Anda di halaman 1dari 83

1

 Universal Precaution saat ini dikenal dengan kewaspadaan


standar, dirancang untuk mengurangi risiko infeksi
penyakit menular pada petugas kesehatan baik dari
sumber infeksi yang diketahui maupun yang tidak
diketahui (Depkes, 2008).
 Kewaspadaan universal yaitu tindakan pengendalian
infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan
untuk mengurangi risiko penyebaran infeksi dan
didasarkan pada prinsip bahwa darah dan cairan tubuh
dapat berpotensi menularkan penyakit, baik berasal dari
pasien maupun petugas kesehatan (Nursalam, 2007).
 Menurut Nursalam (2007) :
a. Mengendalikan infeksi secara konsisten.
b. Memastikan standar adekuat bagi mereka
yang tidak terdiagnosa atau tidak terlihat
seperti risiko.
c. Mengurangi risiko bagi petugas kesehatan
dan pasien.
d. Asumsi bahwa risiko atau infeksi berbahaya.
.

• Era Global  rentan thd infeksi :


– new emerging infectious diseases :
SARS, HIV, Ebola, Avian Influenza, dsb.
– Emerging disease : TB, malaria,
leptospira.
– Reemerging disease : pes, anthrax.

 Perlu perlindungan terhadap :


• Nakes
• Pasien
• Masyarakat

4
Kewaspadaan Universal
• Salah satu dari upaya pengendalian
infeksi di sarkes
• Upaya pencegahan dasar / standar
– Pada semua kondisi
• Bagian inti dari teknik isolasi

03/25/20 5
aa
n KhususTeknik Isolasi
/

Ta
Kew spad

mb an
a

ah
U d a ra

KEWASPADAAN

Dro
UNIVERSAL

p
et

l
03/25/20 6
Operasional Kewaspadaan Universal :
• Cuci tangan
• Alat pelindung perorangan (APP)
• Pengelolaan Alkes Bekas Pakai
(Dekontaminasi, sterilisasi, disinfeksi)
• Sharp Precautions / Pengelolaan Benda
Tajam
• Pengelolaan Limbah dan Sanitasi
Ruangan
03/25/20 7
Cuci Tangan
• Air Mengalir
• Sabun
• 10 detik
• Antiseptik
• Lap tangan kering /
sekali pakai

03/25/20 8
Cuci tangan bedah

Proses selama 2-5 menit

03/25/20 9
Alat Pelindung Perorangan (APP)

• Sarung Tangan
• Pelindung Muka
– Masker
– Kacamata / gogle

• Gaun/Jubah/Apr
on
• Pelindung Kaki

03/25/20 12
Bagan Alur Pemilihan Sarung Tangan

Apakah kontak
dengan darah
atau cairan Tidak TANPA SARUNG
tubuh? TANGAN

Ya

Apakah kontak S.T. RUMAH TANGGA


dengan pasien? atau
Tidak
SARUNG TANGAN BERSIH

Ya

Apakah kontak SARUNG TANGAN BERSIH


dengan jaringan Tidak atau
di bawah kulit? SARUNG TANGAN DTT
(Disinfeksi Tingkat
Tinggi)

Ya

SARUNG TANGAN STERIL


atau
SARUNG TANGAN DTT.

03/25/20 13
Gambar Alat Pelindung

03/25/20 14
Antiseptik

Terhadap Mikroorganisme
Kec
Kelompok Keterangan
Gr+ Gr- Tb Jm En Vir krj

Murah, menguap,
Alkohol 60- 90% +++ +++ ++ ++ - ++ Cpt terbakar
Mahal, efek
Klorheksedin 2-4% +++ ++ - + - + Cpt persisten, sabun -
Berulang, alkh -,
Heksaklorofen 3% ++ - - + + -- Lbt rebound
Murah, iritatif
Yodin+alkohol 3% +++ +++ ++ ++ - ++ Cpt diserap kulit
Yodofor (BetadinR) Tidak iritatif, bukan
1:2500
+++ +++ ++ ++ - ++ Sdg disinfekstan, mks

Triklosan +++ +++ ++ - - +++ Sdg

03/25/20 15
Manfaat Alat Pelindung

Alat Pelindung Terhadap pasien Terhadap Nakes

Sarung tangan Mencegah kontak M.O dari tangan Mencegah kontak tangan nakes
nakes kepada pasien dengan darah dan cairan tubuh
pasien, mukosa, kulit luka à alkes/
permukaan yang terkontaminasi
Masker Mencegah kontak droplet dari Mencegah mukosa nakes (hidung
mulut & hidung Nakes saat napas, dan mulut) kontak dengan percikan
bicara, batuk kepada pasien darah / c.t. pasien
Kacamata Mencegah mukosa nakes kontak
pelndung - dengan percikan darah / c.t. pasien

Tutup kepala Mencegah jatuhya MO rambut/


kepala nakes ke daerah steril -

Jubah & celemek Mencegah kontak MO dari tangan/ Mencegah kulit nakes kontak
plastik tubuh/ pakaian nakes kepada dengan percikan darah/ c.t. pasien
pasien
Sepatu Mengurangi terbawanya MO dari Mencegah kaki terluka oleh benda
Pelindung ruangan lain tajam yang terkontaminasi atau
03/25/20 terjepit benda berat dan mencegah16
kontak dengan darah / c.t. lainnya
Pengelolaan Alkes Bekas Pakai

• Dekontaminasi
• Cuci Dekontaminasi
• Sterilisasi/DTT
• Penggunaan Cuci bersih
Disinfektan dg Benar

Disinfeksi
Sterilisasi
Tingkat Tinggi

Pendinginan & Penyimpanan


Siap pakai

03/25/20 17
Pengelolaan Alat Kesehatan
Dekontaminasi
Rendam dalam larutan klorin 0.5% selama 10 menit

Cuci bersih dan tiriskan


Pakai sarung tangan dan pelindung terhadap objek
tajam

Sterilisasi Disinfeksi Tingkat Tinggi

Uap Pemanasan Kimiawi Kimiawi Uap Rebus


Bertekanan Kering Rendam dalam
Tinggi– larutan rendam dalam Tutup dalam diamkan
170o C disinfektan 10 - larutan uap air mendidih
Autoclaf
selama 60 24 jam disinfektan 20 mendidih selama 20
121o C
menit Atau menit selama 20 menit
106 kPa (1 atm)
Gas ETO menit
20 – 30 menit

Pendinginan & Penyimpanan


Siap pakai

Catatan:
1Alat yang terbungkus dalam bungkusan steril dapat disimpan sampai satu
minggu bila tetap kering
2Alat yang tidak terbungkus harus disimpan dalam tempat (tromol) steril
3Alat yang diolah dengan disinfeksi tingkat tinggi disimpan dalam wadah
terutup yang tidak mudah terbuka atau segera dipakai
03/25/20 18
Dekontaminasi dengan lar klorin
0,5% selama 10”

03/25/20 19
Alat Desinifeksi Tingkat Tinggi

03/25/20 20
Alat Sterilisator Uap Bertekanan

03/25/20 21
Disinfeksi-Sterilisasi
• Cara Desinfeksi atau Sterilisasi
tergantung dari besar risiko
• Pakai sarung tangan rumah tangga
• Alat harus dilepas / diurai sebelum
dicuci

03/25/20 22
Pemilihan Cara
Derajat Risiko Cara penggunaan Alat Cara

Risiko tinggi Menembus kulit Sterilisasi, atau sekali


pakai

Risiko sedang Kontak dengan kulit yang Sterilisasi, disinfeksi


tidak utuh atau lapisan tingkat tinggi (DTT)
mukosa -rebus, disinfeksi
kimiawi
Risiko rendah Kontak dengan kulit yang Cuci bersih dengan air
utuh panas dan sabun

03/25/20 23
Desinfektan
Disinfektan Pemakaian Keunggulan Kekurangan

DTM, Antiseptik kulit Konsentrasi , inaktif


Kerja cepat, tanpa residu,
Alkohol Termometer, stetoskop, tidak berbekas
oleh bahan organik,
karet mengeras

Korosif, inaktif oleh


DTM, Alat dialisis, tanki, CPR,
Murah, kerja cepat, bahan organik, iritasi,
Klorin dekontaminasi alat dan
tersedia di pasar tidak stabil pada
permukaan, percikan darah
pengenceran 1:9 (>)

Kerja lambat dan butuh


Etilin Sterilisasi gas
Untuk alat yang tidak waktu lama untuk
Oksida tahan panas dan tekanan menghilangkan residu
yang toksis

Formalde- Terbatas, dekontaminasi Tahan terhdp bahan Karsinogeni, toksik,


hid biosafety cab lab, fumigasi organik iritan, bau menyengat

Nonkorosif, tahan bahan Iritasi, cepat inaktif bila


DTT (2%), endoskopi, alat
Glutaralde- organik, cocok untuk alat diencerkan, mahal, sulit
terapi pernafasan, alat
hid optik, sterilisasi dlm 6- dipantau
anestesi
10jam konsentrasinya, residu

03/25/20 24
Disinfektan

Disinfektan Pemakaian Keunggulan Kekurangan

3% - DTR, lantai,
dinding, perabot RT Oksidan kuat, kerja
Korosif bagi aluminium,
H2O2 cepat, terurai – O2 dan
tembaga, kuningan dan seng
6%- DTT, endoskop, air
lensa kontak
DTM- termometer, Tdk cocok utk permukaan
tanki Kerja cepat, tidak toksik keras, korosif u/ metal, kulit
Yodofor & tdk iritatif terbakar, tdk tahan bhn organik
DTR- permukaan keras
kursi roda, TT, bel meninggalkan bercak

Aman u/ lingkungan (air,


DTT ut alat tdk tahan
Asam O2, H2O2, asam asetat), Korosif, tidak stabil bila
panas, untuk mesin
Parasetat kerja cepat, aktif thd diencerkan
sterilisasi
organik
Tidak u/ kamar bayi
DTM/ DTR, lantai, Residu dipermukaan, (hiperbilirubinemia), tidak utk
Fenol dinding, perabot RT. banyak di pasar kontak dg makanan, diserap
kulit, lengket

DTR, Lantai, dinding,


Amonium Tdk untuk alkes, terbatas
perabot, percikan Non-iritatif, detergent
Kuarterner spektrum sempit
darah

03/25/20 25
Pengelolaan Alat / Benda Tajam

(Sharp Precautions)
• Pisau bedah, jarum suntik,
kaca, dsb
• Singkirkan ke dalam wadah
tahan tusuk oleh pemakai
• Wadah limbah tajam di
tempat strategis, anti tumpah
• Dilarang menyerahkan alat
tajam secara langsung
• Jangan menutup jarum suntik
satu tangan

03/25/20 26
Wadah Tahan Tusukan

03/25/20 27
Pengelolaan Limbah dan Sanitasi
Ruangan
• Limbah Cair
• Sampah Medis
• Sampah RT
• Insinerasi
• Penguburan
• Desinfeksi
permukaan

03/25/20 28
UNIVERSAL PRECAUTIONS pada
HIV
• Kebijakan baru yang bernama
kewaspadaan universal atau universal
precaution dikembangkan sejak adanya
penyakit AIDS
• Sejak 1997-1998, menurun 20% angka
kematian akibat AIDS.
• December 1998 : 688.200 di Amerika
dinyatakan menderita AIDS.
• Diperkirakan minimal 40,000 penderita
HIV baru tiap tahun.
UNIVERSAL PRECAUTIONS
• Tiap tahun 1.800 bayi baru lahir terinfeksi HIV.
Lebih 80% anak diatas terinfeksi melelui ibu
atau melalui proses kelahiran.
• Antara 1992-1996, telah menurun 43%.
• > 1,000,000 orang amerika carrier Hepatitis B
dalam darahnya.
• Sekitar 300,000 terinfeksi melalui ibunya.
UNIVERSAL PRECAUTIONS
Tujuan utamanya adalah untuk melindungi
keluarga/tim perawatan dari berbagai infeksi

Bukan hanya HIV, justru risiko penularan HIV


pada keluarga di rumah sangat amat rendah.

Jadi kita harus menganggap sebagian besar


cairan tubuh sebagai sumber infeksi.
UNIVERSAL PRECAUTIONS
Cairan tubuh yang perlu diwaspadai
• Semen
• Cairan vagina
• Cairan ketuban
• Cairan limfa
• Cairan cerebrospinal
• Cairan pleura dan peritoneal
• Cairan pericardial
UNIVERSAL PRECAUTIONS
Kegiatan yang paling berisiko
• Menyuntik/mengambil darah
• Tindakan bedah
• Tindakan kedokteran gigi
• Persalinan
• Membersihkan darah/cairan lain
UNIVERSAL PRECAUTIONS
Perilaku yang menempatkan petugas layanan
kesehatan atau pasien dalam keadaan
berisiko
• Menutup jarum suntik kembali
• Salah meletakkan jarum, pisau/alat tajam
• Menyentuh pasien tanpa cuci tangan
UNIVERSAL PRECAUTIONS
Petugas layanan kesehatan hrs menerapkan
kewaspadaan universal secara penuh dalam
hubungan dengan semua pasien
I. Administrative Controls
II.Standard Precautions
III.Alat Pelindung
IV.Perawatan dirumah
UNIVERSAL PRECAUTIONS
Administrative Controls
• Pendidikan
Mengembangkan sistem pendidikan tentang tindakan
pencegahan kepada pasien, petugas, dan pengunjung
rumah sakit untuk meyakinkan mereka dan
bertanggung jawab dalam menjalankannya
• Ketaatan terhadap tindakan pencegahan
(Adherence to Precaution)
Secara periodik menilai ketaatan terhadap tindakan
pencegahan dan adanya perbaikan langsung
UNIVERSAL PRECAUTIONS
Standard Precautions
 Cuci tangan dengan menggunakan antiseptik setelah berhub. dengan pasien atau
setelah membuka sarung tangan
 Segera cuci tangan setelah ada hubungan dengan cairan tubuh
 Pakai sarung tangan bila mungkin akan ada hubungan dengan cairan tubuh atau
peralatan yang terkontaminasi dan saat menangani peralatan habis pakai
 Pakai masker dan kacamata pelindung bila mungkin ada percikan cairan tubuh
 Tangani dan buang jarum suntik dan alat tajam lain secara aman; yang sekali pakai
tidak boleh dipakai ulang
 Bersihkan dan disinfeksikan tumpahan cairan tubuh dengan bahan yang cocok
 Patuhi standar untuk disinfeksi dan sterilisasi alat medis
 Tangani semua bahan yang tercemar dengan cairan tubuh sesuai dengan prosedur
 Buang limbah sesuai prosedur
 Kesehatan karyawan dan darah yang terinfeksi bakteri patogen
UNIVERSAL PRECAUTIONS
Untuk mencegah luka tusuk benda tajam:
 Berhati-hati saat menangani jarum, scalpel, instrumen yang
tajam atau alat kesehatan lainnya dengan permukaan tajam,
 Jangan pernah menutup kembali jarum bekas pakai atau
mernanipulasinya dengan kedua tangan.
 Jangan pernah membengkokkan atau mematahkan jarum
 Buanglah benda tajam atau jarum bekas pakai ke dalam
wadah yang tahan tusuk dan air, dan tempatkan pada area
yang mudah dijangkau dari area tindakan.
 Gunakan mouthpieces, ressucitation bags atau peralatan
ventilasi lain sebagai alternatif mulut ke mulut.
UNIVERSAL PRECAUTIONS
Alat pelindung yang dibutuhkan antara lain :
• Sarung tangan, digunakan sebab tangan atau kulit
berpotensi kontak dengan darah atau cairan lain
dan material yang terkontaminasi.
• Celemek
• Masker atau pelindung muka, untuk menghindari
droplet darah atau cairan lain dari mulut, mata
atau hidung
• Kacamata
• Pelindung kaki
UNIVERSAL PRECAUTIONS
 Prosedur universal precaution untuk perawatan di
rumah serupa dengan di rumah sakit, hanya
mungkin lebih sederhana.
 Bila tidak ada sarung tangan, secara darurat kita
dapat memakai kantong plastik yang utuh.
 Menutup semua luka pada kulit dengan plester
 Menjaga kebersihan di rumah.
 Cucian bila tercemar cairan lebih baik dicuci
dengan pemutih dulu (larutan klorin 0,5%) dengan
memakai sarung tangan, kemudian dapat dicuci
dengan sabun seperti biasa.
Universal Precautions pada penyakit
flu burung (H5N1)
• Untuk mencegah penyebaran virus flu burung
di rumah sakit, semua pasien flu burung mulai
dari kasus suspek hingga kasus terkonfirmasi
harus dirawat di ruang isolasi dengan
menerapkan isolasi ketat (strict barrier) dan
selalu menerapkan Universal Precaution di
setiap ruangannya
Ruang Perawatan isolasi terdiri dari :
·        Ruang ganti umum
·        Ruang bersih dalam
·        Ruang rawat pasien
·        Ruang dekontaminasi
·        Kamar mandi petugas
Macam-macam alat pelindung yang dibutuhkan
dalam penanganan Flu Burung serta Fungsi alat
pelindung tersebut:
.           Sarung tangan
·          Pelindung wajah :
Visor
Goggle / kacamata pelindung
 Masker N 95 / N 100
 Masker bedah / disposible
• Penutup Kepala
• Gaun Pelindung :
  Apron / celemek kedap air
Jas operasi
• Sepatu pelindung
PROFILAKSIS
PASCA PAJANAN
Profi
penc laksis be
deng egahan rarti
t
s ure
(Pos

ta u
an o infek

PP P)
Paja b at . si
yang nan ada
x is a
Exp o

penu menim lah peri


P EP

laran bulka stiwa


Jadi . n ris
p r o iko
hy la

paja filak
n is i

n a n sis p
bera (ata asca
untu rti peng u PPP)
sete k mencegunaan
Defi

Prop

yanglah terja gah inf obat


beri di pe eksi
siko. ristiw
a
 Kew
aspa
mer d aa n
u p ak
u tam an p Univers

s ca
a riori al

na n
tas
 Seti
i s Pa ap R
mem um a
Paj a t at a i lik i pro
h Sa
kit p
laks t o ko erlu
paja an p l
a
la ks

nan/ s ca
 Sela peng
obat
lu an
pem melaku
Profi

an t a k an
p en c u an
atat d an
paja a
nan n setiap
kerja p ad a
kece
laka
an
Pajanan pada
Kecelakaan Kerja
 Pajanan  Bahan Pajanan

 Perlukaan kulit  Darah

 Pajanan pada  Cairan bercampur darah


yang kasat mata
selaput
mukosa  Cairan yang potensial
terinfeksi: semen, cairan
 Pajanan vagina, c. serebrospinal,
c. sinovia, c. pleura, c.
melalui kulit
peritoneal, c. amnion, c.
yang luka perickardial,
 Gigitan yang  Virus yang
berdarah terkonsentrasi
Tatalaksana Pajananan : 1.

Jangan Panik !
Tapi selesaikan
dalam
<4 jam
Tatalaksana Pajananan: 2
 Luka tusuk bilas air mengalir dan sabun / antiseptik
 Pajanan mukosa mulut  ludahkan dan kumur
 Pajanan mukosa mata  irigasi dg air/ garam
fisiolofis
 Pajanan mukosa hidung  hembuskan keluar dan
bersihkan dengan air
Segera  Jangan dihisap dengan mulut, jangan ditekan
 Disinfeksi luka dan daerah sekitar kulit dengan salah
satu:
- Betadine (povidone iodine 2.5%) selama 5 mnt
- Alcohol 70% selama 3 mnt

Catatan : chlorhexidine cetrimide bekerja melawan HIV,


tetapi bukan HBV
Tatalaksana Pajananan : 3.
 Catat dan laporkan
 Panitia PIN, Panitia K3, Atasan langsung
 Agar secepat mungkin diberi PPP
 Perlakukan sebagai keadaan darurat 
Obat PPP harus diberikan sesegera
mungkin bila diperlukan (dalam 1-2 jam)
Laporka  PPP setelah 72 jam tidak efektif
n  Tetap berikan PPP bila pajanan risiko tinggi
meski hingga satu minggu setelahnya
(maks)
 Pantau sesuai dengan protokol Tx. ARV
 Hitung sel darah, LFT, kepatuhan,
dukungan
Tatalaksana Pajananan: 4

 Didasarkan
Pertimbangkan  Derajat pajanan
Profilaksis  Status infeksi dari sumber
pajanan
Pasca Pajanan
(PPP)  Ketersediaan obat PPP
 Konseling
 Tindak lanjut dan Evaluasi
PPP untuk Hepatitis B
Vaksinasi dan respon Status infeksi Sumber Pajanan
antibodi dari Petugas
Kesehatan±

Tidak tahu
HBsAg positif HBsAg negatif
sarana pemeriksaan (-)

Belum divaksinasi 1 dos HBIG + seri Seri vaksinasi Seri vaksinasi hepatitis B
vaksinasi hepatitis B hepatitis B Sumber pajanan berisiko
tinggi  obati seperti pada
HBsAg positif

Pernah divaksinasi

Diketahui sbg responder Tidak perlu PPP Tidak perlu Tidak perlu PPP
PPP
Diketahui sbg non- 1 dosis HBIg + ulangan Tidak perlu Sumber pajanan berisiko
responder seri vaksinasi hepatitis B PPP tinggi  obati seperti pada
atau 2 dosis HBIg HBsAg positif
Tidak diketahui status Anti-HBs terpajan Tidak perlu Anti-HBs terpajan
respon antibodinya cukup - tidak perlu PPP PPP cukup - tidak perlu PPP
tidak cukup - 1 dosis tidak cukup - 1 dosis HBIg
HBIg + vaksin boster + vaksin boster
Alur PPP pada pajanan HIV:
1. Menentukan Kategori Pajanan (KP)

Sumber pajanan berupa darah, cairan berdarah, atau bahan lain yang berpotensi menularkan
infeksi (OPIM), atau alat kesehatan yang tercemar dari salah satu bahan tersebut?

Tidak
Ya
OPIM Darah atau cairan berdarah
Tak perlu
PPP
Macam pajanan yang terjadi

Kulit yg tak utuh atau selaput mukosa Kulit yang utuh Pajanan perkutaneus

Volume? Tak perlu PPP Seberapa berat?

Sedikit Banyak Tidak berat Lebih berat


(mis. satu tetes, dalam (mis. Beberapa tetes, percikan (mis. Jarum solid atau (mis. Jarum besar bersaluran,
waktu singkat) darah darah banyak dan/atau dalam goresan superfisial) tusukan dalam, darah terlihat,
waktu lama) jarum bekas pasien)

KP 1 KP 2 KP 2 KP 3
Alur PPP pada pajanan HIV:
2. Menentukan Kategori/ status HIV sumber
pajanan (KS-HIV)

Bagaimanakah Status HIV dari Sumber Pajanan?

HIV (-) HIV (+) Tak diketahui Tak diketahui


sumbernya

Tak perlu PPP

KS HIV
Pajanan dengan titer Pajanan dengan titer tinggi, mis. tidak tahu
rendah, mis. Asimtomatik AIDS lanjut, infeksi HIV primer, VL
dan CD4 tinggi yang meningkat atau tinggi atau
CD4 rendah
Pada umumnya
Tak perlu PPP,
Perlu telaah kasus
KS HIV 1 KS HIV 2 per kasus
Alur PPP pada pajanan HIV
3. Menentukan Pengobatan Profilaksis Pasca
Pajanan
Kategori Kategori Sumber
Pajanan pajanan (KS HIV)
Rekomendasi Pengobatan
(KP)
1 1 (rendah) Obat tidak dianjurkan
Risiko toksisitas obat > dari risiko terinfeksi
HIV

1 2 (tinggi) Pertimbangkan AZT + 3TC + Indinavir +


Efaviren
Pajanan memiliki risiko yang perlu
dipertimbangkan
2 1 (rendah) Dianjurkan AZT + 3TC + Indinavir + Efaviren
Kebanyakan pajanan masuk dalan kategori ini

2 2 Dianjurkan AZT + 3TC + indinavir atau


3 1 atau 2 nelfinavir

Anjuran pengobatan selama 4 minggu dengan dosis:


AZT: 3 kali sehari @ 200 mg, atau 2 kali sehari @ 300mg
3TC: 2 kali sehari @ 150mg
Indinavir: 3x sehari @ 800mg 1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan dan banyak minum,
diet rendah lemah / Efaviren 1 x 600 mg
Tabel…panduan 2-obat ARV yang dianjurkan
untuk Profilaksis Pasca Pajanan HIV

Panduan 2 obat ARV yang dianjurkan Panduan 2 obat ARV alternatif

Tenovofir (TDF) + Lamivudin / Emtricitabine


Zidovudine (AZT) + Lamivudin (3 TC)
(3TC/FTC)
Kriteria pemberian 3 obat ARV : 2 NRTI + 1 PI

Jika status HIV sumber pajanan positif, menerima


ARV dan diketahui mempunyai riwayat , tanda dan
terbukti resisten terhadap terapi ARV,

atau
Status HIV sumber pajanan tidak diketahui,dan
Latar belakang prevalensi resistensi terhadap
terapi ARV di masyarakat > 15 %
Tabel…panduan 3-obat ARV yang dianjurkan
untuk Profilaksis Pasca Pajanan HIV

Panduan 3 obat ARV yang dianjurkan Panduan 3 obat ARV alternatif

Tenovofir (TDF) + Lamivudin / Emtricitabine Zidovudine (AZT) + Lamivudin (3 TC)


(3TC/FTC)+ Lopinavir / ritonavir (LPV/r) + Lopinavir / ritonavir (LPV/r)
Adherens

Adherens ( tingkat kepatuhan minum obat yang


sangat baik (≥ 95%), yang berkaitan dengan
perbaikan dampak virologi, imunologis dan klinis.

PPP diberikan dalam periode relatif pendek 28


hari ( 4 mgg ), namun pemberian informasi
tentang pentingnya adherens dan dukungan
akan memaksimalkan efektifitas obat.
Efek Efek samping
samp
yang ing o
b
dilap paling se at ARV
orka r
lelah n ad ing
. alah
mua
l dan
Pem
beria
dan n
men obat an
obat ganju ti mu
bers rkan al
akan ama minu
men maka m
samp gura nan
ing o ng i e
bat. fek
2. Pemantauan laboratoris
 Direkomendasikan untuk melakukan
pemantauan CD4 secara rutin setiap 6 bulan,
atau lebih sering bila ada indikasi klinis.
 Untuk pasien yang akan memulai terapi dengan
AZT maka perlu dilakukan pengukuran kadar
Hemoglobin (Hb) sebelum memulai terapi dan
pada minggu ke 4, 8 dan 12 sejak mulai terapi
 Pengukuran ALT (SGPT) dan kimia darah lainnya
perlu dilakukan bila ada tanda dan gejala dan
bukan berdasarkan sesuatu yang rutin. Akan
tetapi bila menggunakan NVP untuk perempuan
dengan CD4 antara 250 – 350 sel/mm3 maka
perlu dilakuan pemantauan enzim transaminase
pada minggu 2, 4, 8 dan 12 sejak memulai terapi
ARV (bila memungkinkan), dilanjutkan dengan
pemantauan berdasar gejala klinis
 Evaluasi fungsi ginjal perlu
dilakukan untuk pasien yang
mendapatkan TDF
 Keadaan hiperlaktatemia dan
asidosis laktat dapat terjadi
pada beberapa pasien yang
mendapatkan NRTI, terutama
d4T atau ddI.
 Penggunaan Protease
Inhibitor (PI) dapat
mempengaruhi metabolisme
glukosa dan lipid.
 Pengukuran Viral Load
(VL) sampai sekarang
tidak dianjurkan untuk
memantau pasien dalam
terapi ARV dalam
keadaan terbatas
fasilitas dan kemampuan
pasien. Pemeriksaan VL
digunakan untuk
membantu diagnosis
gagal terapi.
 Penggunaan NVP dan EFV
 NVP berhubungan dengan
insidensi ruam kulit, sindrom
Steven-Johnson dan
hepatotosksisitas yang lebih
tinggi dibanding EFV.
 Toksisitas utama EFV adalah
berhubungan dengan sistem
Efek samping saraf pusat (SSP) dan ada
kemungkinan (meski belum
terbukti kuat) bersifat
ARV teratogenik bila diberikan
pada trimester 1 (tetapi tidak
pada triemester dua dan tiga)
dan ruam kulit yang biasanya
ringan dan hilang sendiri
tanpa harus menghentikan
obat.
 EFV perlu dihindari
pada pasien dengan
riwayat penyakit
psikiatrik berat, pada
perempuan yang
berpotensi hamil dan
pada kehamilan
trimester pertama.
 Penggunaan AZT dan TDF
 AZT dapat menyebabkan
anemi dan intoleransi
gastrointestinal
 TDF dapat menyebabkan
toksisitas ginjal.
 TDF tidak boleh digunakan
pada anak dan dewasa
muda dan sedikit data
tentang keamanannya
pada kehamilan
 Peng
ggun
d4T, a an d
mem 4T
sam
ping punyai
yang perm efek
anta bermak anen
ra la na,
dan in lip
neur o
yang opat distrofi
m e i per
caca nyeb ifer
t ser abka
asid t
osis a laktat n
men yang
yeba
kem b
atian kan
.
AT
AT
C
 Tanggal dan jam kejadian (pajanan)
 Uraian kejadian lebih rinci
 Sumber pajanan bila diketahui
 Pengobatan PPP secara rinci bila
mendapatkannya
 Tindak lanjut
 Hasil pengobatam
 Simpan semua data pajanan
Tatalaksana PPP
 Konseling prates untuk petugas kesehatan
yang terpajan
 Lakukan pemeriksaan awal
 HIV
 Hep B and C
 Syphilis, malaria
 Beri konseling untuk tidak menjadi donor
darah, harus berperilaku seksual dan
suntikan yang aman sampai hasil diketahui
 Konseling pasca tes dan berikan hasil tes
awal secepat mungkin kepada terpajan
Informasi kepada orang yang
terpajan
 Risiko transmisi HIV setelah Pajanan Darah =
0.3% jika sumber pasien adalah HIV positif
 Risiko transmisi sesuai dengan jenis kecelakaan
 PPP tergantung pada kegawatan pajanan dan
status HIV dari sumber pasien
 PPP tidak 100% efektif
 Minum ARV
 Efek samping ARV
 Hindari hubungan seks yang tak terlindungi
sampai konfirmasi setelah 3 bulan
Informasi kepada orang yang
terpajan
 Penjelasan yang jelas oleh dokter
mengenai risiko dan tindakan yang
dapat digunakan untuk melepaskan
stress dan kegelisahan!
 Keputusan PPP harus ditangan
terpajan!
 Tanda tangani formulir penolakan
jika Petugas Kesehatan menolak PPP
Follow up
Laboratoris
Waktu Jika meminum PPP Tidak meminum PPP

Data Dasar HIV, HCV, HBV HIV, HCV, HBV


(Dalam waktu DL, Transaminase
8 hari)

Minggu ke 4 Transaminase Transaminase


DL
Bulan ke 3 HIV, HCV, HBV HIV, HCV, HBV
Transaminase Transaminase
Bulan ke 6 HIV, HCV, HBV HIV, HCV, HBV
Transaminase Transaminase
 HI V INGAT!
dan
cend virus
erun -viru
mela g dit s leb
l ui ular ih
 kan
HUB
UNG
atau AN S
EKSU
 mel AL
alui
DAR TRA
AH y NSF
terk ang USI
onta
 Kem mina
si
un
seba ngkinan
gai a tertu
pada kiba lar
t
lebih kecelak pajana
keci aan n
l kerja
 Amati tanda-tanda yang
menunjukan serokonversi

li nis
HIV (dalam 50-70%) dalam
waktu 3 sampai 6 minggu
up k  Demam akut,
 Lymphadenopathy yang
tersebar,
 Erupsi kulit
 Faringitis,
w

 Gejala-gejala flu non-specific,


Follo

 ulkus mulut atau area


genital.
Evaluasi perilaku dan
pengelolaan benda tajam
 Bila banyak kecelakaan telaah
perilaku atau alat perlu diganti
 Kurangi jahitan - ganti penggunaan
plester
 Sejauh mungkin hindari suntikan –
terbatas yang sangat perlu saja
 Hindari episiotomi yang tidak perlu
Risiko Kecelakaan Kerja
 Risiko penularan HIV setelah tertusuk
jarum dari klien HIV positif  3 : 1000
 Risiko penularan HBV setelah tertusuk
jarum dari klien HBV positif  27-37 :
100
 Volume Percikan Darah terinfeksi HBV
yang mampu menularkan HBV  10-
8ml = 0.00000001 ml
Risiko Penularan di
Sarana Pelayanan Kesehatan
Agen Cara pajanan Resiko infeksi

HBV Perkutaneus 30 %

HCV Perkutaneus 3%

HIV Perkutaneus 0.3 %

HIV Mukokutaneus 0.03 %


 Pengambilan darah,
penutupan kembali jarum

y ang
o
suntik

r is ik
 Memasukan dan
menangani cairan IV
 Operasi
ak an
g be
 Menangani darah atau
cairan tubuh yang terinfeksi
di laboratorium
 Membersihkan, menangani
T in d
p alin

dan menghancurkan limbah


sampah dan alat-alat medis
yang terkontaminasi

TERUTAMA DALAM KEADAAN


TERBURU-BURU!
Kondisi lingkungan kerja
mempengaruhi

 Mutu pelayanan
 Keamanan
 Kesejahteraan pekerja
Kewaspadaan Universal membantu
menciptakan lingkungan kerja yang
aman

 Upaya meningkatkan keamanan dan


lingkungan kerja yang kondusif
 Pemahaman para manager
 risiko kerja dan cara pencegahan
 tatalaksana kecelakaan kerja
 Penyediaan alat pelindung, bahan dan sarana
perlengkapan KU
 Pengembangan kebijakan, prosedur kerja yang rinci
 Dukungan bagi tenaga kesehatan: stres, burnout,
PPP, konseling pasca pajanan
 Supervisi
 Surveilans

Anda mungkin juga menyukai