Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini
adalah benar benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan
pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil
tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat
dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima
sanksi atas perbuatan tersebut
Jayapura, Mei 2018
Pembuatan Pernyataan
Mengetahui:
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
4
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah oleh Marce Ireni Bani Nim: Po.71.20.1.15.102, Mahasiswa
Prodi D-III Keperawatan Jayapura’ dengan judul “Gambaran Asuhan
Keperawatan Pemberian Oralit pada Anak dengan Diare di Rumah Sakit
Bhayangkara TK III Jayapura “ Telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan.
Mengetahui,
Ka Prodi D-III Keperawatan Jayapura
5
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah oleh Marce Ireni Bani, NIM : PO.71.20.1.15.102, Mahasiswa
Prodi D-III Keperawatan Jayapura, dengan judul ”Gambaran Asuhan
Keperawatan Pemberian Oralit pada Anak dengan Diare di Rumah Sakit
Bhayangkara TK III Jayapura”, telah dipertahankan di depan dewan penguji pada
tanggal Mei 2018.
Dewan penguji
Penguji ketua
Qoriah Nur,S.Kep,Ns,M.Kep
NIP :1980421 200912 2 001
Mengetahui,
Ketua Jurusan
6
RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PENULIS
7
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
“Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan
(Ibrani 11:1)
Persembahan
1. Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan kekuatan, kesehatan, akal budi
dan kepintaran serta perlindungan dan berkat yang tak pernah berkesudahan
kepada penulis.
2. Ayah dan Ibuku (Pither Bani & Dorkas Akulas) yang telah membesarkan
3. Bpk Melianus Akulas beserta keluarga (Ibu Welmince Djra Dowi, Adik Valdi,
5. Kakak – kakak saya yang saya sayangi yang telah memberikan dukungan dan
8
KATA PENGATAR
Puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
IImiah ini tepat pada waktunya. Karya Tulis IImiah ini disusun sebagai salah satu
Asuhan keperawatan Pemberian Oralit pada Anak dengan Diare Rumah Sakit
Bhayangkara”.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun Karya Tulis IImiah ini, penulis
banyak menghadapi kendala namun berkat adanya bimbingan dan bantuan serta
kerjasama yang baik dari berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung,
sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis IImiah ini. Oleh karna itu pada
1. Dr. Isak J.H Tukayo, S, Kp, M, Sc. Selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Jayapura.
2. Direktur Rumah Sakit Bhayangkara dan seluruh staf yang memberikan ijin
9
4. Frengky Apay, S.Kep,Ns,M.Kep selaku Ka Prodi D-III Keperawatan
Ilmiah ini.
ini.
memberikan motivasi dan arahan – arahan penulis Karya Tulis Ilmiah ini.
9. Kepala Ruangan Anak beserta staf di ruangan yang telah memberikan ijin
10. Bapak dan Mama yang telah membesarkan saya dengan cinta dan kasih
sayangnya
11. Elisabet Mebri, S.Kep yang telah memberikan semangat dan masukan
dalam penulisan karya tulis ini dan memotivasi untuk selalu sabar dalam
segala hal.
ini.
10
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang selama
ini telah memberikan bantuan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih
karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan guna perbaikan
di masa yang akan datang. Akhir kata, Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa
melimpahkan berkat-Nya bagi kita sekalian dan semoga Karya Tulis Ilmiah ini
Penulis
11
ABSTRAK
Marce Ireni Bani(¹) Lamria Situmeang ,S.Kep, Ns, M.Kep(²) Nasrah, S.Kep.Ns, M.Kep(³)
Latar Belakang : Diare merupakan salah satu penyakit yang sering dijumpai di
masyarakat, penyakit ini terutama di sebabkan oleh makanan dan minuman yang
terkontaminasi akibat akses kebersihan yang buruk. Di dunia diperkirakan sekitar
2, 5 miliar yang mempunyai akses kebersihan yang buruk (Junanto, 2012).
Saran: Bagi Rumah Sakit dan kesehatan khususnya perawat, diharapkan lebih
meningkatkan kegiatan penyuluhan yang terjadwal dan berkesinambungan
terhadap anak dengan diare tentang perawatan Pemberian Oralit untuk
mengurangi tingakat dehidrasi.
12
DAFTAR ISI
13
2.3.1 Pengertian .................................................................. 21
2.3.2 Manfaat Oralit ........................................................... 21
2.3.3 Alat dan Bahan .......................................................... 22
2.4 Konsep Teori Balita .............................................................. 24
2.4.1 Pengertian Balita ....................................................... 24
2.4.2 Karakteristik Balita ................................................... 24
2.4.3 Tumbuh Kembang Balita .......................................... 25
14
DAFTAR LAMPIRAN
1. Informed consent
2. Lembar observasi
15
DAFTAR SINGKATAN
An = Anak
BB = Berat Badan
DS = Data Subjektif
DO = Data Objektik
TK = Tingkat
ODR = Ondansentron
16
TABEL
Tabel 2.3. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d diare
Tabel 2.5. Resiko peningkatan suhu tubuh b/d peningkatan frekuensi diare 19
Tabel 2.6. Resiko gangguan integritas kulit b/d peningkatan frekuensi diare 19
17
Tabel 4.13 Evaluasi Keperawatan .............................................................. 44
BAB I
PENDAHULUAN
diperkirakan sekitar 2,5 miliar yang mempunyai akses kebersihan yang buruk
(Junanto, 2012).
18
tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare.
terjadi di dunia dan 2,2 juta di antaranya meninggal, dan sebagian besar anak
anak di bawah umur 5 tahun. Meskipun diare membunuh sekitar 4 juta orang
15 episode diare dengan rata rata usia 5 tahun. Di Negara berkembang rata
rata tiap anak di bawah umur 5 tahun mengalami episode diare 3-4 kali
pertahun (WHO, 2013). Sampai saat ini kasus diare di Indonesia masih cukup
tinggi dan menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi dan balita
(25,2%) sekitar 162. 000 balita meninggal akibat diare setiap tahun atau
sekitar 460 balita per hari. Sedangkan dari hasil survey kesehatan rumah
kematian nomor dua pada balita, nomor tiga bagi bayi, dan nomor lima bagi
semua umur. Setiap anak di Indonesia mengalami episode diare sebanyak 1,6-
tahun 2014 insiden rate (RI) penyakit diare 301/1000 penduduk, tahun 2015
penduduk dan tahun 2017 naik menjadi 673 penduduk. Kejadian Luar Biasa
19
(KLB) diare juga masih sering terjadi dengan Case Fatality Rate (CFR) yang
masih tinggi pada tahun 2017 terjadi KLB di 69, dimana dengan jumlah kasus
9.143 orang, kematian 339 orang (CFR 3,94%). Tahun 2017 terjadi KLB
masyarakat utama. hal ini di sebabkan masih tingginya angka kesakitan dan
menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi dan balita serta sering
jumlah kasus diare di Indonesia sebanyak 143.696 kasus rawat inap dan
172.013 kasus rawat jalan. Kematian akibat rawat jalan di Indonesia pada
kesakitan pada kasus diare yang di temukan 1.545 pada tahun 2013 dan pada
tahun 2014 ditemukan 2,074 balita yang mengalami diare. Faktor resiko yang
pembuangan air limbah) dan perilaku hidup sehat dalam keluarga. Sedangkan
besar yang infeksi (yang meliputi infeksi bakteri, virus dan parasit),
penyakit diare pada balita sudah dilakukan melalui program proyek desa
20
tertinggal maupun proyek lainnya. Karena kejadian peyakit diare belum
menurun. Apabila diare pada balita ini tidak di tangani secara maksimal dari
berbagai sektor dan bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja tetapi
propinsi Papua tahun 2013 sebesar 56,3% dimana angka tersebut lebih rendah
penggunaan oralit dan zinc pada anak balita dengan diare di papua tahun 2013
sebesar 26% dan 12,6% lebih rendah dibanding cakupan penggunaan oralit
dan zinc secara nasional yaitu 33,3% dan 16,9% oleh karena itu dapat
Bhayangkara pada tahun 2014 kasus yang ditangani sebanyak 514 dan tahun
2015 kasus yang ditangani sebanyak 549 dan tahun 2016 bulan Januari
sampai bulan April kasus yang ditangani sebanyak 156 kasus dengan total
jumlah 1.219 kasus pada kelompok balita (Rumah Sakit Bhayangkara, 2016).
yang cukup dan memberikan asuhan keperawatan pada pasien diare di Rumah
21
termotivasi untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Gambaran
pada anak dengan diare di Ruang Kanak kanak Rumah Sakit Bhayangkara
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
2018.
2018.
22
1.4 Manfaat Studi Kasus
a. Bagi Masyarakat
pencegahan.
c. Bagi Pasien
d. Bagi Penulis
23
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Diare pada anak adalah buang air besar yang frekuensinya lebih
besar (BAB) lebih dari 2-3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi feses
24
Menurut Word Health organization (WHO, 2011) diare pada
anak adalah buang air besar dengan konsistensi yang cair (mencret)
Diare adalah buang air besar atau defekasi yang encer dengan
frekuensi lebih dari tiga kali sehari. Dengan atau tanpa darah dan lendir
bertambahnya frekuensi gerak lebih dari biasanya lasim tiga kali atau
a) Diare Akut
b) Diare Kronik
a. Diare akut
bayi.
b. Disentri
25
Yaitu diare disertai darah dalam tinjanya. Akibat disentri
1) Diare persisten
2.1.4 Etiologi
a. Faktor infeksi
antara lain:
1) Bakteri
26
a) Vibrio choleravibrio cholera mempunyai dua biotope yaitu
tipe el tor dan mask selain ada dua serotype yaitu ogawa
dan inaba.
b) Shigella
serologic yaitu:
maju.
c) Salmonella
pada manusia.
astrovirus.
b. Non Infeksi
1) Faktor Malabsorbsi
27
Malabsorbsi karbohidrat di sakarida (intoleransi
- Malabsorbsi lemak
- Malabsorbsi protein
2) Faktor Makanan
3) Faktor Psikologis
diikuti pembuangan gas yang sering berbau asam, serta tanpa lender
a. Mual
b. Muntah
c. Deman
d. Nyeri abdomen
28
f. Mata cekung
2.1.6 Patofisiologi
a. Gangguan sekresi
b. Gangguan osmotic
2006)
29
Tabel. 2.1. Penilaian Dehidrasi (menurut WHO)
Tanpa Dehidrasi
Penilaian Dehidrasi Berat
dehidrasi sedang
Lihat: keadaan baik Gelisah, atau Lesu, lunglai
umum Rewel atau Tidak sadar
Mata normal Cekung Sangat cekung
dan kering
Air mata ada Tidak ada Tidak ada
Mulut dan lidah basah Kering Sangat kering
Malas minum
Haus ingin
Rasa haus Minum biasa atau tidak bisa
minum banyak
minum
Kembali
Periksa: turgor Kembali sangat
cepat Kembali lambat
kulit lambat
diare adalah:
Pemeriksaan laboratorium ;
30
a. Pemberian cairan
b. Cairan Peroral
di berikan peroral berupa cairan yang berisikan Nacl dan Kcl, dan
ringan atau sedang, kadar natrium 50-60 Meg/E dapat dibuat sendiri
(mengandung larutan garam dan gula) atau air tajim yang di beri
lanjut
c. Cairan Parental
15 - 25 kg 5- 10 th 80 25 25 130
31
Keterangan:
CWL : Cincomitsnt water losses ( karena diare dan muntah masih terus berlangsng)
32
f. Menyimpan makanan di lemari pendingin dan tidak terlalu lama
2.2.1 Pengkajian
al 2009).
a. Data subjektif
b. Data objektif
data penunjang.
33
Data dasar pada pengkajian pasien diare
1) Eliminasi
menurun, muntah
kering.
gerak
c) Hygiene
diri.
e) Pemeriksaan diagnostik
penyebab diare
34
Pemeriksaan darah: pada diare biasanya elektrolit terutama
fungsi ginjal
2.2.3 Intervensi
a. Tabel 2.3. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d diare
feses
penggati
35
kaji tanda vital. Tanda dan menilai status hidrasi elektrolit dan
definitive ketahui
dehidrasi
c. Tabel 2.5. Resiko peningkatan suhu tubuh b/d proses inflmasi pada
usus
Intervensi Rasional
36
pantau suhu setiap jam untuk memantaupenigkatan suhu
tubuh
antiperetik
frekuensi diare
mengiritasi kulit
kulit menyengat
anus di mulai
kulit
37
perlahan lahan dengan sabun
keluarga
kondisinya
2.2.4 Implementasi
38
dampak respon yang ditimbulkan oleh masalah keperawatan dan
kesehatan.
Bahan
39
a. Garam dapur (halus)
Alat alat
a. Sendok
b. Gelas
c. Teko
Pencampuran bahan
b. Masukan stengah sendok the garam dapur dan 8 sendok the gula
c. Tambahkan satu liter air matang, jika tidak punya takaran liter, bisa
e. Setelah satu menit atau lebih dari pengadukan yang kuat. Biasanya
sudah benar benar terlarut. Selnajutnya oralit sudah jadi dan siap
minum
40
Berikan sendok the tiap 1-2 menit untuk anak di bawah umur
Pemberian oralit dan di berikan air masak atau ASI atau tidak di
c. Dehidrasi berat
2) Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengn berat badan 10- 15 kg 1
10 ml/kgBB= 13 tetes/kgBB/menit.
41
Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu
tahun atau lebih popular dengan pengertian anak usia di bawah lima
Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (balita) dan
anak prasekolah3-5 tahun saat usia balita anak masih tergantung penuh
(Sutomo,2010)
masa yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang, karena itu
yaitu anak usia 1-3 tahun (balita) dan anak usia prasekolah (Uripi,
2011). Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak
pertumbuhan masa balita lebih besar dari pada masa usia prasekolah
sekali makan lebih kecil dari anak yanga usianya lebih besar. Pada usia
42
prasekolah anak menjadi konsumen aktif. Mereka sudah dapat memilih
makanan yang di sukainya pada usia ini anak mulai bergaul dengan
beberapa perubahan dalam berperilaku. Pada masa ini berat badan anak
kaki.
43
dasar manusia secara fisiologis, yang memiliki proporsi besar dalam
bagian tubuh, hampir 90% dari total berat badan tubuh. Sementara itu,
kira-kira 60% dari berat badan pria dan 50% dari berat badan wanita.
Jumlah volume ini tergantung pada kandungan lemak badan dan usia.
wanita lebih banyak dari pria sehingga jumlah volume cairan lebih
rendah dari pria. Usia juga berpengaruh terhadap TBW dimana makin
2010).
cairan di dalam tubuh sekitar 80% dari berat badan, pada bayi yang
dari berat badan tubuh, pada masa remaja komposisi cairan tubuh ini
berkisar antara 65-70% dari berat badan tubuh, dan pada orang dewasa
tubuh.
44
Dalam perpindahan, cairan dan elektrolit mempunyai berbagai
macam cara, antara lain dengan difusi, osmosis, dan transportasi aktif
(Pranata, 2013):
a) Difusi
b) Osmosis
45
Osmolaritas adalah cara untuk mengukur kepekatan larutan
c) Transport Aktif
adanya daya aktif dari tubuh seperti pompa jantung (Tarwoto &
46
kalium lebih tinggi pada cairan ekstraseluler. Untuk
antara jumlah cairan yang masuk dan jumlah cairan yang keluar
a. Jika intake air terlalu banyak, maka tubuh akan mengurangi sekresi
47
dinding atrium kanan. Regangan ini akan merangsang pelepasan
48
2.5.6 Pengeluaran/Haluaran Cairan
adalah ±2.300 cc. Jumlah air yang paling banyak keluar berasal dari
eksresi ginjal (berupa urine), sebanyak ±1.500 cc per hari pada orang
menerima 170 liter darah untuk disaring setiap hari. Produksi urine
Wartonah, 2010).
49
terjadi melalui kulit sebagai perspirasi tidak– kasat mata (Smeltzer
(Pranata, 2013)
Wartonah, 2010).
50
Gambar 2.1 Gambaran umum asupan dan
haluaran cairan tubuh (Tamsuri, 2009)
disadari dan sulit dihitung, yaitu jumlah keringat, uap hawa nafas.
Air (makan+minum) = … cc
Cairan infus = … cc
Therapy injeksi = … cc
Output cairan:
Urine = … cc
100cc)
51
Muntah/perdarahan/cairan drainage luka/cairan NGT terbuka = … cc
±100cc).
Elektrolit
a. Usia
52
b. Temperatur Lingkungan
respon tubuh kita berbeda. Saat itu, pori-pori tubuh mengecil dan
menurun.
c. Diet
53
(Pranata, 2013). Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan
d. Stres
e. Sakit
54
ruang. Ketidakseimbangan ini dipengaruhi oleh osmolalitas atau oleh
cepat.
55
Tabel 2.8 Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
56
Kelebihan natrium Deprivasi air pada pasien yang Haus, kenaikan suhu tubuh,
(hipernatremia) tidak mampu untuk minum lidah kering dan bengkak dan
ketika ia ingin minum, membrane mukosa menebal,
Serum natrium pemberian makan dengan halusinasi, letargi, gelisah,
>145mEq/L selang tanpa suplemen air yang iritabilitas, kejang fokal dan
adekuat, diabetes insipidus, grand mal, edema pulmonal.
hiperventilasi, dan diare berair. Laboratorium menunjukkan:
Kelebihan kortikosteroid, natrium serum ↑, natrium
natrium bikarbonat dan urin ↓, berat jenis dan
pemberian natrium klorida, dan osmolalitas urin ↑.
korban yang hampir tenggelam
air garam.
Kekurangan kalium Diare, muntah, penghisapan Keletihan, anoreksia, mual
(hipokalemia) lambung, pemberian dan muntah, kelemahanotot,
kortikosteroid, diuretik, penurunan motilitas usus,
Serum kalium osmotik, alkalosis, kelaparan, asistol atau fibrilasi
<3,5mEq/L dan toksisitas digitalis. ventricular, kram tungkai,
tekanan darah ↓, ileus,
distensi abdomen, EKG;
pendataran gelombang T,
penonjolan gelombang U,
depresi ST, dan perpanjangan
interval PR.
Kelebihan kalium Gagal ginjal oligurik, Kelemahan otot yang rancu,
(hiperkalemia) penggunaan diuretik hemat bradikardia, disritmia, kram,
kalium pada pasien dengan iritabilitas, ansietas. EKG:
Serum kalium insufisiensi ginjal, asidosis, gelombang T panjang
>5,0mEq/L cedera akibat tabrakan, luka tertekan , perpanjangan
bakar, transfusi darah yang interval PR dan durasi QRS,
diambil dari tempat tidak terdapatnya gelombang
penyimpanan bank darah , dan P, depresi ST.
pemberian infus kalium
intravena yang cepat.
Kekurangan kalsium Hipoparatiroidisme (dapat Kebas, kesemutan pada jari-
(hipokalsemia) menyertai bedah tiroid atau jari tangan, jari kaki, kejang,
diseksi radikal), malabsorpsi, refleks hiperaktif tendon
Serum kalsium pankreatitis, alkalosis, profunda, bronkopasme,
<8,5mg/dl defesiensi vitamin D, infeksi EKG; perpanjangan interval
subkutan masif, peritonitis QT.
generalisata, transfusi masif
darah yang mengandung sitrat,
dan fase diuretik gagal ginjal.
Kelebihan kalsium Hiperparatiroidisme, penyakit Kelemahan otot, konstipasi,
(hiperkalsemia) neoplastik malignan, anoreksia, mual dan muntah,
imobilisasi lama, penggunaan poliuria dan polidipsia,
Serum kalsium berlebih suplemen kalsium, refleks hipoaktif tendon
>10,5mg/dl kelebihan vitamin D, fase profunda, letargi, nyeri
oliguri gagal ginjal, asidosis, tulang dalam, dan gambaran
dan toksisitas digogsin. patologi. EKG; pemendekan
interval QT, bradikardia,
blok jantung.
57
Kekurang Alkoholisme kronis, Iritabilitas neuromuskular,
magnesium hiperparateroidisme, insomnia, perubahan suasana
(hipomagnesemia) hiperaldosteronisme, fase hati, dan anoreksi serta
diuretic gagal ginjal, gangguan muntah.
Serum magnesium malabsorbsi, diabetik
<1,8mg/dl ketoasidosis, pemberian makan
kembali setelah masa
kelaparan, dan preparat
farmakologis tertentu (seperti
gentamisin, sisplantin).
Kelebihan Fase oliguri gagal ginjal Kemerahan, hipotensi,
magnesium (terutama saat diberikan mengantuk, refleks hipo
(hipermagnesemia) medikasi yang mengandung aktif, depresi pernafasan,
Serum magnesium magnesium), insufisiensi henti jantung dan koma,
>2,7mg/dl adrenal, pemberian magnesium diaphoresis. EKG; takikardia,
intravena yang berlebihan. bradikardia, perpanjangan
interval PR dan PQRS.
Kekurangan fosfor Pemberian makan kembali Parastesia, kelemahan otot,
(hipofosfatemia) setelah periode kelaparan, nyeri tulang dan nyeri tekan,
Serum fosfor henti alkohol, diabetik nyeri dada, kelam pikir,
<2,5mg/dl ketoasidosis, respiratori kardiomiopati, gagal napas,
alkalosis, magnesium ↓, peningkatan kerentanan
kalium ↓, hiperparatiroidisme, terhadap infeksi.
muntah, diare, hiperventilasi,
defisiensi vitamin D yang
berhubungan dengan gangguan
malabsorbsi.
Kelebihan fosfor Gagal ginjal akut dan kronis, Tetani, takikardia, anoreksia,
(hiperfosfatemia) masukan fosfor yang mual dan muntah, kelemahan
berlebihan, kelebihan vitamin otot, dan tanda serta gejala
Serum fosfor D, respirasi asidosis, hipokalsemia.
>4,5mg/dl hipoparatiroidisme, penipisan
volume, leukemia atau
limfoma yang diobati dengan
preparat sintotoksik, kerusakan
jaringan yang meningkat,
rabdomiolisis.
58
BAB III
METODOLOGI
ini adalah asuhan keperawatan dengan Pemberian Oralit Pada Anak Dengan
Diare. penilitian ini ada 2 (dua) pasien dengan masalah asuhan keperawatan
Tahun 2018.
Diare adalah Buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan anak
dalam sehari dengan konsistensi encer dapat berwarna hijau atau bercampur
Oralit adalah larutan untuk mengatasi diare, larutan ini sering disebut
rehidrasi oral.
59
3.5 Metode pengumpulan data
keluarga dsb).
c. Observasi
d. Studi dokumentasi : dan angket dari hasil pemeriksaan diagnostic dan data
analisis adalah :
a. Pengumpulan data
lapangan yang dijadikan satu dalam bentuk transkrip. Data yang terkumpul
kemudian dibuat koding yang dibuat oleh peniliti dan mempunyai arti
60
tertentu sesuai dengan asuhan keperawatan pada anak diare data objektif di
nilai normal.
c. Penyajian data
d. Kesimpulan
dengan hasil hasil penelitian dan secra teroritis dengan perilaku kesehatan.
a. Informed Consent
alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data.
61
Peneliti tidak mencantumkan nama responden dan hanya memberikan
c. Kerahasiaan (confidentiality)
peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil
riset. Peneliti menjaga semua informasi yang diberikan oleh responden dan
62
BAB IV
Jaapura sebagai rumah Sakit TK III Kelas c dan sebagai Rumah Sakit
Laundry, oleh limbah, Poli Umum, Poli Spesialis (penyakit dalam, jantung
dan pembuluh darah, jiwa, paru, bedah umum, bedah ortophedi, bedah
digestik, bedah urulogi, anak, kebidanan dan kandungan, THT) poli gigi,
fisioterapi, serta ruang perawatan bagi pasien rawat inap yang terdiri dari
63
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Identitas pasien
Table 4.1 Pengkajian Keperawatan
c. Riwayat Kesehatan
Tabel 4.3 Riwayat Kesehatan
Riwayat keluhan Ibu klien mengatakan pada Ibu klien mengatakan klien
utama tgl 27 – 04 – 2018 jam 13.00 masuk rumah sakit dengan
klien, lemah, muntah 2 keluhan buang air besar
x/hari, ibu klien mengatakan dengan konsistensi encer
sebelumnya klien dan ada ampas pada tgl 30 –
mengonsumsi susu sapi 04 – 2018 jam 08 – 00 pagi
disertai panas,
64
Riwayat penyakit Saat di kaji pasien tampak Saat di kaji pasien tampak
sekarang lemah, gelisah, rewel, lemah, menangis gelisah,
disebabkan kondisi yang di rewel di sebabkan kondisi
alami yang di alami
Genogram
d. Riwayat imunisasi
Tabel 4.4 Riwayat imunisasi
65
f. Riwayat nutrisi
Tabel 4.6 Riwayat nutrisi
Pasien 1 Pasien 2
g. Pemeriksaan fisik
Tabel 4.7 Pemeriksaan Fisik
66
Rambut warna hitam Rambut warna hitam
simetris simetris
Mata Kongjungtiva : Anemis Kongjungtiva : Anemis
Tidak ada pengeluaran Tidak ada pengeluaran
Telinga cairan dari telinga, cairan dari telinga,
keadaan telinga luar keadaan telinga luar
dalam bersih, dalam bersih
Mukosa Bibir Kering Kering
Turgor Kulit Kembali Lambat Kembali Lambat
Anus Tidak lecet Tidak lecet
BAB ± 20 x/hari ± 18 x/hari
- Konsistensi Cair Cair, lembek
- Warna Kuning, kehijauan Kuning, kehijauan
- Bau Khas Khas
h. Aktivitas sehari-hari
Tabel 4.8 Aktivitas sehari-hari
67
Data psiko Ibu klien mengatakan selama di Ibu klien mengatakan selama
rumah sakit anaknya sering dan di rumah sakit anaknya
gelisah rewel menangis sering gelisah dan
rewel
Data sosial Sosial klien di temani ibu selama Sosial klien di temani ayah
di rumah sakit dan ibu nya selama rumah
sakit
Data spiritual Spiritual ibu klien mengatakan Spiritual ayah klien dan ibu
berdoa agar anaknya cepat klien mengatakan berdoa
sembuh agar anaknya cepat sembuh
Pola Personal Ibu klien mengatakan saat ini Ibu klien mengatakan saat ini
Hygiene klien belum mandi dan hanya klien hanya mandi dan hanya
menglap badan saja dengan air menglap badan dengan air
hangat. hangat
Pola Istirahat Ibu klien mengatakan klien tidak Ibu klien mengatakan klien
Tidur bisa tidur karena menangis, rewel susah tidur karena menangis,
dan gelisah setelah sebelum rewel, gelisah, saat mencret
mencret dan sesudah
Pola aktivitas Ibu klien mengatakan tidak Ibu klien mengatakan tidak
dan mobilisasi mengalami masalah saat mengalami saat masalah
melakukan aktivitas melakukan aktivitas
i. Terapi
Tabel 4.9 Terapi
Pasien 1 Pasien 2
Pasien 1 Pasien 2
68
Analisis Masalah
DS Gangguan skresi
- Ibu klien mengatakan klien BAB
± 20 x / 1 hari Rangsangan toksis pada
- Ibu klien mengatakan fesesnya dinding usus
encer
- Ibu klien mengatakan muntah Peningkatan sekresi air
dan elektrolit dalam
DO rongga usus
- Klien tampak lemah, rewel,
gelisah, menangis
- Turgor kulit kembali lambat Isi usus berlebihan
- mukosa bibir kering
- Konsistensi feses : encer
- warna feses : kuning dan hijau, Diare
- Bau : amis
- Dehidrasi : Sedang
Cairan input dan Output: Kekurangan volume
- Input: cairan dan elektrolit
- Makan = 200cc
- Minum 200 cc
- Infus RL = 500cc
- Ranitidine = 3 x 8,4 mg
- Cefotaxime = 2 x 500mg
- Odr = 0,8 mg
- Oralite = 3 x30ml
- AM = 72 cc
= 972cc
- Output
- BAB = 400 cc
- Urine = 200cc
- Muntah = 200cc
- IWL = 270cc
= 1070 cc
Balance cairan = Input – Output =
972 – 1070 = 98 cc
TTV : TD
N : 104 x/menit
R : 24 x/menit
SB : 37oC
69
Kasus 2 Kasus 2
Kekurangan volume cairan dan Malabsosrbsi makanan Kekurangan volume
elektrolit b/d output yang berlebihan Psikologis cairan dan elektrolit
DS Gangguan sekresi
- Ibu klien mengatakan klien BAB
±18 x / 1 hari Rangsangan toksis pada
- Ibu klien mengatakan fesesnya dinding usus
encer
- Ibu klien mengatakan muntah
2x/hari Peningkatan sekresi air
dan elektrolit dalam
DO rongga usus
- Klien tampak lemah, rewel,
gelisah, menangis
- Turgor kulit kembali lambat Isi usus berlebihan
- Mukosa bibir kering
- Konsistensi feses : encer
- Warna feses : kuning dan hijau, Diare
- Bau : amis
- Dehidrasi : Sedang
Cairan input dan Output: Kekurangan volume
cairan dan elektrolit
- Input:
- Makan = 200cc
- Minum = 200 cc
- Infus RL = 500cc
- Cefotaxime 2 x 500 mg
- Ranitidin = 1 x 12,5 mg
- ODR = 3 x 1 mg
- Sanmol = 3 x 150 mg
- Oral : L-Bio 2 x 1 Sach
- Vestein 3 x 3 ml
- Oralit 3 x 40 ml
- AM = 84 cc
= 984cc
- Output
- BAB = 400 cc
- Urine = 200cc
- Muntah = 200cc
- IWL = 390cc
= 1190
Balance cairan = Input – Output =
984 – 1190 = 206 cc
TTV : TD
- N : 100 x/menit
- R : 25 x/menit
- SB : 38oC
70
Perencanaan Keperawatan
71
- Ranitidine = 3 x 8,4 mg
- Cefotaxime = 2 x 500mg
- Odr = 0,8 mg
- Oralite = 3 x30ml
- AM = 72 cc
= 972cc
- Output
- BAB = 400 cc
- Urine = 200cc
- Muntah = 200cc
- IWL = 270cc
= 1070 cc
Balance cairan = Input –
Output = 972 – 1070 = 98 cc
TTV : TD
N : 104 x/menit
R : 24 x/menit
SB : 37oC
Kasus 2
Kekurangan volume cairan dan Setelah dilakukan tindakan - Kaji tanda-tanda - Untuk menentukan tingkat dehidrasi
elektrolit b/d output yang keperawatan 2 x 24 jam tidak dehidrasi dan sebagai acuan untuk melanjutkan
berlebihan terjadi devisit kekurangan intervensi
DS cairan dan elektrolit dengan :
- Ibu klien mengatakan klien KH . - Catat frekuensi BAB, - Untuk menentukan tindakan selanjutnya
BAB ±18 x / 1 hari - Klien tampak tenang, konsistensi warna dan
- Ibu klien mengatakan fesesnya semangat bau
encer - frekuensi BAB dalam batas
- Ibu klien mengatakan muntah normal - Observasi tanda-tanda - Perubahan tanda-tanda vital merupakan
2x/hari - Konsistensi BAB lembek vital gambaran keadaan umum pasien
DO - Warna kuning
- Klien tampak lemah, rewel, - Mukosa bibir lembab - Anjurkan keluarga untuk - Untuk mencegah dehidrasi
72
gelisah, menangis - Turgor kulit baik memberi minum banyak
- Turgor kulit kembali lambat pada klien
- Mukosa bibir kering
- Konsistensi feses : encer - Pemberian oralit - Untuk memenuhi kebutuhan cairan dan
- Warna feses : kuning dan elektrolit yang hilang secara output
hijau, yang berlebihan
- Bau : amis
- Dehidrasi : Sedang
73
Output = 984 – 1190 = 206 cc
TTV : TD
- N : 100 x/menit
- R : 25 x/menit
SB : 38oC
74
Pelaksanaan Keperawatan
Jam 16:20
5. pemberian oralit
a. tahap persiapan
1) persiapan pasien
a) memberikan salam dan memperkenalkan diri
75
b) menjelaskan tujuan
c) menjelaskan langkah atau prosedur yang di lakukan
d) menanyakan persetujuan pasien atau orang tua untuk
di berikan tindakan
2) persiapan lingkungan
a) menutup pintu dan memasang sampiran
3) persiapan alat
a) air
b) sendok
c) gelas
d) teko
b. tahap pelaksanaan
1) mencuci tangan
2) mendekatkan peralatan yang sudah di sediakan
3) memasukan oralit bubuk ke dalam gelas
4) tambahkan air matang sesuai takaran
5) aduk sampai rata gunakan sendok sampai benar benar
terlarut
6) setelah satu menit oralit siap di minum
7) bereskan alat
8) mencuci tangan
c. tahap terminasi
1) evaluasi perasaan pasien
2) kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
3) dokumentasi dan hasil observasi
respon pasien :
- turgor kulit jelek
- mukosa bbir kering
- rewel,menangis
76
Catatan Perkembangan Kasus I
77
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi Hari 1
Kasus 1 Jam 19:15
Kekurangan volume cairan dan elektrolit b/d output S:
yang berlebihan - Ibu klien mengatakan klien masih mencret ±8 xsehari
O:
- Pasien tampak lemah, rewel, menangis
- Mukosa bibir kering
- Turgor kulit jelek
- Konsistensi cair ada ampas
- Warna kuning dan hijau
- Bau amis
- Sedikit kooperatif
A:
- Masalah belum teratasi
P:
1. Intervensi di lanjutkan
a) Kaji tanda tanda dehidrasi
b) catat frekuensi BAB, konsistensi, warna dan bau
c) observasi TTV
d) anjurkan keluarga untuk memberikan banyak minum klien
e) pemberian oralit
78
No Hari/ Tanggal Diagnose Keperawatan Tindakan keperawatan
1
Hari ke 2 Kekurangan volume cairan dan elektrolit b/d Jam 14 :20
Rabu ,02 mei output yang berlebihan 1. Kaji ulang tanda tanda dehidrasi
2018 Hasil:
- turgor kulit baik
- mukosa bibir lembab
- tenang
- semangat
2. catat frekuensi BAB, konsistensi, warna dan bau
Hasil:
- BAB(berkurang)
- Konsistensi cair ada ampas
- warna kuning
- bau amis
3. observasi tanda tanda vital
Hasil TTV
- N = 100 x/menit
- RR = 24 x/ menit
- SB = 37 ⁰c
4. anjurkan keluarga untuk memberikan minum banyak pada klien
Hasil
- klien minum sedikit tapi sering
Jam 16:45
5. pemberian oralit
a. tahap persiapan
1) persiapan pasien
a) memberikan salam dan memperkenalkan diri
b) menjelaskan tujuan
79
c) menjelaskan langkah atau prosedur yang di lakukan
d) menanyakan persetujuan pasien atau orang tua untuk
di berikan tindakan
2) persiapan lingkungan
a) menutup pintu dan memasang sampiran
3) persiapan alat
a) air
b) sendok
c) gelas
d) teko
b. tahap pelaksanaan
1) mencuci tangan
2) mendekatkan peralatan yang sudah di sediakan
3) memasukan oralit bubuk ke dalam gelas
4) tambahkan air matang sesuai takaran
5) aduk sampai rata gunakan sendok sampai benar benar
terlarut
6) setelah satu menit oralit siap di minum
7) bereskan alat
8) mencuci tangan
c. tahap terminasi
1) evaluasi perasaan pasien
2) kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
3) dokumentasi dan hasil observasi
respon pasien :
- pasien kooperatif
- turgor kulit baik
- mukosa bibir lembab
- tenang dan semangat
80
Catatan Perkembangan Kasus I
A:
- Masalah teratasi
81
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi Hari 2
Kasus 1 Jam18 :25
Kekurangan volume cairan dan elektrolit b/d output yang S
berlebihan - Ibu klien mengatakan klien masih mencret ±2 xsehari
O:
- Pasien tampak senang, semangat
- Mukosa bibir lembab
- Turgor kulit baik
- Konsistensi lembek
- Warna kuning
- Bau amis
- Kooperatif
A:
- Masalah teratasi
82
Pelaksanaan Keperawatan
Jam 17: 30
5. pemberian oralit
a. tahap persiapan
1) persiapan pasien
83
a) memberikan salam dan memperkenalkan diri
b) menjelaskan tujuan
c) menjelaskan langkah atau prosedur yang di lakukan
d) menanyakan persetujuan pasien atau orang tua untuk di berikan
tindakan
2) persiapan lingkungan
a) menutup pintu dan memasang sampiran
3) persiapan alat
a) air
b) sendok
c) gelas
d) teko
b. tahap pelaksanaan
1) mencuci tangan
2) mendekatkan peralatan yang sudah di sediakan
3) memasukan oralit bubuk ke dalam gelas
4) tambahkan air matang sesuai takaran
5) aduk sampai rata gunakan sendok sampai benar benar terlarut
6) setelah satu menit oralit siap di minum
7) bereskan alat
8) mencuci tangan
c. tahap terminasi
1) evaluasi perasaan pasien
2) kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
3) dokumentasi dan hasil observasi
respon pasien :
- turgor kulit jelek
- mukosa bibir kering
- gelisah,rewel,menangis.
84
Catatan Perkembangan Kasus 2
A:
- Masalah belum teratasi
P:
Intervensi di lanjutkan
85
Evaluasi kasus 2 Hari ke 1
Kekurangan volume cairan dan elektrolit b/d output Jam 19:35
yang berlebihan S:
- Ibu klien mengatakan klien masih mencret ±11 xsehari
O:
- Pasien tampak lemah,rewel,gelisah, menangis
- Mukosa bibir kering
- Turgor kulit jelek
- Konsistensi cair ada ampas
- Warna kuning dan hijau
- Bau amis
- Tidak kooperatif
A:
- Masalah belum teratasi
P:
1. Intervensi di lanjutkan
a. Kaji tanda tanda dehidrasi
b. catat frekuensi BAB, konsistensi, warna dan bau
c. observasi TTV
d. anjurkan keluarga untuk memberikan banyak minum klien
e. pemberian oralit
86
Pelaksanaan Keperawatan
87
c) menjelaskan langkah atau prosedur yang di lakukan
d) menanyakan persetujuan pasien atau orang tua untuk
di berikan tindakan
2) Persiapan lingkungan
menutup pintu dan memasang sampiran
3) Persiapan alat
a) air
b) sendok
c) gelas
d) teko
b. tahap pelaksanaan
1) mencuci tangan
2) mendekatkan peralatan yang sudah di sediakan
3) memasukan oralit bubuk ke dalam gelas
4) tambahkan air matang sesuai takaran
5) aduk sampai rata gunakan sendok sampai benar benar
terlarut
6) setelah satu menit oralit siap di minum
7) bereskan alat
8) mencuci tangan
c. tahap terminasi
1) evaluasi perasaan pasien
2) kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
3) dokumentasi dan hasil observasi
respon pasien :
- turgor kulit jelek
- mukosa bibir kering
- gelisah ,rewel,menangis.
88
Catatan Perkembangan Kasus 2
89
Evaluasi kasus 2 Hari ke 2
Kekurangan volume cairan dan elektrolit b/d output yang Jam 19 :00
berlebihan S:
- Ibu klien mengatakan klien masih mencret ±5 xsehari
O:
- Pasien tampak lemah,rewel,gelisah, menangis
- Mukosa bibir kering
- Turgor kulit jelek
- Konsistensi cair ada ampas
- Warna kuning dan hijau
- Bau amis
- Sedikit kooperatif
A:
- Masalah belum teratasi
P:
2. Intervensi di lanjutkan
a. Kaji tanda tanda dehidrasi
b. catat frekuensi BAB, konsistensi, warna dan bau
c. observasi TTV
d. anjurkan keluarga untuk memberikan banyak minum klien
pemberian oralit
90
Pelaksanaan Keperawatan
91
b) menjelaskan tujuan
c) menjelaskan langkah atau prosedur yang di lakukan
d) menanyakan persetujuan pasien atau orang tua untuk
di berikan tindakan
2) persiapan lingkungan
a) menutup pintu dan memasang sampiran
3) persiapan alat
a) air
b) sendok
c) gelas
d) teko
b. tahap pelaksanaan
1) mencuci tangan
2) mendekatkan peralatan yang sudah di sediakan
3) memasukan oralit bubuk ke dalam gelas
4) tambahkan air matang sesuai takaran
5) aduk sampai rata gunakan sendok sampai benar benar
terlarut
6) setelah satu menit oralit siap di minum
7) bereskan alat
8) mencuci tangan
c. tahap terminasi
1) evaluasi perasaan pasien
2) kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
3) dokumentasi dan hasil observasi
respon pasien :
- turgor kulit baik
- mukosa bibir lembab
- tenang
- semangat
92
Catatan Perkembangan Kasus 2
A:
- Masalah teratasi
P:
3. Intervensi di lanjutkan (di rumah)
93
Evaluasi kasus 2 Hari ke 3
Kekurangan volume cairan dan elektrolit b/d output yang Jam 13:00
berlebihan S:
- Ibu klien mengatakan klien masih mencret ±1 xsehari
O:
- Pasien tampak tenang, semngat
- Mukosa bibir kering
- Turgor kulit baik
- Konsistensi lembek
- Warna kuning
- Bau amis
- Kooperatif
A:
- Masalah teratasi
P:
Intervensi di lanjutkan (di rumah)
94
4.2 PEMBAHASAN
Anak dengan Dare di Rumah Sakit TK III Jayapura. Maka pada bab ini
teori yang ada, dengan kenyataan yang di peroleh sebagai hasil pelaksanaan
A. Pengkajian
kerja sama dan keterbukaan dari keluarga proses pengkajian pada kasus 1
kelamin laki-laki, agama islam, suku jawa, masuk rumah sakit pada
± 30x/1 hari, riwayat keluhan utama mencret 1 hari, panas, lemah, muntah,
bulan Asi Eklusif 4-12 bulan ASI, bubur, sun, ikan buah-buahan
95
pemeriksaan fisik, keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis, TTV:
intersink, hasil pemeriksaan diagnostic HGB 12,7, RBC 5-0,9 WBC 11.6.
kasus 2
suku jawa, masuk rumah sakit pada tanggal 01-05-2018 dengan diagnose
medis diare, keluhan utama mencret ± 18x/1 hari, riwayat keluhan utama
gigi 9 bulan, riwayat nutrisi 0-4 bulan asi eklusif 4-12 bulan ASI, bubur,
ml, hasil pemeriksaan diagnostic HGB 9,0, RBC 5-0,7 WBC 15.0.
Dengan demikian karena tanda dan gejala yang ada pada pasien
96
B. Diagnosa keperawatan
Kasus 1
Kasus 2
C. Perencanaan
dilaksanakna pada pasien An. A dan An. F lebih rasionalis dan benar-
optimal.
97
R/ untuk menentukan tingkat dehidrasi dan sebagai acuan untuk
melanjutkan intervensi
selanjutnya
- Pemberian oralit
D. Pelaksanaan
baik tanpa adanya kesulitan atau hambatan yang berarti. Hal ini dapat
terlaksana dengan baik berkat adanya kerja sanma yang baik antara penulis
Kasus 1
dilakukan pemberian oralit 1 kali hari selasa tanggal 1 Mei jam 14: 30 kaji
98
ulang tanda tanda dehidrasi didapatkan hasil turgor kulit jelek, mukosa
encer ada ampas, warna kuning dan hijau dan bau amis, observasi tada
klien hasil klien minum tapi sedikit, jam 16:20 diberikan Oralit dengan
kali hari Rabu tanggal 02 Mei jam 14: 20 kaji ulang tanda tanda dehidrasi
didapatkan hasil turgor kulit baik, mukosa bibir lembab, tenang, catat
BAB, frekuensi 1x/hari, konsisten encer ada ampas, warna kuning dan bau
minum banyak pada klien hasil klien minum tapi sedikit, jam 16:20
diberikan Oralit dengan hasil, klien minum sedikit tapi sering, pasien
kooperatif.
Kasus 2
oralit 1 kali hari selasa tanggal 1 Mei jam 15:00 kaji ulang tanda tanda
dehidrasi didapatkan hasil turgor kulit jelek, mukosa bibir kering, gelisah
rewel, menangis, catat BAB, frekuensi 9x/hari, konsisten encer ada ampas,
warna kuning dan hijau dan bau amis, observasi tanda tanda vital, anjurkan
keluarga untuk memberikan minum banyak pada klien hasil klien minum
99
tapi sedikit, jam 17:30 diberikan Oralit dengan hasil, klien minum sedikit
kali yaitu pada jam 15:15 kaji ulang tanda tanda dehidrasi didapatkan
hasil turgor kulit jelek, mukosa bibir kering, gelisah, catat BAB, frekuensi
5x, konsisten encer ada ampas, warna kuning dan hijau dan bau amis,
banyak pada klien hasil klien minum tapi sedikit, jam 16:20 diberikan
0ralit dengan hasil, klien minum sedikit tapi sering, pasien sedikit
kooperatif.
1 kali yaitu pada jam 09:00 kaji ulang tanda tanda dehidrasi didapatkan
hasil turgor kulit baik, mukosa bibir lembab, tenang, semangat, catat BAB,
frekuensi 1x/hari, konsisten encer ada ampas, warna kuning dan bau amis,
banyak pada klien hasil klien minum tapi sedikit, jam 11:00 diberikan
Oralit dengan hasil, klien minum sedikit tapi sering, pasien sedikit
kooperatif.
E. Evaluasi
dengan keluarga pasien, dokter, dan perawat ruangan, sehingga hasil yang
100
KASUS 1
dengan masalah kekurangan volume cairan dan elektrolit b/d output yang
±8x/hari , data objektif: pasien terlihat lemah, rewel, menangis, turgor kulit
jelek, bibir kering konsistensi BAB encer ada ampas, warna kuning dan
Evaluasi pada hari Rabu, tanggal 2 mei 2018 pada jam 18:25
KASUS 2
Evaluasi pada hari pertama Selasa, tanggal 01 Mei 2018 pada jam
19: 35 dengan masalah kekurangan volume cairan dan elektrolit b/d output
BAB 11x, data objektif: pasien terlihat lemah, gelisah, rewel, menangis,
turgor kulit jelek, bibir kering tidak kooperatif, konsistensi encer ada
Evaluasi pada hari kedua Rabu, tanggal 02 Mei 2018 pada jam
19:00 dengan masalah kekurangan volume cairan dan elektrolit b/d output
yang berlebihan dengan data subjektif ibu klien mengatakan anaknya BAB
5x/hari, data objektif: pasien terlihat, rewel, menangis, turgor kulit sedikit
101
membaik, bibir kering, sedikit kooperatif, konsistensi encer ada ampas,
bau amis.
Evaluasi pada hari ketiga Kamis, Tanggal 03 Mei 2018 pada jam
19: 13:00 dengan masalah kekurangan volume cairan dan elektrolit b/d
102
BAB V
5.1 Kesimpulan
dilakukan.
peneliti telah mengkaji pasien dan mendapat data sesuai keluhan pasien
yaitu pasien BAB lebih dari 3 kali dalam sehari, mukosa bibir kering,
kulit baik, mukosa bibir lembab, klien tampak tenang, TTV dalan batas
103
normal, intervensi yang dilakukan kekurangan volume cairan dan
jam 14:30 WIT mengkaji tanda tanda dehidrasi dengan respon subjektif
ibu An. A mengatakan bahwa An. A buang air besar cair ± 8/hari dengan
konsistensi cair ada ampas warna kuning dan hijau dan bau amis, dengan
respon objektif An. A tampak lemah, rewel, gelisah. Pada jam14:45 WIT
vital dengan respon objektif suhu 37 derajat celcius, nadi 104 kali per
dengan respon objektif bibir masih kering. Jam 14:50 WIT. Motifasi
pada ibu klien untuk memberi minum air putih yang banyak dengan
respon objektif An. A minum sedikit tapi sering. Pada jam 16:20
Kasus 2
Pada hari selasa, 01 Mei 2018 jam 15: 00 WIT mengkaji tanda
tanda dehidrasi dengan respon subjektif ibu An.F mengatakan bahwa An.
A buang air besar cair ± 11x/hari dengan konsistensi cair ada ampas
warna kuning dan hijau dan bau amis, dengan respon objektif An. A
tampak lemah, rewel, gelisah dan menangis pada jam 15 :15 WIT catat
dengan respon objektif suhu 38 derajat celcius, nadi 104 kali per menit,
104
dengan respon objektif bibir masi kering. Jam14:50 WIT. Motivasi pada
ibu klien untuk memberi minum air putih yang banyak dengan respon
objektif An. A minum sedikit tapi sering. Pada jam 16:20 memberikan
dengan hasil adalah ibu pasien mengatakan An. A buang air besar ±
2x/hari dengan konsistensi tampa ampas dengan bau khas. An. A tampak
tenang, dan semangat, nadi 104 kali per menit, suhu 37 derajat celcius.
intervensi dihentikan. Dan pada kasus II ibu klien mengatakan klien BAB
pulang).
5.2 Saran
105
pengetahuan dan ketrampilan melalui praktek klinik dan penyusunan tugas
akhir.
3. Bagi Peneliti
106