Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN


PERSONAL HYGIENE : SCABIES
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Dasar
Dosen Pengampu : Ibu Afiatur Rokhmah Ns. S.Kep.

Oleh :

Dewi Murdah Ningrum (1701090474)

Bernadeta Leviana (1701090473)


Meldianto S Manunggala (

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2017

KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya, saya dapat menyusun karya tulis ini yang berjudul
“Asuhan keperawatan pada pasien gangguan personal hygiene : Scabies” dengan
baik.

1
Adapun maksud dan tujuan saya menyusun karya tulis ini untuk memenuhi tugas
Keperawatan Dasar. Saya juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Afiatur
Rokhmah S.Kep. N.s selaku dosen yang telah memberi tugas ini agar pengetahuan
kami lebih luas.
Saya menyadari masih terdapat banyak kekurangan yang terdapat dalam karya
tulis ini. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran kepada berbagai pihak
untuk dijadikan sebagai bahan evaluasi guna meningkatkan kinerja untuk kedepannya.

Malang, 29 September 2017

Penyusun

Contents
DAFTAR ISI

Halaman Judul …………………………………………………………… 1

Kata Pengantar …………………………………………………………… 2

2
Daftar Isi …………………………………………………………… 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………. 4

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 4


1.3 Tujuan Penulisan .......................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ................................................................... 6
2.1 Definisi dari Scabies ………………………………………………………………. 6
2.2 Etiologi dari Scabies ……………………………………………. 6
2.3 Cara Penularan dari Scabies……………………………………… 7
2.4 Patologis dari Scabies …………………………………………… 8
2.5 Manifestasi Klinis dari Scabies…………………………………... 9
2.6 Pemeriksaan Penunjang dari Scabies……………………………... 11
2.7 Diagnosis Banding dari Scabies…………………………………… 11
2.8 Penatalksanaan Scabies ……………………………………………………………….. 12
2.9 Asuhan Keperawatan Scabies……………………………………… 14
BAB III Asuhan Keperawatan Scabies ………………………………. 14
BAB IV PENUTUP ......................................................................... 19
4.1 Kesimpula …….………………………………………… 19
DAFTAR PUSTAKA …….................................................................. 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite)
Sarcoptesscabei, yang termasuk dalam kelas Arachnida. Tungau ini berukuran sangat

3
kecil dan hanya bisa dilihat dengan mikroskop atau bersifat mikroskopis. Penyakit
skabies sering disebut kutu badan. Penyakit ini juga mudah menular dari manusia ke
manusia, dari hewan ke manusia dan sebaliknya.. Skabies mudah menyebar baik
secara langsung atau melalui sentuhan langsung dengan penderita maupun secara tak
langsung melalui peralatan yang pernah dipergunakan penderita dan belum
dibersihkan dan masih terdapat tungau sarcoptesnya.. Skabies menyebabkan rasa gatal
pada bagian kulit seperti disela-selajari, siku, selangkangan. Penyaki kulit scabies
menular dengan cepat pada suatu komunitas yang tinggal bersama sehingga dalam
pengobatannya harus dilakukan secara serentak dan menyeluruh pada semua orang
dan lingkungan pada komunitas yang terserang skabies, karena apabila dilakukan
pengobatan secara individual maka akan mudah tertular kembali penyakit skabies.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam pembuatan makalah ini, masalah yang dirumuskan adalah sebagai berikut:
1.1.1 Apa Definisi dari Scabies?
1.1.2 Apa Etiologi dari Scabies ?
1.1.3 Bagaimana Cara Penularan dari Scabies ?
1.1.4 Bagaimana Patologis dari Scabies ?
1.1.5 Bagaimana Manifestasi Klinis dari Scabies ?
1.1.6 Bagiamana Pemeriksaan Penunjang dari Scabies?
1.1.7 Bagaimana Diagnosis Banding dari Scabies ?
1.1.8 Bagaimana Penatalksanaan Scabies ?
1.1.9 Bagaimana Asuhan Keperawatan Scabies ?
1.3 Tujuan
Tujuan Umum :
Makalah ini dibuat bertujuan agar mahasiswa keperawatan semester I mampu
memahami dan mengetahui pembuatan Asuhan Keperawatan dengan pasien penyakit
Scabies.

Tujuan Khusus :
1. Mahasiswa mampu memahami pengertian, etiologi, cara penularan, patologis,
manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, diagnose banding, penatalaksaan
scabies.
2. Mahasiswa mampu membuat Asuhan Keperawatan dengan proses keperawatan
yang benar, yang meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan
evalusi.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) Sarcoptes
scabei, yang termasuk dalam kelas Arachnida. Tungau ini berukuran sangat kecil
dan hanya bisa dilihat dengan mikroskop atau bersifat mikroskopis. Penyakit
skabies sering disebut kutu badan. Penyakit ini juga mudah menular dari manusia
ke manusia, dari hewan ke manusia dan sebaliknya. Skabies mudah menyebar
baik secara langsung atau melalui sentuhan langsung dengan penderita maupun
secara tak langsung melalui baju, seprai, handuk, bantal, air, atau sisir yang pernah

5
dipergunakan penderita dan belum dibersihkan dan masih terdapat tungau
sarcoptesnya. Skabies menyebabkan rasa gatal pada bagian kulit seperti disela-
sela jari,siku, selangkangan (Yosefw, 2007).

2.2 Etiologi
Sarcoptes scabiei merupakan Arthropoda yang masuk ke dalam kelas
Arachnida, sub kelas Acari (Acarina), ordo Astigmata dan famili Sarcoptidae.
Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis. Adapun jenis Sarcoptes
scabei var. animalis yang kadang-kadang bisa menulari manusia terutama bagi
yang memelihara hewan peliharaan seperti anjing (Djuanda dan Hamzah, 2005).

Gambar 3.Sarcoptes scabiei var. hominis


Sarcoptes scabiei merupakan tungau putih, kecil, transparan, berbentuk bulat agak
lonjong, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau betina besarnya 2
kali daripada yang jantan. Badan tungau berwarna putih suram dan terdapat gambaran
gelombang transversal yang jelas. Pada bagian dorsal ditutupi rambut-rambut halus
dan duri-duri, yang disebut dentikel. Tungau dewasa mempunyai empat asang kaki;
dua pasang kaki depan sebagai alat untuk melekat. Pada tungau betina, terdapat
rambut-rambut halus yang disebut setae di ujung dua pasang kaki belakang,
sedangkan pada tungau jantan terdapat rambut-rambut halus di ujung pasangan kaki
ketiga dan alat perekat di ujung kaki keempat (Burns, 2004).
2.3 Cara Penularan
Penyakit skabies dapat ditularkan melalui kontak langsung maupun kontak tak
langsung. Yang paling sering adalah kontak langsung yang saling bersentuhan atau
dapat pula melalui alat-alat seperti tempat tidur, handuk, dan pakaian. Bahkan
penyakit ini dapat pula ditularkan melalui hubungan seksual antara penderita dengan
6
orang yang sehat. Di Amerika Serikat dilaporkan, bahwa skabies dapat ditularkan
melalui hubungan seksual meskipun bukan merupakan akibat utama (Brown, 1999).
Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan perseorangan dan
lingkungan, atau apabila banyak orang yang tinggal secara bersama-sama disatu
tempat yang relative sempit. Apabila tingkat kesadaran yang dimiliki oleh banyak
kalangan masyarakat masih cukup rendah, derajat keterlibatan penduduk dalam
melayani kebutuhan akan kesehatan yang masih kurang, kurangnya pemantauan
kesehatan oleh pemerintah, faktor lingkungan terutama masalah penyediaan air
bersih, serta kegagalan pelaksanaan program kesehatan yang masih sering kita
jumpai, akan menambah panjang permasalahan kesehatan lingkungan yang telah ada
(Benneth, 1997).
Penularan skabies terjadi ketika orang-orang tidur bersama di satu tempat tidur
yang sama di lingkungan rumah tangga, sekolah-sekolah yang menyediakan fasilitas
asrama dan pemondokan, serta fasiltas-fasilitas kesehatan yang dipakai oleh
masyarakat luas. Di Jerman terjadi peningkatan insidensi, sebagai akibat kontak
langsung maupun tak langsung seperti tidur bersama. Faktor lainnya fasilitas umum
yang dipakai secara bersama-sama di lingkungan padat penduduk (Meyer, 2000).

2.4 Patogenesis
Setelah terjadi perkawinan (kopulasi) biasanya tungau jantan akan mati, namun
kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh
betina. Setelah tungau betina dibuahi, tungau ini akan membentuk terowongan pada
kulit sampai perbatasan stratum korneum dan stratum granulosum dengan
panjangnya 2-3 mm perhari serta bertelur sepanjang terowongan sampai sebanyak 2
atau 4 butir sampai sehari mencapai 40-50 butir. Telur-telur ini akan menetas dalam
waktu 3-5 hari dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva tersebut
sebagian ada yang tetap tinggal dalam terowongan dan ada yang keluar dari
permukaan kulit, kemudian setelah 2-3 hari masuk ke stadium nimfa yang
mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina dengan 4 pasang kaki. Waktu yang

7
diperlukan mulai dari telur menetas sampai menjadi dewasa sekitar 8-12 hari (Burns,
2004; Itzhak, 1995).

Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh
penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi
terhadap sekreta dan ekskreta tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan
setelah infestasi. Sensitisasi terjadi pada penderita yang terkena infeksi scabies
pertama kali. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan
ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul
erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder.Apabila terjadi immunocompromised
pada host, respon imun yang lemah akan gagal dalam mengontrol penyakit dan
megakibatkan invasi tungau yang lebih banyak bahkan dapat menyebabkan crusted
scabies. Jumlah tungau pada pasien crusted scabies bisa melebihi 1 juta tungau
(Harahap, 2000).

2.5 Manifestasi Klinis


Ketika seseorang terinfestasi oleh skabies untuk yang pertama kalinya, gejala
biasanya tidak nampak hingga mencapai 2 bulan kemudian (2-6 minggu) setelah
terinfestasi. Namun bagaimanapun, seseorang yang terinfestasi masih bisa
menyebarkan skabies ini kepada orang lain. Jika seseorang telah pernah menderita
skabies sebelumnya, gejala akan muncul dengan segera (1-4 hari) setelah terpapar.
Seseorang yang terinfestasi skabies juga dapat menularkan penyakitnya, walaupun

8
mereka tidak memiliki gejala lagi. Hal ini berlaku sampai skabies pada penderita
tersebut diberantas beserta tungau dan telur-telurnya (Djuanda dan Hamzah, 2005;
Ammirudin, 2003).
Diagnosis skabies dapat ditegakkan dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal
sebagai berikut:
1. Pruritus nokturnal
Gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau lebih tinggi pada
suhu yang lebih lembab. Gejala ini adalah yang sangat menonjol. Sensasi gatal
yang hebat seringkali mengganggu tidur dan penderita menjadi gelisah (Djuanda
dan Hamzah, 2005; Ammirudin, 2003).
2. Sekelompok Orang
Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah
keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu juga dalam
sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang
berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi,
yang seluruh anggota keluarganya terkena. Walaupun mengalami infestasi tungau,
tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier)
bagi individu lain (Djuanda dan Hamzah, 2005).
3. Terowongan (kanalikulus)
Adanya terowongan (kanalikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna
putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1
cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi
sekunder, ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi dan lain-lain).
Umumnya tempat predileksi tungau adalah lapisan kulit yang tipis, seperti di sela-
sela jari tangan, pergelangan tangan, siku bagian luar, lipatan ketiak depan,
pinggang, punggung, pusar, dada termasuk daerah sekitar alat kelamin pada pria
dan daerah periareolar pada wanita. Telapak tangan, telapak kaki, wajah, leher dan
kulit kepala adalah daerah yang sering terserang tungau pada bayi dan anak-anak
(Djuanda dan Hamzah, 2005).
4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik
Apabila kita dapat menemuan terwongan yang masih utuh kemungkinan besar kita
dapat menemukan tungau dewasa, larva, nimfa dan ini merupakan hal yang paling
diagnostik. Akan tetapi kriteria yang keempat ini agak susah ditemukan karena

9
hampir sebagian besar pendeita pada umumnya datang dengan lesi variatif dan
tidak spesifik (Djuanda dan Hamzah, 2005; Walton et al., 2007; Amirrudin, 2003).

Gambar 6. Kelainan kulit pada skabies

Gambar 2.5. Tampak kelainan yang ditimbulkan oleh scabies pada daerah axilla
(sekitar ketiak), genitalia (penis dan scrotum) danglutea ( sekitar bokong)

2.6 Pemeriksaan Penunjang


Untuk menemukan tungau dapat dilakukan dengan beberapa cara:
1. Kerokan kulit dapat dilakukan di daerah sekitar papula yang lama maupun yang
baru. Hasil kerokan diletakkan di atas kaca objek dan ditetesi dengan KOH 10%
kemudian ditutup dengan kaca penutup dan diperiksa di bawah mikroskop.
Diagnosis scabies positif jika ditemukan tungau, nimpa, larva, telur atau kotoran
S. scabiei.
2. Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung pada kertas putih kemudian
dilihat dengan kaca pembesar.
3. Dengan membuat biopsi irisan, yaitu lesi dijepit dengan 2 jari kemudian dibuat
irisan tipis dengan pisau kemudian diperiksa dengan mikroskop cahaya.

10
4. Dengan biopsi eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan Hematoxylin Eosin.
Tes tinta pada terowongan di dalam kulit dilakukan dengan cara menggosok
papula menggunakan ujung pena yang berisi tinta. Papula yang telah tertutup dengan
tinta didiamkan selama dua puluh sampai tiga puluh menit, kemudian tinta diusap/
dihapus dengan kapas yang dibasahi alkohol. Tes dinyatakan positif bila tinta masuk
ke dalam terowongan dan membentuk gambaran khas berupa garis zig-zag (Djuanda
dan Hamzah, 2005).
Strategi lain untuk melakukan diagnosis skabies adalah videodermatoskopi,
biopsi kulit dan mikroskopi epiluminesken. Videodermatoskopi dilakukan
menggunakan sistem mikroskop video dengan pembesaran seribu kali dan
memerlukan waktu sekitar lima menit. Umumnya metode ini masih dikonfirmasi
dengan basil kerokan kulit. Pengujian menggunakan mikroskop epiluminesken
dilakukan pada tingkat papilari dermis superfisial dan memerlukan waktu sekitar
lima menit serta mempunyai angka positif palsu yang rendah. Kendati demikian,
metode-metode diagnosis tersebut kurang diminati karena memerlukan peralatan
yang mahal.
2.7 Diagnosis Banding
Penyakit skabies juga ada yang menyebutnya sebagai the great imitator karena
dapat mencakup hampir semua dermatosis pruritik berbagai penyakit kulit dengan
keluhan gatal. Adapun diagnosis banding yang biasanya mendekati adalah prurigo,
pedikulosis corporis, dermatitis dan lain-lain (Djuanda dan Hamzah, 2005).

2.8 Penatalaksanaan
Syarat obat yang ideal untuk skabies adalah :
1. Harus efektif terhadap semua stadium tungau
2. Harus tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik
3. Tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaian
4. Mudah diperoleh dan harganya murah
Cara pengobatannya ialah seluruh anggota badan harus diobati (termasuk penderita
yang hiposensitisasi).
Jenis obat topikal yang dapat diberikan kepada pasien adalah :
1. Belerang endap (sulfur presipitatum) dengan kadar 4-20% dalam bentuk salep
atau krim. Preparatini tidak efektif terhadap stadium telur, maka penggunaannya
11
tidak boleh kurang dari 3 hari. Kekurangannya ialah berbau dan mengotori
pakaian dan kadang-kadang menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pada bayi
berumur kurang dari 2 tahun.
2. Emulsi benzyl-benzoas (20-25%) efektif terhadap semua stadium, diberikan
setiap malam selama tiga hari. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi,
dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.
3. Gama Benzena Heksa klorida (gameksan=gammexane) kadarnya 1% dalam
krim atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium,
mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi. Obat ini tidak dianjurkan pada
anak dibawah enam tahun dan wanita hamil, karena toksis terhadap susunan
saraf pusat. Pemberiannya cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala diulangi
seminggu kemudian.
4. Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan,
mempunyai dua efek sebagai antiskabies dan anti gatal, dipakai selama 24 jam,
harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra.
5. Permetrin 5% dalam krim, kurang toksik jika dibandingkan gameksan,
efektifitasnya sama, aplikasi hanya sekali dan dihapus setelah 10 jam. Bila
belum sembuh diulangi selama seminggu. Tidak dianjurkan pada bayi dibawah
umur 2 tahun.
Bila disertai infeksi sekunder dapat diberikan antibiotika. Untuk rasa gatal
dapat diberikan antihistamin per oral. Perlu diperhatikan jika diantara anggota
keluarga ada yang menderita skabies juga harus diobati. Karena sifatnya yang
sangat mudah menular, maka apabila ada salah satu anggota keluarga terkena
skabies, sebaiknya seluruh anggota keluarga tersebut juga harus menerima
pengobatan. Pakaian , alat-alat tidur, dan lain-lain hendaknya dicuci dengan air
panas (Djuanda dan Hamzah, 2005; Siregar, 2004).
2.9 Pencegahan
Pencegahan skabies pada manusia dapat dilakukan dengan cara menghindari
kontak langsung dengan penderita dan mencegah penggunaan barang-barang
penderita secara bersama-sama. Pakaian, handuk dan barang-barang lainnya yang
pernah digunakan oleh penderita harus diisolasi dan dicuci dengan air panas.
Pakaian dan barang-barang yang berbahan kain dianjurkan untuk disetrika
sebelum digunakan. Sprai penderita harus sering diganti dengan yang baru
maksimal tiga hari sekali. Benda-benda yang tidak dapat dicuci dengan air
12
(bantal, guling, selimut) disarankan dimasukkan ke dalam kantung plastik selama
tujuh hari, selanjutnya dicuci kering atau dijemur di bawah sinar matahari sambil
dibolak batik minimal dua puluh menit sekali.
Kebersihan tubuh dan lingkungan termasuk sanitasi serta pola hidup yang
sehat akan mempercepat kesembuhan dan memutus siklus hidup S. scabiei.
Umumnya, penderita masih merasakan gatal selama dua minggu
pascapengobatan. Kondisi ini diduga karena masih adanya reaksi
hipersensitivitas yang berjalan relatif lambat. Apabila lebih dari dua minggu
masih menunjukkan gejala yang sama, maka dianjurkan untuk kembali berobat
karena kemungkinan telah terjadi resistensi atau berkurangnya khasiat obat
tersebut.

BAB III

ASUHAN KEPERWATAN PASIEN GANGGUAN SCABIES

3.1 PENGKAJIAN
A. Identitas Pasien
Nama : An. M
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 9 tahun
Alamat : Pasirmuncang
Agama : Islam
Tanggal pemeriksaan :14 Juni 2016
No CM : 31828

13
Anamnesis : Pada tanggal 14 Juni 2016

B. Anamnesis
Keluhan Utama : Gatal sela-sela jari tangan, pergelangan tangan, telapak
tangan, dan pada kelamin sedikit.
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke poli kulit Rumah Sakit Margono
Soekarjo dengan keluhan, gatal-gatal pada bagian sela-sela jari tangan, telapak
tangan, pergelangan tangan, dan sedikit dibagian kelamin. Gatal dirasakan sejak 1
minggu yang lalu. Pasien merasakan gatal semakin hari semakin memberat,
terutama pada malam hari. Pasien sulit tidur malam, selama 1 minggu karena gatal.
Awalnya hanya bintik merah dibagian ibu jari tangan, namun semakin lama semakin
menjalar berwarna kemerahan, bersisik, dan kadang keluar nanah.
Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat alergi disangkal. Riwayat keluhan yang sama
disangkal. Riwayat sakit kulit disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga : Sepupu pasien memiliki keluhan yang sama dengan
pasien.
Riwayat Penyakit Sosial Ekonomi : Saat liburan sekolah, pasien sempat datang
kerumah sodara sepupunya yang menderita keluhan yang sama, bermain dan tidur
di satu tempat tidur.

C. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Keadaan gizi : Baik
Vital Sign :TD : 110/70 mmHg
HR : 78 x/menit
RR : 18 x/menit
Suhu : 36, 1ºC
Kepala : Normochepal, rambut hitam, distribusi merata
Mata : Konjunctiva anemis (- /-), sklera ikterik (- /-)
Hidung : Simetris, deviasi septum (-), sekret (-)
Telinga : Bentuk daun telinga normal, sekret (-)
Mulut : Mukosa bibir dan mulut lembab, sianosis (-)
14
Tenggorokan : T1-T1, tidakhiperemis
Thorax : Simetris, Retraksi (-)
Jantung : BJ I-II reguler, Murmur (-), Gallop (-)
Paru : SD Vesikiler +/+ Normal, ST -/-
Abdomen : supel, datar, BU (+) N
Kelenjar Geah Bening : Tidak teraba.
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)

Gambar 1. Lesi pada sela-sela jari

D. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang, usulan pemeriksaan penunjang adalah
pemeriksaan dengan membuat biopsy irisan dari lesi untuk memeriksa tungau, biopsy
eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan HE serta pemeriksaan tungau dengan
mikroskop cahaya.
3.2 DIAGNOSA
1) Gangguan integritas kulit b/d infeksi tungau
2) Difesiensi pengetahuan b/d keterlambatan informsi
3) Gangguan rasa nyaman b/d bekas garukan

3.3 INTERVENSI

15
NO Diagnosa Noc (tujuan dan kriteria Intervensi (NIC)
keperawatan hasil)

1 Gangguan Tujuan : 1.Anjurkan pasien menggunakan


2 integritas kulit
Defisiensi Tujuan Setelah: dilakukan tindakan pakaian yangdari
1.jelaskan patofisiologi longgar
penyakit dan
b/d infeksi asuhan keperawatan 2.Jaga kebersihan
pengetahuan Setelah dilakukan tindakan bagaimana hubungan dengan anatomi kulit agar tetap
dan
tungau asuhan keperawatan
diharapkan lapisan kulit klien dengan
fisiologi bersihcara
dantepat
kering
terlihat
diharapkan kliennormal
tidak 2.gambarkab3.Monitor
tanda dankulit akan
gejala adanya
yang bisa
kurangnya pengetahuan muncul padakemerahan
penyakit dengan cara yang
Kriteria Hasil :
dalam menghadapi tepat 4.Mandikan pasien dengan air
1.Integritas kulit yang3.sediakan
penyakitnya bak hangat dan
informasi sabun
pada pasien tentang
Kriteria dapat
hasil: dipetahankan (sensasi, 5.Kobalorasi
kondisi dengan cara yangdengan
tepat dokter untuk
1.pasien elastisitas,
dan keluargatemperatur)4.diskusikanpemberian
perubahanobatgayapreparat antiseptic
hidup yang
2.Tidak
menyatakan ada luka atau mungkin
pemahaman lesi pada diperlukan
sesuai program
untuk mencegah
tentang kulit komplikasi
3.Mampu melindungi kulit dan
penykit,kondisi,prognosis
mempertahankan
dan program pengobatan kelembapan
2.pasien kulit serta perawatan alami
dan keluarga
4.Perfusi jaringan baik
mampu melaksanakan
prosedur yang dijelaskan
secra benar
3.pasien dan keluarga
mampu menjelaskan
kembali apa yang
dijelaskan perawat/tim
kesehatan lainnya

3 Gangguan Tujuan: setelah dilakukan 1.Gunakan pendekatan yang menengkan


rasa nyaman asuhan keperawatan pasien 2.Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
b/d bekas dapat merasakan nyaman pelaku pasien
garukan Kriteri hasil: 3.Dorong pasien untuk mengungkapkan
1.Mampu mengontrol perasaan
kecemasan 4.Instruksikan pasien untuk menggunakan
2.Status lingkungan yang teknik relaksasi
nyaman 5. kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
3.Agresi pengendalian diri obat mengurangi kecemasan

16
3.4 Implementasi Keperawatan

1. Mengkaji intensitas nyeri, karakteristik dan catat lokasi

2. Memberikan perawatan kulit dengan sering, hilangkan rangsangan lingkungan


yang

kurang menyenangkan.

3. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik dan antibiotika

3.5 EVALUASI
1. Rasa nyeri dapat segera teratasi.
2. Rasa gatal berkurang sehingga istirahat tidur dapat terpenuhi.
3. Pengetahuan tentang penyakit meningkat sehingga cemas berkurang.
4. Konsep diri terjaga dan ditingkatkan.
5. Integritas kulit dapat dipertahankan.

17
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh Sarcoptes scabei var.
hominis dan produknya. Penularan skabies pada manusia dapat melalui kontak
langsung yaitu kulit dengan kulit, maupun kontak tak langsung dengan
penderita seperti pemakaian handuk yang bersamaan, tidur pada tempat yang
sama. Pengobatan skabies yang terutama adalah menjaga kebersihan untuk
membasmi skabies (mandi dengan sabun, sering ganti pakaian, cuci pakaian
secara terpisah, menjemur alat-alat tidur, handuk tidak boleh dipakai. Tempat
predileksi scabies terutama terjadi pada lapisan kulit yang tipis.

18
DAFTAR PUSTAKA

19

Anda mungkin juga menyukai