Anda di halaman 1dari 18

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Scabies merupakan penyakit endemi pada banyak masyarakat.Penyakit ini dapat
mengenai semua ras dan golongan di seluruh dunia.Penyakit ini banyak dijumpai pada
anak dan orang dewasa muda, tetapi dapat mengenai semua umur.
Insiden scabies di Negara berkembang menunjukkan siklus fluktuasi yang sampai
saat ini belum dapat dijelaskan.Interval antara akhir dari suatu epidemi dan permulaan
epidemi berikutnya kurang lebih 10-15 tahun.
Beberapa faktor yang dapat membantu penyebaran scabies adalah kemiskinan,
hygiene yang jelek, seksual promiskuitas, diagnosis yang salah, demografi, ekoligi dan
derajat sensitasi individual.Indisennya di Indonesia masih cukup tinggi, terendah di
Sulawesi Utara dan tertinggi di jawa Barat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa defenisi dari scabies?
2. Apa penyebab scabies?
3. Bagaimana patofisiologi dari scabies?
4. Apa tanda dan gejala dari scabies?
5. Apa komplikasi yang ditimbulkan dari scabies?
6. Apa penatalakasanaan untuk scabies?
7. Bagaimana hasil pemeriksaan penunjang untuk scabies?
8. Apa asuhan keperawatan yang diberikan untuk scabies?



2

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi materi akademik sistem integumen yang diberikan oleh dosen
pembimbing
2. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui pengertian dari scabies
2) Apa penyebab scabies
3) Bagaimana patofisiologi dari scabies?
4) Apa tanda dan gejala dari scabies?
5) Apa komplikasi yang ditimbulkan dari scabies?
6) Apa penatalakasanaan untuk scabies?
7) Bagaimana hasil pemeriksaan penunjang untuk scabies?
8) Apa asuhan keperawatan yang diberikan untuk scabies?











3

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Defenisi
Skabies adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Sarcoptes Scabiei varian hominis,
yang penularannya terjadi secara kontak langsung. Penyakit ini disebut juga the itch, seven
year itch, Norwegian itch, gudikan, gatal agogo, budukan, penyakit ampera.
Pada tahun 1687, Benomo menemukan kutu scabies pada manusia dan Von Hebra pada
abad XIX telah melukiskan tentang pengetahuan dasar dari penyakit ini.
B. Etiologi
Scabies dapat disebabkan oleh kutu atau kuman sercoptes scabei varian
hominis.Sarcoptes scabieiini termasuk filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo
Ackarina, superfamili Sarcoptes.Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var.
hominis.Kecuali itu terdapat S. scabiei yang lainnya pada kambing dan babi.Secara
morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan
bagian perutnya rata.Tungau ini transient, berwarna putih kotor, dan tidak bermata.
Ukurannya yang betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan
yang jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa
mempunyai 4 pasang kaki, 2pasang longlegs di depan sebagai alat alat untuk melekat
dan 2 pasang longlegs kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada
yang jantan pasangan longlegs ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir
dengan alat perekat.
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang
terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup dalam
terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali
terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan
sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50.
Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telurnya akan
menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3
4

pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar.
Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan
betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk
dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari.Telur menetas menjadi larva dalam
waktu 3-4 hari, kemudian larva meninggalkan terowongan dan masuk ke dalam
folikel rambut. Selanjutnya larva berubah menjadi nimfa yang akan menjadi parasit
dewasa. Tungau betina akan mati setelah meninggalkan telur, sedangkan tungau
jantan mati setelah kopulasi. Sarcoptes scabiei betina dapat hidup diluar pada suhu
kamar selama lebih kurang 7-14 hari.Yang diserang adalah bagian kulit yang tipis dan
lembab, contohnya lipatan kulit pada orang dewasa.Pada bayi, karena seluruh
kulitnya masih tipis, maka seluruh badan dapat terserang penyakit skabies ini.

Predisposisi (faktor penunjang lainnya) dari penyakit scabies disebabkan oleh
kemiskinan, higiene yang jelek, seksual Promiskuitas, diagnosis yang salah, demografi,
ekologi, serta derajat sensitasi individual.

C. Patofisiologi
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya dari tungau scabies, akan tetapi juga oleh
penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi
kontak kulit yang kuat,menyebabkan lesi timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang
terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap secret dan ekskret tungau yang memerlukan
waktu kira-kira sebulan setelah infestasi.Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis
dengan ditemuannya papul, vesikel, dan urtika.Dengan garukan dapat timbul erosi,
ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder.Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih
luas dari lokasi tungau.



5

Patway



6

D. Manifestasi Klinis
Di perlukan waktu kurang lebih 4 minggu sejak saat kontak hingga timbulnya
gejala pada pasien. Pasien akan mengeluhkan gatal-gatal yang hebat akibat reaksi
imunologi tipe lambat terhadap kuru atau butiran fesesnya. Adanya terowongan yang
se`dikit meninggi, berbantuk garis lurus atau berkelok-kelok, panjangnya beberapa
milimeter sampai satu centimeter, dan pada ujungnya tampak vesikula, papula, atau
pustula.
Tempat predileksinya adalah kulit dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-
sela jari tangan, pergelangan tangan, siku bagian luar, lipatan ketiak bagian depan, areola
mammae dalam kurung wanita, umbilikus, abdomen bagian bawah, bokong, genetalia
eksterna ( pria). Pada orang dewasa jarang terdapat di muka dan kepala, kecuali pada
penderita imunosupresif, sedangkan pada bayi, lesi dapat terjadi di seluruh permukaan
kulit.
Pruritus nokturna, yakni gatal- gatal hebat pada malam h ari.Terjadi karena
aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu yang lembab dan panas, dan saat hospes dalam
keadaan tenang atau tidak beraktivitas.
Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok.Misalnya, dalam sebuah
keluarga, biasanya seluruh anggota keluarga dapat terkena infeksi.Begitu pula pada
sebuah perkampungan yang padat penduduknya, misalnya asrama atau penjara.
Ditemukannya tungau yang merupakan penentu utama diagnosis.


E. Komplikasi
Bila scabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan dapat menimbulkan dermatitis
akibat garukan. Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima, selulitis, limfangitis, folikulitis,
dan furunkel. Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang deiserang scabies dapat
menimbulkan komplikasi pada ginjal yaitu glomeruloneftritis. Dermatitis iritan dapat timbul
karena penggunaan preparat antiskabies yang berlebihan, baik pada terapi awal atu dari
pemakaian yang terlalu sering. Salep sulfur dengan konsentrasi 15% dapat menyebabkan
dermatitis bila digunakan terus menerus selama beberapa hari pada kulit yang tipis. Gamma
7

benzena heksaklorida sudah diketahui menyebabkan dermatitis iritan bila digunakan secara
berlebihan.
F. Penatalaksanaan
1. Penanganan non-Medis
Pencegahan scabies dan Edukasi pada pasien skabies dapat dilakukan dengan berbagai
cara:
a. Mencuci bersih, bahkan sebagian ahli menganjurkan dengan cara direbus, handuk,
seprai maupun baju penderita skabies, kemudian menjemurnya hingga kering.
b. Menghindari pemakaian baju, handuk, seprai secara bersama-sama.
c. Hindari menyentuh mulut dan mata dengan tangan.
d. Mandi dengan air hangat dan sabun untuk menghilangkan sisa-sisa kulit yang
mengelupas dan kemudian kulit dibiarkan kering.
e. Mengobati seluruh anggota keluarga, atau masyarakat yang terinfeksi untuk
memutuskan rantai penularan.
f. Pengobatan yang diberikan dioleskan di kulit dan sebaiknya dilakukan pada malam
hari sebelum tidur.
g. Gunakan pakaian dan sprei yang bersih, semua perangkat tidur, handuk dan pakaian
yang habis dipakai harus dicuci dengan air yang sangat panas kalau perlu direbus
dan dikeringkan dengan alat pengering panas.
h. Cegah datangnya lagi skabies dengan menjaga lingkungan agar tetap bersih dan
sehat, ruangan jangan terlalu lembab dan harus terkena sinar matahari serta menjaga
kebersihan diri anggota keluarga dengan baik.
Jika pencegahan tidak dilakukan dengan baik dan efektif, maka dapat dilakukan
penatalakasanaan medis.
Syarat obat yang ideal ialah efektif terhadap semua stadium tungau, tidak menimbulkan
iritasi dan tidak toksik, tidak berbau atau kotor, tidak merusak atau mewarnai pakaian,
8

mudah diperoleh dan murah.Cara pengobatannya ialah seluruh anggota keluarga harus
diobati (termasuk penderita yang hiposesitisasi).
2. Penatalaksanaan Medis
Ada bermacam-macam pengobatan antiskabies:
a. Benzene heksaklorida (lindane)
Tersedia dalam bentuk cairan atau lotion, tidak berbau dan tidak berwarna.Obat ini
membunuh kutu dan nimfa. Oabt ini digunakan dengan cara menyapukan ke seluruh
tubuh dari leher ke bawah, dan setelah 12-24 jam dicuci bersih-bersih. Pengobatan
dilulang selama 3 hari.Pengobatan diulang maksimun 2 kali dengan interval 1
minggu.Penggunaan yang berlebihan dapat menimbulkan efek pada system saraf
pusat.Pada bayi dan anak-anak bila digunakan berlebihan dapat menimbulkan
neurotoksisitas.Obat ini tidak aman untuk ibu menyusui dan wanita hamil.
b. Sulfur
Dalam bentuk parafin lunak, sulfur 10% secara umum aman dan efektif digunakan.
Dalam konsentrasi 2,5% dapat digunakan pada bayi. Obat ini digunakan pada malam
hari selama 3 malam.
c. Benzilbenzoat (crotamiton)
Tersedia dalam bentuk krim atau lotion 25%.Sebaiknya obat ini digunakan selama
24 jam, kemudian digunakan lagi 1 minggu kemudian.Obat ini disapukan ke badan
dari leher ke bawah.Penggunaan berlebihan dapat menyebabkan iritasi.Bila
digunakan untuk bayi dan anak-anak harus ditambahkan air 2-3 bagian.
d. Monosulfiran
Tersedia dalam bentuk lotion 25% yang sebelum digunakan harus ditambahkan 2-3
bagian air dan digunakan setiap hari selama 2-3 hari.Selama dan segera setelah
pengobatan, penderita tidak boleh minum alkohol karena dapat menyebabkan
keringat yang berlebihan dan takikardi.
e. Malathion
9

Malathion 0,5% dengan dasar air digunakan selama 24 jam. Pemberian berikutnya
doberikan beberapa hari kemudian.
f. Permethrin
Dalam bentuk krim 5% sebagai dosis tunggal.Penggunaannya selama 8-12 jam dan
kemudian dicuci bersih-bersih.Obat ini dilapaorkan efektif untuk scabies.
Pengobatan pada scabies krustosa sama dengan scabies klasik hanya perlu ditambah
salep keratolitik. Scabies subungual susah diobati. Bila didapatkan infeksi skunder
perlu deberikan antibiotic sistemik.
G. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang dapat dilakukan untuk menemukan S. scabiei dalam
berbagai stadium dan skibala.
Tungau biasanya dapat ditemukan pada ujung terowongan, namun pemeriksaan ini
memerlukan ketrampilan dan latihan.Kerokan kulit dari lesi berupa papul atau terowongan,
bermanfaat untuk menegakkan diagnosis skabies.Pertama-tama, satu tetes minyak mineral
diletakkan pada pisau skapel steril, kemudian dilakukan pengerokan pada 5-6 lesi yang
dicurigai.Hasil kerokan dan minyak diletakkan pada gelas objek dan ditutup dengan gelas
penutup, selanjutnya diperiksa dibawah mikroskop.Pada skabies klasik, sering tidak
dijumpai tungau karena sedikitnya jumlah tungau.Kegagalan untuk menemukan tungau
tidak dapat menyingkirkan diagnosis skabies.
1. Pada pemeriksaan apusan kulit, kulit dibersihkan dengan eter, kemudian dengan gerakan
cepat selotip dilekatkan dan ditekan pada lesi dan setelah beberapa detik selotip
diangkat. Selotip lalu diletakkan di atas gelas objek (enam buah dari lesi yang sama pada
satu gelas objek), dan diperiksa di bawah mikroskop.
2. Pemeriksaan lain yaitu burrow ink test dengan cara mengoleskan tinta atau gentian
violet ke permukaan kulit yang terdapat lesi, tinta akan terabsorbsi dan kemudian akan
terlihat terowongan.Selain itu, dapat digunakan tetrasiklin topikal dan dengan bantuan
lampuwood, terowongan akan tampak sebagai garis lurus berwarna kuning kehijauan.
3. Dermoskopi juga dapat dilakukan untuk membantu mengidentifikasi terowongan atau
tungau beserta produknya.
10

4. Pada pemeriksaan biopsi, tungau dapat ditemukan terpotong pada stratum korneum.
Selain itu tampak proses inflamasi ringan serta edema stratum granulosum dan sedikit
infiltrasi perivaskular.

















11


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pada penyakit Scabies dapat ditemukan hasil pengkajian sebagai berikut :
1. Identisas Pasien
2. Keluhan utama :Pada pasien scabies terdapat lesi dikulit bagian punggung dan merasakan
gatal terutama pada malam hari.
3. Riwayat Penyakit:
a. Riwayat Penyakit sekarang :Pasien mulai merasakan gatal yang memanas dan
kemudian menjadi edema karena garukan akibat rasa gatal yang sangat hebat.
b. Riwayat penyakit dahulu : Pasien pernah masuk Rs karena alergi
c. Riwayat penyakit keluarga :Dalam keluarga pasien ada yang menderita penyakit
seperti yang klien alami yaitu kurap, kudis, dll.
4. Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi terhadap kesehatan
Apabila sakit, klien biasa membeliobat di tko obat terdeat atauapabila tidak terjadi
perubahan pasien memaksakan diri ke puskesmas atau RS terdekat.
b. Pola aktivitas latihan
Aktivitas latihan selama sakit :
Makan
Mandi
Berpakaian
Eliminasi
Mobilisasi di tempat tidur
c. Pola istirahat tidur
Pada pasien scabies terjadi gangguan pola tidur akibat gatal yang hebat pada malam
hari.
d. Pola nutrisi metabolic
Tidak ada gangguan dalam nutrisi metaboliknya.
12



e. Pola eliminasi
Klien BAB 1x sehari, dengan konsitensi lembek, warna kuning bau khas dan BAK 4-
5x sehari, dengan bau khas warna kuning jernih.
f. Pola kognitif perceptual
Saat pengkajian kien dalam keadaan sadar, bicara jelas, pendengaran dan penglihatan
normal.
g. Pola peran hubungan : Sistem dukungan orang tua
h. Pola seksual reproduksi
Pada klien scabies mengalami gangguan pada seksual reproduksinya.
i. Pola koping
Masalah utama yang terjadi selama klien sakit, klien selalu merasa gatal, dan pasien
menjadi malas untuk bekerja.Kehilangan atau perubahan yang terjadi klien malas
untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Takut terhadap kekerasan : tidak
Pandangan terhadap masa depan : Klien optimis untuk sembuh
5. Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda vital
Mengkaji TTV pada pasien secara rutin.
b. Keadaan umum
Keadaan umum tergantung pada berat ringannya penyakit yang dialami oleh klien
dari komposmentis apatis, samnolen, delirium, spoor, dan koma.
c. Pemeriksaan Head to Toe
1) Kulit
a) Inspeksi : warna kulit kemerahan, Kulit bintik kemerah-merahan,
Bengkak/gelembung halus pada kulit
b) Palpasi : turgor kulit tidak elastis, membrane mukosa dan kulit kering, ada
edema, ada lesi, Terbentuk terowongan berwarna putih / keabu-abuan
berbentuk garis lurus pada Stratum Corneum
2) Mulut
13

- Inspeksi : bentuk mulut, lidah, dan gigi.
3) Paru
- Inspeksi : simetris antara kanan dan kiri
- Palpasi : getaran rocal femitus sama antara kanan dan kiri
- Perkusi : resonan
- Auskultasi : normal.
4) Abdomen
- Inspeksi : perut datar, simetris
- Palpasi : getaran rocal femitus sama antara kanan dan kiri.
5) Ekstremitas
- Atas : lengkap, tidak ada kelainan.
- Bawah : lengkap normal, ada tidaknya kelainan.
6. Pemeriksaan penunjang
Ditemukan tungau melalui biopsieksisional dengan pewarna HE.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi.
2. Kerusakan integritas kulit b/d penggarukan pruritus.
3. Resiko Penularan infeksi b/d tidakadekuatnya pertahanan primer
4. Gangguan body imagr b/d perubahan dalam penampilan sekunder.











14

C. Intervensi Keperawatan
Dx 1 : Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi.
Tujuan : Nyeri yang dirasakan klien dapat segera teratasi.















Dx 2 : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema.
Tujuan : Integritas kulit membaik dan dapat dipertahankan.

INTERVENSI RASIONAL

1. Siapkan jadwal pemberian obat.


2. Bantu klien untuk pemberian obat
topical untuk daerah yang sulit
dijangkau.



3. Ajarkan teknik-teknik mencegah
infeksi yaitu tidak menggaruk lesi dan
menjaga kebersihan kulit.

4. Berikan pakaian yang longgar dan
mampu menyerap keringat.

1. Agar dapat meningkatkan
efektivitas obat dengan pemberian
secara tepat dan teratur.


2. Agar tidak terjadi kerusakan kulit
dengan pemberian obat topical secara
menyeluruh pada daerah yang susah
di jangkau klien.


3. Agar tidak terjadi infeksi yang
disebabkan oleh kerusakan integritas
kulit.

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji intensitas nyeri, karakteristik
dan catat lokasinya.


2. Berikan perawatan kulit sesering
mungkin.


3. kolaborasi dengan dokter pemberi
analgesic.

1. Mengetahui dimana letak nyeri
yang dirasakan klien dan seberapa
besar tingkat nyeri yang
dirasakannya.

2. Agar tidak terjadi lesi atau luka
pada daerah kulit yang di serang oleh
kuman.

3. Membantu mengurangi rasa nyeri
yang dirasakan oleh klien.





15



5. Kolaborasi pemberian obat sesuai
program pengobatan.


4. Agar tidak menekan dan
memberikan rasa nyaman.


5. Membantu mencegah terjadinya
infeksi.

Dx 3 : Resiko Penularan infeksi berhubungan dengan tidakadekuatnya pertahanan primer
Tujuan ; Tidak terjadi infeksi dengan tidak adanya tanda-tanda infeksi
INTERVENSI RASIONAL

1. 1. Observasi tanda-tanda infeksi dan
2. peradangan.
3. 2. Lakukan pemakaian kompres basah
4. seperti yang diprogramkan untuk
5. mengurangi intensitas inflamasi

3. Kolaborasi pemberian antibiotik


2.

1. Demam dapat terjadi karena
adanya infeksi
2. 2. Kompres basah akan
menghasilkan pendinginan lewat
pengisapan yang menimbulka
vasokonstriksi pembuluh darah
kulit dengan demikian akan
mengurangi eritema serta produk
serum
3. 3. Pencegahan terjadinya infeksi













16

Dx 4 : Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan sekunder.
Tujuan : konsep diri dipertahankan dan ditingkatkan.

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji makna kehilangan pada
pasien/orang terdekat.


2. Terima dan akui ekspresi frustasi
ketergantungan, marah, perhatikan
perilaku menarik diri dan penggunaan
penyangkalan.



3. Bersikap realistis dan positif selama
pengobatan pada penyuluhan kesehatan
dan menyusun tujuan dalam
keterbatasan.

4. Berikan penguatan positif terhadap
kemajuan dan dorongan usaha untuk
mengikuti tujuan rehabilitas.


5. Dorong interaksi keluarga.


1. Episode traumatic mengaki-
batkan perubahan tiba-tiba, tidak
diantipasi membuat perasaan
kehilangan sehingga ia
memerlukan dukungan dalam
perbaikan optimal.


2. Penerimaan perasaan sebagai
respon normal terhadap apa yang
terjadi membantu
perbaikan,namun ini akan gagal
apabila pasien belum siap
menerima situasi tersebut.


3. Meningkatkan dan menjalin
rasa saling percaya antara pasien
dengan perawat.




4. Kata-kata penguatan dapat
mendukung.


5. Mempertahankan atau mem-
buka garis komunikasi dan
memberikan dukungan sercara
terus menerus pada pasien dan
keluarga.





17

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Scabie (the itch, gudik, budukan, gatal agogo) adalah penyakit yang disebabkan oleh
Sarcoptes Scabiei Var Hominis yang menyerang pada Stratum Corneum dan membuat
terowongan di dalam kulit yang menimbulkan rasa gatal yang hebat dan panas terutama
pada malam hari.
Tempat predileksinya adalah : sela,sela jari tangan, pergelangan tangan, siku bagian
luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae, pusat, bokong, alat kelamin luar pria, perut
bagian bawah, pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.
Cara penularannya adalah melalui kontak langsung yaitu kulit dengan kulit misalnya
berjabat tangan, tidur bersama, hubungan seksual dan kontak tak langsung yaitu melalui
benda misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dll.
Penyakit Scabies dapat di obati dengan menganjurkan klien untuk mandi air hangat
dan menggunakan sabun yang tidak iritatif kemudian mengoleskan obat topical, gameksan
dalam bentuk krim atau lotion.Bila tidak tersedia bisa diganti dengan benzyl benzoate 10-20
%, diberikan pakaian bersih dan dilarang mandi selama 24 jam atau selama penggunaan
obat.
Penyakit ini dapat diberantas dan prognosisnya baik bila pilihan obat dan cara
pemakaian tepat, factor predisposisi dihilangkan (personal hygiene ditingkatkan).

B. Saran
Melalui makalah ini, diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai Scabies dan
penatalaksanannya (asuhan keperawatan yang profesional).




18

DAFTAR PUSTAKA

Harahap, Marwali.2000.Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates
Mansjoer, Arif, et all. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Jakarta : Media
Aesculapius FKUI.
Muttaqin, Arif dan Kumala Sari.2007.Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Integumen.Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai