FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
REFARAT
MARET 2014
OD KERATITIS PUNGTATA
DISUSUN OLEH:
PEMBIMBING :
dr. Andi Hasyim Asyari
SUPERVISOR:
dr. Sitti Soraya Taufik, Sp.M, M.Kes
KERATITIS PUNGTATA
7
I. PENDAHULUAN
Kornea adalah jaringan transparan yang ukuran dan strukturnya sebanding
dengan kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea berfungsi sebagai membran
pelindung dan jendela yang di lalui oleh berkas cahaya saat menuju ke retina.
Kornea ini disisipkan kedalam sklera pada limbus. Kornea mempunyai enam
lapisan yang berbeda-beda yaitu lapisan epitel, lapisan bowman, stroma, duas
layer, membran descement dan lapisan endotel. Lapisan epitel pada kornea
merupakan sawar yang efisien terhadap masuknya mikroorganisme ke dalam
kornea. Namun sekali kornea ini cedera,stroma yang avaskuler dan lapisan
bowman mudah terinfeksi berbagai macam organisme, seperti bakteri, amoeba
dan jamur.(1,2)
Radang kornea ( Keratitis ) biasanya diklasifikasikan dalam lapis kornea
yang terkena yaitu seperti keratitis superficial, dan intertisial atau profunda.
Keratitis dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti kurangnya air mata,
keracunan obat, reaksi alergi terhadap pengobatan topical yang di berikan dan
reaksi terhadap konjungtivitis menahun.keratitis akan memberikan gejala mata
merah, rasa silau dan merasa kelilipan. Keratitis pungtata memberikan
gambaran seperti infiltrat halus pada permukaan kornea.(3)
II. ETIOLOGI
Keratitis pungtata merupakan keratitis yang terkumpul didaerah bowman
dengan infiltrat berbentuk bercak-bercak halus. Keratitis pungtata disebabkan oleh
hal-hal yang tidak spesifik dan dapat terjadi pada moluskum kontangiosum, akne
rosasea, herpes zooster, herpes simpleks, blefaritis, keratitis neuroparalitik, infeksi
virus, dry eyes, trauma radiasi, lagoftalmus, dan keracunan obat. Keratitis
pungtata sangat sering ditemukan mengingat etiologi dari penyakit ini berasal dari
berbagai faktor eksogen seperti benda asing pada bagian dalam palpebra, lensa
kontak, asap dan lain-lain.(4)
III. ANATOMI
Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. bola mata
dibagian depan (Kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih tajam
sehingga terdapat 2 bentukkelengkungan yang berbeda.(4)
Bola mata dibungkus oleh 3 jaringan ikat, yaitu : (4)
1. Sklera merupakan jaringan ikat kenyal dan memberikan bentuk pada mata,
merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian terdepan
sklera disebut kornea yang bersifat transparan sehingga memudahkan
cahaya masuk kedalam bola mata. Kelengkungan pada kornea lebih besar
dibandingkan pada sklera.
2. Jaringan uvea merupakan jaringan vaskuler, yang terdiri dari iris, korpus
siliaris dan koroid. Pada iris didapatkan pupil yang terdiri oleh 3 susunan
otot dapat mengatur jumlah sinar yang masuk kedalam mata. Otot dilatator
dipersarafi oleh simpatis sedangkan sfingter iris dan otot siliaris
dipersarafi oleh para simpatis. Otot siliaris yang terletak dibadan siliaris
mengatur bentuk lensa untuk kebutuhan akomodasi. Corpus siliaris yang
menghasilkan humor akuos yang dikeluarkan melalui trabekulum yang
terletak pada pangkal iris dibatas kornea dan sklera.
3. Lapisan ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan
mempunyai sususan sebanyak 10 lapis membran neurosensoris yang akan
merubah sinar menjadi rangsangan pada saraf optik yang diteruskan ke
otak.
10
11
12
13
14
Iritasi dari bilik mata depan dengan hipopion (umunya berupa pus
yang akan berakumulasi pada lantai dari bilik mata depan).
V. KLASIFIKASI
Keratitis dapat di bagi berdasarkan :
1. Lesi Kornea
Keratitis epithelial
Epitel kornea terlibat pada kebanyakan jenis konjungtivitis dan keratitis,
dan pada kasus-kasus tertentu merupakan satu-satunya jaringan yang terlibat
(misalnya pada keratitis pungtata superfisialis). Perubahan pada epitel sangat
bervariasi, dari edema biasa dan vakuolasi sampai erosi kecil-kecil, pembuntukan
filament, keratinisasi parsial, dan lain-lain. Lesi-lesi itu juga bervariasi lokasinya
pada kornea. Semua variasi ini mempunyai makna diagnostik yang penting dan
pemeriksaan biomikroskopik dengan dan tanpa pulasan fluorosein yang
merupakan bagian dari setiap pemeriksaan mata bagian luar.(4)
15
Keratitis Stroma
Respon stroma kornea terhadap penyakit termasuk infiltrasi, yang
menunjukkan akumulasi sel sel radang; edema muncul sebagai penebalan
kornea, pengkeruhan atau parut; penipisan dan perlunakan, yang dapat berakibat
perforasi, dan vaskulasrisasi. Pada respon ini kurang spesifik bagi penyakit ini,
tidak seperti pada keratitis epithelial dan dokter sering harus mengandalkan
informasi klinik dan pemeriksaan labpratorium untuk menetapkan penyebabnya. (4)
Keratitis Endotelial
Disfungsi endothelium kornea akan berakibat ederma kornea, yang mulamula mengenai stroma dan epitel. Ini berbeda dari edema kornea yang disebabkan
oleh peningkatan tekanan intraokuler, yang mulai pada epitel kemudian stroma.
Selama kornea tidak terlalu sembab, sering masih mungkin dilihat kelainan
morfologik endotel kornea dengan slitlamp. Selsel radang pada endotel (endapan
keratik atau keratik precipitat) tidak selalu menandakan adanya penyakit endotel
karena sel radang juga merupakan manifestasi dari uveitis anterior, yang dapat
atau tidak menyertai keratitis stroma.(4)
2. Organisme Penyebab
Keratitis Bakterial
Lebih dari 90% inflamasi kornea disebabkan oleh bakteri. Sejumlah
bakteri yang dapat menginfeksi kornea yaitu Staphylococcus epidermis,
Staphylococcus aureus, Streptococcus pnemoniae, koliformis, pseudomonas dan
haemophilus. Kebanyakan bakteri tidak dapat menetrasi kornea sepanjang epitel
kornea masih intak. Hanya bakteri gonococci dan difteri yang dapat menetrasi
epitel korea yang intak. Gejala gejalanya antara lain yaitu nyeri, fotofobia, visus
lemah, lakrimasi dan sekret purulen. Sekret purulen khas untuk keratitis bakteri
sedangkan keratitis virus mempunyak sekret yang berair.(1,5)
Terapi konservatif pada keratitis bakteri adalah antibiotik topikal
(ofloxacin dan polymixin) yang berspektrum luas untuk bakteri gram positif dan
bakteri gram negative sampai hasil kultur pathogen dan resistensi diketahui.
Immobilisasi badan siliar dan iris oleh terapi midriasis diindikasikan jika ada
16
iritasi intraocular. Keratitis bakteri dapat diterapi pertama kalinya dengan tetes
mata ataupun salep. Terapi pembedahan berupa keratoplasti emergency dilakukan
jika terdapat descematocel atau ulkus kornea yang perforasi.(5)
Keratitis Bakteri
Keratitis Viral
17
kebutaan kornea yang paling umum. Gejalanya yaitu sangat nyeri, photophobia,
hiperlakrimasi, dan pembengkakan pada kelopak mata. Bentuk keratitis virus
herpes simpleks dibedakan berdasarkan lokasi lesi pada lapisan kornea. Keratitis
dendritic mempunyai khas lesi epitel yang bercabang, sensitifitas kornea menurun
dan dapat berkembang menjadi keratitis stromal. Keratitis stromal ini mempunyai
epitel yang intak, pada pemerikasaan slitlamp menunjukkan infiltrate kornea
disirformis sentral. Sedangkan keratitis endothelium terjadi karena virus herpes
simpleks terdapat pada humor aquos yang menyebabkan pembengkakan sel
endotel. Dan sindrom nekrosis retinal akut mengenai bola mata bagian posterior
yang terlibat pada pasien imunokompromis (AIDS).(5)
Pengobatan dapat diberikan virustatika seperti IDU trifluoritimidin dan
asiklovir. Pemberian streroid pada penderita herpes sangat berbahaya, karena
gejala akan sangat berkurang akan tetapi proses berjalan trus karena daya tahan
tubuh yang berkurang.(5)
Keratitis Herpes Zooster
Keratitis herpes zoster merupakan manifestasi infeksi virus herpes zoster
pada cabang pertama saraf trigeminus, termasuk puncak hidung dan demikian
pula dengan kornea atau konjungtiva. Bila terjadi kelainan saraf trigeminus ini,
maka akan memberikan keluhan pada daerah yang dipersarafinya dan pada herpes
zoster akan mengakibatkan terdapatkan vesikel pada kulit. Pada mata akan terasa
sakit dengan perasaan yang berkurang (anastesia dolorosa). Pengobatan adalah
simtomatik seperti pemberian analgetika, vitamin dan antibiotik topical atau
umum untuk mencegah infeksi sekunder.(5)
Keratitis Jamur
Pathogen yang lebih sering adalah Aspergilus dan Candida albicans.
Mekanisme yang sering adalah trauma terkena bahan - bahan organic yang
mengandung jamur seperti ranting pohon. Pasien pada umumnya mengeluhkan
gejala yang sedikit. Pada inspeksi didapatkan mata merah, ulkus yang berbatas
tegas dan dapat meluas menjadi ulkus kornea serpiginuous. Pada pemeriksaan
slitlamp menunjukkan infiltrate stroma yang berwarna putih keabuan, khusuhnya
18
jika penyebabnya adalah candida albicans. Lesi lesi yang lebih kecil
berkelompok mengililingi lesi yang besar membentuk lesi satelit. Indentifikasi
mikrobiologi jamur sulit dan memakan waktu. Pengobatan konservatif berupa anti
nikotik topikal seperti natamycin, nystatin dan amphoterisin B, sedangkan
tindakan pembedahan berupa keratoplasti jika dengan pengobatan konservatif
gagal dan keadaan makin memburuk dalam perawatan.(5)
VI.
GEJALA KLINIS
Pada anamnesis pasien, bisa didapatkan beberapa gejala klinis pada pasien
19
DIAGNOSIS
Kecurigaan akan adanya keratitis pada pasien dapat timbul pada pasien
yang datang dengan trias keluhan keratitis yaitu gejala mata merah, rasa silau
(fotofobia) dan merasa kelilipan (blefarospasma). Adapun radang kornea ini
biasanya diklasifikasikan dalam lapisan kornea yang terkena, seperti keratitis
superfisial dan interstisial atau profunda. Keratitis superfisial termasuk lesi
inflamasi dari epitel kornea dan membran bowman superfisial terkait.(2)
Fluoresein adalah pewarna khusus yang dipakai untuk memulas kornea
dan menonjolkan setiap ketidakteraturan pada permukaan epitelnya. Fluoresein
topikal merupakan larutan pewarna water-soluble yang non-toksik dantersedia
dalam berbagai bentuk, contohnya disertai dengan obat anestetik (benoxinate or
propracaine) atau dengan antiseptik (povidoneiodine). Secarik kertas steril dengan
fluoresein dibasahi dengan saline steril atau anestetik lokal dan ditempelkan pada
permukaan dalam palpebra inferior untuk memindahkan pewarna kekuningan itu
ke dalam lapis air mata.(2,8)
Flourenscein dapat melakukan penetrasi pada intraseluler kornea, namun
jika lapisan epitel kornea intak maka larutan flourensceins ini tidak bisa
menembus epitel. Larutan flourenscein ini lebih mudah diobservasi pada kornea
dibandingkan pada konjungtiva, maka pemeriksaan flourenscein ini merupakan
20
21
Gambar 5. uveitis
22
Oftalmika Simpatika
Oftalmika Simpatika merupakan peradangan bilateraldengan gejala klinis
penglihatan menurun dan mata merah. Biasanya terjadi akibat trauma tembus atau
bedah mata intraokular. Tanda dini dari penyakit ini adalah gangguan binokular
akomodasi atau tanda radang ringan uvea anterior ataupun posterior. Tanda yang
terlihat adalah mata sakit dan fotofobia pada kedua mata. (4)
Endoftalmitis
Merupakan peradangan berat dalam bola mata, biasanya akibat infeksi
setelah trauma atau bedah, atau endogen akibat sepsis. Endoftalmitis terbagi dua
yaitu endoftalmitis eksogen akibat trauma atau infeksi sekunder setelah proses
pembedahan dan endoftalmitis endogen terjadi akibat penyebaran bakteri, jamur,
ataupun parasit dari fokus infeksi di dalam tubuh. Peradangan akibat bakteri akan
memberikan gambaran klinik rasa sakit yang sangat, kelopak merah dan bengkak,
kelopak sukar di buka, konjungtiva keruh dan merah, kornea keruh, BMD keruh
yang kadang-kadang di sertai hipopion.(4)
23
Endoftalmitis
IX.
PENATALAKSANAAN
24
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
25
5.
6.
7.
8.
The Eye M.D. Association. External Diseases and Cornea in Basic and
Clinical Science Course, American Academy of Opthalmology.
Lifelong Education for the Opthalmologist. 2011-2012. p.
9.
26