Anda di halaman 1dari 105

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN ORALIT


PADA An.”A” DAN An. “F” DENGAN DIARE DI RUMAH SAKIT
BHAYANGKARA TK III JAYAPURA

MARCE IRENI BANI


PO. 71.20.1.15.102

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDM
KESEHATAN
POLITENIK KESEHATAN KEMENKES
JAY PURA
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN JAYAPURA
TAHUN 2018
KARYA TULIS ILIAH

GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN ORALIT


PADA An.”A” DAN An. “F” DENGAN DIARE DI RUMAH SAKIT
BHAYANGKARA TK III JAYAPURA

MARCE IRENI BANI


PO. 71.20.1.15.102

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDM
KESEHATAN
POLITENIK KESEHATAN KEMENKES
JAYAPURA
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN JAYAPURA
TAHUN 2018
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Marce Ireni Bani
Nim : PO. 71. 20 1. 15.102
Program studi : Diploma III Keperawatan
Institusi : Politeknik Kesehatan Jayapura

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini
adalah benar benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan
pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil
tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat
dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima
sanksi atas perbuatan tersebut
Jayapura, Mei 2018

Pembuatan Pernyataan

Marce Ireni Bani


NIM. PO. 71. 20. 1. 15.102

Mengetahui:
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Qoriah Nur, S.Kep Ns, M Kep Kristiyani Herda Rophi ,S Kep,Ns


NIP : 19801024 20091 2 2001 NIP : 19860421 20091 2 2004

4
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah oleh Marce Ireni Bani Nim: Po.71.20.1.15.102, Mahasiswa
Prodi D-III Keperawatan Jayapura’ dengan judul “Gambaran Asuhan
Keperawatan Pemberian Oralit pada Anak dengan Diare di Rumah Sakit
Bhayangkara TK III Jayapura “ Telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan.

Jayapura, Mei 2018

Marce Ireni Bani


NIM. PO. 71. 20. 1. 15.102

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Qoriah Nur, S.Kep Ns, M Kep Kristiyani Herda Rophi ,S Kep,Ns


NIP : 19801024 20091 2 2001 NIP : 19860421 20091 2 2004

Mengetahui,
Ka Prodi D-III Keperawatan Jayapura

Frengky Apay,S.Kep Ns, M.Kep


NIM : 19780913 200212 1 002

5
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah oleh Marce Ireni Bani, NIM : PO.71.20.1.15.102, Mahasiswa
Prodi D-III Keperawatan Jayapura, dengan judul ”Gambaran Asuhan
Keperawatan Pemberian Oralit pada Anak dengan Diare di Rumah Sakit
Bhayangkara TK III Jayapura”, telah dipertahankan di depan dewan penguji pada
tanggal Mei 2018.

Dewan penguji
Penguji ketua

Qoriah Nur,S.Kep,Ns,M.Kep
NIP :1980421 200912 2 001

Penguji Anggota I Penguji anggota II

Lamria Situmeang,S.Kep,Ns,M.Kep Nasrah,S.Kep,Ns,M.Kep


NIP:19770921 200501 2 005 NIP: 19691231 1994032 003

Mengetahui,
Ketua Jurusan

Dr Ester Rumaseb, S.Pd.,M.Kes


NIP: 19601221 198001 2 001

6
RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PENULIS

Nama : Marce Ireni Bani

Tempat tanggal lahir : Honuk, 21 Mei 1995

Asal suku : Timor

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Akes blok A Padang Bulan.

II. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SD NEGERI INPRES HONUK I

2. SMP NEGERI I AMFOANG BARAT LAUT

3. SMA N I AMFOANG UTARA

4. Mengeikuti pendidikan program studi Diploma III Keperawatan angkatan

2015, Politeknik Kesehatan Kemenkes Jayapura lulus tahun 2018.

7
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

“Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan

bukti dari segala sesuatu yang kita lihat”.

(Ibrani 11:1)

Persembahan

Karya Tulis Ilmiah ini penulis persembahan untuk :

1. Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan kekuatan, kesehatan, akal budi

dan kepintaran serta perlindungan dan berkat yang tak pernah berkesudahan

kepada penulis.

2. Ayah dan Ibuku (Pither Bani & Dorkas Akulas) yang telah membesarkan

dengan cinta dan kasih sayangnya.

3. Bpk Melianus Akulas beserta keluarga (Ibu Welmince Djra Dowi, Adik Valdi,

Adik Vuan, Adik Vani, Adik Amin)

4. Keempat Saudara ( Iren, Adik Agu, Adik Age, Adik Flade)

5. Kakak – kakak saya yang saya sayangi yang telah memberikan dukungan dan

motivasi kepada saya.

6. Teman-teman seangkatan dan seperjuangan D-III Keperawatan Politeknik

Kesehatan Kemenkes Jayapura tahun 2015-2018.

7. Almamaterku Politeknik Kesehatan Kemenkes Jayapura.

8
KATA PENGATAR

Puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas

berkat dan penyertaan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis

IImiah ini tepat pada waktunya. Karya Tulis IImiah ini disusun sebagai salah satu

persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan Program Studi Diploma III

Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Jayapura, dengan judul “Gambaran

Asuhan keperawatan Pemberian Oralit pada Anak dengan Diare Rumah Sakit

Bhayangkara”.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun Karya Tulis IImiah ini, penulis

banyak menghadapi kendala namun berkat adanya bimbingan dan bantuan serta

kerjasama yang baik dari berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung,

sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis IImiah ini. Oleh karna itu pada

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimah kasih dan penghargaan

yang tulus kepada :

1. Dr. Isak J.H Tukayo, S, Kp, M, Sc. Selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Jayapura.

2. Direktur Rumah Sakit Bhayangkara dan seluruh staf yang memberikan ijin

kepada penulis untuk praktek sekaligus dalam pengambilan data untuk

penyelesaian penulisan ini.

3. Dr. Ester Rumaseb, S.Kep.Ns.,M.Kep selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Jayapura.

9
4. Frengky Apay, S.Kep,Ns,M.Kep selaku Ka Prodi D-III Keperawatan

Politeknik Kesehatan Jayapura.

5. Qoriah Nur,S.Kep,Ns.M,Kep Selaku pembimbing I yang telah banyak

memberikan motivasi, arahan, dorongan, dalam penulisan Karya Tulis

Ilmiah ini.

6. Kristiyani Herda Ropi,S,Kep,Ns selaku pembimbing II yang telah banyak

memberika motovasi, arahan, dorongan dalam penulisan karya tulis ilmiah

ini.

7. Lamria Situmeang, S.Kep,Ns,M Kep selaku penguji I yang telah

memberikan motivasi dan arahan – arahan penulis Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Nasrah, S. Kep,Ns.M,Kep, selaku penguji II yang telah banyak memberikan

motivasi dan arahan penulis pada karya tulis ilmiah ini.

9. Kepala Ruangan Anak beserta staf di ruangan yang telah memberikan ijin

kepada penulis dalam pengambilan data.

10. Bapak dan Mama yang telah membesarkan saya dengan cinta dan kasih

sayangnya

11. Elisabet Mebri, S.Kep yang telah memberikan semangat dan masukan

dalam penulisan karya tulis ini dan memotivasi untuk selalu sabar dalam

segala hal.

12. Sahabat-sahabatku, Imel, Yuli, Brenda, Sarah, linda, yang selalu

memberikan semangat dan masukan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah

ini.

10
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang selama

ini telah memberikan bantuan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih

terdapat banyak kekurangan yang disebabkan oleh keterbatan penulis. Oleh

karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan guna perbaikan

di masa yang akan datang. Akhir kata, Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa

melimpahkan berkat-Nya bagi kita sekalian dan semoga Karya Tulis Ilmiah ini

bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Jayapura, Mei 2018

Penulis

11
ABSTRAK

GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN ORALIT PADA


ANAK DENGAN DIARE DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA
TINGKAT III JAYAPURA

Marce Ireni Bani(¹) Lamria Situmeang ,S.Kep, Ns, M.Kep(²) Nasrah, S.Kep.Ns, M.Kep(³)

Latar Belakang : Diare merupakan salah satu penyakit yang sering dijumpai di
masyarakat, penyakit ini terutama di sebabkan oleh makanan dan minuman yang
terkontaminasi akibat akses kebersihan yang buruk. Di dunia diperkirakan sekitar
2, 5 miliar yang mempunyai akses kebersihan yang buruk (Junanto, 2012).

Tujuan penilitian: Bagaimanakah Gambaran Asuhan Keperawatan Pemberian


Oralit pada Anak dengan Diare di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat III
Jayapura.

Metode pendekatan:metode yang digunakan adalah pendekatan studi kasus yang


menggambarkan suatu masalah keperawatan dengan pengambilan data
menyertakan berbagai sumber yang bertujuan untuk mendapatkan Gambaran
Asuhan Keperawatan Pemberian Oralit pada Anak dengan Diare di Rumah Sakit
Bhayangkara TK III Jayapura.

Hasil penilitian:adalah asuhan keperawatan pada An. A, dan An. F. telah di


lakukan sesuai dengan hasil pengkajian, penerapan Pemberian Oralit untuk
mengurangi tingkat Dehidrasi.

Kesimpulan : Penerapan pemberian oralit pada anak dengan diare dapat di


rasakan sangat efektif terhadap kedua pasien yang dilihat dari hasil evaluasi
asuhan keperawatan.

Saran: Bagi Rumah Sakit dan kesehatan khususnya perawat, diharapkan lebih
meningkatkan kegiatan penyuluhan yang terjadwal dan berkesinambungan
terhadap anak dengan diare tentang perawatan Pemberian Oralit untuk
mengurangi tingakat dehidrasi.

Kata kunci: Perawatan pemberian oralit pada anak dengan diare


Daftar Pustaka : (2009-2017)

12
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ..............................................................................


LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ................................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... iv
RIWAYAT HIDUP. .................................................................................. v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................... vi
KATA PENGANTAR ............................................................................... vii
ABSTRAK ................................................................................................ x
DAFTAR ISI .............................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiv
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 4
1.3 Tujuan Studi Kasus ............................................................... 4
1.4 Manfaat Studi Kasus ............................................................. 5
a. Bagi Masyarakat .............................................................. 5
b. Pengembangan ILmu dan Teknologi Keperawatan ......... 5
c. Bagi Pasien ....................................................................... 6
d. Bagi Penulis ..................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 7


2.1 Konsep Dasar Diare ............................................................. 7
2.1.1 Pengertian .................................................................. 7
2.1.2 Klasifikasi ................................................................. 7
2.1.3 Jenis- Jenis Diare ...................................................... 8
2.1.4 Etiologi ...................................................................... 9
2.1.5 Manifestasi Klinis ..................................................... 10
2.1.6 Patofisiologi .............................................................. 11
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang ............................................ 12
2.1.8 Penatalaksanaan Medis ............................................. 14
2.1.9 Cara Penularan .......................................................... 15
2.1.10 Cara Mencegah Diare ................................................ 15
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan ............................................... 15
2.2.1 Pengkajian ................................................................. 15
2.2.2 Diagnosa Keperawatan ............................................. 17
2.2.3 Intervensi Keperawatan ............................................. 17
2.2.4 Implementasi ............................................................. 21
2.2.5 Evaluasi Keperawatan ............................................... 21
2.3 Konsep Oralit ....................................................................... 21

13
2.3.1 Pengertian .................................................................. 21
2.3.2 Manfaat Oralit ........................................................... 21
2.3.3 Alat dan Bahan .......................................................... 22
2.4 Konsep Teori Balita .............................................................. 24
2.4.1 Pengertian Balita ....................................................... 24
2.4.2 Karakteristik Balita ................................................... 24
2.4.3 Tumbuh Kembang Balita .......................................... 25

BAB III METODOLOGI PENULISAN ................................................ 26


3.1 Pendekatan ............................................................................ 26
3.2 Definisi oprasional ................................................................ 26
3.3 Instrumen studi kasus ............................................................ 26
3.4 Lokasi dan waktu studi kasus ............................................... 26
3.5 Metode pengumpulan data .................................................... 27
3.6 Analisa data dan penyajian data ............................................ 27
3.7 Etika studi kasus ................................................................... 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................. 30


4.1 Hasil penelitian ..................................................................... 30
4.2 Pembahasan .......................................................................... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 68


5.1 Kesimpulan ............................................................................ 68
5.2 Saran ..................................................................................... 70

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................

14
DAFTAR LAMPIRAN

1. Informed consent

2. Lembar observasi

3. Bukti proses bimbingan

15
DAFTAR SINGKATAN

An = Anak

BB = Berat Badan

BAB = Buang Air Besar

CFR = Case Fatality Rate

BCG = Boston Consulting Group

DEPKES = Departemen Kesehatan

DS = Data Subjektif

DO = Data Objektik

DPT = Down payment

ESWL = Ekstracorporeal Shock Wave Lithotripsy

GCS = Glasgow Coma Scale

KLB = Kejadian Luar Biasa

LLA = Lingkar Lengan Atas

NACL = Natrium Clorids

SKRT = Survei Kesehatan Rmah Tangga

TK = Tingkat

ODR = Ondansentron

SOAP = Subjek Objek

TTV = Tanda Tanda Vital

WIT = Waktu Indonesia Timur

16
TABEL

Tabel 2.1. Penilaian Dehidrasi ................................................................... 12

Tabel 2.2 Kehilangan cairan pada dehidrasi ............................................. 14

Tabel 2.3. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d diare

output dan intake ....................................................................... 18

Tabel 2. 4. Gangguan keseimbangan cairan b/d kehilangan sekunder

terhadap diare ............................................................................ 18

Tabel 2.5. Resiko peningkatan suhu tubuh b/d peningkatan frekuensi diare 19

Tabel 2.6. Resiko gangguan integritas kulit b/d peningkatan frekuensi diare 19

Tabel 2.7. Kecemasan Anak b/tindakan invasive ...................................... 20

Tabel 4.1 Pengkajian Keperawatan ............................................................ 32

Tabel 4.2 Identitas penangungjawab .......................................................... 32

Tabel 4.3 Riwayat Kesehatan ..................................................................... 32

Tabel 4.4 Riwayat imunisasi ...................................................................... 33

Tabel 4.5 Riwayat tumbuh kembang ......................................................... 33

Tabel 4.6 Riwayat nutrisi ........................................................................... 34

Tabel 4.7 Pemeriksaan Fisik ...................................................................... 34

Tabel 4.8 Aktivitas sehari-hari ................................................................... 35

Tabel 4.9 Terapi ......................................................................................... 36

Tabel 4.10 Hasil Pemeriksaan Diagnostik ................................................. 36

Tabel 4.11 Analisa Masalah ....................................................................... 37

Tabel 4.12 Perencanaan Keperawatan ....................................................... 39

17
Tabel 4.13 Evaluasi Keperawatan .............................................................. 44

Tabel 4.14 Tabel Observasi ........................................................................ 61

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diare merupakan salah satu penyakit yang sering dijumpai di

masyarakat, penyakit ini terutama disebabkan oleh makanan dan minuman

yang terkontaminasi akibat akses kebersihan yang buruk. Di dunia

diperkirakan sekitar 2,5 miliar yang mempunyai akses kebersihan yang buruk

(Junanto, 2012).

Penyakit diare sampai saat ini masih merupakan penyebab kematian

utama di dunia, terhitung 5-10 juta kematian/tahun. Besarnya masalah

18
tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare.

Word Health Organization (WHO, 2015) memperkirakan 5 miliar kasus

terjadi di dunia dan 2,2 juta di antaranya meninggal, dan sebagian besar anak

anak di bawah umur 5 tahun. Meskipun diare membunuh sekitar 4 juta orang

orang/tahun di Negara berkembang, ternyata diare juga masih merupakan

masalah utama di Negara maju. Di Amerika serikat, setiap anak mengalami 7-

15 episode diare dengan rata rata usia 5 tahun. Di Negara berkembang rata

rata tiap anak di bawah umur 5 tahun mengalami episode diare 3-4 kali

pertahun (WHO, 2013). Sampai saat ini kasus diare di Indonesia masih cukup

tinggi dan menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi dan balita

berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Depkes, RI 2012).

Diare menyebabkan kematian pada bayi (31,4%) dan anak balita

(25,2%) sekitar 162. 000 balita meninggal akibat diare setiap tahun atau

sekitar 460 balita per hari. Sedangkan dari hasil survey kesehatan rumah

tangga (SKRT) di Indonesia dalam Depkes RI diare merupakan penyebab

kematian nomor dua pada balita, nomor tiga bagi bayi, dan nomor lima bagi

semua umur. Setiap anak di Indonesia mengalami episode diare sebanyak 1,6-

2 kali pertahun (Kemenkes RI, 2015).

Survey morbiditas yang dilakukan oleh subdit diare, Departemen

Kesehatan RI dari tahun 2014-2017 terlihat kecenderungan insiden naik. Pada

tahun 2014 insiden rate (RI) penyakit diare 301/1000 penduduk, tahun 2015

naik menjadi 374/1000 penduduk, tahun 2016 naik menjadi 532/1000

penduduk dan tahun 2017 naik menjadi 673 penduduk. Kejadian Luar Biasa

19
(KLB) diare juga masih sering terjadi dengan Case Fatality Rate (CFR) yang

masih tinggi pada tahun 2017 terjadi KLB di 69, dimana dengan jumlah kasus

9.143 orang, kematian 339 orang (CFR 3,94%). Tahun 2017 terjadi KLB

diare di 24 dengan jumlah penderita 4.204 dengan kematian 89 orang

(CFR2,75%) Kemenkes RI 2015.

Di Indonesia diare masih merupakan salah satu utama kesehatan

masyarakat utama. hal ini di sebabkan masih tingginya angka kesakitan dan

menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi dan balita serta sering

menimbulkan Kejadian Luar Biasa (Widoyono, 2011).

Hasil survei Departemen Kesehatan RI tahun 2013 menunjukan

jumlah kasus diare di Indonesia sebanyak 143.696 kasus rawat inap dan

172.013 kasus rawat jalan. Kematian akibat rawat jalan di Indonesia pada

tahun 2013 mempunyai presentasi 2,74% pada bayi dan anak.

Sementara menurut Lakip Provinsi Papua pada tahun 2013 angka

kesakitan pada kasus diare yang di temukan 1.545 pada tahun 2013 dan pada

tahun 2014 ditemukan 2,074 balita yang mengalami diare. Faktor resiko yang

sangat terjadinya diare pada balita yaitu status kesehatan lingkungan

(penggunaan sarana air bersih, jamban keluarga, pembuangan sampah,

pembuangan air limbah) dan perilaku hidup sehat dalam keluarga. Sedangkan

secara klinis penyebab diare dapat dikelompokan dalam enam kelompok

besar yang infeksi (yang meliputi infeksi bakteri, virus dan parasit),

malabsorbsi, alergi, keracunan. Upaya pemerintah dalam menanggulangi

penyakit diare pada balita sudah dilakukan melalui program proyek desa

20
tertinggal maupun proyek lainnya. Karena kejadian peyakit diare belum

menurun. Apabila diare pada balita ini tidak di tangani secara maksimal dari

berbagai sektor dan bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja tetapi

masyarakat diharapkan ikut serta menanggulangi dan mencegah diare.

Cakupan pemberian oralit di Rumah Sakit Bhayangkara TK III

Jayapura Tahun 2018 menurut rekapitulasi penemuan penderita diare di

propinsi Papua tahun 2013 sebesar 56,3% dimana angka tersebut lebih rendah

dari cakupan pemberian oralit Indonesia 87,73% (Kemenkes 2013) cakupan

penggunaan oralit dan zinc pada anak balita dengan diare di papua tahun 2013

sebesar 26% dan 12,6% lebih rendah dibanding cakupan penggunaan oralit

dan zinc secara nasional yaitu 33,3% dan 16,9% oleh karena itu dapat

disimpulkan bahwa penatalaksanaan diare di Rumah Sakit Bhayangkara TK

III Jayapura Tahun 2018 belum optimal.

Berdasarkan Data yang diperoleh dari rekam medik rumah sakit

Bhayangkara pada tahun 2014 kasus yang ditangani sebanyak 514 dan tahun

2015 kasus yang ditangani sebanyak 549 dan tahun 2016 bulan Januari

sampai bulan April kasus yang ditangani sebanyak 156 kasus dengan total

jumlah 1.219 kasus pada kelompok balita (Rumah Sakit Bhayangkara, 2016).

Oleh karena itu perawat diharapkan memiliki ketrampilan dan pengetahuan

yang cukup dan memberikan asuhan keperawatan pada pasien diare di Rumah

Sakit Bhayangkara TK III Jayapura. Ketrampilan yang sangat dibutuhkan

adalah kemampuan untuk mengidentifikasi tanda dan gejala diare dan

kecepatan dalam menangani pasien yang mengalami diare. Maka penulis

21
termotivasi untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Gambaran

Asuhan Keperawatan Pemberian Oralit pada Anak dengan Diare“.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat

merumuskan bagaimana “gambaran asuhan keperawatan pemberian oralit

pada anak dengan diare di Ruang Kanak kanak Rumah Sakit Bhayangkara

TK III Jayapura Tahun 2018”.

1.3 Tujuan Studi Kasus

a. Tujuan Umum

Untuk mengetahui cara gambaran umum pemberian oralit pada

anak dengan diare di Ruang Kanak-kanak Rumah Sakit Bhayangkara TK

III Jayapura Tahun 2018.

b. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus pada Asuhan Keperawatan dengan diare di

Ruang Kanak kanak Rumah Sakit Bhayangkara TK III Jayapura Tahun

2018.

a) Untuk mengkaji asuhan keperawatan pemberian oralit pada pasien anak

dengan diare di Rumah Sakit Bhayangkara TK III Jayapura Tahun

2018.

b) Untuk megetahui perbedaan respon setelah pemberian oralit pada anak

dengan diare di Ruang Kanak-kanak Rumah Sakit Bhayangkara TK III

Jayapura Tahun 2018.

22
1.4 Manfaat Studi Kasus

a. Bagi Masyarakat

Diharapkan dengan Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan

informasi tentang pemberian oralit pada anak dengan diare untuk

pencegahan.

b. Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan

Dapat dijadikan sebagai sumber informasi untuk pengembangan

ilmu dan tekonologi tentang pencegahan, penanganan diare pada anak

dengan memberikan oralit.

c. Bagi Pasien

Meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga tentang pemberian

oralit untuk pencegahan diare pada anak.

d. Bagi Penulis

Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat menambah pengalaman dan

ilmu pengetahuan bagi penulis tentang pemberian oralit sebagai

pencegahan diare pada anak.

23
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Diare

2.1.1 Pengertian Diare

Diare pada anak adalah buang air besar yang frekuensinya lebih

encer dan konsitensi tinja lebih dari biasanya, (Notoatmodjo, 2006).

Diare pada anak adalah kondisi penderita mengalami buang air

besar (BAB) lebih dari 2-3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi feses

yang lembek atau cair, (Dewi, 2011).

24
Menurut Word Health organization (WHO, 2011) diare pada

anak adalah buang air besar dengan konsistensi yang cair (mencret)

sebanyak 3 kali atau lebih dalam satu hari (24 jam).

Diare adalah buang air besar atau defekasi yang encer dengan

frekuensi lebih dari tiga kali sehari. Dengan atau tanpa darah dan lendir

dalam tinja (Manjoer, 2010).

Penyakit diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan

perubahan bentuk dan konsistensi tinja melembek sampai mencair dan

bertambahnya frekuensi gerak lebih dari biasanya lasim tiga kali atau

lebih dalam sehari (Depkes RI, 2012).

2.1.2 Klasifikasi Diare

Menurut (Sudoyo, 2009):

a) Diare Akut

Diare yang berlangsung kurang dari 2 minggu

b) Diare Kronik

Diare yang berlangsung lebih dari 2 minggu

2.1.3 Jenis Jenis Diare

a. Diare akut

Yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari

(umumnya kurang dari 7 hari) akibat diare akut adalah dehidrasi

sedangkan dehidrasi merupakan penyebab kematian utama pada

bayi.

b. Disentri

25
Yaitu diare disertai darah dalam tinjanya. Akibat disentri

adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat.

c. Komplikasi pada mukosa

1) Diare persisten

Yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara

terus menerus akibat diare persisten adalah penurunan berat

badan dan gangguan metabolisme.

2) Diare dengan masalah lain.

Anak yang menderita diare (diare akut dan diare

persisten) disertai dengan penyakit lain, seperti demam

gangguan gizi atau penyakit lainya. Tatalaksana penderita

diare tersebut diatas selain berdasarkan acuan baku tatalaksana

diare juga tergantung pada penyakit yang mengertai (Ilmu

Kesehatan Anak, 2009).

2.1.4 Etiologi

a. Faktor infeksi

Bakteri, virus, dan parasit adalah merupakan penyebab utama

pada diare infeksius, penyebab diare karena infeksi dapat disebabkan

oleh organisme yang berbeda beda serta gejalanya sulit di bedakan

antara lain:

1) Bakteri

Ada beberapa jenis bakteri yang merupakan penyebab

paling penting penyakit diare terutama yang menyerang bayi.

26
a) Vibrio choleravibrio cholera mempunyai dua biotope yaitu

tipe el tor dan mask selain ada dua serotype yaitu ogawa

dan inaba.

b) Shigella

Genus shigella dibagi menjadi empat kelompok

serologic yaitu:

- Shigella flexneri adalah kelompok yang paling sering

terdapat di Negara berkembang.

- Shigella sonei adalah kelompok yang terdapat di Negara

maju.

- Shigella disentriae tipe 1 adalah penyebab epidemic

dengan angka kematian tinggi.

- Shigella biydii, kelompok jarang di temukan.

c) Salmonella

Terdapat lebih dari 20000 serotipe salmonella,

dimana sekitar 6 sampe 10 menyebabkan gastroenteritis

pada manusia.

2) Virus: Rotavirus, adenovirus, Norwalk virus, coronavirus,

astrovirus.

3) Parazit: Protozoa, entamoeba, histolytica, giardia lamblia,

belantidium cli, thichuris

b. Non Infeksi

1) Faktor Malabsorbsi

27
Malabsorbsi karbohidrat di sakarida (intoleransi

laktosan, maltoza dan sakroza) monosakarida (intoleransi

glukosa fluktosa dan galaktosa) pada bayi dan anak terpenting

dan tersering ialah intoleransi laktosa.

- Malabsorbsi lemak

- Malabsorbsi protein

2) Faktor Makanan

Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.

3) Faktor Psikologis

Merasa takut dan cemas walaupun jarang dapat menimbulkan

diare terutama pada anak yang lebih besar.

2.1.5 Manifestasi Klinis

Anak dengan diare mengalami BAB encer atau sering dengan

warna bervariasi (kuning, cokelat, hiaju).

Pada diare karena infeksi virus, feses cair berwarna kuning

diikuti pembuangan gas yang sering berbau asam, serta tanpa lender

dan darah dengan gejala lain seperti:

a. Mual

b. Muntah

c. Deman

d. Nyeri abdomen

e. Mukosa bibir kering

28
f. Mata cekung

g. Kehilangan berat badan

h. Tingkat nafsu makan menurun

i. Badan terasa lemah

Pada diare dengan bakteri, berbau busuk, asam dan disertai

lender atau lemah.

2.1.6 Patofisiologi

Mekanisme dasar timbulnya diare adalah:

a. Gangguan sekresi

Akibat gangguan tertentu (oleh toksin) pada dinding usus

akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit kedalam rongga

usus dan selanjutnya diare karena peningkatan isi rongga usus.

b. Gangguan osmotic

Akibat terdapat makanan atau zat yang tidak dapat diserap

akan menyebabkan tekanan osmotic di dalam rongga usus meninggi,

sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus

yang berlebihan akan menyebabkannya sehingga timbul diare.

c. Gangguan mortilitas usus

Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya

kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare,

sebaliknya jika peristaltic usus menurun akan mengakibatkan bakteri

tumbuh berlebihan selanjutnya dapat menimbulkan diare (Hidayat,

2006)

29
Tabel. 2.1. Penilaian Dehidrasi (menurut WHO)

Tanpa Dehidrasi
Penilaian Dehidrasi Berat
dehidrasi sedang
Lihat: keadaan baik Gelisah, atau Lesu, lunglai
umum Rewel atau Tidak sadar
Mata normal Cekung Sangat cekung
dan kering
Air mata ada Tidak ada Tidak ada
Mulut dan lidah basah Kering Sangat kering
Malas minum
Haus ingin
Rasa haus Minum biasa atau tidak bisa
minum banyak
minum
Kembali
Periksa: turgor Kembali sangat
cepat Kembali lambat
kulit lambat

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan diagnose yang di lakukan pada penderita dengan

diare adalah:

Pemeriksaan laboratorium ;

(a) Pemeriksaan tinja,

(b) Pemeriksaan darah:

Pemeriksaan darah perifer lengkap, analisa gas darah

elektrolit, pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk

mengetahui fungsi ginjal

(c) Pemeriksaan elektrolit intubas, duodenum untuk mengetahui jasad

renik atau parasit secara kuantitaf terutama di lakukan pada

penderita diare kronik

2.1.8 Penatalaksanaan Medis

Dasar pengobatan diare adalah :

30
a. Pemberian cairan

Pemberian cairan pada diare dengan memperhatikan derajat

dehidrasi dan keadaan umum

b. Cairan Peroral

Pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan yang

di berikan peroral berupa cairan yang berisikan Nacl dan Kcl, dan

glukosa. Untuk diare akut di atas umur 6 bulan dengan dehidrasi

ringan atau sedang, kadar natrium 50-60 Meg/E dapat dibuat sendiri

(mengandung larutan garam dan gula) atau air tajim yang di beri

gula dan garam hal tersebut adalah untuk pengobatan di rumah

sebelum di bawah ke rumah sakit. Untuk mencegah dehidrasi lebih

lanjut

c. Cairan Parental

Mengenai seberapa banyak cairan yang harus di berikan

tergantung dari berat atau ringannya dehidrasi yang kehilangan

cairan yang sesuai umur dan berat badannya

Tabel.2.2 Kehilangan Cairan pada Dehidrasi (menurut Hanh dan Drobin)


Berat Badan Pasien dan Umur

Berat badan Umur Pwl Nwl Cwl Jumlah


0-3 kg 0- 1 bulan 150 125 25 300

3-10 kg 1 bulan- 2 th 125 100 25 250

10 – 15 kg 2- 5 bln 100 80 25 205

15 - 25 kg 5- 10 th 80 25 25 130

31
Keterangan:

PWL : Presons water losses ( cairan yang hilang karena muntah)

NWL : Normal water losses ( karena urin kernigat dan pernafasan

CWL : Cincomitsnt water losses ( karena diare dan muntah masih terus berlangsng)

2.1.9 Cara Penularan

Agen infeksius yang menyebabkan penyakit diare biasa

ditularkan melalui fekal oral, terutama karena (Depkes RI,2012).

a. Menelan makanan yang terkontaminasi (terutama makanan

sapihan) atau air.

b. Kontak dengan tangan yang terkontaminasi

c. Tidak memadainya penyedian air bersih (jumlah tidak cukup)

d. Air tercemar oleh tinja

e. Kurang sarana kebersihan (pembuangan tinja yang higienis)

f. Kebersihan perorangan dan lingkungan kotor

g. Penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak semestinya

2.1.10 Cara Mencegah Diare

a. Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, serta setelah buang

air besar dan kecil

b. Tidak sembarangan mengkonsumsi makanan yang tidak terjamin

kebersihan dan kesehatannya

c. Tidak mengkonsumsi air yang tidak matang

d. Memisahkan makanan yang matang dan mentah

e. Selalu masak menggunakan bahan dasar yang masih segar

32
f. Menyimpan makanan di lemari pendingin dan tidak terlalu lama

membiarkan makanan tertinggal di bawah paparan sinar matahari

g. Membersihkan toilet dengan desinfektan setelah buang air besar

h. Istirahat yang cukup.

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Diare

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap

dan sistematis untuk di analisis sehingga masalah keperatan yang di

hadapi pasien baik fisik, mental. Sosilal maupun spiritual dapat

ditentukan. Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses

keperawatan dengan mengumpulkan data data yang akurat dari klien

sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang ada (Rohman, et

al 2009).

Data dibedakan menjadi dua jenis yaitu

a. Data subjektif

yaitu: data yang di peroleh dari keluhan yang di rasakan

pasien atau dari keluarga pasien atau saksi lain

b. Data objektif

yaitu: data yang di peroleh melalui sesuatu. Pengukuran,

pemeriksaan, dan pengamatan, pengumpulan data lakukaan

dengaan wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan mempelajari

data penunjang.

33
Data dasar pada pengkajian pasien diare

1) Eliminasi

Subjektif : sering BAB lebih dari 3 kali

Objektif : adanya BAB encer

a) Makanan atau cairan

Subjektif : kehilangan nafsu makan atau nafsu makanan

menurun, muntah

Objektif : muntah, turgor kulit jelek, membrane mukosa

kering.

b) Aktifitas atau istirahat

Subjektif : perasaan yang tidak enak, keterbatasan yang di

timbulkan oleh kondisinya

Objektif : kelemahan secara umum, keterbatasan dalam ruang

gerak

c) Hygiene

Subjektif: belum melakukan perawatan diri

Objektif: ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan

diri.

d) Nyeri atau kenyamanan

Subjektif: nyeri ulu hati, nyeri pada perut

e) Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan tinja: terdapatnya kuman atau bakteri pada tinja

penyebab diare

34
Pemeriksaan darah: pada diare biasanya elektrolit terutama

natrium, kalium dan kalsium akan menurun

Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin: untuk mengetahui

fungsi ginjal

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

a. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d diare atau

output dan intake yang berlebihan

b. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d kehilangan

sekunder terhadap diare

c. Resiko peningkatan suhu tubuh b/d proses inlamasi pada usus

d. Resiko gangguan integritas kulit b/d peningkatan frekuensi diare

e. Kecemasan anak b/d tindakan invasive

2.2.3 Intervensi

a. Tabel 2.3. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d diare

atau output dan intake yang berlebihan.

Rencana tindakan Rasional

Beri cairan parenteral sesuai sebagai upaya rehidrasi untuk

rehidrasi menggati cairan yang keluar bersama

feses

pantau intake dan output memberi informasi status

keseimbangan cairan untuk

menetapkan kebutuhan cairan

penggati

35
kaji tanda vital. Tanda dan menilai status hidrasi elektrolit dan

gejala dehidrasi dan hasil kaseimbangan asam basah untuk

pemeriksaan laboratorium mempertahankan terapi cairan

pemberianoba obatan secara kausal

kolaborasi pelaksanaan terapi penting setalah penyebab diare di

definitive ketahui

b. Tabel 2.4. Gangguan keseimbangan cairan daan elekrolit b/d

kehilangan sekunder terhadap diare.

Rencana tindakan Rasional

obsevasi tanda tanda vital 1. untuk mengidentiikasi tingkat

dehidrasi

pantau input dan output cairan 2. untuk mengidentifikasi tingkat

timbang BB secara teratur dehidrasi

anjurkan ibu pasien 3. penurunan bb menunjukan

untukmeningkatkan masukan oral kahilangan cairan

berikan cairan tambahan infus 4. membantu mengembalikan

fungsi usus normal

5. mengganti kehilangan cairan

dan keseimbangan cairan

c. Tabel 2.5. Resiko peningkatan suhu tubuh b/d proses inflmasi pada

usus

Intervensi Rasional

36
pantau suhu setiap jam untuk memantaupenigkatan suhu

tubuh

beri kompres hangat membantu mengurangi deman

pertahankan lingkungan yang suhu ruangan harus di rubah

sejuk mendekati normal

kolaborasi untuk memberikan mengurangi demam aksi sentral

antiperetik

d. Tabel 2.6. Resiko gangguan integritas kulit b/d peningkatan

frekuensi diare

Rencana tindakan Rasional

observasi warna kulit di sekitar untuk menjaga kulit tetap bersih

anus dan kering

ajarkan keluarga tanda feses diare bercampur dengan

kerusakan kulit asam laktat yang sangat

mengiritasi kulit

observasi warna kulit di sekitar untuk melindungi kulit dari iritasi

anus untuk meningkatkan pertumbuhan

ajarkan keluarga tanda kerusakan akan menyebabkan rasa

kulit menyengat

observasi warna kulit di sekitar sehingga terapi yang tepat dapat

anus di mulai

ganti popok dengan sering untuk mengobati infeksi jamur

kulit

Bersihkan bokong dengan

37
perlahan lahan dengan sabun

lunak non alcohol dan air

e. Tabel 2.7.Kecemasan anak b/d tindakan invasive

Rencana tindakan Rasional

beri perawatan mulut untuk bayi memberikan rasa nyaman

dorong kunjungan dan partisipasi

keluarga Dalam perawatan untuk mencegah stress yang

sebanyak yang mampu di lakukan berhubungan dengan perpisahan

keluarga

sentuh, gendong dan bicara pada untuk memberikan rasa nyaman

anak sebanyak mungkin dan menghilangkan rasa stress

beri stimulasi sensoris dan untuk menigkatkan pertumuhan

pengalihan yang sesuai dengan dan perkembangan yang optimal

tingkat perkembangan anak dan

kondisinya

2.2.4 Implementasi

Implementasi adalah fase ketika perawat

mengimplementasikan intervensi keperawatan (Kozier, 2011)

implementasi merupakan langkah keempat dari proses keperawatan

yang telah direncanakan oleh perawat untuk dikerjakan dalam rangka

membantu klien untuk mencegah, mengurangi dan menghilangkan

38
dampak respon yang ditimbulkan oleh masalah keperawatan dan

kesehatan.

2.2.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai

apakah tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak

untuk mengatasi suatu masalah (Meirisa, 2013) pada tahap evaluasi,

perawat dapat mengetahui seberapa jauh diagnose keperawatan,

rencana tindakan, dan pelaksanaan telah tercapai.

2.3 Konsep Dasar Oralit

2.3.1 Pengertian Oralit

Oralit adalah larutan untuk mengatasi diare, larutan ini sering

disebut rehidrasi oral. Larutan ini mempunyai komposisi campuran

Natrium klorida, kalium klorida, glukosa anhidrat dan natrium

bikarbonat (WHO, 2012).

2.3.2 Manfaat oralit

Oralit di berikan untuk mangganti cairan dan elektrolit dalam

tubuh yang terbuang saat diare.air sangat penting untuk mencegah

dehidrasi, air minum tidak mengandung garam elektrolit yang

diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam

tubuh sehingga lebih di utamakan oralit

2.3.3 Alat dan bahan untuk membuat oralit

Bahan

39
a. Garam dapur (halus)

b. Gula pasir (halus)

c. Air putih yang biasa di minum

Alat alat

a. Sendok

b. Gelas

c. Teko

Pencampuran bahan

a. Siapkan wadah bersih (seukuran teko)

b. Masukan stengah sendok the garam dapur dan 8 sendok the gula

pasir ke dalam wadah di atas

c. Tambahkan satu liter air matang, jika tidak punya takaran liter, bisa

menggunakan lima gelas air setiap glas sekitar 200 ml

d. Aduk sampe rata gunakan sendok atau kocokan untuk melarutkan

bahan bahan di atas ke dalam air

e. Setelah satu menit atau lebih dari pengadukan yang kuat. Biasanya

sudah benar benar terlarut. Selnajutnya oralit sudah jadi dan siap

minum

Cairan oralit dapat di simpan selama 24 jam jangan menyimpannya

lebih lama lagi

2.3.4 Cara pemberian oralit

a. Belum ada dehidrasi

40
Berikan sendok the tiap 1-2 menit untuk anak di bawah umur

2 tahun, bila anak muntah, tunggu 10 menit kemudian berikan

cairan lebih sedikit (missal sesendok tiap 1- 2 menit).

b. Dehirasi ringan- sedang

Dalam 3 jam pertama, berikan 75 ml/ kg BB

Pemberian oralit dan di berikan air masak atau ASI atau tidak di

susui, beri 100-200 ml air minum sebelum di beri oralit.

c. Dehidrasi berat

Mulai diberi cairan intravena segera. Bila penderita bisa

minumberikan oralit sewaktu cairan intravena di mulai dari 100mg.

kebutuhan ringer laktat( garam normal) di bagi sebagai berikut:

1) Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun berat badan 3- 10 kg 1 jam

pertama: 40 ml/kkBB/jam=10 tetes/kgBB/menit, 7 jam

berikutnya: 12 ml/kgBB/am= 13/kg BB/ menit.

2) Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengn berat badan 10- 15 kg 1

jam pertama: 30 ml/kgBB/jam=8 tetes/menit. 2 jam berikutnya:

10 ml/kgBB= 13 tetes/kgBB/menit.

3) Untuk anak lebih dari 5- 10 tahun dengan berat badan 15-25 kg 1

jam pertama: 20 ml/kgBB/ jam= 5 tetes /kgBB/menit. 7 jam

beikutnya: 1o ml/kgBB/jam=2 ½ tetes/ kgBB/ meningkat.

2.4 Konsep Teori Balita

2.4.1 Pengertian Balita

41
Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu

tahun atau lebih popular dengan pengertian anak usia di bawah lima

tahun (Muaris , 2010).

Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (balita) dan

anak prasekolah3-5 tahun saat usia balita anak masih tergantung penuh

kepada orang ua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi,

buang air, dan makan.perkembagan berbicara dan berjalan sudah

bertambah baik. Namun kemampuan lain masih terbatas menurut

(Sutomo,2010)

Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh

kembang manusia.perkembangan dan pertumbuhan di masa itu

menjadipenetu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak

diperiode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan

masa yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang, karena itu

sering disebut golden age atau masa keemasan.

2.4.2 Karakteristik Balita

Menurut karakteristik balita, balita terbagi dalam dua kategori

yaitu anak usia 1-3 tahun (balita) dan anak usia prasekolah (Uripi,

2011). Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak

menerima makanan dari apa yang di sediakan ibunya. Laju

pertumbuhan masa balita lebih besar dari pada masa usia prasekolah

sehingga di perlukan jumlah makanan yang mampu di terimanya dari

sekali makan lebih kecil dari anak yanga usianya lebih besar. Pada usia

42
prasekolah anak menjadi konsumen aktif. Mereka sudah dapat memilih

makanan yang di sukainya pada usia ini anak mulai bergaul dengan

lingkunganya atau atau bersekolah playgroup sehingga anak menalami

beberapa perubahan dalam berperilaku. Pada masa ini berat badan anak

cenderung mengalami penurunan akibat dari aktifitas yang mulai

banyak dan pemilihan maupun penolakan terhadap makanan.

2.4.3 Tumbuh Kembang Balita.

Secara umum tumbuh kembang setiap anak berbeda-beda,

namun proses senantiasa melalui tiga pola yang sama (Soetjingsih,

2010). Pertumbuhan di mulai dari kepala hingga ke ujung kaki, akan

berusaha menegakan tubuhnya, dan di lanjutkan belajar menggunakan

kaki.

Perkembangan di mulai dari batang tubuh kearah luar.

Contohnya adalah anak akan lebih menguasaii penggunaan telapak

tangan untuk menggenggam, sebelum ia mampu meraih benda dengan

jemarinya. Setelah dua pola di atas dikuasai berubahlah anak belajar

mengeksplorasikan keterampilan lain.

2.5 Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit

2.5.1 Definisi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

Cairan dan elektrolit merupakan komponen tubuh yang

berperan dalam memelihara fungsi tubuh dan proses homeostatis

(Tarwoto, 2010). Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan

43
dasar manusia secara fisiologis, yang memiliki proporsi besar dalam

bagian tubuh, hampir 90% dari total berat badan tubuh. Sementara itu,

sisanya merupakan bagian padat dari tubuh (Alimul, 2006).

2.5.2 Volume Cairan Tubuh

Total jumlah volume cairan tubuh (Total Body Water–TBW)

kira-kira 60% dari berat badan pria dan 50% dari berat badan wanita.

Jumlah volume ini tergantung pada kandungan lemak badan dan usia.

Lemak jaringan sangat sedikit menyimpan cairan, dimana lemak pada

wanita lebih banyak dari pria sehingga jumlah volume cairan lebih

rendah dari pria. Usia juga berpengaruh terhadap TBW dimana makin

tua usia makin sedikit kandungan airnya (Tarwoto dan Wartonah,

2010).

Menurut Pranata (2013), komponen cairan tubuh sangat

bervariasi jumlahnya, yaitu: pada bayi yang lahir prematur komposisi

cairan di dalam tubuh sekitar 80% dari berat badan, pada bayi yang

lahir normal komposisi cairan di dalam tubuh berkisar antara 70-75%

dari berat badan tubuh, pada masa remaja komposisi cairan tubuh ini

berkisar antara 65-70% dari berat badan tubuh, dan pada orang dewasa

komposisi cairan tubuh berkisar antara 50-60% dari berat badan

tubuh.

2.5.3 Pergerakan Cairan Tubuh

44
Dalam perpindahan, cairan dan elektrolit mempunyai berbagai

macam cara, antara lain dengan difusi, osmosis, dan transportasi aktif

(Pranata, 2013):

a) Difusi

Difusi didefinisikan sebagai kecenderungan alami dari suatu

substansi untuk bergerak dari suatu area dengan konsentrasi yang

lebih tinggi ke area dengan konsentrasi yang lebih rendah. Suatu

contoh difusi adalah pertukaran oksigen dengan karbon dioksida

antara kapiler dan alveoli paru.

b) Osmosis

Merupakan bergeraknya pelarut bersih seperti air, melalui

membran semipermiabel dari larutan yang berkonsentrasi lebih

rendah kekonsentrasi yang lebih tinggi yang sifatnya menarik

(Tarwoto, 2010). Solut adalah zat pelarut, sedangkan solven adalah

larutannya. Air merupakan solven, sedang garam adalah solut.

Proses osmosis penting dalam mengatur keseimbangan cairan

ekstra dan intrasel (Alimul, 2006). Pada kondisi osmosis, sedikit

berbeda dengan proses difusi. Jika pada difusi yang berpindah

adalah materinya, sedangkan pada osmosis yang berpindah adalah

pelarutnya. Membran sebagai pembatas antara dua kompartemen

tersebut permeabel terhadap zat pelarut, tetapi tidak permeabel

terhadap solut atau zat terlarut (Pranata, 2013).

45
Osmolaritas adalah cara untuk mengukur kepekatan larutan

dengan menggunakan satuan mol. Natrium dalam NaCl berperan

penting dalam mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh.

Apabila terdapat tiga jenis larutan garam dengan kepekatan yang

berbeda dan di dalamnya dimasukkan sel darah merah, maka

larutan yang mempunyai kepekatan sama yang akan seimbang dan

berdifusi. Larutan NaCl 0,9% merupakan larutan yang isotonik

karena larutan NaCl mempunyai kepekatan yang sama dengan

larutan dalam sistem vaskular. Pada proses osmosis dapat terjadi

perpindahan dari larutan dengan kepekatan rendah kelarutan yang

kepekatannya lebih tinggi melalui membran semipermiabel,

sehingga larutan yang berkonsentrasi rendah volumenya akan

berkurang, sedang larutan yang berkonsentrasi lebih tinggi akan

bertambah volumenya (Alimul, 2006).

c) Transport Aktif

Partikel bergerak dari konsentrasi rendah ke tinggi karena

adanya daya aktif dari tubuh seperti pompa jantung (Tarwoto &

Wartonah, 2010). Berbeda dengan difusi dan osmosis, proses

transport aktif memerlukan energi metabolik. Proses transfor aktif

penting untuk mempertahankan keseimbangan natrium dan kalium

antara cairan intraseluler dan ekstraseluler. Dalam kondisi normal,

konsentrasi natrium lebih tinggi pada cairan intraseluler dan kadar

46
kalium lebih tinggi pada cairan ekstraseluler. Untuk

mempertahankan keadaan ini, diperlukan mekanisme transfor aktif

melalui pompa natrium–kalium. Selain perpindahan internal

dalam tubuh, cairan dan elektrolit juga dapat mengalami

penurunan akibat perpindahan keluar tubuh (misalnya melalui urine

dan keringat). Karenanya, tubuh memerlukan asupan cairan dan

elektrolit yang cukup setiap hari (Tamsuri, 2009).

2.5.4 Pengaturan Volume Cairan Tubuh

Keseimbangan cairan dalam tubuh dihitung dari keseimbangan

antara jumlah cairan yang masuk dan jumlah cairan yang keluar

(Alimul, 2006). Jumlah asupan cairan harus sama dengan jumlah

cairan yang dikeluarkan dari tubuh. Perubahan sedikit pada

keseimbangan cairan dan elektrolit tidak akan memberikan dampak

bagi tubuh. Akan tetapi, jika terjadi ketidakseimbangan antara asupan

dan haluaran, tentunya akan menimbulkan dampak bagi tubuh

manusia (Pranata, 2013).

Mekanisme cairan adalah sebagai berikut (Pranata,2013):

a. Jika intake air terlalu banyak, maka tubuh akan mengurangi sekresi

ADH (hormon anti diuretik) dari hipofisis posterior. Sehingga,

terjadi penurunan dalam reabsorbsi air di tubulus distal dan

haluaran urine akan meningkat.

Dengan adanya peningkatan pada volume plasma, maka

venous return juga meningkat yang menyebabkan peregangan

47
dinding atrium kanan. Regangan ini akan merangsang pelepasan

Atrial Natriuretic Peptide (ANP) dan terjadilah peningkatan

pengeluaran natrium dan air lewat urine.

Sebaliknya jika tubuh mengalami defisit volume

intravaskuler. Maka tubuh akan meningkatkan sekresi ADH,

sehingga reabsorbsi air di ginjal akan meningkat dan tubuh

memberikan peringatan dalam bentuk rasa haus.

Kondisi hipovolemia ini juga menyebabkan tekanan darah

menurun. Sehingga akan merangsang sistem rennin-angiotensin

dan terjadilah respon berupa pengurangan produksi urine.

2.5.5 Asupan Cairan

Asupan cairan merupakan jumlah cairan yang masuk ke dalam

tubuh manusia. Secara fisiologis, manusia sudah dibekali dengan

respon untuk memasukkan cairan ke dalam tubuh. Respon haus

merupakan refleks yang secara otomatis menjadi perintah kepada

tubuh memasukkan cairan. Pusat pengendali rasa haus berada di

dalam hipotalamus otak (Pranata, 2013).

Asupan (intake) cairan untuk kondisi normal pada orang

dewasa adalah ± 2.500 cc per hari. Asupan cairan dapat langsung

berupa cairan atau ditambah dari makanan lain. Apabila terjadi

ketidakseimbangan volume cairan tubuh dimana asupan cairan

kurang atau adanya perdarahan, maka curah jantung menurun,

menyebabkan terjadinya penurunan tekanan darah (Alimul, 2006).

48
2.5.6 Pengeluaran/Haluaran Cairan

Pengeluaran (output) cairan sebagai bagian dalam

mengimbangi asupan cairan pada orang dewasa, dalam kondisi normal

adalah ±2.300 cc. Jumlah air yang paling banyak keluar berasal dari

eksresi ginjal (berupa urine), sebanyak ±1.500 cc per hari pada orang

dewasa (Alimul, 2006).

Pasien dengan ketidakadekuatan pengeluaran cairan

memerlukan pengawasan asupan dan pengeluaran secara khusus.

Peningkatan jumlah dan kecepatan pernapasan, demam, keringat,

muntah, dan diare dapat menyebabkan kehilangan cairan secara

berlebihan (Alimul, 2006). Hasil-hasil pengeluaran cairan adalah:

a. Ginjal. Merupakan pengatur utama keseimbangan cairan yang

menerima 170 liter darah untuk disaring setiap hari. Produksi urine

untuk semua usia adalah 1 ml/kg/jam. Pada orang dewasa produksi

urine sekitar 1,5 liter/hari. Jumlah urine yang diproduksi oleh

ginjal dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron (Tarwoto dan

Wartonah, 2010).

b. Kulit. Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis

yang merangsang aktivitas kelenjar keringat. Zat terlarut utama

dalam keringat adalah natrium, klorida, dan kalium. Kehilangan

keringat yang nyata dapat bervariasi dari 0 sampai 1000 ml atau

lebih setiap jam, tergantung pada suhu lingkungan. Kehilangan air

yang terus menerus melalui evaporasi (kurang lebih 600 ml/hari)

49
terjadi melalui kulit sebagai perspirasi tidak– kasat mata (Smeltzer

& Bare, 2002). Insensible Water Loss (IWL) merupakan

kehilangan air dari tubuh tanpa kita rasakan. Kehilangan tersebut

pada orang dewasa sekitar 6 ml/kgBB/24jam. IWL bisa melalui

keringat, udara pernapasan, dan eliminasi alvi (Pranata, 2013).

Sedangkan menurut Tarwoto dan Wartonah (2010) Isensible Water

Loss (IWL) sekitar 15-20 ml/24jam.

c. Paru-paru. Saat kita melakukan ekspirasi, tidak hanya CO2 yang

kita keluarkan, tetapi unsur air juga ikut keluar bersama

karbondioksida. Jika kita menghembuskan napas di depan kaca,

maka kaca tersebut akan mengembun. Itulah sebagai bukti bahwa

udara ekspirasi mengandung air. IWL dari udara pernapasan

sekitar 400 ml setiap harinya. Akan tetapi, jumlah tersebut bisa

meningkat terkait perubahan frekuensi dan kedalaman pernapasan

(Pranata, 2013)

d. Gastrointestinal. Dalam kondisi normal cairan yang hilang dari

gastrointestinal setiap hari sekitar 100-200 ml. perhitungan IWL

secara keseluruhan adalah 10-15 cc/kgBB/24 jam (Tarwoto dan

Wartonah, 2010).

50
Gambar 2.1 Gambaran umum asupan dan
haluaran cairan tubuh (Tamsuri, 2009)

2.5.7 Rumus Menghitung Keseimbangan Cairan

Intake/cairan masuk: mulai dari cairan infus, minum,

kandungan cairan dalam makanan pasien, volume obat-obatan,

termasuk obat suntik, albumin, dll.

Output/cairan keluar: feses dan urine dalam 24 jam, jika pasien

dipasang kateter maka hitung dalam ukuran di urobag.

IWL (Insensible Water Loss): jumlah cairan keluarnya tidak

disadari dan sulit dihitung, yaitu jumlah keringat, uap hawa nafas.

Rumus IWL: (Kayra, 2013)

IWL = (15x BB)/24 jam

Penghitungan balance cairan untuk dewasa, yaitu: Input cairan:

Air (makan+minum) = … cc

Cairan infus = … cc

Therapy injeksi = … cc

Air Metabolisme = … cc (Hitung AM = 5 cc/kgBB/hari)

Output cairan:

Urine = … cc

Feses = … cc (kondisi normal 1 BAB feses =

100cc)

51
Muntah/perdarahan/cairan drainage luka/cairan NGT terbuka = … cc

IWL = … cc (hitung IWL = 15 cc/kgBB/hari)

Balance cairan = intake cairan – output cairan (Normal balance cairan

±100cc).

2.5.8 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan dan

Elektrolit

Banyak faktor yang mampu mengakibatkan gangguan

keseimbangan cairan dan elektrolit. Tugas perawat adalah

mengidentifikasi faktor-faktor yang mampu mengakibatkan gangguan

keseimbangan cairan dan elektrolit. Hal ini dikarenakan pada setiap

tahapan perkembangan mempunyai kebutuhan yang berbeda. Berikut

ini adalah hal-hal yang bisa mempengaruhi keseimbangan cairan dan

elektrolit, yaitu (Pranata, 2013):

a. Usia

Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam

hal ini, usia berpengaruh terhadap proporsi tubuh, luas permukaan

tubuh, kebutuhan metabolik, serta berat badan (Tamsuri, 2009).

Secara normalnya, kebutuhan cairan dan elektrolit akan berjalan

beriringan dengan perubahan perkembangan seseorang. Akan

tetapi, hal itu bisa berubah jika didapatkan penyakit. Dikarenakan

faktor penyakit ini akan mengganggu status hemostatis cairan dan

elektrolit (Pranata, 2013).

52
b. Temperatur Lingkungan

Suhu lingkungan juga mempengaruhi kebutuhan cairan dan

elektrolit seseorang. Disaat suhu lingkungan mengalami

peningkatan, maka keringat akan lebih banyak dikeluarkan untuk

menjaga kelembaban kulit dan mendinginkan permukaan kulit

yang panas. Ion natrium dan klorida juga dilepaskan bersamaan

dengan keringat. Sedangkan pada kondisi suhu lingkungan dingin,

respon tubuh kita berbeda. Saat itu, pori-pori tubuh mengecil dan

sedikit untuk memproduksi keringat karena kulit kita sudah

lembab. Akan tetapi, berbeda di ginjal dimana aldosteron akan

menurun.

Sehingga urine yang dieksresikan akan lebih banyak. Hal

ini merupakan kompensasi tubuh untuk menjaga regulasi cairan

dan elektrolit dalam tubuh. Oleh karena itu, untuk menjaga

keseimbangan cairan dan elektrolit tersebut diperlukan asupan yang

adekuat (Pranata, 2013).

c. Diet

Dalam mempertahankan status cairan dan elektrolit, asupan

cairan, garam, kalium, kalsium, magnesium penting untuk

diperhatikan. Secara langsung asupan yang seimbang akan menjaga

keseimbangan cairan. Selain itu, asupan karbohidrat, protein, dan

lemak juga berkaitan dengan keseimbangan asam basa dan

nantinya berhubungan dengan keseimbangan cairan dan elektrolit

53
(Pranata, 2013). Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan

memecah cadangan makanan yang tersimpan di dalamnya sehingga

dalam tubuh terjadi pergerakan cairan dari interstisial ke

interseluler, yang dapat berpengaruh pada jumlah pemenuhan

kebutuhan cairan (Alimul, 2006).

d. Stres

Stres dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel,

konsentrasi darah dan glikolisis otot, mekanisme ini dapat

menimbulkan retensi sodium dan air. Proses ini dapat

meningkatkan produksi ADH dan menurunkan produksi urine

(Tarwoto dan Wartonah, 2010).

e. Sakit

Pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak,

sehingga untuk memperbaiki sel yang rusak tersebut dibutuhkan

adanya proses pemenuhan kebutuhan cairan yang cukup. Keadaan

sakit menimbulkan ketidakseimbangan sistem dalam tubuh, seperti

ketidakseimbangan hormonal, yang dapat mengganggu

keseimbangan kebutuhan cairan (Alimul, 2006).

2.5.9 Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akan

memberikan dampak yang sangat berarti bagi tubuh. Hal ini

dikarenakan terjadinya kelebihan atau kekurangan pada salah satu

54
ruang. Ketidakseimbangan ini dipengaruhi oleh osmolalitas atau oleh

tekanan osmotik (Pranata, 2013).

Dobson (1994) dikutip dari Pranata (2013), mengemukakan

bahwa pada kondisi terjadi penurunan volume darah pada

intravaskular, maka untuk melakukan kompensasi tersebut cairan dari

interstitial akan ditarik untuk mengisi di rongga intravaskular.

Pemberian cairan intravena yang terutama mengandung ion natrium

dan klorida, seperti NaCl fisiologis (9 gram/liter atau 0,9%) atau

larutan Hartmann (larutan Ringer Laktat) yang dapat bergerak bebas

akan efektif untuk meningkatkan volume intravaskular dalam waktu

cepat.

55
Tabel 2.8 Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

Ketidakseimbangan Faktor-faktor Penunjang Tanda/Gejala dan Temuan


Laboratorium
Kekurangan volume Kehilangan air dan elektrolit, Kehilangan berat badan akut,
cairan (hipovolemia) seperti pada muntah-muntah, penurunan turgor kulit,
diare, fistula, demam, oliguria, urine yang pekat,
berkeringat sangat banyak, nadi lemah cepat, waktu
luka bakar, kehilangan darah, pengisian kapiler
penghisapan gastrointestinal memanjang, tekanan vena
dan penurunan masukan, sentral rendah, tekanan darah
seperti pada anoreksia, mual, ↓, pendataran vena leher,
dan Ketidakmampuan untuk pusing, kelemahan, haus dan
mendapat akses ke sumber kelam pikir, nadi↑, keram
cairan. Diabetes insipidus dan otot.
diabetes mellitus tidak Laboratorium menunjukkan:
terkontrol juga menunjang hemoglobin dan hematokrit
terjadinya penipisan volume ↑, osmolalitas serum dan
cairan ekstraseluler. osmolalitas urin dan berat
jenis urin ↑, natrium urin ↓,
BUN dan keratin ↑.
Kelebihan volume Gangguan mekanisme Penambahan berat badan,
cairan pengaturan, seperti gagal edema, distensi vena
(hipervolemia) ginjal, gagal jantung kongestif, jugularis, krekles, dan
dan sirosis, dan pemberian kenaikan tekanan vena
berlebihan cairan yang sentral, napas pendek,
mengandung natrium. Terapi tekanan darah ↑, nadi kuat
kortikosteroid berkepanjangan, dan batuk.
stress hebat dan Laboratorium menunjukkan:
hiperaldosteronisme hemoglobin dan hematokrit
menambah kelebihan cairan. ↓, osmolalitas serum dan
osmolalitas urin ↓, natrium
dan berat jenis urin ↓
Kekurangan natrium Kehilangan natrium, seperti Anoreksia, mual dan muntah,
(hiponatremia) pada penggunaan diuretik, sakit kepala, letargi, konfusi,
kehilangan cairan kram otot, kedutan otot,
Serum natrium gastrointestinal, penyakit ginjal kejang, papiledema.
<135mEq/L dan insufisiensi adrenal. Laboratorium menunjukkan:
Penambahan air, seperti pada natrium serum dan natrium
pemberian berlebihan D5W urine↓, berat jenis dan
dan suplemen air untuk pasien osmolalitas urin ↓.
yang menerima pemberian
makan melalui selang; keadaan
penyakit yang berkaitan
dengan SIADH seperti trauma
kepala dan tumor,
hiperglikemia dan gagal
jantung kongestif
menyebabkan kehilangan
natrium.

56
Kelebihan natrium Deprivasi air pada pasien yang Haus, kenaikan suhu tubuh,
(hipernatremia) tidak mampu untuk minum lidah kering dan bengkak dan
ketika ia ingin minum, membrane mukosa menebal,
Serum natrium pemberian makan dengan halusinasi, letargi, gelisah,
>145mEq/L selang tanpa suplemen air yang iritabilitas, kejang fokal dan
adekuat, diabetes insipidus, grand mal, edema pulmonal.
hiperventilasi, dan diare berair. Laboratorium menunjukkan:
Kelebihan kortikosteroid, natrium serum ↑, natrium
natrium bikarbonat dan urin ↓, berat jenis dan
pemberian natrium klorida, dan osmolalitas urin ↑.
korban yang hampir tenggelam
air garam.
Kekurangan kalium Diare, muntah, penghisapan Keletihan, anoreksia, mual
(hipokalemia) lambung, pemberian dan muntah, kelemahanotot,
kortikosteroid, diuretik, penurunan motilitas usus,
Serum kalium osmotik, alkalosis, kelaparan, asistol atau fibrilasi
<3,5mEq/L dan toksisitas digitalis. ventricular, kram tungkai,
tekanan darah ↓, ileus,
distensi abdomen, EKG;
pendataran gelombang T,
penonjolan gelombang U,
depresi ST, dan perpanjangan
interval PR.
Kelebihan kalium Gagal ginjal oligurik, Kelemahan otot yang rancu,
(hiperkalemia) penggunaan diuretik hemat bradikardia, disritmia, kram,
kalium pada pasien dengan iritabilitas, ansietas. EKG:
Serum kalium insufisiensi ginjal, asidosis, gelombang T panjang
>5,0mEq/L cedera akibat tabrakan, luka tertekan , perpanjangan
bakar, transfusi darah yang interval PR dan durasi QRS,
diambil dari tempat tidak terdapatnya gelombang
penyimpanan bank darah , dan P, depresi ST.
pemberian infus kalium
intravena yang cepat.
Kekurangan kalsium Hipoparatiroidisme (dapat Kebas, kesemutan pada jari-
(hipokalsemia) menyertai bedah tiroid atau jari tangan, jari kaki, kejang,
diseksi radikal), malabsorpsi, refleks hiperaktif tendon
Serum kalsium pankreatitis, alkalosis, profunda, bronkopasme,
<8,5mg/dl defesiensi vitamin D, infeksi EKG; perpanjangan interval
subkutan masif, peritonitis QT.
generalisata, transfusi masif
darah yang mengandung sitrat,
dan fase diuretik gagal ginjal.
Kelebihan kalsium Hiperparatiroidisme, penyakit Kelemahan otot, konstipasi,
(hiperkalsemia) neoplastik malignan, anoreksia, mual dan muntah,
imobilisasi lama, penggunaan poliuria dan polidipsia,
Serum kalsium berlebih suplemen kalsium, refleks hipoaktif tendon
>10,5mg/dl kelebihan vitamin D, fase profunda, letargi, nyeri
oliguri gagal ginjal, asidosis, tulang dalam, dan gambaran
dan toksisitas digogsin. patologi. EKG; pemendekan
interval QT, bradikardia,
blok jantung.

57
Kekurang Alkoholisme kronis, Iritabilitas neuromuskular,
magnesium hiperparateroidisme, insomnia, perubahan suasana
(hipomagnesemia) hiperaldosteronisme, fase hati, dan anoreksi serta
diuretic gagal ginjal, gangguan muntah.
Serum magnesium malabsorbsi, diabetik
<1,8mg/dl ketoasidosis, pemberian makan
kembali setelah masa
kelaparan, dan preparat
farmakologis tertentu (seperti
gentamisin, sisplantin).
Kelebihan Fase oliguri gagal ginjal Kemerahan, hipotensi,
magnesium (terutama saat diberikan mengantuk, refleks hipo
(hipermagnesemia) medikasi yang mengandung aktif, depresi pernafasan,
Serum magnesium magnesium), insufisiensi henti jantung dan koma,
>2,7mg/dl adrenal, pemberian magnesium diaphoresis. EKG; takikardia,
intravena yang berlebihan. bradikardia, perpanjangan
interval PR dan PQRS.
Kekurangan fosfor Pemberian makan kembali Parastesia, kelemahan otot,
(hipofosfatemia) setelah periode kelaparan, nyeri tulang dan nyeri tekan,
Serum fosfor henti alkohol, diabetik nyeri dada, kelam pikir,
<2,5mg/dl ketoasidosis, respiratori kardiomiopati, gagal napas,
alkalosis, magnesium ↓, peningkatan kerentanan
kalium ↓, hiperparatiroidisme, terhadap infeksi.
muntah, diare, hiperventilasi,
defisiensi vitamin D yang
berhubungan dengan gangguan
malabsorbsi.
Kelebihan fosfor Gagal ginjal akut dan kronis, Tetani, takikardia, anoreksia,
(hiperfosfatemia) masukan fosfor yang mual dan muntah, kelemahan
berlebihan, kelebihan vitamin otot, dan tanda serta gejala
Serum fosfor D, respirasi asidosis, hipokalsemia.
>4,5mg/dl hipoparatiroidisme, penipisan
volume, leukemia atau
limfoma yang diobati dengan
preparat sintotoksik, kerusakan
jaringan yang meningkat,
rabdomiolisis.

58
BAB III

METODOLOGI

3.1 Desain Penelitian

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan studi kasus yang

menggambarkan suatu masalah keperawatan dengan pengambilan data yang

mendalam dan menyertakan berbagai sumber informasi. Karya Tulis Ilmiah

ini adalah asuhan keperawatan dengan Pemberian Oralit Pada Anak Dengan

Diare. penilitian ini ada 2 (dua) pasien dengan masalah asuhan keperawatan

pemberian oralit pada anak di Rumah Sakit Bhayangkara TK III Jayapura

Tahun 2018.

3.2 Lokasi dan waktu studi kasus

Penelitian ini dilaksanakan di ruang Kanak-kanak Rumah Sakit Bhayangkara

TK III Jayapura Tahun 2018 pada bulan April 2018.

3.3 Definisi opresional

Diare adalah Buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan anak

dalam sehari dengan konsistensi encer dapat berwarna hijau atau bercampur

lender dan darah.

Oralit adalah larutan untuk mengatasi diare, larutan ini sering disebut

rehidrasi oral.

3.4 Instrument studi kasus

Menggunakan format pengkajian anak yang terdiri atas : karakteristik,

responden, umur, jenis kelamin.

59
3.5 Metode pengumpulan data

a. Metode pengumpulan data yang di gunakan adalah :

Wawancara. (hasil Anamnesia, berisi tentang identitas pasien,

keluhan utama, riwayat penyakit sekang, riwayat penyakit dahulu, riwayat

keluarga dsb).

b. Pemeriksaan fisik dengan pendekatan : inspeksi, palpasi, perkusi, dan

auskultasi pada system tubuh pasien

c. Observasi

d. Studi dokumentasi : dan angket dari hasil pemeriksaan diagnostic dan data

lainnya yang relevan

3.6 Analisis data dan penyajian data

Teknik analisis yang di gunakan dengan cara observasi oleh peneliti

dan studi dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya

diinterpretasikan oleh peneliti dan dibandingkan dengan teori yang ada

sebagai bahan untuk menberikan rekomedasi dalam intervensi, urutan dalam

analisis adalah :

a. Pengumpulan data

Data dikumpulkan dari hasil wawancara, observasi, dan studi

dokumentasi hasil ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin

dalam bentuk transkrip.

b. Mereduksi data dengan membuat koding dan kategori

Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan

lapangan yang dijadikan satu dalam bentuk transkrip. Data yang terkumpul

kemudian dibuat koding yang dibuat oleh peniliti dan mempunyai arti

60
tertentu sesuai dengan asuhan keperawatan pada anak diare data objektif di

analisis berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostic kemudian dibandingkan

nilai normal.

c. Penyajian data

Penyajian data di lakukan dengan table, gambar, bagian maupun

teks naratif. Kerahasiaan dari reponden dijamin dengan jalan

mengaburkan identitas dari responden.

d. Kesimpulan

Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan

dengan hasil hasil penelitian dan secra teroritis dengan perilaku kesehatan.

Memberikan kesimpulan dilakukan dengan metode induksi.

3.7 Etika Studi Kasus

Penelitian sesuai dengan etika penelitian. Peneliti menggunakan etika

penelitian menurut Hidayat (2007) yaitu:

a. Informed Consent

Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden

penelitian dengan memberikan lembar persetujuan menjadi responden,

yang diberikan sebelum penelitian. Peneliti sebelumnya telah menjelaskan

tujuan penelitian dan pasien yang bersedia menjadi responden diminta

untuk mengisi surat persetujuan responden serta menandatanganinya.

b. Anonimity (Tanpa Nama)

Memberikan jaminan dalam penggunaan subyek penelitian dengan

cara tidak memberikan atau mencanturnkan nama responden pada lembar

alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data.

61
Peneliti tidak mencantumkan nama responden dan hanya memberikan

nomor responden berupa angka.

c. Kerahasiaan (confidentiality)

Semua infromasi yang dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh

peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil

riset. Peneliti menjaga semua informasi yang diberikan oleh responden dan

tidak menggunakan informasi tersebut untuk kepentingan pribadi dan di

luar kepentingan keilmuan.

62
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 GAMBARAN LOKASI PENILITIAN

Rumah Sakit Bhayangkara TK III Jayapura berdiri di atas tanah

seluas 78.500 m² dan luas bangunan 3005m² RS Bhayangkara TK III

Jaapura sebagai rumah Sakit TK III Kelas c dan sebagai Rumah Sakit

Kepolisian di Jayapura Papua . RS Bhayangkara TK III Jayapura di fasilitasi

dengan layanan ungggulan yang di antaranya IGD (Instalasi Gawat Darurat)

24 jam ESWL, CT Scan, Pelayanan Ambulance 24 jam, Instalasi

Kedokteran Kepolisian, Instalasi Bedah. Sedangkan layanan penunjang

medic sebagai berikut Laboratorium, Radiologi, Usg 4 Dimensi, Echo

Cardiografi, Kamar Oprasi (OK), Apotek Farmasi, Forensic, Narkoba, Gizi,

Laundry, oleh limbah, Poli Umum, Poli Spesialis (penyakit dalam, jantung

dan pembuluh darah, jiwa, paru, bedah umum, bedah ortophedi, bedah

digestik, bedah urulogi, anak, kebidanan dan kandungan, THT) poli gigi,

fisioterapi, serta ruang perawatan bagi pasien rawat inap yang terdiri dari

bangsal anak, bangsal wanita, bangsal pria, bangsal bedah, bangsal

kebidanan dan kandungan.

63
PENGKAJIAN KEPERAWATAN

a. Identitas pasien
Table 4.1 Pengkajian Keperawatan

Identitas pasien Pasien 1 Pasien 2


Nama An. A An. F
Umur 11 bulan 2 tahun 9 bulan
Jenis kelamin Laki – laki Perempuan
Agama Islam Islam
Pendidikan Belum sekolah Belum sekolah
Alamat Kotaraja Kotaraja
Suku Jawa Jawa
Tanggal masuk R.S 30 – 04 – 2018 30 – 04- 2018
Tanggal pengkajian 01 – 05 – 2018 01 – 05 – 2018
Diagnosa medik Diare Diare
Ruang rawat Ruang Anak Ruang Anak

b. Identitas Penanggung Jawab


Tabel 4.2 Identitas penangungjawab

Identitas pasien Pasien 1 Pasien 2


Nama Ny. H Ny. N
Umur 40 tahun 25 tahun
Jenis kelamin perempuan Perempuan
Agama Islam Islam
Pendidikan SMA SMA
Pekerjaan Swasta IRT
alamat Kotaraja Kotaraja
Suku Jawa Jawa
Status Menikah Menikah

c. Riwayat Kesehatan
Tabel 4.3 Riwayat Kesehatan

Riwayat kesehatan Pasien 1 Pasien 2


Keluhan utama Mencret ± 20x/ hari Mencret ±18x /hari

Riwayat keluhan Ibu klien mengatakan pada Ibu klien mengatakan klien
utama tgl 27 – 04 – 2018 jam 13.00 masuk rumah sakit dengan
klien, lemah, muntah 2 keluhan buang air besar
x/hari, ibu klien mengatakan dengan konsistensi encer
sebelumnya klien dan ada ampas pada tgl 30 –
mengonsumsi susu sapi 04 – 2018 jam 08 – 00 pagi
disertai panas,

64
Riwayat penyakit Saat di kaji pasien tampak Saat di kaji pasien tampak
sekarang lemah, gelisah, rewel, lemah, menangis gelisah,
disebabkan kondisi yang di rewel di sebabkan kondisi
alami yang di alami
Genogram

- : garis pernikahan - : garis pernikahan


I : garis keturunan I : garis keturunan
.... : tinggal serumah .... : tinggal serumah
:laki – laki :laki – laki
:perempuan :perempuan
:pasien :pasien

d. Riwayat imunisasi
Tabel 4.4 Riwayat imunisasi

Identitas pasien Pasien 1 waktu Pasien 2 waktu


pemberian pemberian
BCG 2 Bulan 2 Bulan
DPT (I,II,III III) 2,3,4 bulan 2,3,4 bulan
Poli (I,II,III III) 2,4,6 bulan 2,4,6 bulan
Campak 9 bulan 9 bulan
Hepatitis 12 jam setelah lahir 12 jam setelah lahir

e. Riwayat tumbuh kembang


Tabel 4.5 Riwayat tumbuh kembang

Pertumbuhan fisik Pasien 1 Pasien 2


Berat badan lahir 2,8 gram 1 gram
Berat badan sekarang 9 kg 8 kg
Tinggi badan 41 cm 89 cm
Waktu tumbuh gigi 9 bulan 9 bulan
Usia anak saat 3 Berguling, Berguling, merangkak
bulan duduk

65
f. Riwayat nutrisi
Tabel 4.6 Riwayat nutrisi

Pasien 1 Pasien 2

0 – 9 bulan Asi ekslusif Asi akslusif


Jenis nutrisi
4– 12 bulan Asi, bubur, SUN Asi, bubur
Jenis nutrisi Nasi, susu, bubur Nasi, susu, buah dan
Saat ini sayur

g. Pemeriksaan fisik
Tabel 4.7 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik Pasien 1 Pasien 2


Keadaan umum Compos mentis Compos mentis
GCS E4M5V6 E4M5V6
TTV =
TD
N 104 x /menit 100 x/ menit
R 24 x /menit 25 x/ menit
SB 370C 38,0C
SPO2 99% 97%
Antropometri
Tinggi badan 41 cm 89 cm
Berat badan sebelum sakit 10 kg 10,5 kg
Berat badan saat sakit 9 Kg 8 kg
LLA 14 cm 16 cm
Lingkar kepala 16 cm 19 cm
Lingkar dada 18 cm 21 cm
Lingkar perut 18 cm 21 cm
Hidung Simetris membedakan bau Simetris membedakan bau
Leher Tidak ada kelenjar tiroid Tidak ada kelenjar tiroid
Dada Bentuk dada simetris kiri Bentuk dada simetris kiri
dan kanan dan kanan
Gerakan dada simetris Gerakan dada simetris
Kepala Bentuk kepala bulat tidak Bentuk kepala bulat tidak
ada benjolan ada benjolan

66
Rambut warna hitam Rambut warna hitam
simetris simetris
Mata Kongjungtiva : Anemis Kongjungtiva : Anemis
Tidak ada pengeluaran Tidak ada pengeluaran
Telinga cairan dari telinga, cairan dari telinga,
keadaan telinga luar keadaan telinga luar
dalam bersih, dalam bersih
Mukosa Bibir Kering Kering
Turgor Kulit Kembali Lambat Kembali Lambat
Anus Tidak lecet Tidak lecet
BAB ± 20 x/hari ± 18 x/hari
- Konsistensi Cair Cair, lembek
- Warna Kuning, kehijauan Kuning, kehijauan
- Bau Khas Khas

h. Aktivitas sehari-hari
Tabel 4.8 Aktivitas sehari-hari

Kondisi Pasien 1 Pasien 2


Pola Nutrisi Ibu klien mengatakan frekuensi Ibu klien mengatakan
makan 3 kali sehari, pola makann frekuensi makan 3 kali
dihabiskan dengan porsi sedang, sehari, pola makan
jenis makanan, bubur, nasi, sayur, dihabiskan kadang tidak
buah-buahan, susu formula, dengan porsi yang sedang ,
frekuensi minum tidak menentu. jenis makanan: Nasi, telur,
Cara makan dan minum : dikasih bubur, sayur, buah-buahan,
makan oleh orang tua minum tidak menentu
frekuensi, cara disuap ibu.
Pola Eliminasi Ibu klien mengatakan tempat Ibu klien mengatakan tempat
pembuangan BAK dan BAB di pembuangan BAB dan BAK
Pempres, frekuensi 20x/1 hari di jamban sebelum sakit, saat
konsistensi encer tidak bercampur sakit pembuangan di
lendir dan darah dengan warna pempres, frekuensi 18 x/1
feses kuning dan yang berbau hari konsistensi encer tidak
amis bercampur lendir dan darah
dengan warna feses kuning
dan hijau yang berbau amis

67
Data psiko Ibu klien mengatakan selama di Ibu klien mengatakan selama
rumah sakit anaknya sering dan di rumah sakit anaknya
gelisah rewel menangis sering gelisah dan
rewel
Data sosial Sosial klien di temani ibu selama Sosial klien di temani ayah
di rumah sakit dan ibu nya selama rumah
sakit

Data spiritual Spiritual ibu klien mengatakan Spiritual ayah klien dan ibu
berdoa agar anaknya cepat klien mengatakan berdoa
sembuh agar anaknya cepat sembuh
Pola Personal Ibu klien mengatakan saat ini Ibu klien mengatakan saat ini
Hygiene klien belum mandi dan hanya klien hanya mandi dan hanya
menglap badan saja dengan air menglap badan dengan air
hangat. hangat
Pola Istirahat Ibu klien mengatakan klien tidak Ibu klien mengatakan klien
Tidur bisa tidur karena menangis, rewel susah tidur karena menangis,
dan gelisah setelah sebelum rewel, gelisah, saat mencret
mencret dan sesudah
Pola aktivitas Ibu klien mengatakan tidak Ibu klien mengatakan tidak
dan mobilisasi mengalami masalah saat mengalami saat masalah
melakukan aktivitas melakukan aktivitas

i. Terapi
Tabel 4.9 Terapi

Pasien 1 Pasien 2

Th/ IUFD = RL 25 Tpm (Mic) Th/ IUFD = RL 24 Tpm (Mic)


Inj : Inj :
- Cefotaxime 2 x - Cefotaxime 2 x 500 mg
- Ranitidin = 3 x 8,4 mg - Ranitidin = 1 x 12,5 mg
- ODR = 3 x 0,8 mg - ODR = 3 x 1 mg
Oral : Intersink - Sanmol = 3 x 150 mg
- Oralit 3x30 ml Oral : L-Bio 2 x 1 Sach
- Vestein 3 x 3 ml
- Oralit 3 x 40 ml

j. Hasil Pemeriksaan diagnostik

Tabel 4.10 Hasil Pemeriksaan Diagnostik

Pasien 1 Pasien 2

Hemaglobin / HGB : 12,7 (9/dl) Hemaglobin / HGB : 9,0 (9/dl)


Eritrosit / RBC : 5,09 ( 10‘ 6/ul ) Eritrosit / RBC : 5,07 ( 10‘ 6/ul )
Hematoksit/ HTC : 37,6% Hematoksit/ HTC : 36,2%
Leukosit / WBC : 11.06 + (10’3/ul) Leukosit / WBC : 15.0 + (10’3/ul)
Trombosit / PIT : 310 (10’3/ul) Trombosit / PIT : 309 (10’3/ul)

68
Analisis Masalah

Table 4.11 Analisa Masalah


Analisis Data Penyebab (Etiologi) Masalah (Problem)
Kasus I
Kekurangan volume cairan dan Malabsosrbsi makanan Kekurangan volume
elektrolit b/d output yang berlebihan Psikologis cairan dan elektrolit

DS Gangguan skresi
- Ibu klien mengatakan klien BAB
± 20 x / 1 hari Rangsangan toksis pada
- Ibu klien mengatakan fesesnya dinding usus
encer
- Ibu klien mengatakan muntah Peningkatan sekresi air
dan elektrolit dalam
DO rongga usus
- Klien tampak lemah, rewel,
gelisah, menangis
- Turgor kulit kembali lambat Isi usus berlebihan
- mukosa bibir kering
- Konsistensi feses : encer
- warna feses : kuning dan hijau, Diare
- Bau : amis
- Dehidrasi : Sedang
Cairan input dan Output: Kekurangan volume
- Input: cairan dan elektrolit
- Makan = 200cc
- Minum 200 cc
- Infus RL = 500cc
- Ranitidine = 3 x 8,4 mg
- Cefotaxime = 2 x 500mg
- Odr = 0,8 mg
- Oralite = 3 x30ml
- AM = 72 cc
= 972cc

- Output
- BAB = 400 cc
- Urine = 200cc
- Muntah = 200cc
- IWL = 270cc
= 1070 cc
Balance cairan = Input – Output =
972 – 1070 = 98 cc

TTV : TD
N : 104 x/menit
R : 24 x/menit
SB : 37oC

69
Kasus 2 Kasus 2
Kekurangan volume cairan dan Malabsosrbsi makanan Kekurangan volume
elektrolit b/d output yang berlebihan Psikologis cairan dan elektrolit

DS Gangguan sekresi
- Ibu klien mengatakan klien BAB
±18 x / 1 hari Rangsangan toksis pada
- Ibu klien mengatakan fesesnya dinding usus
encer
- Ibu klien mengatakan muntah
2x/hari Peningkatan sekresi air
dan elektrolit dalam
DO rongga usus
- Klien tampak lemah, rewel,
gelisah, menangis
- Turgor kulit kembali lambat Isi usus berlebihan
- Mukosa bibir kering
- Konsistensi feses : encer
- Warna feses : kuning dan hijau, Diare
- Bau : amis
- Dehidrasi : Sedang
Cairan input dan Output: Kekurangan volume
cairan dan elektrolit
- Input:
- Makan = 200cc
- Minum = 200 cc
- Infus RL = 500cc
- Cefotaxime 2 x 500 mg
- Ranitidin = 1 x 12,5 mg
- ODR = 3 x 1 mg
- Sanmol = 3 x 150 mg
- Oral : L-Bio 2 x 1 Sach
- Vestein 3 x 3 ml
- Oralit 3 x 40 ml
- AM = 84 cc
= 984cc

- Output
- BAB = 400 cc
- Urine = 200cc
- Muntah = 200cc
- IWL = 390cc
= 1190
Balance cairan = Input – Output =
984 – 1190 = 206 cc
TTV : TD
- N : 100 x/menit
- R : 25 x/menit
- SB : 38oC

70
Perencanaan Keperawatan

Table 4.12 Perencanaan Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Tujuan / Kriteria hasil Intervensi Rasional


Kasus I
Kekurangan volume cairan dan Setelah dilakukan tindakan - Kaji tanda-tanda - Untuk menentukan tingkat dehidrasi
elektrolit b/d output yang keperawatan 2 x 24 jam tidak dehidrasi dan sebagai acuan untuk melanjutkan
berlebihan terjadi devisit kekurangan intervensi
DS cairan dan elektrolit dengan :
- Ibu klien mengatakan klien - Catat frekuensi BAB, Dapat menentukan status diare klien serta
BAB ± 20 x / 1 hari KH . konsistensi warna dan untuk menentukan tindakan selanjutnya
- Ibu klien mengatakan fesesnya - Klien tampak tenang, bau
encer semangat
- Ibu klien mengatakan muntah - frekuensi BAB dalam batas - Observasi tanda-tanda - Perubahan tanda-tanda vital merupakan
DO normal vital gambaran keadaan umum pasien
- Klien tampak lemah, rewel, - Konsistensi BAB lembek
gelisah, menangis - Warna kuning - Anjurkan keluarga untuk - Untuk mencegah dehidrasi
- Turgor kulit kembali lambat - Mukosa bibir lembab memberi minum banyak
- mukosa bibir kering - Turgor kulit baik pada klien
- Konsistensi feses : encer
- warna feses : kuning dan - Pemberian oralit - Untuk memenuhi kebutuhan cairan dan
hijau, elektrolit yang hilang secara output
- Bau : amis yang berlebihan
- Dehidrasi : Sedang
Cairan input dan Output:
- Input:
- Makan = 200cc
- Minum 200 cc
- Infus RL = 500cc

71
- Ranitidine = 3 x 8,4 mg
- Cefotaxime = 2 x 500mg
- Odr = 0,8 mg
- Oralite = 3 x30ml
- AM = 72 cc
= 972cc
- Output
- BAB = 400 cc
- Urine = 200cc
- Muntah = 200cc
- IWL = 270cc
= 1070 cc
Balance cairan = Input –
Output = 972 – 1070 = 98 cc
TTV : TD
N : 104 x/menit
R : 24 x/menit
SB : 37oC
Kasus 2
Kekurangan volume cairan dan Setelah dilakukan tindakan - Kaji tanda-tanda - Untuk menentukan tingkat dehidrasi
elektrolit b/d output yang keperawatan 2 x 24 jam tidak dehidrasi dan sebagai acuan untuk melanjutkan
berlebihan terjadi devisit kekurangan intervensi
DS cairan dan elektrolit dengan :
- Ibu klien mengatakan klien KH . - Catat frekuensi BAB, - Untuk menentukan tindakan selanjutnya
BAB ±18 x / 1 hari - Klien tampak tenang, konsistensi warna dan
- Ibu klien mengatakan fesesnya semangat bau
encer - frekuensi BAB dalam batas
- Ibu klien mengatakan muntah normal - Observasi tanda-tanda - Perubahan tanda-tanda vital merupakan
2x/hari - Konsistensi BAB lembek vital gambaran keadaan umum pasien
DO - Warna kuning
- Klien tampak lemah, rewel, - Mukosa bibir lembab - Anjurkan keluarga untuk - Untuk mencegah dehidrasi

72
gelisah, menangis - Turgor kulit baik memberi minum banyak
- Turgor kulit kembali lambat pada klien
- Mukosa bibir kering
- Konsistensi feses : encer - Pemberian oralit - Untuk memenuhi kebutuhan cairan dan
- Warna feses : kuning dan elektrolit yang hilang secara output
hijau, yang berlebihan
- Bau : amis
- Dehidrasi : Sedang

Cairan input dan Output:


- Input:
- Makan = 200cc
- Minum = 200 cc
- Infus RL = 500cc
- Cefotaxime 2 x 500 mg
- Ranitidin = 1 x 12,5 mg
- ODR = 3 x 1 mg
- Sanmol = 3 x 150 mg
- Oral : L-Bio 2 x 1 Sach
- Vestein 3 x 3 ml
- Oralit 3 x 40 ml
- AM = 84 cc
= 984cc
- Output
- BAB = 400 cc
- Urine = 200cc
- Muntah = 200cc
- IWL = 390cc
= 1190
Balance cairan = Input –

73
Output = 984 – 1190 = 206 cc
TTV : TD
- N : 100 x/menit
- R : 25 x/menit
SB : 38oC

74
Pelaksanaan Keperawatan

No Hari/ Tanggal Diagnose Keperawatan Tindakan keperawatan


1 Hari ke 1 Kasus 1 Jam 14:30
Selasa, 01 Kekurangan volume cairan dan elektrolit b/d 1. Kaji ulang tanda tanda dehidrasi
Mei 2018 output yang berlebihan Hasil:
- turgor kulit jelek
- mukosa bibir kering
- rewel
- menangis
2. catat frekuensi BAB, konsistensi, warna dan bau
Hasil:
- BAB (berkurang)
- konsistensi encer ada ampas
- warna kuning dan hijau
- bau amis
3. Observasi tanda tanda vital
Hasil TTV:
- N = 104 x/menit
- RR = 24 x/ menit
- SB = 37 0C

4. anjurkan keluarga untuk memberikan minum banyak pada klien


Hasil
- klien minum sedikit tapi sering

Jam 16:20
5. pemberian oralit
a. tahap persiapan
1) persiapan pasien
a) memberikan salam dan memperkenalkan diri

75
b) menjelaskan tujuan
c) menjelaskan langkah atau prosedur yang di lakukan
d) menanyakan persetujuan pasien atau orang tua untuk
di berikan tindakan
2) persiapan lingkungan
a) menutup pintu dan memasang sampiran
3) persiapan alat
a) air
b) sendok
c) gelas
d) teko
b. tahap pelaksanaan
1) mencuci tangan
2) mendekatkan peralatan yang sudah di sediakan
3) memasukan oralit bubuk ke dalam gelas
4) tambahkan air matang sesuai takaran
5) aduk sampai rata gunakan sendok sampai benar benar
terlarut
6) setelah satu menit oralit siap di minum
7) bereskan alat
8) mencuci tangan
c. tahap terminasi
1) evaluasi perasaan pasien
2) kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
3) dokumentasi dan hasil observasi

respon pasien :
- turgor kulit jelek
- mukosa bbir kering
- rewel,menangis

76
Catatan Perkembangan Kasus I

No. Tanggal No. dx Implemetasi Evaluasi ( SOAP) Paraf


1. 01 - 05 - 2018 1.
Kasusu I - Mengkaji ulang tanda tanda S:
dehidrasi - Ibu klien mengatakan klien masih
- Menatat frekuensi BAB, mencret ±8 xsehari
konsistensi, warna dan bau O:
- Observasi tanda tanda vital - Pasien tampak lemah, rewel, menangis
- anjurkan keluarga untuk - Mukosa bibir kering
memberikan minum banyak - Turgor kulit jelek
pada klien - Konsistensi cair ada ampas
- kolaborasi dengan dokter - Warna kuning dan hijau
untuk pemberian oralit - Bau amis
- Sedikit kooperatif
A:
- Masalah belum teratasi
P:
Intervensi di lanjutkan
- Kaji tanda tanda dehidrasi
- catat frekuensi BAB, konsistensi, warna
dan bau
- observasi TTV
- anjurkan keluarga untuk memberikan
banyak minum klien
- pemberian oralit

77
Evaluasi Keperawatan

Table 4.13 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi Hari 1
Kasus 1 Jam 19:15
Kekurangan volume cairan dan elektrolit b/d output S:
yang berlebihan - Ibu klien mengatakan klien masih mencret ±8 xsehari

O:
- Pasien tampak lemah, rewel, menangis
- Mukosa bibir kering
- Turgor kulit jelek
- Konsistensi cair ada ampas
- Warna kuning dan hijau
- Bau amis
- Sedikit kooperatif
A:
- Masalah belum teratasi
P:
1. Intervensi di lanjutkan
a) Kaji tanda tanda dehidrasi
b) catat frekuensi BAB, konsistensi, warna dan bau
c) observasi TTV
d) anjurkan keluarga untuk memberikan banyak minum klien
e) pemberian oralit

78
No Hari/ Tanggal Diagnose Keperawatan Tindakan keperawatan
1
Hari ke 2 Kekurangan volume cairan dan elektrolit b/d Jam 14 :20
Rabu ,02 mei output yang berlebihan 1. Kaji ulang tanda tanda dehidrasi
2018 Hasil:
- turgor kulit baik
- mukosa bibir lembab
- tenang
- semangat
2. catat frekuensi BAB, konsistensi, warna dan bau
Hasil:
- BAB(berkurang)
- Konsistensi cair ada ampas
- warna kuning
- bau amis
3. observasi tanda tanda vital
Hasil TTV
- N = 100 x/menit
- RR = 24 x/ menit
- SB = 37 ⁰c
4. anjurkan keluarga untuk memberikan minum banyak pada klien
Hasil
- klien minum sedikit tapi sering
Jam 16:45
5. pemberian oralit
a. tahap persiapan
1) persiapan pasien
a) memberikan salam dan memperkenalkan diri
b) menjelaskan tujuan

79
c) menjelaskan langkah atau prosedur yang di lakukan
d) menanyakan persetujuan pasien atau orang tua untuk
di berikan tindakan
2) persiapan lingkungan
a) menutup pintu dan memasang sampiran
3) persiapan alat
a) air
b) sendok
c) gelas
d) teko
b. tahap pelaksanaan
1) mencuci tangan
2) mendekatkan peralatan yang sudah di sediakan
3) memasukan oralit bubuk ke dalam gelas
4) tambahkan air matang sesuai takaran
5) aduk sampai rata gunakan sendok sampai benar benar
terlarut
6) setelah satu menit oralit siap di minum
7) bereskan alat
8) mencuci tangan

c. tahap terminasi
1) evaluasi perasaan pasien
2) kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
3) dokumentasi dan hasil observasi
respon pasien :
- pasien kooperatif
- turgor kulit baik
- mukosa bibir lembab
- tenang dan semangat

80
Catatan Perkembangan Kasus I

No. Tanggal No. dx Implemetasi Evaluasi ( SOAP) Paraf


1.
02 - 05 – 2018 Kasus I - Mengkaji ulang tanda tanda Jam18 :25
dehidrasi S
- Mencatat frekuensi BAB, - Ibu klien mengatakan klien masih
konsistensi, warna dan bau mencret ±2 xsehari
- Observasi tanda tanda vital
- anjurkan keluarga untuk O:
memberikan minum banyak - Pasien tampak senang, semangat
pada klien - Mukosa bibir lembab
- kolaborasi dengan dokter - Turgor kulit baik
untuk pemberian oralit - Konsistensi lembek
- Warna kuning
- Bau amis
- Kooperatif

A:
- Masalah teratasi

P : intervensi di lanjutkan (di rumah)

81
Evaluasi Keperawatan

Evaluasi Hari 2
Kasus 1 Jam18 :25
Kekurangan volume cairan dan elektrolit b/d output yang S
berlebihan - Ibu klien mengatakan klien masih mencret ±2 xsehari

O:
- Pasien tampak senang, semangat
- Mukosa bibir lembab
- Turgor kulit baik
- Konsistensi lembek
- Warna kuning
- Bau amis
- Kooperatif

A:
- Masalah teratasi

P : intervensi di lanjutkan (di rumah)

82
Pelaksanaan Keperawatan

No Hari/ Tanggal Diagnose Keperawatan Tindakan keperawatan


1 Hari ke 1 Kasus 2 Jam 15:00
Selasa, 01 Kekurangan volume cairan dan 1. Kaji ulang tanda tanda dehidrasi
Mei 2018 elektrolit b/d output yang Hasil:
berlebihan - turgor kulit jelek
- mukosa bibir kering
- gelisah
- rewel
- menangis
2. catat frekuensi BAB, konsistensi, warna dan bau
Hasil:
- BAB(berkurang)
- konsistensi encer ada ampas
- warna kuning dan hijau
- bau amis
3. observasi tanda tanda vital
Hasil TTV
- N = 105 x/menit
- RR = 24 x/ menit
- SB = 38 ⁰c
4. anjurkan keluarga untuk memberikan minum banyak pada klien
Hasil
- klien minum sedikit tapi sering

Jam 17: 30
5. pemberian oralit
a. tahap persiapan
1) persiapan pasien

83
a) memberikan salam dan memperkenalkan diri
b) menjelaskan tujuan
c) menjelaskan langkah atau prosedur yang di lakukan
d) menanyakan persetujuan pasien atau orang tua untuk di berikan
tindakan
2) persiapan lingkungan
a) menutup pintu dan memasang sampiran
3) persiapan alat
a) air
b) sendok
c) gelas
d) teko
b. tahap pelaksanaan
1) mencuci tangan
2) mendekatkan peralatan yang sudah di sediakan
3) memasukan oralit bubuk ke dalam gelas
4) tambahkan air matang sesuai takaran
5) aduk sampai rata gunakan sendok sampai benar benar terlarut
6) setelah satu menit oralit siap di minum
7) bereskan alat
8) mencuci tangan
c. tahap terminasi
1) evaluasi perasaan pasien
2) kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
3) dokumentasi dan hasil observasi
respon pasien :
- turgor kulit jelek
- mukosa bibir kering
- gelisah,rewel,menangis.

84
Catatan Perkembangan Kasus 2

No. Tanggal No. dx Implemetasi Evaluasi ( SOAP) Paraf


1. 1.
01 - 05 - 2018 Kasus 2 Jam 19:35
- Kaji tanda tanda dehidrasi S:
- catat frekuensi BAB, - Ibu klien mengatakan klien masih
konsistensi, warna dan bau mencret ±11 xsehari
- observasi TTV
- anjurkan keluarga untuk O:
memberikan banyak minum - Pasien tampak lemah,rewel,gelisah,
- kolaborasi dengan dokter menangis
dalam pemberian oralit - Mukosa bibir kering
- Turgor kulit jelek
- Konsistensi cair ada ampas
- Warna kuning dan hijau
- Bau amis
- Tidak kooperatif

A:
- Masalah belum teratasi

P:
Intervensi di lanjutkan

85
Evaluasi kasus 2 Hari ke 1
Kekurangan volume cairan dan elektrolit b/d output Jam 19:35
yang berlebihan S:
- Ibu klien mengatakan klien masih mencret ±11 xsehari

O:
- Pasien tampak lemah,rewel,gelisah, menangis
- Mukosa bibir kering
- Turgor kulit jelek
- Konsistensi cair ada ampas
- Warna kuning dan hijau
- Bau amis
- Tidak kooperatif

A:
- Masalah belum teratasi

P:
1. Intervensi di lanjutkan
a. Kaji tanda tanda dehidrasi
b. catat frekuensi BAB, konsistensi, warna dan bau
c. observasi TTV
d. anjurkan keluarga untuk memberikan banyak minum klien
e. pemberian oralit

86
Pelaksanaan Keperawatan

No Hari/ Tanggal Diagnose Keperawatan Tindakan keperawatan


1 Hari ke 2 Kasus 2 Jam 15:15
Rabu, 02 Mei Kekurangan volume cairan dan elektrolit b/d 1. Kaji ulang tanda tanda dehidrasi
2018 output yang berlebihan Hasil:
- turgor kulit jelek
- mukosa bibir kering
- rewel
- menangis
2. catat frekuensi BAB, konsistensi, warna dan bau
Hasil:
- BAB(berkurang)
- Konsistensi cair ada ampas
- warna kuning,hijau
- bau amis
3. observasi tanda tanda vital
Hasil TTV
- N = 105 x/menit
- RR = 24 x/ menit
- SB = 38 ⁰c
4. anjurkan keluarga untuk memberikan minum banyak pada klien
Hasil
- klien minum sedikit tapi sering
Jam 16:20
5. pemberian oralit
a. tahap persiapan
1) Persiapan pasien
a) memberikan salam dan memperkenalkan diri
b) menjelaskan tujuan

87
c) menjelaskan langkah atau prosedur yang di lakukan
d) menanyakan persetujuan pasien atau orang tua untuk
di berikan tindakan
2) Persiapan lingkungan
menutup pintu dan memasang sampiran
3) Persiapan alat
a) air
b) sendok
c) gelas
d) teko
b. tahap pelaksanaan
1) mencuci tangan
2) mendekatkan peralatan yang sudah di sediakan
3) memasukan oralit bubuk ke dalam gelas
4) tambahkan air matang sesuai takaran
5) aduk sampai rata gunakan sendok sampai benar benar
terlarut
6) setelah satu menit oralit siap di minum
7) bereskan alat
8) mencuci tangan
c. tahap terminasi
1) evaluasi perasaan pasien
2) kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
3) dokumentasi dan hasil observasi
respon pasien :
- turgor kulit jelek
- mukosa bibir kering
- gelisah ,rewel,menangis.

88
Catatan Perkembangan Kasus 2

No. Tanggal No. dx Implemetasi Evaluasi ( SOAP) Paraf


2 02 - 05 - 2018 1.
Kasusu 2 - Mengkaji ulang tanda tanda S:
dehidrasi - Ibu klien mengatakan klien masih
- Mencatat frekuensi BAB, mencret ±8 xsehari
konsistensi, warna dan bau O:
- Observasi tanda tanda vital - Pasien tampak lemah, rewel, menangis
- anjurkan keluarga untuk - Mukosa bibir kering
memberikan minum banyak - Turgor kulit jelek
pada klien - Konsistensi cair ada ampas
- kolaborasi dengan dokter - Warna kuning dan hijau
untuk pemberian oralit - Bau amis
- Sedikit kooperatif
A:
- Masalah belum teratasi
P:
Intervensi di lanjutkan

89
Evaluasi kasus 2 Hari ke 2
Kekurangan volume cairan dan elektrolit b/d output yang Jam 19 :00
berlebihan S:
- Ibu klien mengatakan klien masih mencret ±5 xsehari

O:
- Pasien tampak lemah,rewel,gelisah, menangis
- Mukosa bibir kering
- Turgor kulit jelek
- Konsistensi cair ada ampas
- Warna kuning dan hijau
- Bau amis
- Sedikit kooperatif

A:
- Masalah belum teratasi

P:
2. Intervensi di lanjutkan
a. Kaji tanda tanda dehidrasi
b. catat frekuensi BAB, konsistensi, warna dan bau
c. observasi TTV
d. anjurkan keluarga untuk memberikan banyak minum klien
pemberian oralit

90
Pelaksanaan Keperawatan

No Hari/ Tanggal Diagnose Keperawatan Tindakan keperawatan


1 Hari ke 3 Kasus 2 Jam 09:00
Kamis, 03 Kekurangan volume cairan dan elektrolit b/d 1. Kaji ulang tanda tanda dehidrasi
Mei 2018 output yang berlebihan Hasil:
- turgor kulit baik
- mukosa bibir lembab
- tenang
- semangat
2. catat frekuensi BAB, konsistensi, warna dan bau
Hasil:
- BAB (berkurang)
- Konsistensi lembek ada ampas
- warna kuning.
- bau amis
3. Observasi tanda tanda vital
Hasil TTV
- N = 105 x/menit
- RR = 24 x/ menit
- SB = 36 ⁰c

4. Anjurkan keluarga untuk memberikan minum banyak pada klien


Hasil
- klien minum sedikit tapi sering
Jam 11:00
5. pemberian oralit
a. tahap persiapan
1) persiapan pasien
a) memberikan salam dan memperkenalkan diri

91
b) menjelaskan tujuan
c) menjelaskan langkah atau prosedur yang di lakukan
d) menanyakan persetujuan pasien atau orang tua untuk
di berikan tindakan
2) persiapan lingkungan
a) menutup pintu dan memasang sampiran
3) persiapan alat
a) air
b) sendok
c) gelas
d) teko
b. tahap pelaksanaan
1) mencuci tangan
2) mendekatkan peralatan yang sudah di sediakan
3) memasukan oralit bubuk ke dalam gelas
4) tambahkan air matang sesuai takaran
5) aduk sampai rata gunakan sendok sampai benar benar
terlarut
6) setelah satu menit oralit siap di minum
7) bereskan alat
8) mencuci tangan
c. tahap terminasi
1) evaluasi perasaan pasien
2) kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
3) dokumentasi dan hasil observasi

respon pasien :
- turgor kulit baik
- mukosa bibir lembab
- tenang
- semangat

92
Catatan Perkembangan Kasus 2

No. Tanggal No. dx Implemetasi Evaluasi ( SOAP) Paraf


1. 03 - 05 - 2018 1.
Kasusu I - Mengkaji ulang tanda tanda Jam 13:00
dehidrasi S:
- Menatat frekuensi BAB, - Ibu klien mengatakan klien masih
konsistensi, warna dan bau mencret ±1 xsehari
- Observasi tanda tanda vital
- anjurkan keluarga untuk O:
memberikan minum banyak - Pasien tampak tenang, semngat
pada klien - Mukosa bibir kering
- kolaborasi dengan dokter - Turgor kulit baik
untuk pemberian oralit - Konsistensi lembek
- Warna kuning
- Bau amis
- Kooperatif

A:
- Masalah teratasi

P:
3. Intervensi di lanjutkan (di rumah)

93
Evaluasi kasus 2 Hari ke 3
Kekurangan volume cairan dan elektrolit b/d output yang Jam 13:00
berlebihan S:
- Ibu klien mengatakan klien masih mencret ±1 xsehari

O:
- Pasien tampak tenang, semngat
- Mukosa bibir kering
- Turgor kulit baik
- Konsistensi lembek
- Warna kuning
- Bau amis
- Kooperatif

A:
- Masalah teratasi

P:
Intervensi di lanjutkan (di rumah)

94
4.2 PEMBAHASAN

Setelah melaksanakan tinjauan teoritis dan melakukan pengamatan

serta melaksanakan “Gambaran Asuhan Keperawatan Pemberian Oralit Pada

Anak dengan Dare di Rumah Sakit TK III Jayapura. Maka pada bab ini

penulis akan membuat pembahasan khusus mengenai kesenjangan antara

teori yang ada, dengan kenyataan yang di peroleh sebagai hasil pelaksanaan

Asuhan Keperawatan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan:

pengkajian, diagnosa, perencanan, pelaksanaan dan evaluasi.

A. Pengkajian

Pada tahap pengkajian ini penulis melakukan pengumpulan data

dengan cara mewawancarai pasien dan kelu arga. Melakukan observasi,

pemeriksaan fisik, serta melihat catatan medis dan perawatan.proses

pengkajian mulai pengumpulan data berjalan dengan lancar karena adanya

kerja sama dan keterbukaan dari keluarga proses pengkajian pada kasus 1

pasien An A. di lakukan pada tanggal, 30 April 2018, Umur 11 bulan, jenis

kelamin laki-laki, agama islam, suku jawa, masuk rumah sakit pada

tanggal 30-04-2018 dengan diagnose medis diare, keluhan utama mencret

± 30x/1 hari, riwayat keluhan utama mencret 1 hari, panas, lemah, muntah,

riwayat kesehatan keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular,

imunisasi lengkap dari BCG, DPT, POLIO, CAMPAK, HEPATITIS,

riwayat tumbuh kembang berat badan lahir: 2, 8 kg berat badan sekarang 9

kg tinggi badan 41 cm waktu tumbuh gigi 9 bulan, riwayat nutrisi 0-4

bulan Asi Eklusif 4-12 bulan ASI, bubur, sun, ikan buah-buahan

95
pemeriksaan fisik, keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis, TTV:

N 104x/menit R:24 x/menit SB: 38 ⁰c spo² 99% entropometri tinggi badan

41 cn LLA 14 cm, terapi:Th/IVFD: RL 25 Tpm (mic) inj. cefotaxime 2x

250 mg ranitidine 3x 8,4 mg odr 3x 0,8 mg sanmol 3x 150 mg 0ral

intersink, hasil pemeriksaan diagnostic HGB 12,7, RBC 5-0,9 WBC 11.6.

kasus 2

Pasien An. F, pengkajian di lakukan pada tanggal, 30 April

2018,Umur 2 tahun 9 bulan bulan, jenis kelamin perempuan, agama islam,

suku jawa, masuk rumah sakit pada tanggal 01-05-2018 dengan diagnose

medis diare, keluhan utama mencret ± 18x/1 hari, riwayat keluhan utama

mencret 1 hari, panas, lemah, muntah, riwayat kesehatan keluarga tidak

ada yang menderita penyakitmenular, imunisasi lengkap dari BCG, DPT,

POLIO, CAMPAK, HEPATITIS, riwayat tumbuh kembang berat badan

lahir: 3 kg berat badan sekarang 10 kg tinggi badan 89 cm waktu tumbuh

gigi 9 bulan, riwayat nutrisi 0-4 bulan asi eklusif 4-12 bulan ASI, bubur,

sun, ikan buah-buahan pemeriksaan fisik, keadaan umum lemah,

kesadaran composmentis, TTV: N 100x/menit R: 25 x/menit SB: 38,7 ⁰c

spo² 97% entropometri tinggi badan 89 cm LLA 16 cm, terapi: Th/IVFD :

RL 24 Tpm (mic) inj cefotaxime 2x 500 mg, ranitidine 3x 12,5 mg odr 3x

1 mg sanmol 3x 150 mg 0ral L-Bio 2x 1 sach, vesteis 3x3 ml oralit 3x40

ml, hasil pemeriksaan diagnostic HGB 9,0, RBC 5-0,7 WBC 15.0.

Dengan demikian karena tanda dan gejala yang ada pada pasien

sama dengan yang terdapat pada landasan teori.

96
B. Diagnosa keperawatan

Pada tahap akhir dari pengkajian adalah merumuskan diagnosa

keperawatan, diagnosa, diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang

menjelaskan status kesehatan atas masalah actual dan potensial.

Kasus 1

Setelah dilakukan pengkajian dan analisa data pada An.A

didapatkan masalah keperawatan kekurangan volume cairan dan elektrolit

berhubungan dengan output yang berlebihan

Kasus 2

Setelah dilakukan pengkajian dan analisa data pada An F

didapatkan masalah keperawatan kekurangan volume cairan dan elektrolit

berhubungan dengan output yang berlebihan

C. Perencanaan

Merupakan lanjutan dari diagnosa keperawatan dalam rangka

mengatasi permasalahan yang timbul, penulis menyusun perencanaan

tindakan keperawatan agar asuhan keperawatan yang diberikan dapat

dilaksanakna pada pasien An. A dan An. F lebih rasionalis dan benar-

benar berkualitas sehingga kebutuhan kedua pasien dapat terpenuhi dengan

optimal.

Adapun yang menjadi intervensi perawatan yang diberikan secara

teoritis pada klien dengan kecemasan yaitu :

- Kaji ulang tanda tanda dehidrasi

97
R/ untuk menentukan tingkat dehidrasi dan sebagai acuan untuk

melanjutkan intervensi

- Catat frekuensi BAB, konsistensi, warna dan bau

R/ dapat menentukan status diare klien untuk menentukan tindakan

selanjutnya

- Observasi tanda tanda vital

R/ untuk mengetahui perubahan tanda tanda vital merupakan gambaran

umum keadaan pasien

- Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada klien

R/untuk mencegah dehidrasi

- Pemberian oralit

R/ untuk memenuhi cairan dan elektrolit secara output yang berlebihan

D. Pelaksanaan

Pada dasarnya dalam tahap pelaksanaan penulis tetap yang disusun

sebelumnya dimana semua rencana tindakan dapat dilaaksanakaan dengan

baik tanpa adanya kesulitan atau hambatan yang berarti. Hal ini dapat

terlaksana dengan baik berkat adanya kerja sanma yang baik antara penulis

dengan keluarga pasien dan tim medis.

Kasus 1

Pelaksanaan tindakan keperaawatan yang dilakukan berdasarkan

diagnosa kekurangan volume cairan dan elektrolit masalah keperawatan

kekurangan volume cairan dan elektrolit b/d output yang berlebihan

dilakukan pemberian oralit 1 kali hari selasa tanggal 1 Mei jam 14: 30 kaji

98
ulang tanda tanda dehidrasi didapatkan hasil turgor kulit jelek, mukosa

bibir kering, rewel, menangis, catat BAB, frekuensi 6 x/hari, konsisten

encer ada ampas, warna kuning dan hijau dan bau amis, observasi tada

tanda vital, anjurkan keluarga untuk memberikan minum banyak pada

klien hasil klien minum tapi sedikit, jam 16:20 diberikan Oralit dengan

hasil, klien minum sedikit tapi sering, pasien tidak kooperatif.

Hari kedua Rabu, 02 Mei dilakukan pemberian pemberian oralit 1

kali hari Rabu tanggal 02 Mei jam 14: 20 kaji ulang tanda tanda dehidrasi

didapatkan hasil turgor kulit baik, mukosa bibir lembab, tenang, catat

BAB, frekuensi 1x/hari, konsisten encer ada ampas, warna kuning dan bau

amis, observasi tada tanda vital, anjurkan keluarga untuk memberikan

minum banyak pada klien hasil klien minum tapi sedikit, jam 16:20

diberikan Oralit dengan hasil, klien minum sedikit tapi sering, pasien

kooperatif.

Kasus 2

Pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan berdasarkan

masalah keperawatan pada hari selasa, tanggal 01 Mei 2018 pemberian

oralit 1 kali hari selasa tanggal 1 Mei jam 15:00 kaji ulang tanda tanda

dehidrasi didapatkan hasil turgor kulit jelek, mukosa bibir kering, gelisah

rewel, menangis, catat BAB, frekuensi 9x/hari, konsisten encer ada ampas,

warna kuning dan hijau dan bau amis, observasi tanda tanda vital, anjurkan

keluarga untuk memberikan minum banyak pada klien hasil klien minum

99
tapi sedikit, jam 17:30 diberikan Oralit dengan hasil, klien minum sedikit

tapi sering, pasien tidak kooperatif.

Pada hari kedua Rabu, 02 Mei 2018 dilakukan pemberian oralit 1

kali yaitu pada jam 15:15 kaji ulang tanda tanda dehidrasi didapatkan

hasil turgor kulit jelek, mukosa bibir kering, gelisah, catat BAB, frekuensi

5x, konsisten encer ada ampas, warna kuning dan hijau dan bau amis,

observasi tanda tanda vital, anjurkan keluarga untuk memberikan minum

banyak pada klien hasil klien minum tapi sedikit, jam 16:20 diberikan

0ralit dengan hasil, klien minum sedikit tapi sering, pasien sedikit

kooperatif.

Pada hari ke tiga Kamis, 03 Mei 2018 dilakukan pemberian oralit

1 kali yaitu pada jam 09:00 kaji ulang tanda tanda dehidrasi didapatkan

hasil turgor kulit baik, mukosa bibir lembab, tenang, semangat, catat BAB,

frekuensi 1x/hari, konsisten encer ada ampas, warna kuning dan bau amis,

observasi tanda tanda vital, anjurkan keluarga untuk memberikan minum

banyak pada klien hasil klien minum tapi sedikit, jam 11:00 diberikan

Oralit dengan hasil, klien minum sedikit tapi sering, pasien sedikit

kooperatif.

E. Evaluasi

Merupakan proses pencapaian tujuan yang baik antara penulis

dengan keluarga pasien, dokter, dan perawat ruangan, sehingga hasil yang

ditetapkan dapat diamati dengan jelas, disamping itu kedua pasien

memberikan respon yang positfit terhadap tindakan keperawatan.

100
KASUS 1

Evaluasi pada hari selasaTanggal, 01 Mei 2018 pada jam 19: 15

dengan masalah kekurangan volume cairan dan elektrolit b/d output yang

berlebihan dengan data subjektif ibu klien mengataakan anaknya BAB

±8x/hari , data objektif: pasien terlihat lemah, rewel, menangis, turgor kulit

jelek, bibir kering konsistensi BAB encer ada ampas, warna kuning dan

hijau, sedikit kooperatif.

Evaluasi pada hari Rabu, tanggal 2 mei 2018 pada jam 18:25

dengan masalah keperawatan kekurangan volume cairan dan elektrolit b/d

output yang berlebihan subjektif, orang tua klien mengatakan anaknya

BAB 2 ±/hari, pasien tampak senang semangat, mukosa bibir lembab,

konsistensi lembek, warna kuning, bau amis, pasien kooperatif.

KASUS 2

Evaluasi pada hari pertama Selasa, tanggal 01 Mei 2018 pada jam

19: 35 dengan masalah kekurangan volume cairan dan elektrolit b/d output

yang berlebihan dengan data subjektif ibu klien mengataakan anaknyaa

BAB 11x, data objektif: pasien terlihat lemah, gelisah, rewel, menangis,

turgor kulit jelek, bibir kering tidak kooperatif, konsistensi encer ada

ampas, warna kuning hijau, bau amis.

Evaluasi pada hari kedua Rabu, tanggal 02 Mei 2018 pada jam

19:00 dengan masalah kekurangan volume cairan dan elektrolit b/d output

yang berlebihan dengan data subjektif ibu klien mengatakan anaknya BAB

5x/hari, data objektif: pasien terlihat, rewel, menangis, turgor kulit sedikit

101
membaik, bibir kering, sedikit kooperatif, konsistensi encer ada ampas,

bau amis.

Evaluasi pada hari ketiga Kamis, Tanggal 03 Mei 2018 pada jam

19: 13:00 dengan masalah kekurangan volume cairan dan elektrolit b/d

output yang berlebihan dengan data subjektif ibu klien mengataakan

anaknya BAB 1 x/hari, data objektif: pasien terlihat, tenang, semangat,

turgor kulit baik, bibir lembab, kooperatif. Konsistensi lembek, warna

kuning, bau amis.

102
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Peneliti melalukan tindakan keperawatan sesuai rencana yang telah

disusun untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit pasien, sehingga

kebutuhan cairan dan elektrolit terpenuhi. Pada tahap terakhir peneliti

mengevaluasi keadaan pasien setiap hari setelah tindakan keperawatan

dilakukan.

1. Hasil penekajian pada pasien dengan diare dapat disumpulkan bahwa

peneliti telah mengkaji pasien dan mendapat data sesuai keluhan pasien

yaitu pasien BAB lebih dari 3 kali dalam sehari, mukosa bibir kering,

gelisah, rewel, menangis, dan turgor kembali lambat.

2. Perumusan diagnosa keperawatan pada kasus 1 dan 2 memperioritaskan

diagnosa keperawatan kekurangan volume cairan dan elektrolit

berhubungan dengan output yang berlebihan pada pasien An A dan An F

di Rumah Sakit Bhayangkara TK III Jayapura.

3. Rencana keperawatan yang di susun untuk diagnose kekurangan volume

cairan dan elektrolit berhubungan dengan output yang berlebihan yaitu

peniliti membuat tujuan setelah di lakukan tindakan keperawatan di

harapkan frekuensi dalam batas normal, konsistensi BAB lembek, turgor

kulit baik, mukosa bibir lembab, klien tampak tenang, TTV dalan batas

103
normal, intervensi yang dilakukan kekurangan volume cairan dan

elektrolit adalah lakukan perawatan dengan menggunakan oralit.

4. Peneliti melakukan implementasi kasus 1 pada hari selasa, 01 Mei 2018

jam 14:30 WIT mengkaji tanda tanda dehidrasi dengan respon subjektif

ibu An. A mengatakan bahwa An. A buang air besar cair ± 8/hari dengan

konsistensi cair ada ampas warna kuning dan hijau dan bau amis, dengan

respon objektif An. A tampak lemah, rewel, gelisah. Pada jam14:45 WIT

catat frekuensi BAB, konsistensi, warna, bau, mengukur tanda –tanda

vital dengan respon objektif suhu 37 derajat celcius, nadi 104 kali per

menit, pernapasan 24 kali per menit memantau kelebapan mukosa bibir

dengan respon objektif bibir masih kering. Jam 14:50 WIT. Motifasi

pada ibu klien untuk memberi minum air putih yang banyak dengan

respon objektif An. A minum sedikit tapi sering. Pada jam 16:20

memberikan oralit dengan respon klien minum sedikit

Kasus 2

Pada hari selasa, 01 Mei 2018 jam 15: 00 WIT mengkaji tanda

tanda dehidrasi dengan respon subjektif ibu An.F mengatakan bahwa An.

A buang air besar cair ± 11x/hari dengan konsistensi cair ada ampas

warna kuning dan hijau dan bau amis, dengan respon objektif An. A

tampak lemah, rewel, gelisah dan menangis pada jam 15 :15 WIT catat

frekuensi BAB, konsistensi, warna, bau, mengukur tanda–tanda vital

dengan respon objektif suhu 38 derajat celcius, nadi 104 kali per menit,

pernapasan 25 kali per menit memantau kelembapan mukosa bibir

104
dengan respon objektif bibir masi kering. Jam14:50 WIT. Motivasi pada

ibu klien untuk memberi minum air putih yang banyak dengan respon

objektif An. A minum sedikit tapi sering. Pada jam 16:20 memberikan

oralit dengan respon klien minum sedikit.

5. Peneliti mengevaluasi keadaan pasien pada kasus I pada hari ke dua

dengan hasil adalah ibu pasien mengatakan An. A buang air besar ±

2x/hari dengan konsistensi tampa ampas dengan bau khas. An. A tampak

tenang, dan semangat, nadi 104 kali per menit, suhu 37 derajat celcius.

dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah keperawatan

kekurangan cairan dan elektrolit teratasi (pasien pulang), sehingga

intervensi dihentikan. Dan pada kasus II ibu klien mengatakan klien BAB

1 x sehari warna kuning konsistensi lembek, An. F tampak tenang

semangat, tujuan tercapai intervensi dihentiksn Masalah teratasi (pasien

pulang).

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti memberi saran yang

diharapkan bermanfaat antara lain :

1. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan dapat memberikan pelayanan kepada pasien seoptimal

mungkin dan meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.

2. Bagi Institusi pendidikan

Memberikan kemudahan dalam pemakaian sarana dan prasarana

yang merupakan fasilitas mahasiswa untuk mengembangkan ilmu

105
pengetahuan dan ketrampilan melalui praktek klinik dan penyusunan tugas

akhir.

3. Bagi Peneliti

Diharapkan peneliti dapat menggunakan atau memanfatkan waktu

seefektif mungkin, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan pada

klien secara optimal.

106

Anda mungkin juga menyukai