Anda di halaman 1dari 5

BAB II

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
a. Biodata pasien
b. Riwayat kesehatan hidup
1. Riwayat serangan jantung sebelumnya
2. Riwayat penyakit pernafasan kronis
3. Riwayat penyakit hipertensi, DM, dan ginjal.
4. Riwayat perokok
5. Diet rutun dengan tinggi lemak
c. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat keluarga penyakit jantung, DM, hipertensi, stroke, dan penyakit
pernafasan.
d. Riwayat kesehatan keluarga
1. Faktor pencetus yang paling sering menyebabkan agninda adalah kegiatan fisik,
emosi yang berlebihan atau setelah makan.
2. Nyeri dapat timbul mendadak (dapat atau tidak berhubungan dengan aktifitas)
3. Kualitas nyeri; sakit dada dirasakan didaerah mindsternal dada anterior,
substernal prekordial, rasa nyeri tidak jelas tetapi banyak yang menggambarkan
sakitnya seperti ditusuk tusuk, dibakar ataupun ditimpa benda berat/tertekan
4. Penjalaran rasa nyeri rahang, leher dan lengan dan jari tangan kiri, lokasinya tidak
tentu seperti epigastrium, siku rahang, abdomen, punggung dan leher.
5. Gejala dan tanda yang menyertai rasa sakit seperti mual, muntah, keringat dingin,
berdebar debar dan sesak nafas.
6. Waktu atau lamanya nyeri; pada agnina tidak melebihi 30 menit dan umumnya
masih respon dan pemberian obat obatan anti agnina, sedangkan pada infark rasa
sakit lebih 30 menit ridak hilang dengan pemberian obat obatan anti agnina,
biasanya akan hilang dengan pemberian analgesic.
e. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
a. Tekanan darah dapat normal, meningkat ataupun turun.
b. Heart rate/ nadi dapat terjadi bakikardi/trakikardi, kuat/lemah, teratur atau
tidak.
c. Respirasi meningkat.
d. Suhu dapat normal ataupun meningkat.
2. Kepala.
a. Pusing, berdenyut selama tidur atau saat terbangun.
b. Tampak perubahan ekspresi wajah seperti meringis, merintih.
c. Terdapat/tidak nyeri pada rahang.
3. Leher
a. Tampak distensi vena jugularis.
b. Terdapat/tidak nyeri pada leher.
4. Thorak
a. Bunyi jantung normal atau terdapat bunyi jantung ekstra S3/S4 menunjukkan
gagal jantung atau penurunan kontraktilitas, kalau murmur menunjukkan
gangguan katup jantung atau disfungsi otot papilar, perikarditis.
b. Irama jantung dapat normal/teratur atau tidak.
c. Paru-paru: suara napas bersih/teratur tapi bisa juga tidak.
d. Terdapat batuk dengan atau tanpa produksi sputum.
e. Terdapat sputum bersih, kental ataupun berwarna merah muda.
5. Abdomen
a. Terdapat nyeri/rasa terbakar epigastrik/uluhati.
b. Bising usus normal/menurun.
6. Ekstremitas
a. Ekstremitas dingin dan berkeringat dingin.
b. Terdapat edema perifer atau edema umum.
c. Kelemahan atau kelelahan.
d. Pucat atau sianosis, kuku datar, pucat pada membrane mukosa dan bibir.
7. Respon psikologis
a. Gelisah/cemas seperti takut mati, khawatir dengan keluarga, kerja dan
keuangan.
b. Depresi, menarik diri dan kontak mata kurang.
c. Denial, menyangkal dengan sakitnya dan marah.
8. Pemeriksaan diagnostic
a. EKG
1. Monitir EKG terdapat aritma.
2. Rekam/EKG lengkap terdapat T inverted/iskemik, segmen ST elevasi
ataupun depresi dan gelombang Q, patalogis ini menunjukkan telah
terjadi nerkosis.
b. Thorak foto
1. Mungkin normal/ menunjukkan pembesaran jantung diduga gagal
jantung kogresif.
2. Terdapat stenosis aorta
3. Penyakit paru lainnya seperti bronchitis/ TBC
c. Laboratorium
1. Kolestrol/trigliserida serum: meningkat menunjukkan resiko IHD
dimana terjadi peningkatan kadar kolestrol merupakan pemicu
terbentuknya aterosklerosis yang merupakan sebagai penyebab infrak.
LDH meningkat dalam 12-24 jam, memuncak sampai 24-28 jam dan
memakan waktu lama untuk kembali normal.
2. Enzim jantung dan resiko enzim: CK, CK-MB ( iso enzim yang
ditemukan pada otot jantung) meningkat antara 4-6 jam, memuncak
antara 12-24 jam, kembali normal dalam 36-48 jam. CK=MB sering
dijadikan sebagai indikator AMH, sebab diproduksi hanya saat terjadi
kerusakan jaringan miokardium.
3. Elektrolit: ketidakseimbangan dapat memengaruhi konduksi dan
kontraliktitas seperti hipokalemia/ hiprtkalemia.
4. Sel darah putih leukosit (10.000-20.000) biasanya tampak pada hari
kedua setelah infark, sehubungan dengan proses inflamasi.
5. Analisa gas darah/oksimetri nadi: dapat menunjukkan hipoksia atau
proses penyakit paru akut/kronis.
6. Kimia: mungkin normal tergantung abnormalitas fungsi/’pefusi organ
akut/kronik.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut berhubungan dengan iskemik miokardium
b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan inotropik (iskemia miokard
transisen/memanjang)
c. Intoleransi aktifitas berhubungan serangan iskemia otot jantung, berkurangnya curah
jantung.
d. Ansietas berhubungan dengan respon patofisiologis dan ancaman tewrhdap status
kesehatan.
e. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi.

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan iskeik miokardium
Tujuan : setelah dilakukan rencana keperawatan diharapkan nyeri pasien
berkurang/teratasi
Kriteria hasil: pasien menyatakan/menunjukkan nyeri hilang, pasien melapor episode
agnina menurun dalam frekkuensi durasi dan beratnya.
Intervensi :
 Anjurkan pasien untuk memberitahukan perawat dengan cepat bila terjadi nyeri
dada.
 Identifikasi terjadinya faktor pencetus bila ada frekuensi, durasi intensitas dan
lokasi nyeri.
 Evaluasi laporan nyeri pada rahang, leher bahu atau lengan khususnya pada sisi
kiri.
 Letakkan pasien pada isitirahat total selama episode agnina.
 Tinggikan posisi kepala bila napas pasien pendek.
 Pantau kecepatan atau irama jantung
 Pantau tanda vital tiap 5 menit selama serangan agnina.
 Pertahankan tenag, lingkungan nyaman, batasi lingkungan bila perlu.
 Berikan makanan lembut. Biarkan pasien istirahat selama 1 jam setelah makan.
 Kolaborasi; berikan antiagnina sesuai indikasi : nitrogliserin sublingual.
2. Perubahan curah jantung berhubungan dengan perubahan intropik (iskemia miokard
transisen/memanjang)
Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan terjadi peningkatan curah
jantung
Kriteria hasil : pasien melaporkan penurunan episode dipsnea, agnina dan distimia
menunjukkan peningkatan toleransi aktifitas, klien berpartisipasi pada perilaku atau
aktifitas yang menunjukkan kerja jantung.
Intervensi :
 Pantau tanda vital contoh frekuensi jantung dan tekanan darah.
 Evaluasi status mental. Catat terjadinya binging, disorientasi.
 Catat warna kulit dan adanya aktifitas nadi.
 Mempertahankan tirah baring pada posisi nyaman selama episode akut.
 Berikan periode istirahat adekuat. Bantu dalam atau melakukan aktifitas perawatan
diri sesuai indikasi.
 Pantau dan catat efek atau kerugian respon obat, catat TD, frekuensi jantung dan
irama( khususnya bila memberikan indikasi antagonis kalsium, hetabloker dan
nitras)
 Kaji tanda dan gejala GJK.
 Kolaborasi ; berikan obat sesuai indikasi : penyekat saluran kalsium contoh ditiazen
(cardizem) nifedipin, (procardia) rerapmil (calan). Penyekat beta contoh atenolol
(tenormin) nadolol (corgard) propanodol (inderal) esmolal (brebibvloc).

3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan iskemia otot jantung, berkurangnya curah


jantung.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat
berpartisipasi dalam aktifitas yang diinginkan.
Kriteria hasil : pasien melaporkan tindakan aktifitas yang dapat diukur, pasien menun
jukkan peningkatan dari tanda tanda intoleransi fisiologis.
Intervensi :
 Kaji respon klian terhadap aktifitas, perhatikan frekuensi nadi diatas 20 kali/menit
diatas frekuensinistirahat. Peningkatan TD yang nyata selama sesuai akitifitas.
Dispena atau nyeri dada. Keletihan dan kelemahan yang berlebihan. Diabsorsin
pusing dan pingsan.
 Instruksikan pasien tentang tehnik penghematan energi.
 Beri dorongan untuk melakukan aktifitas /perawatan diri secara bertahap jika dapat
dilakukan toleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan.

4. Ansietas berhubungan dengan respon patofisiologis dan ancaman terhadap status


kesehatan.
Tujuan: setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan ansietas pasien turun
sampai tingkat yang dapat diatasi.
Kriteria hasil: pasien menyatakan kesadaran, perasaan ansietas dan cara sehat
sesuai, pasien menunjukkan strategi koping efektif/keterampilan pemecahan
masalah, pasien melaporkan ansietas menurun sampai tingkat yang dapat diatasi.
Intervensi:
 Jelaskan tujuan tes dan prosedur contoh tes stres.
 Tingkatkan ekspresi perasaan da takut contoh menolak depresi dan marah.
 Dorong keluarga dan teman untuk menganggap pasien sebelumnya.
 Kolaborasi. Berikan sediative, transkuilizer sesuai indikasi.

5. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, kebutuhan, pengobatan


berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan,diharapkan pengetahuan pasien
bertambah.
Kriteria hasil : pasien menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan
pengobatan berpartisipasi dalam program pengobatan serta melakukan perubahan
pola hidup
Intervensi
 Kaji ulang patofisiologis kondisi. Tekankan perlunya mencegah serangan agnina.
 Dorong untuk menghindari faktor pencetus episode agnina seperti stres,
emosional, kerja fisik, makan terlalu banyak/berat, terpajang pada suhu
lingkungan yang ekstrim.
 Tunjukkan/dorong pasien untuk memantau nadi sendiri selama aktifitas,
jadwal/aktifitas sederhana, hindari regangan.
 Diskusikan langkah yang diambil bila terjadi erangan agnina seperti
menghentikan aktifitas, pemberian obat bila prtlu, penggunaan tehnik relaksasi.
 Kaji ulang pbat yang diresepkan untuk mengontrol/mencegah serangan agnina.
 Tekankan pentingnya mengecek dengan dokter kapan menggunakan obat obatan
yang dijual bebas.

Anda mungkin juga menyukai