Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KONSEP DAN PELAKSANAAN DISINFEKTAN


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Manajemen Patient Safety

Disusun Oleh :

Irma Faujia Septiani 1902421


Maysa Hasanah 1902377
Salma Fauziyah Kamilah 1902415
Nur Hanisa 1902381
Pitria Desi 1902402

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS SUMEDANG
2020 / 2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang pemenuan gizi bayi dan balita.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Konsep Desinfektan ini
dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Sumedang, September 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………….i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………...…ii

BAB I …………………………………………………………………………...……1

PENDAHULUAN ………………………...………………………………………...1

A. Latar Belakang ……………………… ……………………………………………1

B. Rumusan Masalah
………………………………………………………………….2

C. Tujuan …………………………………………………………………………… .
2

BAB II ………………………………………………………………………………..3

PEMBAHASAN ……………………………………………………………………..3

A . Pengertian Desinfektan …………………………………………………………...3

B . Klasifikasi dan Penggolongan Desinfektan ……………………………………....4

C . Penggunaan Desinfektan …………………………………………….……………7

D . Metode-Metode Dsinfektan……………………..………………………………...8

BAB III …………………………………………………………...……………...…10


PENUTUP ………………………………………………………………….………10
A. Simpulan ………………………………………………………………………..10
B. Saran …………………………………………………………………...……..…10
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………..………………………iii

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada persamaan tersebut ada jenis bahan kimia yang digunakan sebagai
antiseptik dan desinfektan. Tetapi tidak semua bahan desinfektan adalah bahan
antiseptik karena batasan dalam penggunaan antiseptik. Antiseptik tersebut harus
memiliki sifat tidak merusak jaringan tubuh atau tidak bersifat keras. Terkadang
penambahan bahan desinfektan juga dijadikan salah satu cara dalam proses sterilisasi,
yaitu proses yang dilakukan kuman. Tetapi pada kenyataannya tidak semua bahan
desinfektan dapat berfungsi sebagai bahan dalam proses sterilisasi.

Bahan kimia tertentu merupakan zat aktif dalam proses desinfeksi dan sangat
menentukan efektifitas serta target mikroorganime yang akan dimatikan. Proses yang
didesinfeksi sebenarnya dikenal dua cara, cara fisik (aktif) dan cara kimia
(penambahan bahan kimia). Dalam tulisan ini hanya difokuskan pada cara kimia,
khususnya jenis-jenis bahan kimia yang digunakan serta aplikasinya.

Banyak bahan kimia yang dapat berfungsi sebagai desinfektan, tetapi


umumnya dikelompokkan ke dalam golongan aldehid atau golongan pereduksi, yaitu
bahan kimia yang mengandung gugus -COH; golongan alkohol, yaitu senyawa kimia
yang mengandung gugus -OH; golongan halogen atau senyawa terhalogenasi, yaitu
senyawa kimia golongan halogen atau yang mengandung gugus -X; golongan fenol
dan fenol terhalogenasi, golongan garam amonium kuarterner, golongan
pengoksidasi, dan golongan biguanida.

Telah dilakukan koefisien koefisien fenol turunan aldehid (formalin dan


glutaraldehid) danhalogen (iodium dan hipoklorit) terhadap mikroorganisme
Staphylococcus aureusdan Salmonella typhi yang resisten terhadap ampisilin dengan

1
tujuan untuk melihat keefektifan dari disinfektan turunan aldehid dan halogen yang
dibandingkan dengan fenol dengan metode uji koefisien fenol.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Disinfektan ?

2. Bagaimana Klasifikasi Dan Penggolongan Disinfektan ?

3. Bagaimana Penggunaan Disinfektan ?

4. Bagaimana Metode-metode Disinfektan ?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini :

1. Untuk mengetahui pengertian disinfektan

2. Untuk mengetahui klasifikasi dan penggolongan disinfektan

3. Untuk mengetahui penggunaan disinfektan

4. Untuk mengetahui metode-metode disinfektan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Desinfektan

Desinfektan adalah zat kimia yang digunakan untuk membunuh mikroba


patogen pada benda-benda, misalnya pada lantai ruangan, meja operasi,dan
sebagainya. Tindakan tersebut disebut dengan desinfeksi (Hasdianah, 2012).

Disinfektan dibedakan menurut kemampuannya membunuh beberapa


kelompok mikroorganisme, disinfektan "tingkat tinggi" dapat membunuh virus
seperti virus influenza dan herpes, tetapi tidak dapat membunuh virus polio,
hepatitis B atau M. tuberculosis.

Hingga sekarang semakin banyak zat-zat kimia yang dipakai untuk


membunuh atau untuk mengurangi jumlah organisme, dan penemuan-penemuan
baru terus muncul di pasaran. Oleh karena tidak adanya bahan kimia yang ideal
atau yang dapat dipergunakan untuk segala macam keperluan, maka pilihan jatuh
pada bahan kimia yang mampu membunuh organisme yang ada, dalam waktu
yang tersingkat dan tanpa merusak bahan yang didesinfeksi. (Hasdianah, 2012)

Untuk mendesinfeksi permukaan dapat dipakai salah satu dari tiga desinfektan
seperti iodophor, derifat fenol atau sodium hipokrit.Untuk mendesinfeksi
permukaan, umumnya dapat dipakai satu dari tiga desinfektan diatas.Tiap
desinfektan tersebut memiliki efektifitas "tingkat menengah" bila permukaan
tersebut dibiarkan basah untuk waktu 10 menit.

10 kriteria suatu desinfektan dikatakan ideal yaitu:

1. Bekerja dengan cepat untukn menginaktivasi mikroorganisme pada suhu


kamar

3
2. Aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organic, pH , temperature dan
kelembaban.
3. Tidak toksik pada hewan dan manusia
4. Tidak bersifat korosif
5. Tidak berwarna dan tidak meninggalkan noda
6. Tidak berbau / baunya tidak disenangi
7. Bersifat biodegradable / mudah diurai
8. Larutan stabil
9. Mudah digunakan dan ekonomis
10. Aktivitas berspektrun luas

B. Klasifikasi dan Penggolongan Desinfektan

Desinfektan dibagi dalam beberapa golongan, yaitu : (Hasdianah, 2012).

1. Golongan fenol dan turunannya Misalnya: fenol, cresol, exylresorcinol,


hexa-chlorophene.
Larutan fenol 2-5 % dipakai sebagai desinfektan pada sputum, urine,
feses atau alat-alat terkontaminasi. dan bakteri bentuk spora, lebih tahan
lama terhadap fenol dibanding dengan bakteri bentuk vegetative, daya
germicida fenol akan berkurang pada suhu rendah dan bila ada sabun.
Orang yang pertama kali menggunakan fenol (carbolic acid) sebagai
desinfektan adalah Joseph Lister (1827-1912) seorang ahli bedah Inggris.
Fenol juga dipakai sebagai desinfektan standard untuk mengukur kekuatan
lainnya. Prinsip kerja fenol adalah mendenaturasikan protein.
2. Alkohol

Etil alkohol merupakan desinfektan yang paling sering dipakai untuk


desinfeksi kulit, digunakan kadar etil alkohol 70%. Daya kerjanya yaitu
mengkoagulasikan protein dan menarik air sel.

4
3. Yodium

Merupakan germisid tertua. Yodium kurang baik kelarutannya dalam


air dan lebih baik kelarutannya dalam alkohol. Preparatnya disebut
yodium preparat lain berupa betadin yang banyak digunakan untuk
membersihkan luka dan tindakan antiseptic pada kulit sebelum
pembedahan. Betadin terdiri atas preparat yodium dan deterjen. Betadine
tidak menimbulkan rasa sakit sehingga lebih disukai terutama bagi anak-
anak. Yodium merupakan bakterisid yang paling kuat bahkan bersifat
sporisida, fungisida, dan virusida. Diduga daya kerjanya yodium berkaitan
dengan protein sel.

4. Preparat Chlor

Preparat chlor banyak dipakai untuk desinfeksi air minum, misalnya


kaporit. Daya kerjanya berdasarkan proses oksidasi.

5. Logam berat dan senyawanya

CuSO4 dipakai untuk desinfeksi kolam renang karena sebagai


bakterisida dapat membunuh ganggang algae dalam larutan 2/1000000.

6. Sabun dan detergen sintesis

Sabun adalah ikatan antara natrium atau kalium dengan asam lemak
tinggi dan bersifat germisida walaupun tidak begitu kuat. Sabun juga
menyebabkan menurunnya tegangan permukaan sehingga mikroba mudah
terlepas dari kulit atau pakaian. Berbagai zat yang bersifat germisida
sering ditambahkan pada sabun.

7. Oxidator

Misalnya H2O2, KMnO4 sering dipakai untuk mencuci luka.

8. Aerosol

5
Adalah zat kimia sebagai anti microbial yang disemprotkan keudara
sehingga membentuk butiran-butiran halus (1-2 mikron) dan tetap
tersuspensi dalam udara untuk waktu yang cukup lama dipergunakan
untuk desinfeksi ruangan.

9. Dengan fumigasi

Yang sering dipakai adalah formaldehyde dan ethylen oxide.


Formaldehyde hanya berbentuk gas pada konsentrasi tinggi dan suhu agak
tinggi sedang pada suhu kamar zat tersebut berbentuk padat. Cara
fumigasi ini digunakan untuk desinfektan suatu ruangan setelah selesai
ditempati penderita suatu penyakit menular, misalnya bekas ruangan
penderita pest paru-paru.

Untuk mendesinfeksi permukaan dapat dipakai salah satu dari tiga


desinfektan seperti iodophor, derivate fenol atau sodium hipokrit :

1. Iodophor dilarutkan menurut petunjuk pabrik.Zat ini harus dilarutkan baru


setiap hari dengan akuades.Dalam bentuk larutan, desinfektan ini tetap
efektif namun kurang efektif bagi kain atau bahan plastik.
2. Derivat fenol (O-fenil fenol 9% dan O-bensil-P klorofenol 1%) dilarutkan
dengan perbandingan 1 : 32 dan larutan tersebut tetap stabil untuk waktu
60 hari. Keuntungannya adalah “efek tinggal” dan kurang menyebabkan
perubahan warna pada instrumen atau permukaan keras.
3. Sodium hipoklorit (bahan pemutih pakaian) yang dilarutkan dengan
perbandingan 1 : 10 hingga 1 : 100, harganya murah dan sangat efektif.
Harus hati-hati untuk beberapa jenis logam karena bersifat korosif,
terutama untuk aluminium.Kekurangannya yaitu menyebabkan pemutihan
pada pakaian dan menyebabkan baru ruangan seperti kolam renang.

6
Untuk mendesinfeksi permukaan, umumnya dapat dipakai satu dari
tiga desinfektan diatas.Tiap desinfektan tersebut memiliki efektifitas “tingkat
menengah” bila permukaan tersebut dibiarkan basah untuk waktu 10 menit.

C. Penggunaan Desinfektan

Cara penggunaan desinfektan :

1. Penyemprotan disinfektan langsung kepada manusia, hewan, dan


tumbuhan tidak disarankan karena tidak efektif dan dapat mengganggu
ekosistem mikroorganisme pada lingkungan.
2. Penggunaan bilik desinfektan untuk penyemprotan dengan desinfektan
langsung kepada manusia tidak disarankan, kecuali menggunakan cairan
antiseptic yang aman dan melindungi bagian tubuh yang terbuka terhadap
paparan.
3. Pencegahan terhadap penularan virus dapat dilakukan manusia dengan
sering mencuci tangan menggunakan sabun atau hand sanitizer serta
menjaga pola makan dan pola hidup sehat dengan berolahraga teratur
untuk menjaga sistem imun tubuh.
4. Penggunaan desinfektan terbaik yaitu dengan langsung mengelap benda
yang sering kita sentuh, seperti permukaan meja, gagang pintu, tombol
lift, toilet, dan lain-lain.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan desinfektan yaitu :

 Jenis bibit penyakit


Tiap golongan desinfektan memiliki target mikroorganisme yang berbeda,
oleh karena itu pemilihan desinfektan harus tepat.
 Dosis pemakaian

7
Dosis desinfektan hendaknya disesuaikan dengan aturan pakai yang
tercantum pada label kemasan produk.
 Suhu
 Desinfektan golongan oxidizing agent bisa menguap lebih cepat pada suhu
tinggi sehingga efektivitasnya akan cepat menurun.
 pH
Desinfektan bekerja optimal pada pH tertentu.

D. Metode-Metode Desinfektan

Terdapat berbagai metode dalam melakukan desinfeksi, sebagai berikut:

a. Metode Pengepelan
Cara ini menggunakan bahan desinfektan yang dicairkan ke dalam air,
dan dilaukan dengan cara membasahi lantai. Keunggulan dari cara ini
efektif dalam menurunkan angka kuman lantai, dan dapat menjangkau
seluruh sudut ruangan lantai. Akan tetapi cara ini mempunyai
kekurangan yaitu dapat mencelakai siapapun yang tidak berhati-hati
melewati bagian yang basah, sehingga memerlukan waktu yang relatif
lama untuk kering.
b. Metode Pengkabutan (Fogging)
Cara ini sering dilakukan di berbagai sarana kesehatan, seperti
puskesmas dan rumah sakit di Indonesia. Cara ini menggunakan bahan
desinfektan dan metode pengkabutan ruangan menggunakan fogger.
Keunggulan dari cara ini adalah dapat menjangkau seluruh ruangan
dan sudut ruang. Akan tetapi kelemahan dari cara ini dapat
menimbulkan noda atau bercak pada dinding, dan petugas harus
terpapar langsung.

8
c. Ozonisasi
Cara ini menggunakan gas O3 yang dikeluarkan dari alat tersebut. Gas
ini dapat menurunkan kuman udara dengan variasi waktu yang
diinginkan. Alat ini dapat menjangkau seluruh ruangan, namun alat ini
hanya dapat membunuh bakteri non pathogen.

9
BAB III
PENUTUP

C. Simpulan
Desinfektan didefinisikan sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika yang
digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti
bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah
mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya. Tetapi tidak semua bahan
desinfektan adalah bahan antiseptik karena adanya batasan dalam penggunaan
antiseptic , serta bahan desinfektan dapat digunakan untuk proses
desinfeksi tangan, lantai, ruangan, peralatan dan  pakaian dan terkadang
penambahan bahan desinfektan juga dijadikan sebagai salah satu cara dalam
proses sterilisasi, yaitu proses pembebasan kuman. Tetapi pada kenyataannya
tidak semua bahan desinfektan dapat berfungsi sebagai bahan dalam proses
sterilisasi.

D. Saran
Kepada semua pihak yang terlibat di pelayanan kesehatan baik itu klinik,
puskesmas, bahkan rumah sakit agar menerapkan metode desinfeksi , sesuai
prosedur untuk mencegah terjadinya penularan infeksi. Karena angka penularan
infeksi merupakan salah satu indikator penerapan patient safety .

10
DAFTAR PUSTAKA

Hasdianah, H.R. 2012. Panduan Laboratorium Mikrobiologi dan Rumah Sakit.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Dewi, Anita Kumala, dkk. 2018.”Penggunaan Ekstrak Kulit Jeruk Nipis (Citrus
Aurantifolia) pada Berbagai Jarak Paparan Terhadap Penurunan Angka Kuman
Udara di Puskesmas Sewon II Bantul”.Poltekes Kemenkes Yogyakarta: Yogyakarta.
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/id/eprint/780 (Diakses pada 27 September 2020)

iii

Anda mungkin juga menyukai