Sopi)
Abstract. In 2013 infectious skin diseaseaccupy the fourth position of the top ten diseases with the
amount of 136.035 cases in the province of East Nusa Tenggara. Skabies or kudis is a type of skin
desease infection, caused by mites Sarcoptes scabie.Incidence of skabies often encountered in the
tropics to the community in areas of hygiene, sanitation and low economic. The article is structured
literature review based on literature study and browse the internet in the form of scientific research
articles anda populer scientific articles written in magazines/journal or populer science, reports the
resulit of recearch and surveysand textbook related to skabies (epidemiology and control). In
Indonesia prevalence of skabies each area varies. On the island of Java skabies is found in slums and
boarding while in Nusa Tenggara found in poor families on prison. Transmission accurs through
direct contact and indirectlythrough the bed linen and clothes patient and transmitted from animals to
the human. Prevention can be done with counseling about skabies, detection and treatment of patients
and maintain environment sanitation and hygienic behavior and healtly.
Abstrak. Tahun 2013 penyakit kulit infeksi menduduki posisi keempat dari sepuluh besar penyakit
dengan jumlah 136.035 kasus di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Skabies atau kudis merupakan salah
satu jenis penyakit kulit infeksi,disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabie.Kejadian skabies sering di
jumpai di daerah tropis pada masyarakat yang tinggal di daerah dengan tingkat higiene, sanitasi dan
ekonomi rendah. Tulisan ini merupakan kajian pustaka yang tersusun berdasarkan studi kepustakaan
dan browsing internet berupa artikel ilmiah hasil penelitian dan artikel ilmiah populer yang ditulis
dalam majalah/jurnal ilmiah atau ilmiah populer, laporan hasil penelitian dan survei dan buku teks
yang terkait dengan skabies (epidemiologi dan pengendaliannya). Di Indonesia prevalensi skabies tiap
daerah bervariasi. Di Pulau Jawa skabies di temukan pada daerah kumuh dan pondok pesantren
sedangkan di Nusa Tenggara di temukan di keluarga miskin dan lembaga permasyarakatan.Penularan
terjadi melalui kontak langsung dan tidak langung melalui alas tempat tidur dan pakaian penderita dan
juga dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Pencegahan dapat dilakukan dengan penyuluhan tentang
skabies, penemuan dan pengobatan penderita serta menjaga sanitasi lingkungan dan perilaku hidup
bersih dan sehat.
9
Jurnal Penyakit Bersumber Binatang Vol. 2 No.2 Maret 2015 9 - 17
Kajian Aspek Epidemiologi Skabies Pada Manusia (Majematang Mading dan Ira Indriaty P.B.Sopi)
S
kabies merupakan penyakit kulit yang
endemis diwilayah beriklim tropis dan Infestasi tungau ini mudah menyebar
dan subtropis,1,2 merupakan penyakit dari orang ke orang melalui kontak fisik dan
kulit menular.Skabies dalam bahasa sering menyerang seluruh penghuni dalam
Indonesia sering disebut kudis, orang jawa satu rumah. Tungau betina membuat
menyebutnya gudig, sedangkan orang sunda terowongan di bawah lapisan kulit paling
menyebutnya budug. Penyakit ini juga atas dan menyimpan telurnya dalam lubang.
sering disebut dengan kutu badan, budukan, Beberapa hari kemudian akan menetas
gatas agogo,3,4yang disebabkan oleh tungau muda (larva). Infeksi menyebabkan
Sarcoptes scabiei varian hominis (sejenis gatal-gatal hebat, mungkinan merupakan
kutu, tungau), ditandai dengan keluhan gatal, suatu reaksi alergi terhadap tungau.
terutama pada malam hari dan ditularkan
Keterangan Gambar :
Siklus hidup S. scabieimemerlukan waktu 10-14 hari, terdiri dari 4 stadiumyaitu telur, larva,
nimpa dan dewasa. Tungau betina yang telah dibuahi bertelur sambil menggali terowongan di
kulit dan meletakkan telurnya. Telur berbentuk oval. Setelah telur menetas, larva membuat
terowongan baru yang merupakan cabang dari terowongan utama, larva berganti kulit dan hanya
mempunyai 3 pasang kaki. Setelah larva berganti kulit, menghasilkan nimpa yang mempunyai 4
pasang kaki, selanjutnya menjadi dewasa.
Bentuk telur berbentuk oval dengan stadium nimpa dan dewasa mempunyai 4
panjang 0,10–0,15 mm. Stadium larva pasang kaki. Tungau dewasa berukuran
mempunyai 3 pasang kaki sedangkan 0,30-0,45 mm, bentuk bulat, pipih, berwarna
10
Kajian Aspek Epidemiologi Skabies Pada Manusia (Majematang Mading dan Ira Indriaty P.B.Sopi)
putih keabu-abuan. Tungau betina berukuran mengganggu aktivitas hidup dan kerja
2 kali tungau jantan, jenis kelamin dapat sehari-hari.9
dibedakan dengan melihat ujung-ujung kaki. Menurut Zulfah, 2008 salah satu
Tungau betina memiliki bulu cambuk pada faktor pendukung terjadinya penyakit
pasangan kaki ke-3 dan ke-4, sedang skabies adalah sanitasi yang buruk dan dapat
cambuk pada tungau jantan hanya dijumpai menyerang manusia yang hidup
pada pasangan kaki ke-3. Permukaan badan berkelompok, tinggal di asrama, barak-barak
atas bergaris-garis melintang, di bagian tentara, rumah tahanan dan pesantren
tengahnya terdapat deretan duri-duri pendek maupun panti asuhan serta tempat-tempat
yang mengarah ke belakang. Bagian-bagian yang lembab dan kurang mendapat sinar
mulut terletak di ujung depan badan, seperti matahari.10Menurut Notobroto, 2005 dalam
bentuk kerucut.6,7 Astriyanti, 2010 menyatakan bahwa faktor
Ciri khas dari skabies adalah gatal- yang berperan dalam penyakit kulit adalah
gatal hebat, yang biasanya semakin sosial ekonomi yang rendah,hygiene
memburuk pada malam hari. Lubang tungau perorangan yang jelek, lingkungan yang
tampak sebagai garis bergelombang dengan tidak saniter, dan perilaku yang tidak
panjang sampai 2,5 cm, kadang pada mendukung kesehatan.11 Di beberapa negara
ujungnya terdapat berukursn kecil. termasuk Indonesia penyakit skabies yang
Lubang/terowongan tungau dan gatal-gatal hampir teratasicenderung mulai bangkit dan
paling sering ditemukan dan dirasakan di merebak kembali. Laporan dari dinas
sela-sela jari tangan, pada pergelangan kesehatan dan dokter praktek
tangan, sikut, ketiak, di sekitar puting mengidikasikan bahwa penyakit skabies
payudara wanita, alat kelamin pria (penis telah meningkat di beberapa daerah.
dan kantung zakar), di sepanjang garis ikat Tujuan penulisan ini adalah
pinggang dan bokong bagian bawah. Infeksi tersedianya informasi tentang masalah
jarang mengenai wajah, kecuali pada anak- skabies berdasarkan kajian epidemiologi.
anak dimana lesinya muncul sebagai Diharapkan tulisan ini dapat dijadikan salah
lepuhan berisi air. satu referensi bagi para pemangku kebijakan
Kejadian skabies di negara yang berkaitan dengan pengendalian
berkembang termasuk Indonesia terkait skabies.
dengan kemiskinan dengan tingkat
kebersihan yang rendah, keterbatasan akses BAHAN DAN METODE
air bersih, kepadatan hunian dan kontak fisik Tulisan ini tersusun berdasarkan studi
antar individu memudahkan transmisi dan kepustakaan dan browsing internet secara
infentasi tungau skabies.8Skabies sering nasional dari tahun 1945 sampai dengan
diabaikan, dianggap biasa saja dan lumrah 2014. Bahan atau artikel yang dicari melalui
terjadi pada masyarakat di Indonesia, karena studi kepustakaan berupa :
tidak menimbulkan kematian sehingga 1. Artikel ilmiah hasil penelitian dan artikel
penaganannya tidak menjadi prioritas utama, ilmiah populer yang ditulis dalam
padahal jika tidak ditangani dengan baik majalah/jurnal ilmiah atau ilmiah
skabies dapat menimbulkan komplokasi populer sebanyak 13 artikel
yang berbahaya. Skabies menimbulkan 2. Laporan hasil penelitian dan
ketidaknyamanan karena menimbulkan lesi surveisebanyak 6 laporan
yang sangat gatal sehingga penyakit ini
merupakan salah satu penyakit yang sangat
11
Jurnal Penyakit Bersumber Binatang Vol. 2 No.2 Maret 2015 9 - 17
Kajian Aspek Epidemiologi Skabies Pada Manusia (Majematang Mading dan Ira Indriaty P.B.Sopi)
3. Buku teks yang terkait dengan skabies berumur 8-20 tahun, berdasarkan sensus
(epidemiologi dan pengendaliannya) penduduk,16 di Puskesmas Magelang juga
sebanyak 9 buku dilaporkan terjadi peningkatan kasus skabies
Bahan yang diperoleh melalui browsing tahun 2012 sebesar 15% dari 13,8% dari
internet diupayakan untuk memperoleh jumlah pengunjung pada tahun 2011.17Hasil
naskah lengkapnya. Jika naskah lengkap penelitian Lestari di salah satu pondok
tidak diperoleh, bahan tersebut tidak pesantern di Sleman Yogyakarta
dijadikan bahan rujukan namun tetap menemukan kejadian skabies sebesar
dijadikan sebagai salah satu bahan pustaka. 30,23%.18 Badan Pusat Statistik di Propinsi
Bahan atau artikel yang diperoleh dari hasil Nusa Tenggara Timur penyakit kulit infeksi
studi kepustakaan dan browsing internet pada tahun 2013 menduduki posisi keempat
dilakukan kajian melalui metode meta dari sepuluh besar penyakit dengan jumlah
analisis. Meta analisis merupakan suatu kasus 136.035 kasus.
metode penggabungan berbagai hasil studi
sejenis yang diperoleh dari berbagai artikel Cara Penularan skabies pada manusia
atau publikasi ilmiah, kajian ini akan
Penyakit ini menular dari hewan ke
diperoleh suatu panduan data dan informasi.
manusia (zoonosis), manusia ke hewan
bahkan dari manusia ke manusia. Cara
HASIL penularannya melalui kontak langsung
Distibusi kasus Skabies di Indonesia maupun kontak tak langsung. Penyebaran
Kejadian skabies sering di jumpai di daerah tungau skabies melalui kontak langsung
tropis terutam pada anak-anak dari dengan penderita skabies secara terus
masyarakat yang tinggal di daerah dengan menerus, bisa juga menular melalui
tingkat higiene, sanitasi dan ekonomi yang penggunaan handuk bersamaan, sprei tempat
relatif rendah.7Skabies di Indonesia tidur, dan segala hal yang dimiliki pasien
menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit skabies.
kulit tersering.12Kasus skabies cepat menular Skabies menyerang semua usia,
dari anak-anak hingga dewasa pada zaman semua etnis, semua tingkatan sosial
penjajahan Jepang yang diakibatkan karena ekonomi, dan pada segala jenis kelamin.
kesulitan penduduk untuk memperoleh Masa inkubasi berlangsung 2 sampai 6
makanan, pakaian dan sarana pembersih minggu sebelum serangan gatal muncul pada
tubuh.13Perbandingan penderita skabies laki- orang yang sebelumnya belum pernah
laki lebih besar dibandingkan dengan terpajan. Orang yang sebelumnya pernah
perempuan yakni 83,7% : 18,3%. Pada tahun menderita skabies maka gejala akan muncul
2003 prevalensi skabies di 12 pondok 1 – 4 hari setelah infeksi ulang.
pesantren Kabupaten Lamongan sebesar Faktor-faktor Penyebab skabies
48,8%.14Pada tahun 2005 dilaporkan kasus Banyak faktor yang menunjang
skabies dari keluarga miskin di sebuah desa perkembangan penyakit skabies, antara lain :
di Provinsi Nusa Tenggara Barat.7Tahun keadaan sosial ekonomi yang rendah,
2008 prevalensi skabies di Pondok Pesantren hiegenitas yang buruk, hubungan seksual
An-Najach sebesar 43%.15 Tahun 2011 dan yang sifatnya promiskuitas (tidak memilih-
2012 di Pamekasan terdapat kasus rabies milih), dan perkembangan demografik serta
sebnyak 567 orang dan 317 orang yang ekologi yang buruk merupakan hal-hal yang
12
Kajian Aspek Epidemiologi Skabies Pada Manusia (Majematang Mading dan Ira Indriaty P.B.Sopi)
13
Jurnal Penyakit Bersumber Binatang Vol. 2 No.2 Maret 2015 9 - 17
Kajian Aspek Epidemiologi Skabies Pada Manusia (Majematang Mading dan Ira Indriaty P.B.Sopi)
14
Kajian Aspek Epidemiologi Skabies Pada Manusia (Majematang Mading dan Ira Indriaty P.B.Sopi)
15
Jurnal Penyakit Bersumber Binatang Vol. 2 No.2 Maret 2015 9 - 17
Kajian Aspek Epidemiologi Skabies Pada Manusia (Majematang Mading dan Ira Indriaty P.B.Sopi)
salah satu faktor yang sngat efektif dalam ditemukan di kampung-kampung, rumah
penularan skabies.21 Hasil penelitian yang penjara, asrama dan panti asuhan dengan
sama tentang kepadatan hunian menunjukan sanitasi lingkungan yang jelek. Penyakit
ada hubungan yang bermakna antara skabies dapat terjadi pada satu keluarga,
kepadatan hunian dan kejadian skabies. tetangga yang berdekatan, bahkan bisa
Hasil penelitian Titiek L, 2014 terjadi di seluruh kampung.
mengemukakan bahwa penyediaan air bersih
berperan dalam penularan skabies karena SARAN
skabies merupakan penyakit berbasis pada Tindakan preventif seperti
persyaratan air bersih. Selain itu kelembaban penyuluhan tentang skabies, penemuan dan
ruangan yang kurang memadai berperan pengobatan penderita serta menjaga
dalam penularan skabies dimana Tungau personal hygiene dan sanitasi rumah dan
dapat hidup selama 24-36 jam pada suhu lingkungan sangat diperlukan dalam
kamar dengan kelembaban 40-80%.18 pencegahan penularan skabies.
Intervensi yang dilakukan terhadap
lingkungan adalah memberi penyuluhan UCAPAN TERIMAKASIH
mengenai skabies (gejala, penatalaksanaan,
Penulis mengucapkan terima kasih terutama
penyebaran penyakit, dan pencegahannya)
kepada Kepala Loka Litbang P2B2
terhadap warga masyarakat dalam satu
Waikabubak, dan semua pihak yang telah
rukun warga. Selain itu, penemuan kasus
membantu dan memberikan dukungannya
skabies pada lingkungan telah dilaporkan
sehingga kajian/tulisan ini dapat
kepada Puskesmas setempat agar mendapat
terselesaikan dengan baik.
perawatan dan pengawasan secara insentif
serta pendapatkan pengobatan skabies
DAFTAR PUSTAKA
misalnya pemberian salep/krim dan obat
lainnya sesuai dosis dan cara penggunaan 1. Steer AC, Jenney AWJ, Kado J,
yang tepat agar skabies dapat disembuhkan Batzloff MR, Vincent SL,
secara tuntas. WaqatakirewaL, et all. High burden of
impetigo and skabies in a tropical
KESIMPULAN country. Plos Negl Trop Dis. 2009; 3 :
467.
Skabies adalah penyakit kulit yang
2. Baker F. Skabies Mangement. Paediatr
disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
Child Health. 2010; 6 : 775.
terhadap Sarcoptes scabiei phylum
3. Soemirat J. Kesehatan Lingkungan.
Arthopoda kelas Arachinida ordo Acarina
Revisi. Gadjah Mada University Press.
family Srcoptidae genus Sarcopes,
2011
Penularannya dengan dua cara kontak
4. Safar R. Parasitologi Kedokteran,
langsung yakni kontak kulit langsung yang
Protozologi Helmitologi Entomologi,
terus menerus dengan penderita
Yrama Widya Bandung, 2009.
skabiesmaupun hewan yang tertular skabies
5. Currie, B.J., Mc. Carthy, J.S.
dan kontak tak langsung dengan penderita
Permethrin and Ivermectrin for Skabies.
melalui penggunaan handuk bersamaan,
N Engl J Med. 2010:362:717-25.
sprei tempat tidur, dan segala hal yang
6. Departemen Kesehatan RI. Analisis
dimiliki penderita skabies. Penyakit ini
Data Laporan Jamkesmas 2010. Buletin
16
Kajian Aspek Epidemiologi Skabies Pada Manusia (Majematang Mading dan Ira Indriaty P.B.Sopi)
17
Jurnal Penyakit Bersumber Binatang Vol. 2 No.2 Maret 2015 9 - 17
Kajian Aspek Epidemiologi Skabies Pada Manusia (Majematang Mading dan Ira Indriaty P.B.Sopi)
18