Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KEGIATAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT

F5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Tidak Menular

SCABIES

Disusun oleh:

dr. Errasworo Murwaningtyas

INTERNSIP DOKTER INDONESIA

PUSKESMAS CEBONGAN KOTA SALATIGA

PERIODE NOVEMBER 2016 MARET 2017


HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Upaya Kesehatan Masyarakat

F1. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Tidak Menular

Topik :

SCABIES

Diajukan dan dipresentasikan dalam rangka praktek klinis dokter internsip


sekaligus sebagai bagian dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter
Indonesia di Puskesmas Kota Salatiga

Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal Maret 2017

Mengetahui,

Dokter Internsip, Dokter Pendamping

dr.Errasworo Murwaningtyas dr. GaluhAjeng Hendrasti

NIP. 19821014 201001 2 017


A. LATAR BELAKANG
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh investasi dan
sensitisasi dari Sarcoptes Scabei. Penyakit ini telah dikenal sejak lama,
yaitu ketika Bonoma dan Cestoni mampu mengilustrasikan sebuah tungau
sebagai penyebab scabies pada tahun 1689. Sejauh ini dilaporkan terdapat
lebih dari empat puluh spesies dari tujuh belas famili dan tujuh ordo
mamalia yang dapat terserang scabies, termasuk mamalia, ternak dan
hewan peliharaan maupun hewan liar.
Manusia pun dapat terjangkit scabies. Scabies dapat menjangkiti
semua orang pada semua umur, ras, dan tingkat ekonomi sosial. Sekitar
tiga ratus juta kasus scabies di seluruh dunia dilaporkan setiap tahunnya.
Menurut Depkes RI, berdasarkan data dari puskesmas seluruh Indonesia
pada tahun 2008, angka kejadian scabies adalah 5,6% - 12,95%. Scabies di
Indonesia menduduki urutan ketiga dari dua belas penyakit kulit tersering.
Scabies sering kali diabaikan karena tidak mengancam jiwa
sehingga prioritas penanganannya rendah. Akan tetapi, penyakit ini dapat
menjadi kronis dan berat serta menimbulkan komplikasi yang berbahaya.
Lesi pada scabies menimbulkan rasa tidak nyaman karena sangat gatal
sehingga penderita seringkali menggaruk dan mengakibatkan infeksi
sekunder terutama oleh bakteri Grup A Streptococcus dan Staphylococcus
aureus. Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara
lain keadaan sosial ekonomi yang rendah, kebersihan yang buruk,
hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas, kesalahan diagnosis, dan
perkembangan demografik seperti keadaan penduduk dan ekologi.
Keadaan tersebut memudahkan transmisi dan infestasi Sarcoptes scabei.
Oleh karena itu, prevalensi scabies yang tinggi umumnya ditemukan di
lingkungan dengan kepadatan penghuni dan kontak interpersonal yang
tinggi seperti asrama, panti asuhan, pondok pesantren, dan penjara.
Oleh karena itu, penyuluhan pada masyarakat secara personal
maupun kelompok dibutuhkan untuk pencegahan scabies dan diagnosis
scabies secara dini. Puskesmas adalah pusat kesehatan masyarakat yang
paling dekat dan mudah menyentuh kalangan masyarakat, oleh karena itu,
sebagai lini pertama pelayanan kesehatan, puskesmas harus mampu
menanggulangi scabies dari upaya promotif, kuratif, rehabilitatif, dan
preventif.

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN SCABIES
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite)
Sarcoptes scabei, yang termasuk dalam kelas Arachnida. Tungau ini
berukuran sangat kecil dan hanya bisa dilihat dengan mikroskop atau
bersifat mikroskopis. Penyakit skabies sering disebut kutu badan. Penyakit
ini juga mudah menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia
dan sebaliknya. Skabies mudah menyebar baik secara langsung atau
melalui sentuhan langsung dengan penderita maupun secara tak
langsung melalui baju, seprai, handuk, bantal, air, atau sisir yang
pernah dipergunakan penderita dan belum dibersihkan dan masih terdapat
tungau sarcoptesnya. Skabies menyebabkan rasa gatal pada bagian kulit
seperti disela-sela jari, siku, selangkangan. Skabies identik dengan
penyakit anak pondok pesantren, penyebabnya adalah kondisi kebersihan
yang kurang terajaga, sanitasi yang buruk, kurang gizi dan kondisi
ruangan terlalu lembab dan kurang mendapat sinar matahari secara
langsung. Penyakit kulit scabies menular dengan cepat pada suatu
komunitas yang tinggal bersama sehingga dalam pengobatannya harus
dilakukan secara serentak dan menyeluruh pada semua orang dan
lingkungan pada komunitas yang terserang skabies, karena apabila
dilakukan pengobatan secara individual maka akan mudah tertular kembali
penyakit skabies.

B. ETIOLOGI
Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthopoda , kelas Arachnida,
ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes
scabiei var. hominis. Secara morfologik merupakan tungau kecil,
berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau
ini transient, berwarna putih, kotor, dan tidak bermata. Ukurannya yang
betina berkisar antara 330 450 mikron x 250 350 mikron, sedangkan
yang jantan lebih kecil, yakni 200 240 mikron x 150 200 mikron.
Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai
alat alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir
dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga
berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat.
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut, setelah kopulasi
(perkawinan) yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-
kadang masih dapat hidup dalam terowongan yang digali oleh yang betina.
Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam
stratum korneum, dengan kecepatan 2 -3 milimeter sehari dan sambil
meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau
50 . Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya.
Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva
yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam
terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2 -3 hari larva akan menjadi
nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang
kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa
memerlukan waktu antara 8 12 hari.
Telur menetas menjadi larva dalam waktu 3 4 hari, kemudian
larva meninggalkan terowongan dan masuk ke dalam folikel rambut.
Selanjutnya larva berubah menjadi nimfa yang akan menjadi parasit
dewasa. Tungau betina akan mati setelah meninggalkan telur, sedangkan
tungau jantan mati setelah kopulasi.
Sarcoptes scabiei betina dapat hidup diluar pada suhu kamar
selama lebih kurang 7 14 hari. Yang diserang adalah bagian kulit yang
tipis dan lembab, contohnya lipatan kulit pada orang dewasa. Pada
bayi, karena seluruh kulitnya masih tipis, dapat menyerang seluruh tubuh.

C. PATOGENESIS
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies,
tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang
terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang
memerlukan waktu kurang lebih satu bulan setelah infestasi. Pada saat itu
kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel,
urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta
dan infeksi sekunder.

D. CARA PENULARAN
Penularan penyakit skabies dapat terjadi secara langsung maupun
tidak langsung, adapun cara penularannya adalah:

1. Kontak langsung (kulit dengan kulit)

Penularan skabies terutama melalui kontak langsung seperti


berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual. Pada orang
dewasa hubungan seksual merupakan hal tersering, sedangkan pada
anak- anak penularan didapat dari orang tua atau temannya.

2. Kontak tidak langsung (melalui benda)

Penularan melalui kontak tidak langsung, misalnya melalui


perlengkapan tidur, pakaian atau handuk dahulu dikatakan mempunyai
peran kecil pada penularan. Namun demikian, penelitian terakhir
menunjukkan bahwa hal tersebut memegang peranan penting
dalam penularan skabies dan dinyatakan bahwa sumber penularan
utama adalah selimut.

E. GEJALA KLINIS
Diagnosa dapat ditegakkan dengan menentukan 2 dari 4 tanda
dibawah ini :

a. Pruritus noktural yaitu gatal pada malam hari karena aktifitas


tungau yang lebih tinggi pada suhu yang lembab dan panas.

b. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya


dalam keluarga, biasanya seluruh anggota keluarga, begitu pula
dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian
besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau
tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota
keluarganya terkena.

c. Adanya kunikulus (terowongan) pada tempat-tempat yang


dicurigai berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis
lurus atau berkelok, rata-rata 1 cm, pada ujung terowongan
ditemukan papula (tonjolan padat) atau vesikel (kantung cairan).
Jika ada infeksi sekunder, timbul polimorf (gelembung leokosit).

d. Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat


ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini. Gatal yang
hebat terutama pada malam sebelum tidur. Adanya tanda : papula
(bintil), pustula (bintil bernanah), ekskoriasi (bekas garukan).

e. Ujud kelainan kulit yang ditunjukkan adalah warna merah, iritasi


dan rasa gatal pada kulit yang umumnya muncul di sela-sela jari,
selangkangan dan lipatan paha, dan muncul gelembung berair.

F. DIAGNOSA SCABIES
Kelainan kulit menyerupai dermatitis, dengan disertai papula,
vesikula, urtika dan lain lain. Garukan tangan dapat timbul erosi,
ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder. Di daerah tropis, hampir setiap
kasus scabies terinfeksi sekunder oleh streptococcus pyogenes.
Diagnosis ditegakkan atas dasar :
a. Adanya terowongan yang sedikit meninggi, berbentuk garis
lurus atau berkelok kelok, panjangnya beberapa milimeter
sampai 1 cm, dan pada ujungnya tampak vesikula, papula,
atau pustula.
b. Tempat predileksi yang khas adalah sela jari, pergelangan
tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian
depan, aerola mammae (wanita), umbilicus, bokong,
genetalia eksterna. Pada orang dewasa jarang terdapat di
muka dan kepala, kecuali pada penderita imunosupresif.
Sedangkan pada bayi, lesi dapat terjadi di seluruh
permukaan kulit.
c. Adanya gatal hebat pada malam hari. Bila lebih dari satu
anggota keluarga menderita gatal, harus dicurigai adanya
scabies. Gatal pada malam hari disebabkan oleh temperatur
tubuh lebih tinggi sehingga aktivitas kutu meningkat.

Diagnosa scabies dilakukan dengan membuat kerokan kulit pada


daerah yang berwarna kemerahan dan terasa gatal. Kerokan yang
dilakukan sebaiknya dilakukan agak dalam hingga kulit mengeluarkan
darah karena sarcoptes betina bermukim agak dalam di kulit dengan
membuat terowongan. Untuk melarutkan kerak digunakan bahan larutan
KOH 10 %, selanjutnya hasil kerokan tersebut diamati dengan mikroskop
dengan perbesaran 10 40 kali. Cara lain adalah dengan meneteskan
minyak imersi pada lesi, dan epidermis di atasnya dikerok secara perlahan
lahan.

G. DIAGNOSIS BANDING
a. Prurigo
Biasanya berupa papul, gatal, predileksi bagian ekstensor ekstremitas,
dan biasanya gatal pada malam hari.
b. Gigitan Serangga
Timbul setelah gigitan berupa urtikaria dan papul.
c. Folikulitits
Nyeri, pustula miliar dikelilingi eritema.

H. PENATALAKSANAAN SCABIES

Penatalaksanaan skabies dibagi menjadi 2 bagian :

a. Penatalaksanaan secara umum.

Pada pasien dianjurkan untuk menjaga kebersihan dan mandi secara


teratur setiap hari. Semua pakaian, sprei, dan handuk yang telah
digunakan harus dicuci secara teratur dan bila perlu direndam
dengan air panas. Demikian pula dengan anggota keluarga yang
beresiko tinggi untuk tertular, terutama bayi dan anak-anak, juga
harus dijaga kebersihannya dan untuk sementara waktu menghindari
terjadinya kontak langsung. Secara umum meningkatkan kebersihan
lingkungan maupun perorangan dan meningkatkan status gizinya.
Beberapa syarat pengobatan yang harus diperhatikan:

a) Semua anggota keluarga harus diperiksa dan semua harus diberi


pengobatan secara serentak.

b) Higiene perorangan : penderita harus mandi bersih, bila perlu


menggunakan sikat untuk menyikat badan. Sesudah mandi
pakaian yang akan dipakai harus disetrika.
c) Semua perlengkapan rumah tangga seperti bangku, sofa, sprei,
bantal, kasur, selimut harus dibersihkan dan dijemur dibawah
sinar matahari selama beberapa jam.

b. Penatalaksanaan secara khusus.

Dengan menggunakan obat-obatan (Djuanda, 2010), obat-obat


anti skabies yang tersedia dalam bentuk topikal antara lain:

1) Belerang endap (sulfur presipitatum), dengan kadar 4-20% dalam


bentuk salep atau krim. Kekurangannya ialah berbau dan
mengotori pakaian dan kadang-kadang menimbulkan iritasi.
Dapat dipakai pada bayi berumur kurang dari 2 tahun.

2) Emulsi benzil-benzoas (20-25%), efektif terhadap semua stadium,


diberikan setiap malam selama tiga hari. Obat ini sulit diperoleh,
sering memberi iritasi, dan kadang-kadang makin gatal setelah
dipakai.

3) Gama benzena heksa klorida (gameksan = gammexane) kadarnya


1% dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif
terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan jarang memberi
iritasi. Pemberiannya cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala
diulangi seminggu kemudian.

4) Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat


pilihan, mempunyai dua efek sebagai anti skabies dan anti gatal.
Harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra.

5) Permetrin dengan kadar 5% dalam krim, kurang toksik


dibandingkan gameksan, efektifitasnya sama, aplikasi hanya
sekali dan dihapus setelah 10 jam. Bila belum sembuh diulangi
setelah seminggu. Tidak anjurkan pada bayi di bawah umur 12
bulan.
I. PROGNOSIS
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakain obat, serta
syarat pengobatan dapat menghilangkan faktor predisposisi (antara lain
hiegene), maka penyakit ini memberikan prognosis yang baik.

J. PENCEGAHAN SCABIES
Cara pencegahan penyakit skabies adalah dengan :
a. Mandi secara teratur dengan menggunakan sabun.
b. Mencuci pakaian, sprei, sarung bantal, selimut dan lainnya secara
teratur minimal 2 kali dalam seminggu.

c. Menjemur kasur dan bantal minimal 2 minggu sekali.

d. Tidak saling bertukar pakaian dan handuk dengan orang lain.


e. Hindari kontak dengan orang-orang atau kain serta pakaian yang
dicurigai terinfeksi tungau skabies.

f. Menjaga kebersihan rumah dan berventilasi cukup.

Menjaga kebersihan tubuh sangat penting untuk menjaga infestasi


parasit. Sebaiknya mandi dua kali sehari, serta menghindari kontak
langsung dengan penderita, mengingat parasit mudah menular pada kulit.
Walaupun penyakit ini hanya merupakan penyakit kulit biasa, dan
tidak membahayakan jiwa, namun penyakit ini sangat
mengganggu kehidupan sehari-hari. Bila pengobatan sudah dilakukan
secara tuntas, tidak menjamin terbebas dari infeksi ulang, langkah
yang dapat diambil adalah sebagai berikut :

a. Cuci sisir, sikat rambut dan perhiasan rambut dengan


cara merendam di cairan antiseptik.

b. Cuci semua handuk, pakaian, sprei dalam air sabun hangat


dan gunakan seterika panas untuk membunuh semua telurnya,
atau dicuci kering.
c. Keringkan peci yang bersih, kerudung dan
jaket.

d. Hindari pemakaian bersama sisir, mukena atau jilbab

Departemen Kesehatan RI (2007) memberikan beberapa cara


pencegahan yaitu dengan dilakukan penyuluhan kepada masyarakat
dan komunitas kesehatan tentang cara penularan, diagnosis dini dan cara
pengobatan penderita skabies dan orang-orang yang kontak dengan
penderita skabies,meliputi :

a. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitarnya. Laporan


kepada Dinas Kesehatan setempat namun laporan resmi jarang
dilakukan.

b. Isolasi santri yang terinfeksi dilarang masuk ke dalam pondok


sampai dilakukan pengobatan. Penderita yang dirawat di Rumah
Sakit diisolasi sampai dengan 24 jam setelah dilakukan pengobatan
yang efektif. Disinfeksi serentak yaitu pakaian dalam dan sprei
yang digunakan oleh penderita dalam 48 jam pertama sebelum
pengobatan dicuci dengan menggunakan sistem pemanasan pada
proses pencucian dan pengeringan, hal ini dapat membunuh kutu dan
telur.

LAPORAN KASUS

I. IDENTIFIKASI PASIEN
Nama : Sdri. ZN
Umur : 16 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Susukan
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Gatal di tangan, kaki dan perut.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh gatal di tangan, kaki dan sekitar pusar selama 5
hari. Awalnya merah, kemudian menjadi bintil berair dan ada yang
bernanah. Gatal dirasakan lebih berat saat malam dan pagi hari
setelah bangun tidur. Tidak ada demam sebelum munculnya lesi
pada kulit.
Riwayat Penyakit Dahulu
- Pasien tidak pernah mengalami hal serupa sebelumnya
- Pasien tidak memiliki riwayat keadaan medis tertentu, seperti
DM, hipertensi, dan asma.
- Pasien tidak memiliki alergi obat ataupun alergi oleh alergen
lain.
Riwayat Penyakit Keluarga
- Keluarga tidak pernah mengalami hal serupa dahulu maupun
sekarang.
- Keluarga tidak pernah memiliki kondisi medis tertentu seperti
DM, hipertensi, dan asma.
- Keluarga tidak pernah memiliki alergi obat dan alergi karena
alergen lain.
Riwayat Sosial
- Pasien tinggal di rumah bersama orang tua dan adiknya.
- Seminggu lalu, pasien kontak dengan teman yang menderita
gatal serupa. Teman pasien tinggal di pondok pesantren yang
sedang mudik.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : baik, pasien tampak sehat
Kesadaran : compos mentis
Tanda Vital : 110 / 70 mmHg
Status lokalis kulit
Ditemukan UKK berupa papul pustul dengan diameter 0,3
0,5 cm dan eritem pada lesi dan di sekitarnya. Batas lesi
tegas berbentuk bulat dan beberapa tidak teratur. Jumlah
lesi multipel dan tersebar di area tangan, perut sekitar pusar
dan kaki. Didaparkan ekskoriasi di beberapa lesi akibat
garukan dari pasien.
IV. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan laboratorium tidak dilakukan.
V. DIAGNOSIS KERJA
Scabies
VI. DIAGNOSIS DIFERENSIAL
- Prurigo
- Gigitan serangga
- Folikulitis
VII. PENATALAKSANAAN
Scabimite
Digunakan tipis tipis pada malam hari sebelum tidur di
seluruh tubuh yang terkena lesi scabies. Setelah salep
digunakan, pasien dianjurkan untuk tidak mandi selama 8
12 jam. Setelah itu diedukasi satu minggu kemudian
kontrol ke puskesmas.

Gentamycin zalf tube no I, 3 x ue


Digunakan setelah mandi setelah pemakaian scabimite,
digunakan 3 kali sehari pada daerah yang luka.
Cetirizine syrup 1 x 1cth
Diminum 1 kali sehari pada malam hari.
VIII. EDUKASI
Mandi teratur selama 2 kali sehari.
Jangan memakai benda bersamaan seperti handuk, pakaian.
Sprei, sarung bantal dan guling disarankan untuk direbus.
Kasur dijemur di sinar matahari terik.
Cuci tangan pakai sabun dengan langkah yang benar.
Memakai dan minum obat sesuai anjuran.
Kontrol seminggu setelah hari periksa.
Bila ada saudara serumah yang mengalami hal serupa, harus
segera ke puskesmas untuk diperiksa dan diobati.
PEMBAHASAN

Pasien datang dengan keluhan gatal pada tangan, perut dan kaki. Gatal
dirasakan pada malam hari dan pagi hari setelah bangun tidur. Pada awal keluhan,
pasien mengatakan bahwa muncul lesi kemerahan, kemudian menjadi berair dan
sebagian bernanah. Karena gatal, pasien menggaruk lesi kulit, dan akhirnya
menjadi luka. Keluhan sudah dirasakan selama 5 hari ini.

Sebelum merasakan gejala, pasien bermain atau melakukan kontak


langsung dengan penderita gatal serupa, yaitu temannya dari pondok pesantren.
Penderita melakukan salaman, bercium pipi, dan merangkul. Penderita mengaku
tidak pernah bertukar pakaian selama teman penderita mengalami hal serupa.

Pada pemeriksaan fisik, ditemukan ujud kelainan kulit berupa papul pustul
dengan diameter 0,3 0,5 cm dan eritem pada lesi dan di sekitarnya. Batas lesi
tegas berbentuk bulat dan beberapa tidak teratur. Jumlah lesi multipel dan tersebar
di area tangan, perut sekitar pusar dan kaki. Didaparkan ekskoriasi di beberapa
lesi akibat garukan dari pasien.

Berdasarkan anamnesa dan pemeriksa fisik, dapat disimpulkan bahwa


pasien menderita penyakit scabies dari kontak langsung pada penderita.

Penderita diberi pengobatan medikamnetosa yaitu Scabimite, Gentamycin,


dan Cetirizine, dengan aturan sebagai berikut :

Scabimite
Digunakan tipis tipis pada malam hari sebelum tidur di
seluruh tubuh yang terkena lesi scabies. Setelah salep
digunakan, pasien dianjurkan untuk tidak mandi selama 8
12 jam. Setelah itu diedukasi satu minggu kemudian
kontrol ke puskesmas.

Gentamycin zalf tube no I, 3 x ue


Digunakan setelah mandi setelah pemakaian scabimite,
digunakan 3 kali sehari pada daerah yang luka.
Cetirizine syrup 1 x 1cth
Diminum 1 kali sehari pada malam hari.

Kemudian pasien juga diedkasi untuk menjaga hygine diri, menjaga


hygine lingkungan, dan menggunakan obat sesuai dengan anjuran dokter, seperti
sebagai berikut :

Mandi teratur selama 2 kali sehari.


Jangan memakai benda bersamaan seperti handuk, pakaian.
Sprei, sarung bantal dan guling disarankan untuk direbus.
Kasur dijemur di sinar matahari terik.
Cuci tangan pakai sabun dengan langkah yang benar.
Memakai dan minum obat sesuai anjuran.
Kontrol seminggu setelah hari periksa.

Mengingat scabies masih merajalela di masyarakat Salatiga, penyuluhan


mengenai scabies sangat diperlukan meliputi apa itu scabies hingga pencegahan
scabies. Terkadang masyarakat menyepelekan scabies karena penyakit ini
memang tidak mematikan. Namun, masyarakat perlu mengetahui juga akibat
scabies yang tidak diobati agar masyarakat segera tanggap pada kasus scabies
sejak dini.

Penyuluhan cuci tangan memakai sabun dengan langkah yang benar juga
harus dilakukan secara berkala, karena metode ini merupakan metode pencegahan
yang paling ampuh dan paling hemat biaya namun sering disepelekan oleh
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

1. Syailindra, Firza. 2016. Scabies. Lampung : Bagian Parasitologi,


Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
2. Tabri. 2003. Scabies Pada Bayi dan Anak. Jakarta : Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
3. Fitzpatricks. 2003.Color Atlas and Synopsis of Clinical
Dermatology. United States : The McGraw-Hill Companies
4. Wardhana, A. H. Manurung dan T. Iskandar. 2006. Skabies :
Tantangan Penyakit Zoonosis Masa Kini dan Masa Datang.

Anda mungkin juga menyukai