PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dermatitis seboroik disebabkan oleh adanya peningkatan produksi sebum pada daerah kulit
kepala dan daerah wajah yang terdapat banyak folikel sebasea.Meskipun, demikian,
penyebab pasti dari dermatitis seborik belum diketahui tetapi seringkali dihubungkan antara
reaksi inflamasi pada kulit dengan Pityrosporum ovale. Beberapa faktor lain turut menjadi
predisposisi sebagai pemicu dermatitis seboroik seperti faktor genetik dan lingkungan,
hormonal, kelainan imun dan neurologik.
Dermatitis seboroik paling sering terjadi pada dua puncak umur yakni pada kelompok
anak dan dewasa. Pada kelompok anak sering didapatkan pada 3 bulan pertama kehidupan
dan kelompok dewasa dalam dekade keempat hingga ke tujuh. Dematitis seboroik pada anak
khususnya pada kelompok bayi, dapat sembuh spontan dalam usia 6 hingga 12 bulan,
sementara dermatitis seboroik pada orang dewasa dapat bersifat kronik dan membutuhkan
perawatan seumur hidup.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Dermatitis seboroik adalah penyakit inflamatoir kulit yang biasanya dimulai pada
kulit kepala, dan kemudian menjalar ke muka, kuduk, leher dan badan.1 Istilah dermatitis
seboroik (D.S.) dipakai untuk segolongan kelainan kulit yang didasari oleh faktor konstitusi
dan bertempat predileksi di tempat-tempat seboroik. 2 Penyakit ini sering kali dihubungkan
dengan peningkatan produksi sebum (seborrhea) dari kulit kepala dan daerah muka serta
batang tubuh yang kaya akan folikel sebaceous. Dermatitis seboroik sering ditemukan dan
biasanya mudah dikenali. Kulit yang terkena biasanya berwarna merah muda (eritema),
membengkak, ditutupi dengan sisik berwarna kuning kecoklatan dan berkerak. 3,4 Penyakit ini
dapat mengenai semua golongan umur, tetapi lebih dominan pada orang dewasa. Pada orang
dewasa penyakit ini cenderung berulang, tetapi biasanya dengan mudah dikendalikan.
Kelainan ini pada kulit kepala umumnya dikenal sebagai ketombe pada orang dewasa dan
keluar saraf (cradle cap) pada bayi.5
Tidak ada data pasti yang tersedia pada insiden dan prevalensi, tetapi penyakit ini
diyakini lebih banyak ditemukan daripada psoriasis, misalnya, mempengaruhi minimal 2-5 %
dari populasi. Dermatitis seboroik sedikit lebih sering terjadi pada laki-laki dan berusia
kepala dua, satu di bayi dalam 3 bulan pertama kehidupan dan yang kedua sekitar dekade
keempat sampai ketujuh kehidupan. Prevalensinya 40-80 % pada pasien dengan acquired
immunodeficiency syndrome.3 Sedangkan di Amerika Serikat prevalensi dari Dermatitis
seboroik adalah sekitar 1-3% dari jumlah populasi umum, dan 3-5% terjadi pada dewasa
muda.4
Etiopatogenesis
2
disebabkan oleh makanan yang berlemak, tinggi kalori, akibat minum alkohol dan gangguan
emosi.1,2
Banyak percobaan telah dilakukan untuk menghubungkan penyakit ini dengan infeksi
oleh bakteri atau Pityrosporum ovale yang merupakan flora normal kulit manusia.
Pertumbuhan P.ovale yang berlebihan dapat mengakibatkan reaksi inflamasi, baik akibat
produk metabolitnya yang masuk ke dalam epidermis maupun karena sel jamur itu sendiri,
melalui aktivasi sel limfosit T dan sel Langerhans. Penelitian di Rosenberg telah
menunjukkan bahwa 2% ketokonazole kream dapat mengurangi jumlah dari organism yang
3
terdapat pada lesi di kulit kepala atau kulit yang berminyak, pada saat yang bersamaan juga
dapat menghilangkan gejala dermatitis seboroik. Penjelasan ini dimana jamur yang menjadi
penyebabnya dapat dilkakukan pencegahannya. Akan tetapi, penelitian lain menunjukkan
bahwa P. ovale dapat terjadi pada kulit kepala yang tidak menunjukkan gejala klinis dari
penyakit ini. Status seboroik sering berasosiasi dengan meningginya sukseptibilitas terhadap
infeksi piogenik, tetapi tidak terbukti bahwa mikroorganisme inilah yang menyebabkan
dermatitis seboroik.2,3
Kondisi ini dapat diperburuk dengan meningkatnya keringat. Stress emosional dapat
mempengaruhi penyakit ini juga. Dermatitis seboroik dapat juga menjadi komplikasi dari
Parkinsonisme, yang berhubungan dengan seborrhoea. Pengobatan dari parkinson dengan
levodopa mengurangi ekskresi sebum sejak seborrhea pertama kali ditemukan, tetapi tidak
ada efeknya pada kecepatan ekskresi sebum yang normal. Obat neuroleptik yang digunakan
untuk menginduksi parkinsonsnisme, salah satunya haloperidol, dapat juga menginduksi
terjadinya dermatitis seboroik.
Histopatologis
Biopsi kulit dapat efektif membedakan dermatitis seboroik dengan penyakit sejenis.
Pada dermatitis seboroik terdapat neutrofil dalam skuama krusta pada sisi ostia follicular.
4
AIDS berkaitan dengan dermatitis seboroik tampak sebagai parakeratosis, nekrotik
keratinosites dalam epidermis dan sel plasma dalam dermis. Ragi kadang tampak dalam
keratinosites dengan pengecatan khusus. 11
Gejala klinis
Kelainan kulit terdiri atas eritema dan skuama yang berminyak dan agak kekuningan,
batasnya agak kurang tegas. Dermatitis seboroik yang ringan hanya mengenai kulit kepala
berupa skuama-skuama yang halus, mulai sebagai bercak kecil yang kemudian mengenai
seluruh kulit kepala dengan skuama-skuama yang halus dan kasar. Kelaianan tersebut
pitiriasis sika (ketombe, dandruff). Bentuk yang berminyak disebut pitiriasis steatoides yang
dapat disertai eritema dan krusta-krusta yang tebal. Rambut pada tempat tersebut mempunyai
kecenderungan rontok, mulai di bagian vertex dan frontal.
Bentuk yang berat ditandai dengan adanya bercak-bercak yang berskuama dan
berminyak disertai eksudasi dan krusta tebal. Sering meluas ke dahi, glabela, telinga
postaurikular dan leher. Pada daerah dahi tersebut, batasnya sering cembung.
Pada bentuk yang lebih berat lagi, seluruh kepala tertutup oleh krusta-krusta yang
kotor, dan berbau tidak sedap. Pada bayi, skuama-skuama yang kekuningan dan kumpulan
debris-debris epitel yang lekat pada kulit kepala disebut cradle cap.
5
Gambar 1. Dermatitis seboroik yang
berat pada wajah
Selain tempat-tempat tersebut dermatitis seboroik juga dapat mengenai liang telinga
luar, lipatan nasolabial, daerah sterna, areola mamae, lipatan di bawah mamae pada wanita,
interskapular, umbilicus, lipat paha, dan daerah anogenital. Pada daerah pipi, hidung, dan
dahi, kelainan dapat berupa papul-papul.
Pada telinga, dermatitis seboroik sering disalahartikan dengan radang daun telinga
ayng disebabkan oleh jamur (otomikosis). Disana terdapat kulit terkelupas pada lubang
telinga, dan disekitar meatus auditivus, dan depan daun telinga. Pada daerah ini kulit biasanya
berubah menjadi kemerahan, dengan lubang-lubang dan bengkak. Eksudasi serosa,
pembengkakan pada telinga dan daerah sekitarnya. Pemberian tetes cortipsorin otic, berisi
polymyxin B-hydrocortisone, 4 tetes pada saluran telinga, biasanya untuk membersihkan.
Tridesilon Otic lotion, 0,5 persen desonide dan 2 persen asam asetat, juga efektif.
6
Dermatitis seboroik pada wajah juga bisa berbentuk erupsi popular pada pipi, hidung
dan dahi. Kemerahan yang tampakpada area alar-malar disebut dyssebacea. Sodium
sulfacetamide, bisa digunakan pada 10% krim yang cocok diantaranya desonide (Tridesilon),
hamper menajdi pengobatan yang spesifik untuk dyssebacea.
Pada bibir dan mukosa tidak biasanya terkena, tapi kadang-kadang terdapat perubahan
pada bibir, yang disebut cheilits exfoliativa. Tampak bibir berwarna merha terang, kering,
terkelupas, dan berlobang.
Dermatitis seboroik biasa pada lipat paha dan bokong, dimana terlihat seperti kurap,
psoariasis, atau jamuran. Garinya terlihat seperti kulit terkelupas pada keduanya dan simetris.
Pada lokasi ini lobang-lobang dapat ditemukan dan mungkin juga terdapat garis psoariformis
dengan kulit kering pada beberapa kasus.
Dermatitis seboroik dapat bersama-sama dengan akne yang berat. Jika meluas dapat
menjadi eritroderma, pada bayi disebut penyakit Leiner.
Gambaran klinis dan perjalanan penyakit dari dermatitis seboroik berbeda pada bayi dan
orang dewasa.
1. Pada kepala (kulit kepala daerah frontal dan parietal) khas disebut cradle crap,
dengan krusta tebal, pecah-pecah dan berminyak tanpa ada dasar kemerahan dan
kurang / tidak gatal
2. Pada lokasi lain seperti lipatan belakang telinga, pinna telinga, dan leher, lesi
tampak kemerahan atau merah kekuningan yang tertutup dengan skuama yang
berminyak, kurang / tidak gatal.
Perjalanan penyakit ini pada bayi biasanya berlanjut mingguan sampai bulanan.
Kekambuhan jarang terjadi. Dan prognosis penyakit ini pada bayi adalah baik.
7
Differensial diagnosis dari dermatitis seboroik pada bayi termasuk didalamnya
dermatitis atopik (yang biasanya dimulai setelah bulan ketiga kehidupan), psoriasis
pada bayi baru lahir, penyakit yang jarang seperti skabies dan histiositosis X. Yang
paling baik untuk membedakan ciri antara dermatitis atopik dengan dermatitis
seboroik adalah
Komplikasi dari dermatitis pada bayi ini pertama kali dijelaskan oleh Leiner pada
tahun 1908 dimana waktu itu penyakit ini ditemukan pada bayi yang baru lahir dan
pada saat perwatan di rumah sakit dari umur bayi 6 sapai 20 minggu yang terlihat
sebagai dermatitis exfoliativa pada seluruh tubuh dengan tanda kemerahan dan kulit
yang terkelupas, biasanya sama seperti beberapa type dari dermatitis seboroik.
Penyakit ini biasanya dimulai dari bagian sekitar anus dan daerah ketiak, lalu terlihat
kulit terkelupas, area intertriginosa, leher, dan ekstremitas. Awal mulanya ditemukan
infalmasi kemerahan yang menyebar, yang meliputi seluruh tubuh. Semakin lama
kulit akan diliputi tumpukan kulit kering yang berwarna putih keabu-abuan. Pada
faktanya, dalam proses yang terjadi akan terjadi exfoliasi umum, dan penipisan dari
kulit. Kulit kepala selalu terlihat krusta tipis dan kulit yang hancur. Terdapat
pembesaran kelenjar.
Menyerang pada bayi yang baru lahir yang kebanyakan ditemukan pada masyarakat
yang miskin. Diare, muntah, dan infeksi berkelanjutan pasti akan terjadi.
8
B. Dermatitis seboroik pada dewasa (pada usia pubertas, rata-rata pada usia 18-40
tahun, dapat pada usia tua)3
Gambaran klinis dan perjalanan dari penyakit ini berbeda antara remaja dan bayi.
1. Umumnya gatal
2. Pada area seboroik berupa makula atau plakat, folikular, perifolikular, atau
papulae,
dan krusta tipis sampai tebal yang kering, basah atau berminyak.
3. Bersifat kronis dan mudah kambuh, sering berkaitan dengan kelelahanm stress,
atau
Perjalanan penyakit biasanya berlangsung dalam waktu yang lama. Periode perbaikan
pada musim panas dan kambuh kembali pada musim dingin. Pembesaran lesi dapat
terjadi sebagai akibat dari perubahan musim terutama efek dari paparan sinar
matahari.
Diagnosis banding
Gambaran klinis yang khas pada dermatitis seboroik ialah skuama yang berminyak
dan kekuningan dan berlokasi di tempat-tempat seboroik. Diagnosis banding dermatitis
seboroik tergantung pada lokasi dari kelainan dan umur dari pasien. Pada anak, diferensial
diagnosisnya adalah dermatitis atopik, tinea kapitis dan psoriasis.
1. Psoriasis Vulgaris
Psoriasis vulgaris meskipun jarang pada bayi, memiliki ciri yang mirip dengan dermatitis
seboroik. Bedanya terdapat skuama yang tebal, kasar, dan berlapis-lapis, disertai tanda
tetesan lilin, Kobner dan Auspitz. Tempat predileksinya juga berbeda, psoriasis sering
terdapat di ekstremitas bagian ekstensor terutama siku, lutut, kuku dan daerah lumbosakral.
9
Jika psoriasis mengenai scalp, maka sukar dibedakan dengan DS. Perbedaannya ialah
skuamanya lebih tebal dan putih, seperti mika. Psoriasis inversa yang mengenai daerah
fleksor juga dapat menyerupai DS. Selain itu, pada pemeriksan histopatologis terdapat
papilomatosis.
2. Pitiriasis Rosea
Pitiriasis rosea ialah penyakit kulit yang belum diketahui penyebabnya, dimulai dengan lesi
inisial berbentuk eritema dan skuama halus. Lesi awal berupa herald patch, umumnya di
badan, soliter, bentuk oval dan terdiri atas eritema serta skuama halus dan tidak berminyak di
pinggir. Lesi berikutnya lebih khas yang dapat dibedakan dengan DS, yaitu lesi yang
menyerupai pohon cemara terbalik. Tempat predileksinya juga berbeda, lebih sering pada
badan, lengan atas bagian proksimal dan paha atas, jarang pada kulit kepala.
3. Tinea kapitis
Tinea kapitis adalah kelainan pada kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh spesies
dermatofit dan biasanya menyerang anakanak. Kelainan pada tinea kapitis dapat ditandai
dengan lesi bersisik, kemerahan, alopesia dan kadang-kadang terjadi gambaran klinis yang
lebih berat, yaitu kerion. Bercak-bercak seboroik pada kulit kepala yang berambut kadang-
kadang membingungkan. Biasanya lesi DS pada kulit kepala lebih merata dan mempunyai
lesi kulit yang simetris distribusinya. Pada tinea kapitis dan tinea kruris, eritema lebih
menonjol di pinggir dan pinggirannya lebih aktif dibandingkan di tengahnya. Pada
pemeriksaan didapatkan KOH positif dimana terlihat hifa yang bersekat, bercabang, serta
spora. Untuk menyingkirkan tinea kapitis dapat dilakukan pemeriksaan kerokan kulit pada
kultur jamur.
Liken simpleks kronikus adalah peradangan kulit kronis yang gatal, sirkumskrip ditandai
dengan kulit tebal dan garis kulit tampak lebih menonjol (likenfikasi). Tidak biasa terjadi
pada anak tetapi pada usia ke atas, berbeda dengan DS yang sering juga terjadi pada bayi dan
anak-anak. Timbul sebagai lesi tunggal pada daerah kulit kepala bagian posterior atau sekitar
telinga. Tempat predileksi di kulit kepala dan tengkuk, sehingga kadang sukar dibedakan
dengan DS. Yang membedakannya ialah adanya likensifikasi pada penyakit ini.
10
5. Dermatitis Atopik
Dermatitis Atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal. Biasanya
terjadi pada bayi atau anak-anak. Skuama kering dan difus, berbeda dengan DS yang
skuamanya berminyak dan kekuningan. Selain itu, pada dermatitis atopik dapat terjadi
likenfikasi. Ciri khas yang paling berguna sebagai pembeda dermatitis seboroik dari
dermatitis atopik adalah adanya lesi yang makin meningkat jumlahnya di daerah dahi dan
dagu pada tahap awal, dan di axilla pada tahap lebih lanjut. Selain itu dermatitis seboroik
biasanya hilang spontan dalam usia 6-12 bulan. Tes-tes dengan bahan-bahan allergen dan
pemeriksaan kadar IgE merupakan tanda khas dermatitis atopik.
SLE adalah penyakit yang basanya bersifat akut, multisistemik dan menyerang jaringan
konektif dan vaskular. SLE sulit dibedakan dengan DS, oleh karena pada SLE juga dapat
dijumpai skuama. Yang dapat membedakan ialah lesi SLE berbentuk seperti kupu-kupu,
tersering di area molar dan nasal dengan sedikit edema, eritema dan atrofi. Terdapat gejala
demam, malaise, serta tes antibodi-antinuklear (+).
7. Rosasea
Rosasea adalah penyakit kulit kronis pada derah sentral wajah (yang menonjol/ cembung).
Gambaran histopatologi terdapat daerah ektasia vaskular, edema dermis dan diorganisasi
jaringan konektif dermis. Ditandai dengan kemerahan pada kulit dan talangiektasis, disertai
episode peradangan yang memunculkan erupsi, papul, pustul dan edema.
8. Kandidosis
Kandidiasis adalah penyakit jamur yang disebabkan oleh spesies Candida, biasanya oleh
Candida albicans. Kandidosis kadang sulit dibedakan dengan DS jika mengenai lipatan paha
dan perianal. Lesi dapat berupa bercak yang berbatas tegas, bersisik dan basah. Perbedaannya
ialah pada kandidiasis terdapat eritema berwarna merah cerah berbatas tegas dengan satelit-
satelit di sekitarnya. Predileksinya juga bukan pada daerah-daerah yang berminyak, tetapi
lebih sering pada daerah yang lembab. Selain itu, pada pemeriksaan dengan larutan KOH 10
%, terlihat sel ragi, blastospora atau hifa semu.
Pemeriksaan Penunjang
11
Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada pasien dermatitis seboroik adalah
pemeriksaan histopatologi walaupun gambarannya kadang juga ditemukan pada penyakit
lain, seperti pada dermatitis atopik atau psoriasis. Gambaran histopatologi tergantung dari
stadium penyakit.
Secara umum terbagi atas tiga tingkat : akut, sub akut dan kronik. Pada akut dan sub
akut, terdapat sedikit infiltrat perivaskuler berupa limfosit dan histiosit, ada spongiosis dan
hiperplasia psoriasiformis. Dapat pula ditemukan folikel yang tersumbat oleh proses
ortokeratosis dan parakeratosis ataupun oleh krusta-skuama yang mengandung neutropil yang
menutupi ostium folikularis.
Pada bagian epidermis. Dijumpai parakeratosis dan akantosis. Pada korium, dijumpai
pembuluh darah melebar dan sebukan perivaskuler. Pada DS akut dan subakut, epidermisnya
ekonthoik, terdapat infiltrat limfosit dan histiosit dalam jumlah sedikit pada perivaskuler
superfisial, spongiosis ringan hingga sedang, hiperplasia psoriasiform ringan, ortokeratosis
dan parakeratosis yang menyumbat folikuler, serta adanya skuama dan krusta yang
mengandung netrofil pada ostium folikuler. Gambaran ini merupakan gambaran yang khas.
Pada dermis bagian atas, dijumpai sebukan ringan limfohistiosit perivaskular. Pada DS
kronik, terjadi dilatasi kapiler dan vena pada pleksus superfisial selain dari gambaran yang
telah disebutkan di atas yang hamper sama dengan gambaran psoriasis. 10
Kultur jamur dan kerokan kulit amat bermanfaat untuk menyingkirkan tinea kapitis maupun
infeksi yang disebabkan kuman lainnya.
Pemeriksaan komposisi lemak pada permukaan kulit dimana memiliki karakteristik yang
khas yakni menigkatnya kadar kolesterol, trigliserida dan parafin disertai penurunan kadar
squalene, asam lemak bebas dan wax ester.
Pengobatan
12
Kasus-kasus yang telah mempunyai faktor konstitusi agak sukar disembuhkan,
meskipun penyakitnya dapat terkontrol. Faktor predisposisi hendaknya diperhatikan,
misalnya stres emosional dan kurang tidur. Mengenai diet, dianjurkan miskin lemak.
Pada Bayi3
1. Kulit kepala
Pengobatan terdiri dari 3-5% asam salisilat dalam minyak zaitun atau air, diaplikasikan
emollientngan glukokortikosteroid dalam cream atau lotion selama beberapa hari, sampo
bayi, perawatan kulit yang teratur dengan emollient, cream, dan pasta.
2. Area intertriginosa
Pengobatan meliputi lotion pengering, seperti 0,2-0,5 % clioquinol dalam zinc lotion atau
zinc oil. Pada kandidiasis lotion atau cream nistatin atau amphotericin B dapat dicampur
dengan pasta lembut.
Pada dewasa
1. kulit kepala
Dianjurkan sampo yang mengandung selenium sulfide, imidazoles, zinc pyrithion, benzoyl
peroxide, asam salisilat, tar atau deterjen. Keraknya dapat diperbaiki dengan pemberian
glucocorticosteroid pada malam hari, atau asam salisilat dalam larutan air. Tinctura, larutan
alkohol, tonik rambut, dan produk sejenis biasanya memicu terjadinya inflamasi dan harus
dihindari.3
Pasien harus menghindari salep berminyak dan mengurangi penggunaan sabun. Larutan
alkohol, penggunaan lotion sebelum dan sesudah cukur tidak dianjurkan. Glucocorticosteroid
dosis rendah (hydrocortison) cepat membantu pengobatan penyakit ini, penggunaan yang
tidak terkontrol akan menyebabkan dermatitis steroid, rebound phenomenon steroid, steroid
rosacea dan dermatitis perioral.3
Dermatitis seboroik adalah salah satu manifestasi klinis yang sering terjadi pada pasien
dengan AIDS. Sehingga merupakan salah satu lesi tanda dan harus lebih hati-hati dalam
menangani pasien dengan resiko tinggi.
13
3. Antifungal
Pengobatan antifungal seperti imidazole dapat memberikan hasil yang baik. Biasanya
digunakan 2 % dalam sampo dan cream. Dalam pengujian yang berbeda menunjukkan 75-95
% terdapat perbaikan. Dalam percobaan ini hanya ketokonazol dan itakonazol yang
dipelajari, imidazole yang lain seperti econazole, clotrimazol, miconazol, oksikonazol,
isokonazol, siklopiroxolamin mungkin juga efektif. Imidazol seperti obat antifungal lainnya,
memiliki spektrum yang luas, anti inflamasi dan menghambat sintesis dari sel lemak.3
4. Metronidazole
Metronidazol topikal dapat berguna sebagai pengobatan alternatif untuk dermatitis seboroik.
Metronidazol telah berhasil digunakan pada pasien dengan rosacea. Tidak ada studi yang
formal, dan obat ini hanya terdaftar sebagai pengobatan untuk rosacea. Rekomendasi ini
berdasarkan pengalaman pribadi.3
Pengobatan sistemik
Kortikosteroid digunakan pada bentuk yang berat, dosis prednisone 20-30 mg sehari.
Jika telah ada perbaiakn, dosis diturunkan perlahan-lahan. Kalau disertai infeksi sekunder
diberi antibiotic.
Pada D.S. yang parah juga dapat diobati dengan narrow band UVB (TL-01) yang
cukup aman dan efektif. Setelah pemberian terapi 3 x seminggu selama 8 minggu, sebagian
besar penderita mengalami perbaikan.
Bila pada sediaan langsung terdapat P. ovale yang banyak dapat diberikan
ketokonazol, dosisnya 200 mg per hari.
Pengobatan topical
14
Pada pitiriasis sika dan oleosa, seminggu 2 3 kali scalp dikeramasi selama 5 15
menit, misalnya dengan selenium sufida (selsun). Jika terdapat skuama dan krusta diberi
emolien, misalnya krim urea 10%. Obat lain yang dapat dipakai untuk D.S. ialah :
Prognosis
Seperti telah dijelaskan pada sebagian kasus yang mempunyai factor konstitusi
penyakit ini agak sukar disembuhkan, meskipun terkontrol.2
Edukasi Pasien
15
BAB III
DESKRIPSI KASUS
I. Anamnesis
A. Identitas
Nama : An. B
Agama : Islam
B. Keluhan Utama
Sisik tebal pada kulit, terutama kulit kepala.
16
mometason furoat 0.1 % krim. Pada saat kunjungan rumah tanggal 5 Maret 2017,
kondisi kulit pasien sudah mengalami perbaikan, namun sisik pada kulit kepala
tampak masih tebal.
Riwayat persalinan
Ibu bersalin secara spontan pada usia kehamilan + 39 minggu di RS DKT
Salatiga. Tidak ada kelainan pada saat persalinan. Anak lahir dengan berat
badan 3250 gram, panjang 47 cm dan menangis kuat.
R. alergi : disangkal
F. Riwayat Keluarga
R. sakit serupa : disangkal
17
R. alergi : (+) karet pakaian pada ibu pasien
G. Riwayat Kebiasaan
Pasien tinggal di rumah bersama orangtuanya. Pasien mandi 2x sehari.
Tinggi Badan : 54 cm
N : 110 x/menit
B. Status Dermatologis
Regio kulit kepala : tampak sisik tebal memenuhi kulit kepala.
Regio perut dan punggung: tampak sisik tipis pada perut dan punggung pasien,
disertai dengan multiple makula hipopigmentasi berbatas tegas.
18
Non medikamentosa
Medikamentosa
V. PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad sanam : bonam
Ad fungsionam : bonam
19
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
Keluhan yang dialami oleh pasien diakibatkan oleh penyakit Dermatitis Seboroik.
Penyakit ini sering kali dihubungkan dengan peningkatan produksi sebum (seborrhea)
dari kulit kepala dan daerah muka serta batang tubuh yang kaya akan folikel sebaceous.
Dermatitis seboroik sering ditemukan dan biasanya mudah dikenali. Kulit yang terkena
biasanya berwarna merah muda (eritema), membengkak, ditutupi dengan sisik berwarna
kuning kecoklatan dan berkerak. Hal ini serupa dengan yang dialami oleh pasien, yaitu
pada kulit pasien timbul sisik terutama paling tebal pada daerah kulit kepala.
Pada anak sering dimulai dengan skuama eritem yang non eksematous pada kulit
kepala (cradle cap) atau di daerah selangkangan yang bermanifestasi sebagai skuama
kering atau bercak bulat/oval berbatas tegas dengan ukuran bermacam-macam yang
ditutupi oleh krusta berminyak berwarna coklat kekuningan. Dimana di daerah frontal
dan parietal tanpa disertai kemerahan. Cradle Cap ini biasanya muncul dalam 3 sampai 4
minggu setelah kelahiran, dan dapat meluas disertai eritema ke daerah wajah, dada,
selangkangan dan daerah-daerah flexural. Meskipun dermatitis seboroik pada anak
memiliki ciri yang mirip dengan dermatitis seboroik pada orang dewasa tapi jarang
dengan lesi folikular.
Dermatitis seboroik pada anak biasanya sembuh sendiri secara spontan dalam 6
hingga 12 bulan dan cenderung tidak rekuren hingga mencapai usia pubertas. Secara
umum, terapi bekerja dengan prinsip mengkontrol, bukan menyembuhkan, yakni dengan
membersihkan dan menghilangkan skuama dan krusta, menghambat kolonisasi jamur,
mengkontrol infeksi sekunder dan mengurangi eritema dan gatal. Khusus untuk
perawatan kulit kepala dapat dilakukan berbagai terapi: skuama dihilangkan
menggunakan sisir yang lembut khusus untuk bayi, pembersihan krusta menggunakan
larutan asam salisilat 3-5% dalam minyak zaitun ataupun pelarut air, pengkompresan
20
kulit kepala dengan minyak zaitun hangat (untuk skuama yang tebal), pengolesan
kortikosteroid berpotensi rendah (hidrokortison 1%) dalam bentuk krim atau lotion
dalam beberapa hari, penggunaan sampo ringan khusus untuk bayi, dan perawatan kulit
kepala bayi lainnya yang cocok menggunakan emolien, krim ataupun pasta lembut. Bila
ada infeksi sekunder khususnya yang disebabkan oleh staphylococcus, dapat diberikan
anti biotik oral.
Terapi yang diberikan pada pasien sudah sesuai dengan literatur yaitu pemberian
kortikosteroid topikal untuk mengurangi sisik atau krusta pada kulit terutama kulit
kepala, dan antibiotik oral untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder.
21
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan status lokalis pasien didiagnosis dengan
Dermatitis Seboroik.
2. Dermatitis seboroik merupakan kelainan kulit berupa peradangan superfisial
dengan papuloskuamosa yang kronik dengan tempat predileksi di daerah-daerah
seboroik yakni daerah yang kaya akan kelenjar sebasea, seperti pada kulit kepala,
alis, kelopak mata, naso labial, bibir, telinga, dada, axilla, umbilikus,
selangkangan dan glutea.
3. Dermatitis seboroik paling sering terjadi pada dua puncak umur yakni pada
kelompok anak dan dewasa. Pada kelompok anak sering didapatkan pada 3 bulan
pertama kehidupan dan kelompok dewasa dalam dekade keempat hingga ke
tujuh. Dematitis seboroik pada anak khususnya pada kelompok bayi, dapat
sembuh spontan dalam 6-12 bulan.
B. Saran
1. Anak sebaiknya dilakukan pemeriksaan sederhana dengan lampu Wood, untuk
mengetahui apakah anak juga terserang Pitiriasis versikolor, mengingat anak
memiliki kecenderungan produksi sebum yang berlebih.
22
DAFTAR PUSTAKA
2. Plewig G. Seborrheic dermatitis. In Fitzpatrick TB, Eisen AZ, Wolff K, Freedberg IM,
Austen KF. Dermatology in general medicine. Volume 1. Fourth edition. United States
of America : Mc Grow Hill ; 1993 : 1569-73
4. Goldstein BG, Goldstein AO. Dalam Dematologi praktis. Cetakan pertama. Jakarta :
Hipokrates ; 1998 : 188-90
6. Arnold HL, Odom RB, James WD. Seborrheic dermatitis. Diseases of the skin. Eighth
edition. Philadelphia : WB Saunders Company ; 1990 : 194-98
8. Clark AF, Hopkins TT. Dermatitis seboroik. In Moscella SL, Hurley HJ, Dermatology,
third edition. Fourth edition. United states of america : WB Saunders Company ; 1992
: 465-72
23
9. Gawkrodger DJ. Eczema in Disease Eruption. 2007. Dermatology. 3th Edition. New
York. P 34-5.
10. Siregar, R., S., Dermatitis Seboroika, dalam Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit,
Edisi Kedua, Hal 104-106, Balai Penerbit EGC, Jakarta, 2002.
11. Schwartz, R. A., Janusz, C. A., Janniger, C. K., 2006, Seborrheic Dermatitis: An
Overview, University of Medicine and Dentistry at New Jersey-New Jersey Medical
School, Newark, New Jersey, American Family Physician, Volume 74, Number 10
July 1, 2006
24
LAMPIRAN
25