi oleh episklera, yang
berisi pembuluh episklera dan pleksus anterior serta posterior.2

Iri
s

Gambar 2. Gambaran luar dari sklera, kornea, iris dan pupil

2. Kornea

Kornea merupakan lapisan yang jernih dan transparan yang


berada di bagian depan mata. Kornea merupakan media
refraksi utama pada bola mata. Lapisan kornea merupakan
lapiran avaskular yang terdiri dari 5 lapis.2

a.
Lapisan epitel merupakan lapisan yang tersusun atas epitel
skuamosa bertingkat non-keratinosa (5-6 lapis sel). Lapisan
ini memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap beberapa
serabut akhir saraf dan memiliki kemampuan regenerasi
yang baik.

4
b.
Membran Bowman merupakan membran yang astruktural
dan aselular.

c.
Stroma membentuk 90% dari total ketebalan kornea.
Jaringan ikat penyusun lapisan ini membentuk struktur
yang saling menyilang dengan sudut 90o. Jaringan ikat pada
stroma merupakan fibrin tipe I, III, V, dan VII serta jaringan
ikat kolagen.

d.
Membran Descement merupakan lapisan astruktural,
homogen dan memiliki ketebalan sekitar 3-12 mikron.
Lapisan ini tersusun atas zona band anterior dan zona non-
band posterior. Membran Descement kaya akan jaringan
ikat kolagen tipe IV.

e.
Endothelium merupakan satu lapis sel kuboid dan
hexagonal simpleks yang tersusun pada permukaan bagian
dalam kornea. Endothelium terbentuk dari sel ke stroma.
Karena kornea merupakan struktur avaskular maka untuk
nutrisi kornea berasal dari difusi pada lapisan endothelium.

Gambar 3. Lapisan kornea

2.1.4 Tunika Vaskulosa (Uvea)

5
Tunika vaskulosa disebut juga sebagai uvea, lapis uvea, atau
traktus uvea Uvea merupakan lapis berpigmen dilapis kedua dari
tiga lapis pembungkus bola mata.
Uvea terdiri atas 3 bagian :
1. Iris
2. Badan siliar (pars plana)
3. Koroid.

Secara klinis, uvea terbagi dua yaitu uvea anterior (iris dan badan
siliar) dan uvea posterior (koroid) .

Uvea mempunyai fungsi :

- Memberi nutrisi dan pengaturan gas, badan siliar langsung


memberikan makanan p ada retina sebelah dalam, lensa dan
kornea.

- Menyerap sinar, melindungi mata dari pantulan sinar dalam bola


mata.

- Badan siliar berperan dalam akomodasi yang diatur saraf


autonom

Uvea juga berfungsi dalam memberikan gejala pada keadaan


penyakit mata tertentu :
- Midriasis pada trauma, glaukoma dan obat midriatik.

- Misosis pada uveitis

Traktus uvealis merupakan lapisan vaskuler tengah mata dan


dilindungi oleh kornea dan sclera. Struktur ini ikut mendarahi retina.

6
Gambar 4. Anatomi uvea

1. Iris

Iris merupakan bagian paling anterior dari uvea. Memiliki


apertura sentralis dan membentuk pupil. Pada daerah perifer,
iris melekat pada badan siliar, dan pada bagian anterior,
bersandar terhadap permukaan anterior lensa, sehingga
memisahkan ruang anterior dari ruang posterior. Permukaan
anterior tidak teratur dengan kriptus dan alur-alur, sedangkan
pada bagian posterior, permukaan menunjukkan alur dangkal
dan warna hitam seragam karena 2 lapisan epitel berpigmen.2

Iris memiliki otot sfingter dan dilator pupil. Otot sfingter pupil
terletak sebagai cincin halus pada margin pupil dan disuplai
oleh serabut parasimpatis dari nervus kranial III. Otot dilator
pupil tipis dan berorientasi radial, otot ini diinervasi oleh saraf
simpatis.2

2. Badan Siliar

Korpus siliaris (badan siliar) merupakan susunan otot


melingkar dan mempunyai sistem eksresi dibelakang limbus.
Badan siliar dimulai dari pangkal iris ke belakang sampai

7
koroid terdiri atas otot-otot siliar dan prosesus siliaris. Otot-
otot siliar berfungsi untuk akomodasi.

Badan siliar berbentuk cincin yang terdapat di sebelah dalam


dari tempat tepi kornea melekat di sklera. Badan siliar
merupakan bagian uvea yang terletak antara iris dan koroid.
Badan siliar menghasilkan humor akuos. Humor akuos ini
sangat menentukan tekanan bola mata (tekanan intraokular =
TIO). Humor akuos mengalir melalui kamera okuli posterior
ke kamera okuli anterior melalui pupil, kemudian ke angulus
iridokornealis, kemudian melewait trabekulum meshwork
menuju canalis Schlemm, selanjutnya menuju kanalis kolektor
masuk ke dalam vena episklera untuk kembali ke jantung.

Badan siliar terdiri atas zona anterior yang berombak-ombak,


pars plicata (2 mm), dan zona posterior yang datar, pars plana
(4 mm). Processus ciliaris berasal dari pars plicata. Processus
ciliaris ini terutama terbentuk dari kapiler dan vena yang
bermuara ke vena-vena verticosa. Kapiler-kapilernya besar dan
berlubang-lubang sehingga membocorkan fluoresin yang
disuntikkan secara intravena.

3. Koroid

Koroid merupakan membran berbentuk spons berwarna coklat


dengan pleksus vena yang luas, yang memiliki 4 lapisan
berikut:2

a. Lapisan epikoroid menjembatani ruang antara sklera dan


koroid.

b. Lapisan pembuluh darah membentuk sebagian besar lapisan


koroid dan mengandung melanosit.

8
c. Koriokapilaris adalah lapisan kapiler dilapisi oleh
endothelium fenestratum tipe II yang memasok nutrisi ke
bagian luar retina.

d. Membran Bruch adalah membran mengkilap dan homogen


yang terletak di antara koriokapilaris dan retina.

2.1.5 Lensa

Lensa adalah struktur kristal, cembung pada kedua sisi, dan


ditutupi oleh kapsul lensa. Lensa melekat pada serat zonula yang
menempel ke badan siliar sebagai ligamentum suspensorium.
Lensa bersifat avaskular dan nutrisi untuk lensa berasal dari
aqueous humor. Lensa bersifat elastis dan transparan.2

Gambar 5. Anatomi lensa

2.1.6 Kamera Okuli

Ruang anterior atau kamera okuli anterior adalah ruang yang pada
bagian anterior dibatasi oleh kornea lapisan endothelium, dan
bagian posterior dibatasi oleh iris pars anterior. Kamera okuli
anterior melingkar dengan batas lateral dari ruang anterior
ditempati oleh trabecular meshwork, dimana humor aqueous di
drainase ke dalam sinus vena skleral (kanal Schlemm).2

Ruang posterior atau kamera okuli posterior dibatasi pada daerah


anterior oleh iris pars posterior, bagian posterior dibatasi oleh serat

9
lensa dan zonula, pada bagian perifer dibatasi oleh prosesus
siliaris.2

Gambar 6. Anatomi kamera okuli anterior dan kamera okuli posterior

Gambar 7. Gambaran kamera okuli, kanal Schlemm dan

trabecular meshwork

2.1.7 Aqueous Humor

Aqueous humor adalah cairan yang mengisi kedua kamera okuli


anterior dan posterior mata. Aqueous humor disekresi sebagian
oleh epitel silia dan sebagian oleh difusi dari kapiler dalam
prosesus siliaris. Aqueous humor mengandung bahan plasma darah
diffusable namun memiliki kandungan protein yang rendah.2

2.1.8 Sinus Venous Sklera

10
Sinus vena skleral, atau kanal Schlemm, adalah pembuluh darah
melingkar mengelilingi mata. Kanal ini dibatasi oleh endothelium
dan fungsinya adalah untuk mengalirkan aquoeous humor.2

2.1.9 Trabekula Meshwork

Trabecular meshwork adalah jaringan seperti spons yang berada


disela antara kamera okuli anterior dan sinus vena skleral.
Trabekula yang terdiri dari inti serat kolagen yang ditutupi oleh
endothelium.2

2.1.10 Badan Vitreous

Badan vitreous adalah gel transparan dan jernih yang mengisi


ruang antara retina dan lensa yang melekat ke retina. Fungsinya
adalah untuk mempertahankan bentuk dan turgor mata serta untuk
memungkinkan lewatnya sinar cahaya ke retina.2

Gambar 8. Badan Vitreous

2.1.11 Retina

Retina adalah lapisan terdalam dari bola mata, yang terdiri dari sel-
sel fotoreseptor, di kutub posterior, depresi dangkal disebut fovea
sentralis. Daerah ini adalah titik ketajaman visual terbesar. Daerah
ini terdiri dari hanya sel kerucut. Sekitar fovea merupakan daerah
yang mengandung pigmen kuning disebut macula lutea.2

Lapisan retina adalah sebagai berikut:2

11
1. Epitel pigmen (lapisan yang paling dekat ke lapisan koroid)
2. Lapisan sel batang dan kerucut
3. Membran limitans eksterna
4. Lapisan nuklear eksterna
5. Lapisan plexiform eksterna
6. Lapisan nuklear interna
7. Lapisan plexiform interna
8. Lapisan sel ganglion
9. Lapisan serat saraf optik
10. Membran limitans internal (lapisan yang paling dekat dengan
tubuh vitreous)

Gambar 9. Lapisan retina

2.2 Definisi Endoftalmitis

Endoftalmitis merupakan peradangan supuratif di bagian dalam bola mata


yang meliputi uvea, vitreus dan retina dengan aliran eksudat ke dalam
kamera okuli anterior dan kamera okuli posterior. Peradangan supuratif ini
juga dapat membentuk abses di dalam badan kaca.4

12
Gambar 10. Endoftalmitis

2.3 Epidemiologi

Endoftalmitis endogen jarang terjadi, hanya terjadi pada 2-15% dari semua
kasus endoftalmitis. Kejadian rata-rata tahunan adalah sekitar 5 per 10.000
pasien yang dirawat. Dalam beberapa kasus, mata kanan dua kali lebih
mungkin terinfeksi sebagai mata kiri, mungkin karena lokasinya yang
lebih proksimal untuk mengarahkan aliran darah ke arteri karotid kanan.
Sebagian besar kasus endoftalmitis eksogen (sekitar 60%) terjadi setelah
operasi intraokular. Ketika operasi merupakan penyebab timbulnya
infeksi, endoftalmitis biasanya dimulai dalam waktu 1 minggu setelah
operasi.

Di Amerika Serikat, endoftalmitis post operasi katarak merupakan bentuk


yang paling umum, dengan persentase 0,1-0,3% yang telah meningkat
selama beberapa tahun terakhir. Walaupun ini adalah persentase kecil,
sejumlah besar operasi katarak yang dilakukan setiap tahun
memungkinkan untuk terjadinya infeksi ini lebih tinggi.

Endoftalmitis post-trauma terjadi pada 4-13% dari semua cedera penetrasi


okular. Insiden endoftalmitis dengan cedera yang menyebabkan perforasi
pada bola mata di pedesaan lebih tinggi bila dibandingkan dengan daerah
perkotaan. Keterlambatan dalam perbaikan luka tembus pada bola mata
berkorelasi dengan peningkatan resiko berkembangnya endoftalmitis.

13
Kejadian endoftalmitis yang disebabkan oleh benda asing intraokular
adalah 7-31%.3

2.4 Etiologi

Berdasarkan penyebabnya, endoftalmitis dapat dibedakan menjadi


endoftalmitis yang disebabkan oleh infeksi dan endoftalmitis yang
disebabkan oleh imunologis atau autoimun (non infeksi).3

Endoftalmitis yang disebabkan oleh infeksi dapat dibagi menjadi


endoftalmitis endogen dan endoftalmitis eksogen. Endoftalmitis endogen
diakibatkan oleh penyebaran bakteri, jamur ataupun parasit dari fokus
infeksi yang terdapat di dalam tubuh, yang menyebar secara hematogen
ataupun akibat penyakit sistemik lainnya, seperti endokarditis.3

Endoftalmitis eksogen terjadi akibat trauma tembus bola mata atau adanya
infeksi sekunder akibat komplikasi yang terjadi pada tindakan membuka
bola mata dan reaksi terhadap benda asing.3 Endoftalmitis fakoanafilaktik
adalah suatu penyakit autoimun terhadap jaringan tubuh sendiri yang
diakibatkan jaringan tubuh tidak mengenali jaringan lensa yang tidak
terletak didalam kapsul. 3

Berdasarkan masa inkubasi mikroorganismenya, penyebab endoftalmitis


dibagi atas:1,5,6

1. Bakteri Post Operasi

a. Akut

Endoftalmitis terjadi 1-42 hari setelah operasi

- Staphylococcus epidermidis

- Staphylococcus aureus

- Bakteri gram negatif : Pseudomonas, Proteus, Escherichia coli


dan Miscellaneous (Serratia, Klebsiella, Bacillus)

14
- Streptococcus sp

b. Kronis

Endoftalmitis terjadi 6 minggu 2 tahun setelah operasi

- Staphylococcus epidermidis

- Propionibacterium acnes

2. Bakteri Post Trauma

- Bacillus cereus

- Staphylococcal sp

- Streptococcal sp

3. Bakteri Endogen

- Streptococcus sp (pneumococcus, viridens)

- Staphylococcal sp

4. Fungal Post Operatif

- Volutella

- Neurospora

- Fusarium

- Candida

5. Fungal Endogen

- Candida

6. Fungal Trauma

- Fusarium

- AspergilusJ

2.5 Patofisiologi Endoftalmitis

15
Dalam keadaan normal, sawar darah-mata (blood-ocular barrier)
memberikan ketahanan alami terhadap serangan dari mikroorganisme.
Dalam endoftalmitis endogen, mikroorganisme yang melalui darah
menembus sawar darah mata baik oleh invasi langsung (misalnya, emboli
septik) atau oleh perubahan dalam endotelium vaskular yang disebabkan
oleh substrat yang dilepaskan selama infeksi. Kerusakan jaringan
intraokular dapat juga disebabkan oleh invasi langsung oleh
mikroorganisme dan atau dari mediator inflamasi dari respon kekebalan.
Hal ini terjadi ketika mikroorganisme dalam aliran darah masuk ke mata,
melewati sawar darah retina, dan menginfeksi jaringan okular. Karena
aliran darah yang lebih tinggi, koroid dan corpus ciliaris adalah fokus
utama infeksi pada mata dengan keterlibatan hal sekunder yaitu retina dan
vitreous.5

Endoftalmitis dapat terlihat nodul putih yang halus pada kapsul lensa, iris,
retina, atau koroid. Hal ini juga dapat timbul pada peradangan semua
jaringan okular, mengarah kepada eksudat purulen yang memenuhi bola
mata. Selain itu, peradangan dapat menyebar ke jaringan lunak orbital.
Setiap prosedur operasi yang mengganggu integritas bola mata dapat
menyebabkan endoftalmitis eksogen.5

Secara historis, pengobatan endoftalmitis eksogen adalah terutama terdiri


dari antibiotik intravena,1 Namun demikian, antibiotik sistemik diberikan
paling tidak cukup untuk mencapai intraokular dengan konsentrasi tinggi
terutama pengobatan infeksi intraokular berat seperti endoftalmitis. Cara
yang lebih efektif untuk mencapai konsentrasi tinggi dari zat antimikroba
dalam mata dan jaringan yang terinfeksi adalah aplikasi obat intravitreal.
Oleh karena itu, injeksi intravitreal antibiotik telah menjadi metode utama
dalam pengobatan eksogen endoftalmitis.5

2.6 Klasifikasi Endoftalmitis


2.6.1 Endoftalmitis Eksogen
1. Endoftalmitis Akut Pasca Bedah Katarak

16
Merupakan bentuk yang paling sering dari endoftalmitis, dan
hampir selalu disebabkan oleh infeksi bakteri. Tanda-tanda
infeksi dapat muncul dalam waktu satu sampai dengan enam
minggu dari operasi. Namun, dalam 75-80% kasus muncul di
minggu pertama pasca operasi. Sekitar 56-90% dari bakteri
yang menyebabkan endoftalmitis akut adalah gram positif,
dimana yang paling sering adalah Staphylococcus epidermidis,
Staphylococcus aureus dan Streptococcus. Pada pasien dengan
endoftalmitis akut pasca operasi biasa ditemui Injeksi silier,
hilangnya reflek fundus, hipopion, pembengkakan kelopak
mata, fotofobia, penurunan visus dan kekeruhan vitreus.6

Gambar 11. Endoftalmitis Akut Pasca Bedah Katarak

2. Endoftalmitis Pseudofaki Kronik


Endoftalmitis pseudofaki kronik biasanya berkembang empat
minggu hingga enam minggu. Biasanya, keluhan pasien ringan
dengan tanda-tanda mata merah, penurunan ketajaman visus dan
adanya fotofobia. Sedangkan tanda-tanda yang dapat ditemui yaitu
adanya eksudat serosa dan fibrinous dari berbagai derajat dapat
diamati, dihubungkan dengan adanya hipopion dan tanda-tanda
moderat dari kekeruhan dan opacity dalam vitreous body.
Salah satu yang khas dari endoftalmitis pseudofaki kronik adalah
adanya plak kapsul putih dan secara proporsional tingkat

17
kekeruhan badan vitreous yang lebih rendah dibandingkan dengan
endoftalmitis akut. Hal ini dianggap bahwa penyebab endoftalmitis
pseudofaki kronik adalah adanya beberapa bakteri yang memiliki
virulensi rendah, dengan tanda-tanda inflamasi yang berjalan
lambat. Frekuensi paling sering yang menjadi penyebab dari
endoftalmitis kronik adalah Propionibacterium acnes dan
Corynebacterium species.7

Gambar 12. Endoftalmitis Pseudofaki Kronik

4. Endoftalmitis Pasca Operasi Filtrasi Antiglaukoma


Diantara semua kasus endoftalmitis pasca operasi, komplikasi ini
terjadi pasca operasi filtrasi antiglaukoma yang terjadi sebanyak
10% dari kasus. Dari total jumlah kasus dengan operasi filtrasi
antiglaukoma, endoftalmitis terjadi dalam persentase yang sama
seperti pad katarak (0,1%).

Trabeculectomy dan trepanotrabeculectomy, sebagai metode yang


tersering, membentuk filtrasi fistula yang mengarahkan cairan ke
ruang bawah konjungtiva. Akumulasi cairan ini memungkinkan
menjadi tempat peradangan yang dapat disebabkan oleh inokulasi
bakteri selama operasi, atau bisa terjadi selama periode pasca
operasi. Tanda-tanda endoftalmitis muncul empat minggu setelah
operasi pada 19% pasien, atau bahkan kemudian dalam sebagian
besar kasus. Infeksi juga dapat terjadi satu tahun berikutnya setelah
operasi. Manfestasi klinis yang terjadi sangat mirip dengan salah
satu endoftalmitis akut dengan tanda-tanda kumpulan pus di

18
tempat akumulasi cairan dan kerusakan nekrotik dari sclera
sebagai konsekuensi dari efek toksik. Bakteri penyebab paling
umum adalah jenis Streptococcus dan Staphylococcus aureus,
disamping itu Haemophilus influenza juga menjadi salah satu
penyebabnya.8

Gambar 13. Endoftalmitis pasca trabekulektomi

5. Endoftalmitis Pasca Trauma


Setelah terjadinya cedera mata, endoftalmitis terjadi dalam
persentase tinggi (20%), terutama jika cedera ini terkait dengan
adanya benda asing intraokular. Dengan temuan klinis berupa luka
perforasi, infeksi berkembang sangat cepat. Tanda-tanda infeksi
biasanya berkembang segera setelah cedera, tapi biasanya diikuti
oleh reaksi post-traumatik jaringan mata yang rusak. Informasi
yang sangat penting dalam anamnesis adalah apakah pasien berasal
dari lingkungan pedesaan atau perkotaan, cedera di lingkungan
pedesaan lebih sering diikuti oleh endoftalmitis (30%)

Dibandingkan dengan pasien dari lingkungan perkotaan. (11%).


Secara klinis, endoftalmitis pasca-trauma ditandai dengan rasa
sakit, hiperemi ciliaris, gambaran hipopion dan kekeruhan pada
vitreous body. Dalam kasus endoftalmitis pasca-trauma, agen
causatif paling umum adalah bakteri dari kelompok Bacillus dan
Staphylococcus.

Pada endoftalmitis post-traumatik, khususnya dengan masuknya


benda asing, sangat penting untuk dilakukan vitrekomi sesegera

19
mungkin, dengan membuang benda asing intraokular dan aplikasi
terapi antibiotik yang tepat.9

Gambar 14. Endoftalmitis pasca trauma

6. Endoftalmitis Endogen
Pada bentuk endoftalmitis ini tidak ada riwayat operasi mata
ataupun trauma mata. Biasanya ada beberapa penyakit sistemik
yang mempengaruhi, baik melalui penurunan mekanisme
pertahanan host atau adanya fokus sebagai tempat potensial
terjadinya infeksi. Dalam kelompok ini penyebab tersering adalah;
adanya septicaemia, pasien dengan imunitas lemah, penggunaan
kateter dan kanula intravena kronis. Agen bakteri yang biasanya
menyebabkan endoftalmitis endogen adalah Staphylococcus
aureus, Escherichia coli dan spesies Streptococcus. Namun, agen
yang paling sering menyebabkan endoftalmitis endogen adalah
jamur (62%), gram positive bakteri (33%), dan gram negatif
bakteri dalam 5% dari kasus.9

Gambar 15. Endoftalmitis Endogen

20
7. Fungal Endoftalmitis
Fungal endoftalmitis dapat berkembang melalui trauma atau
prosedur bedah dengan inokulasi langsung ke ruang anterior atau
vitreous body, atau transmisi secara hematogen dalam bentuk
candidemia. Tidak seperti fungal chorioretinitis yang disebabkan
oleh kandidiasis, yang disertai dengan tanda peradangan minimal
pada vitreous body, fungal endoftalmitis merupakan penyakit
serius.

Pada fumgal hipopion ditemukan masa putih abu-abu, hipopion


ringan, bentuk abses satelit dalam badan kaca dengan proyeksi
sinar masih baik. Biasanya fungal endoftalmitis berhubungan
dengan penggunaan antibiotik broadspectrum, steroid, cvc dan
pasien dengan penggunaan obat intravena. Pada fungal keratitis
yang disebabkan fungi apportunistik dapat menyebar ke bagian
dalam mata sehingga menyebabkan fungal endoftalmitis. Gejala
klinis fungal endoftalmitis adalah perkembangan gambaran putih
kekuningan yang bersifat fokal atau difus.5

Gambar 14. Fungal Endoftalmitis

2.7 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis endoftalmitis dapat diketahui dari gejala subjektif dan
objektif yang didapatkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Secara umum, gejala subjektif dari endoftalmitis
adalah1,3,4:

21
- Fotofobia
- Nyeri pada bola mata
- Penurunan tajam penglihatan
- Nyeri kepala
- Mata terasa bengkak
- Kelopak mata bengkak, merah, kadang sulit untuk dibuka:

Adanya riwayat tindakan bedah mata, trauma tembus bola mata disertai
dengan atau tanpa adanya penetrasi benda asing perlu diperhatikan karena
adanya kemungkinan penyebab eksogen.

Mengenai penyebab endogen maka penderita perlu dilakukan anamnesis


mengenai ada atau tidaknya riwayat penyakit sistemik yang diderita.
Penyakit yang merupakan predisposisi terjadinya endoftalmitis diantaranya
adalah diabetes melitus, AIDS dan SLE yang dapat dihubungkan dengan
imunitas yang rendah. Sedangkan beberapa penyakit infeksi yang dapat
menyebabkan endoftalmitis endogen akibat penyebarannya secara
hematogen adalah meningitis, endokorditis, infeksi saluran kemih, infeksi
paru-paru dan pielonefritis3. untuk endoftalmitis fakoanafilaktik, dapat
ditanyakan tentang adanya riwayat gejala subjektif katarak yang diderita
pasien sebelumnya.

Kelainan fisik yang ditemukan berhubungan dengan struktur bola mata


yang terkena dan derajat infeksi/peradangan2. Pemeriksaan yang dilakukan
adalah pemeriksaan luar, slit lamp, dan funduskopi. Kelainan fisik yang
dapat ditemukan dapat berupa3:
- Oedem palpebra superior
- Reaksi konjungtiva berupa hiperemis dan kemosis
- Injeksi siliar dan injeksi konjungtiva
- Oedem kornea
- Kornea keruh
- Keratik presipitat
- Bilik mata depan (COA) keruh
- Hipopion
- Kekeruhan vitreus

22
- Penurunan refleks fundus dengan gambaran warna yang agak pucat
ataupun hilang sama sekali.

Pada endoftalmitis yang disebabkan jamur, di dalam badan kaca ditemukan


masa putih abu-abu, hipopion ringan, bentuk abses satelit di dalam badan
kaca, dengan proyeksi sinar yang baik1.

2.8 Pemeriksaan Penunjang


1. Laboratorium
- Endoftalmitis eksogen: sampel vitreous (vitreous tap) diambil
untuk diteliti mikroorganisme penyebab dari endoftalmitis.
- Endoftalmitis endogen: darah lengkap dan kimia darah
mengetahui sumber infeksi

2. Studi Imaging
- B-scan USG: tentukan apakah ada keterlibatan peradangan
vitreous. Hal ini juga penting untuk mengetahui dari ablasi
retina dan koroidal, yang nantinya penting dalam pengelolaan
dan prognosis.
- Rontgen thorax: mengevaluasi untuk sumber infeksi

- USG Jantung: mengevaluasi untuk endokarditis sebagai sumber


infeksi
3. Prosedur Diagnosis (evaluasi oftalmologi)
- Periksa visus

- Slit lamp

- Tekanan intraokular

- Funduskopi

23
- Ultrasonografi.1,3

2.9 Diagnosis
Dengan mengetahui gejala subjektif dan gejala objektif yang didapatkan
dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, maka diagnosis
endoftalmitis sudah dapat ditegakkan.

Pedoman diagnostik endoftalmitis akut virulen menurut ESCRS


Multicenter Study, apabila pasien dengan keluhan:
- Nyeri, kabur, kelopak mata bengkak, adanya radang pada konjungtiva,
kornea edema dengan infiltrat atau abses cincin, bilik mata depan yang
berkabut penuh dengan sel, hipopion atau klot fibrin, afferent pupillary
defect, vitreous berkabut, keterlibatan segmen posterior dengan
retinitis, ada atau retinal periplebitis, retina edem dan edem papil.
- Tidak adanya refleks fundus merupakan penanda buruk untuk keadaan
vitreous, dimana kekeruhan anterior merupakan tanda proses awal
adanya inflamasi. Bila pada pemeriksaan pupil dengan transluminasi
sklera, ada reflek fundus dapat menjadi petunjuk lebih baik pada kasus
ini.
Segera lakukan USG B scan untuk melihat adanya vitritis dan ablasio
retina. Kemudian diagnosis sebagai klinis endoftalmitis, waspadai
keterlambatan diagnosis dengan mencoba tetes kortikosteroid. Sadari
bahwa hal ini adalah keadaan gawat darurat. Lakukan pengambilan cairan
intravitreal dalam 1 jam, kirim cairan aquous dan vitreous untuk
pemeriksaan gram dan kultur serta PCR. Gunakan antibiotik secara
empiris dan dexametason.4

Pedoman diagnostik endoftalmitis kronik menurut ESCRS Multicenter


Study, apabila pasien menderita keluhan:
- Nyeri, kabur, kamera okuli anterior berkabut penuh dengan sel,
rekuren hipopion uveitis yang gagal dengan steroid, plak pada
capsular bag, vitreous berkabut.

24
Gambar 15. Pemeriksaan USG B scan

Lakukan pemeriksaan USG B scan untuk meliat adanya vitritis atau


ablasioretina, buat diagnosis klinis endoftalmitis kronik. Ambil cairan
aquous dan viterous untuk pemeriksaan mikrobiologi. Jika keputusannya
adalah pengambilan IOL, kirim fragmen kapsul untuk pemeriksaan
mikrobiologi dan histopatologi untuk mengetahui ada tidaknya bakteri
intraseluler.4

2.10 Diagnosis Banding


Endoftalmitis yang disebabkan oleh bakteri dan jamur seringkali sulit
untuk dibedakan dengan peradangan intraokular lainnya. Peradangan
berlebihan tanpa endoftalmitis sering ditemui pasca operasi yang rumit,
uveitis yang sudah ada sebelumnya, keratitis, diabetes, terapi glaukoma,
dan bedah sebelumnya.

Toxic Anterior Segment Syndrome (TASS) merupakan diagnosis banding


endoftalmitis. TASS adalah inflamasi akut pasca operasi akibat masuknya
substansi non-infeksi ke dalam segmen anterior yang menginduksi toxic
untuk merusak jaringan intraorbita.

25
Gambar 16. Toxic Anterior Segment Syndrome (TASS)

Diagnosis TASS disingkirkan dari endoftalmitis apabila tida didapatkan


bakteri atau mikroba lain dalam kultur atau pewarnaan cairan viterous.

Panoftalmitis juga merupakan diagnosis banding sekaligus komplikasi dari


endoftalmitis. Pada panoftalmitis radang tidak hanya mengenai struktur
intraokuler, melainkan mengenai jaringan luar (intraorbita). Berikut ini
merupakan perbedaan endoftalmitis dan panoftalmitis:4

Tabel 1. Perbedaan endotalmitis dan panoftalmitis

Gambaran Klinis Endoftalmitis Panoftalmitis


Radang Intraokuler Intraokuler, Intraorbita
Demam Tidak nyata Nyata
Sakit bola mata Ada Berat
Pergerakan bola mata Masih dapat bergerak Sakit, tidak dapat bergerak
Eksoftalmus Tidak ada Mata menonjol
Bedah Eviserasi Enukleasi

2.11 Tatalaksana

Pengobatan tergantung pada penyebab yang mendasari endoftalmitis.


Hasil akhir ini sangat tergantung pada penegakan diagnosis dan

26
pengobatan tepat waktu. Tujuan dari terapi endoftalmitis adalah untuk
mensterilkan mata, mengurangi kerusakan jaringan dari produk bakteri
dan peradangan, dan mempertahankan penglihatan. Dalam kebanyakan
kasus terapi yang diberikan adalah antimikroba intravitreal, periokular, dan
topikal. sedangkan dalam kasus yang parah, dilakukan vitrektomi,
antibiotik di endoftalmitis12

1. Non Farmakologi
- Menjelaskan bahwa penyakit yang diderita memiliki prognosis
yang buruk yang mengancam bola mata dan nyawa apabila tidak
tertangani.
- Menjelaskan bahwa penyakit tersebut dapat mengenai mata
satunya, sehingga perlu dilakukan pengawasan yang ketat tentang
adanya tanda-tanda inflamasi pada mata seperti mata merah,
bengkak, turunnya tajam penglihatan, kotoran pada mata untuk
segera untuk diperiksakan ke dokter mata.
- Menjelaskan bahwa penderita menderita diabetes yang
memerlukan pengontrolan yang ketat baik secara diet maupun
medikamentosa. Hal ini disebabkan oleh karena kondisi
hiperglikemia akan meningkatkan resiko terjadinya bakteriemi
yang dapat menyerang mata satunya, atau bahkan dapat berakibat
fatal jika menyebar ke otak.
- Perlunya menjaga kebersihan gigi mulut, sistem saluran kencing
yang memungkinkan menjadi fokal infeksi dari endoftalmitis
endogen.

2. Farmakologi
a. Antibiotik
Terapi antimikroba empiris harus komprehensif dan harus
mencakup semua kemungkinan patogen dalam konteks pengaturan
klinis.
- Intravitreal antibiotik.1,2
Pemberian antibiotik intravitreal sebaiknya diberikan sedini
mungkin. rosedur ini dilakukan secara transkonjungtiva dengan
anastesi lokas dari area pars plana (4-5mm dari limbus).

27
Pemberian tersebut (vitreous tap) menggunakan jarum
berukuran 23.
Pada umumnya, penggunakan kombinasi dua obat diberikan,
pertama untuk mengatasi bakteri gram positif dengan
koagulase negatif dan bakteri gram negatif.

Pilihan pertama: Vancomicin 1 mg dalam 0.1 ml + ceftazidime


2.25 mg dalam 0.1ml
Pilihan kedua: Vancomicin 1 mg dalam 0.1ml + amikacin 0.4
mg dalam 0.1 ml
Pilihan ketiga: Vancomicin 1 mg dalam 0.1ml + gentamicin 0.2
mg dalam 0.1 ml

- Antibiotik topikal
Vancomicin (50 mg/ml) atau cefazolin (50 mg/ml), dan
Amikacin (20 mg/ml) atau tobramycin (15mg%)
- Antibiotik sistemik (jarang).
Ciprofloxacin intravena 200 mg 2x/hari selama 2-3hari, diikuti
500 mg oral 2x/hari selama 6-7 hari, atau
Vancomicin 1gm IV 2x/hari dan ceftazidim 2g IV setiap 8 jam
b. Terapi steroid
Pemberian steroid berguna untuk membatasi kerusakan jaringan
akibat proses inflaamasi.
- Dexamethasone intravitreal 0.4 mg dalam 0.1 ml
- Dexamethasone 4 mg (1 ml) OD selama 5 7 hari
- Steroid sistemik. Terapi harian dengan prednisolone 60 mg
diikuti dengan 50 mg, 40 mg, 30 mg, 20 mg, dan 10 mg selama
2 hari.
c. Terapi suportif
- Siklopegik. Disarankan tetes mata atropin 1% atau bisa juga
hematropine 2% 2 3 hari sekali.
- Obat-obat antiglaukoma disarankan untuk pasien dengan
peningkatan tekanan intraokular. Acetazolamide (3 x 250 mg)
atau Timolol (0.5 %) 2 kali sehari

28
3. Operatif (Tindakan Vitrektomi)

Operasi vitrektomi/vitreoretinal adalah operasi mata untuk mengatasi


kelainan retina, vitreus, dan makula. Tujuan operasi ini, antara lain
adalah untuk: (1) Menutup lubang diretina, melekatkan kembali retina
yang lepas, dan mengupas jaringan ikat pada permukaan retina; (2)
Membersihkan vitreus yang keruh akibat perdarahan atau infeksi; (3)
Memungkinkan dilakukan tindakan laser pada retina yang sebelumnya
terhalang oleh darah atau jaringan ikat; (4) Menghilangkan sumbatan
pada pembuluh darah retina; (5) Menggeser perdarahan subretina dari
daerah makula ke tempat lain.

Pada endoftalmitis yang disebabkan oleh bakteri, terapi obat-obatan


secara intraviteral merupakan langkah pertama yang diambil.
Pemberian antibiotik dilakukan secepatnya bila dugaan endoftalmitis
sudah ada, dan antibiotik yang sesuai segera diberikan, bila hasil
kultur sudah ada.

Endoftalmitis fungal terdiagnosis bila pasien setelah pemberian


antibiotik dosis tunggal atau kombinasi tidak berespon, atau
ditemukan faktor-faktor predisposisi seperti, pasien sedang dalam
pengobatan antibiotik spektrum luas dalam jangka waktu lama, pasien
menderita keganasan ataupun dalam keadaan imunitas yang buruk.

Terapi steroid pada penyakit mata adalah untuk mengurangi inflamasi


yang disertai eksudat dan untuk mengurangi granulasi jaringan. Kedua
efek ini penting untuk endoftalmitis, karena dasar dari endoftalmitis
adalah inflamasi, dimana prognosis visusnya dipengaruhi oleh
inflamasi yang terus berlanjut. Sampai saat ini pemberian
kortikosteroid pada endoftalmitis masih kontroversi walaupun sudah
banyak penelitian menunjukkan hasil yang memuaskan dari

29
pemberian dexamethason dalam menghambat reaksi inflamasi dan
reaksi imun abnormal yang dapat menimbulkan kerusakan luas pada
mata3. Dexamethason dapat diberikan secara intravitreal dengan dosis
400ug dan 1 mg secara intraokular sebagai profilaksis3.

Pemberian sikloplegik dapat diberikan untuk mengurangi rasa nyeri,


stabilisasi aliran darah pada mata, mencegah dan melepas sinekia serta
mengistirahatkan iris dan benda siliar yang sedang mengalami infeksi.

Pada kasus yang berat dapat dilakukan Vitrektomi Pars Plana, yang
bertujuan untuk mengeluarkan organisme beserta produk toksin dan
enzim proteolitiknya yang berada dalam vitreous, meningkatkan
distribusi antibiotik dan mengeluarkan membran siklitik yang
terbentuk, yang potensial menimbulkan ablasi, serta mengembalikan
kejernihan vitreous4.

2.12 Prognosis

Prognosis kasus endoftalmitis sangat bervariasi tergantung dari agen


penyebabnya. Ketajaman visual pada saat diagnosis dan diketahuinya agen
penyebabnya sudah dapat diprediksi kemungkinannya. Infeksi
streptococcu cenderung lebih buruk dibandingkan infeksi staphylococcus.

Hasil endoftalmitis endogen lebih buruk dibanding dengan endoftalmitis


eksogen karena karakteristik dari organisme penyebab. Hal tersebut juga
tergantung pada virulensi, pertahanan tubuh ataupun keterlambatan
diagnosis.

Pasien dengan trauma pada bola mata yang disebabkan oleh infeksi
Bacillus biasanya menyebabkan penurunan tajam penglihatan yang lebih
progresif. Pada penelitian vitrektomi endoftalmitis didapatkan 74% pasien
yang dapat mengalami perbaikan tajam penglihatan sekitar 20/100 atau
lebih baik.

30
Prognosis juga dapat tergantung pada kondisi kesehatan pasien, seperti
pada penelitian yang membuktikan kondisi akan lebih buruk pada pasien
yang menderita diabetes melitus.

BAB III

KESIMPULAN

Endoftalmitis didefinisikan sebagai suatu peradangan pada struktur bagian


dalam bola mata, seperti uvea dan retina yang terkait dengan adanya
eksudat di vitreous humuor, camera okuli anterior atau pada camera okuli
posterior. Tanda dan gejala yang ditunjukkan antara lain adanya penurunan
visus, hiperemi konjungtiva, nyeri, pembengkakan, hipopion, konjungtiva
kemosis, dan edema kornea.

Jenis dari endoftalmitis ini sendiri terbagi atas endoftalmitis eksogen,


endoftalmitis endogen, dan endoftalmitis fakoanafilaktik. Pemeriksaan
penunjang untuk endoftalmitis adalah vitreus tap untuk mengetahui
organism penyebab sehingga terapi yan diberikan sesuai.

31
Terapi operatif vitrektomi dilakukan pada endoftalmitis berat. Prognosis
endoftalmitis bergantung durasi endoftalmitis, jangka waktu infeksi
sampai penatalaksanaan, virulensi bakteri, dan keparahan dari trauma.
Diagnosis yang tepat dalam waktu cepat dengan tatalaksana yang tepat
mampu meningkatkan angka kesembuhan endoftalmitis.

DAFTAR PUSTAKA

1. Shceidler V, Scott IU, Flun HW. Culture-proven endogenous endoftalmitis:


Clinical features and visual acuity outcomes. Am J Ophtalmol 2004;
137:4.
2. Drake R, Vogi AW, Mitchell AW. Grays anatomy for students: Elsevier
Health Sciences; 2014.
3. Rao N, Cousins S, Forster D, Meisler D, Opremcap E, Turgeon P.
intraocular inflammation and uveitis. Basic and Clinical Science Course
(San Francisco: American Academy of Ophthalmology, 1997-1998),
Section. 1997;9:57-80.
4. Sidarta I. Ilmu penyakit mata, edisi ke 4, cetakan ke 2. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI. 2012
5. Graham, R, 2006, Endoftalmitis Bacterial,
www.Emedicine//emerg.2006htm . Diakses tanggal 2 April 2017
6. Trattler, W, 2006, Endoftalmitis Post Operatif,
www.Emedicine//emerg.2006htm . Diakses tanggal 2 April 2017
7. Bobrow JC, dkk, 2008. Lens and cataract. Singapore: American Academy
of Ophthalmology)

32
8. Riordan-Eva P, Whitcher J. Vaughan & Asburys general ophthalmology:
Wiley Online Library; 2008.
9. Jackson TL, Eykyn SJ, Graham EM, Stanford MR. Endogenous bacterial
endophtalmitis: a 17-year prospective series and review of 267 reported
cases. Survey of ophthalmology. 2003;48(4):403-23.
10. Veselinovi D, Veselinovi A. Endopthalmitis. Acta Medica Medianae.
2009;48(1):56-62.
11. Olver J, Cassidy L, Jutley G, Crawley L. Ophtalmology at a Glance: John
Wiley & Sons; 2014.
12. Gordon Y. Vancomycin prophylaxis and emerging resistence: Are
opthtalmologists the villiaris? The heroes? Am J Ophtalmol 2001;
131:3:371-6.
13. Phan LT, Hwang TN, McCulley TJ. Eviceration in the modern age. Middle
East African journal of ophthalmology. 2012;19(1):24.
14. CMPMedica. MIMS edisi bahasa Indonesia, volume 9. Jakarta: PT. Info
Master. 2008
15. Gran IM, Ugahary LC, Van Dissel JT, Feron E, Peperkamp E, Veckeneer
M et al. intravitreal dexamethasone as adjuvant in the treatment of post
operative endophtalmitis: a prospective randomized trial. Grafes Arch Clin
Exp Ophtalmol. 2005; 243(12):1200-5.

33

Anda mungkin juga menyukai