Anggota kelompok :
Viviana ( 1402087 )
Yana Olivia Raepunya ( 1402092 )
Puji syukur kami panjatkan kepadaTuhan Yang Maha Esa karena berkat, rahmat dan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah tentang penyakit fraktur cruris sebagai tugas
yang diberikan oleh tutor kami Ibu Marita Kumala Dewi S.Kep., Ns. Kami mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya makalah ini, sehingga
makalah ini dapat selesai dengan tepat waktu.
Kami harapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan makalah
ini kedepannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk peningkatan ilmu pengetahuan
dan keterampilan khususnya menjadi perawat professional.
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I Pendahuluan 4
BAB II Pembahasan 6
Konsep Medis
a. Definisi 6
b. Anatomi fisiologi 6
c. Klasifikasi 8
d. Epidemiologi 9
e. Etiologi 9
f. Manifestasi klinis 10
g. Pemeriksaan diagnostik 10
h. Penatalaksanaan 11
i. Patofisiologi 12
j. Komplikasi 14
k. Prognosis 14
Konsep Keperawatan
a. Asuhan Keperawatan 15
b. Aspek Legal Etik 19
c. SAP 20
d. Jurnal Keperawatan
BAB III
Penutup 22
Daftar pustaka 23
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya
disebabkan oleh tekanan atau rudapaksa. Fraktur dibagi atas fraktur terbuka, yaitu jika
patahan tulang itu menembus kulit sehingga berhubungan dengan udara luar, dan fraktur
tertutup, yaitu jika fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar.
Dengan demikian perawat harus mampu berpikir kritis dalam melakukan asuhan
keperawatan yang komprehensif serta mampu mengidentifikasi masalah-masalah
klien yang dirumuskan sebagai diagnosa keperawatan, mampu mengambil
keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah keperawatan yang di alami oleh
klien, asuhan keperawatan yang di berikan secara holistik yaitu di lihat dari segi
biofisikososial dan spiritual, serta mampu berkolaborasi dengan tim kesehatan lain
untuk memberi asuhan keperawatan yang optimal.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian fraktur cruris ?
2. Apa anatomi fisiologi fraktur cruris ?
3. Apa saja klasifikasi fraktur cruris
4. Bagaimana epidemiologi fraktur cruris?
5. Apa saja etiologi fraktur cruris ?
6. Apa saja manifestasi fraktur cruris ?
7. Apa saja pemeriksaan diagnostik fraktur cruris ?
8. Bagaimana penatalaksanaan fraktur cruris ?
9. Bagaimana patofisiologi fraktur cruris ?
10. Apa saja komplikasi fraktur cruris ?
11. Bagaimana prognosis fraktur cruris ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP MEDIS
1. DEFINISI
Fraktur cruris atau tibia-fibula adalah terputusnya hubungan tulang tibia dan fibula.
Secara klinis bisa berupa fraktur terbuka bila disertai kerusakan pada jaringan lunak
(otot, kulit, jarinan saraf, pembuluh darah) sehingga memungkinkan terjadinya
hubungan antara fragmen tulang yang patah dengan udara luar dan fraktur tertutup.
Fraktur cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya, terjadi pada tulang tibia dan fibula. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress
yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya. (Brunner & Suddart, 2000).
Os Tibia
Tibia atau tulang kering merupakan kerangka yang utama dari tungkai bawah dan
terletak medial dari fibula atau tulang betis. Tibia adalah tulang pipa dengan sebuah
batang dan dua ujung.
Ujung atas memperlihatkan adanya kondil medial dan kondil lateral. Kondi-kondil ini
merupakan bagian yang paling atas dan paling pinggir dari tulang. Permukaan
superior memperlihatkkan dua dataran permukaan persendian untuk femur dalam
formasi sendi lutut.
Kondil lateral memperlihatkan posterior sebuah faset untuk persendian dengan
kepala fibula pada sendi tibio-fibuler superior. Kondil-kondil ini di sebelah belakang
dipisahkan oleh lekukan popliteum.
Ujung bawah masuk dalam formasi persendian mata kaki. Tulangnya sedikit melebar
dan ke bawah sebelah medial menjulang menjadi maleolus medial atau maleolus
tibiae.
Permukaan lateral dari ujung bawah bersendi dengan fibula pada persendian tibio-
fibuler inferior. Tibia membuat sendi dengan tiga tulang, yaitu femur, fibula dan
talus.
Merupakan tulang tungkai bawah yang lebih besar dan terletak di sebelah medial
sesuai dengan os radius pada lengan atas.Tetapi Radius posisinya terletak disebelah
lateral karena anggota badan bawah memutar kearah medialis. Atas alasan yang sama
maka ibu jari kaki terletak disebelah medialis berlawanan dengan ibu jari tangan
yang terletak disebelah lateralis. (Anatomi fisiologi,untuk siswa perawat, 1997)
1. Malleolus medialis
Merupakan sebuah ciri yang penting untuk segi medis pergelangan kaki. Mempunyai
sebuah pinggir bawah dan permukaan pinggir bawah mempunyai sebuah lekukan
disebelah posterior dan merupakan tempat lekat dari ligamentum deltoideum.
2. Permukaan anterior
Merupakan tempat lekat dari kapsula pergelangan kaki. Permukaan posterior beralur
untuk tempat lewat tendo muskulus tibialis posterior dan pinggir dari alur merupakan
tempat lekat dari retinakulum fleksores.
3. Permukaan posterior
Berhubungan dengan permukaan posterior korpus. Dipisahkan dari permukaan
inferior oleh sebuah pinggiran yang tajam dan merupakan tempat lekat dari kapsula
sendi pergelangan kaki.
4. Permukaan lateralis
Mempunyai bentuk seperti koma yang merupakan sendi yang sama pada permukaan
medialis os talus.
Os Fibula
Merupakan tulang tungkai bawah yang terletak disebelah lateral dan bentuknya lebih
kecil sesuai os ulna pada tulang lengan bawah. Arti kata fibula adalah kurus atau
kecil. Tulang ini panjang, sangat kurus dan gambaran korpusnya bervariasi
diakibatkan oleh cetakan yang bervariasi dari kekuatan otot – otot yang melekat pada
tulang tersebut. Tidak urut dalam membentuk sendi pergelangan kaki, dan tulang ini
bukan merupakan tulang yang turut menahan berat badan.
Pada fibula bagian ujung bawah disebut malleolus lateralis. Disebelah bawah kira –
kira 0,5 cm disebelah bawah medialis, juga letaknya lebih posterior. Sisi – sisinya
mendatar, mempunyai permukaan anterior dan posterior yang sempit dan permukaan
– permukaan medialis dan lateralis yang lebih lebar. Permukaan anterior menjadi
tempat lekat dari ligamentum talofibularis anterior. Permukaan lateralis terletak
subkutan dan berbentuk sebagai penonjolan lubang. Pinggir lateral alur tadi
merupakan tempat lekat dari retinakulum. Permukaan sendi yang berbentuk segi tiga
pada permukaan medialis bersendi dengan os talus, persendian ini merupakan
sebagian dari sendi pergelangan kaki. Fosa malleolaris terletak disebelah belakang
permukaan sendi mempunyai banyak foramina vaskularis dibagian atasnya. Pinggir
inferior malleolus mempunyai apek yang menjorok kebawah. Disebelah anterior dari
apek terdapat sebuah insisura yang merupakan tempat lekat dari ligamentum
kalkaneofibularis.
3. KLASIFIKASI
Menurut Gustilo- Anderson:
a. Tipe I
- Luka kurang dari 1 m dengan cedera jaringan lunak minimal
- Dasar luka bersih
- Fraktur biasanya melintang sederhana, fraktur oblik pendek dengan kominusi
minimal
b. Tipe II
- Luka lebih besar dari 1 cm dengan cedera jaringan lunak moderat
- Fraktur biasanya melintan sederhana, fraktur oblik pendek dengan kominusi
minimal
c. Tipe III
Fraktur yan melibatkan kerusakan parah pada jaringan lunak, termasuk struktur
otot, kulit dan neurovaskuler. Beberapa pola yang diklasifikasikan sebagai tipe III
adalah :
- Fraktur terbuka segmental (terlepas dari ukuran luka)
- Luka tembak kecepatan tinggi dan lukan tembak jarak dekat
- Fraktur terbuka denan cedera neurovaskuler
- Cedera pada orang yang bekerja di pertanian dengan komtaminasi tanah pada
luka (terlepas dari ukuran luka)
- Trauma amputasi
- Fraktur terbuka lebih dari 8 jam
- Korban bencana alam atau korban perang
Subtipe IIIA, jaringan lunak masih adekuat tanpa memandang luas uka. Termasuk
didalamnya fraktur segmental atau fraktur kominutif. Subtipe IIIB, hilangnya
jaringan lunak disertai pengikisan jaringan periosteal dan tulan tampak dari luar.
Subtipe IIIC, fraktur dengan cedera arteri utama yang membutuhkan perbaikan
segera untuk mempertahankan bagian distal dari fraktur
4. EPIDEMIOLOGI
Fraktur diafisis tibia dan fibula bervariasi menurut umumr penderita dan jenis trauma
yang terjadi. Pada bayi dan anak-anak muda, fraktur bersifat spiral pada tibia dengan
fibula yang intak. Pada umur 3-6 tahun, biasanya terjadi stress torsional pada tibia
bagian medial yang akan menimbulkan fraktur green stick pada metafisis atau
diafisis proksimal dengan fibula yang intak. Pada umur 5-10, fraktur biasanya
bersifat transversal dengan atau tanpa fraktur fibula. Fraktur tibia dan fibula dapat
bersifat tertutup ataupun terbuka
5. ETIOLOGI
Trauma
Fraktur karena trauma dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Trauma langsung. Benturan pada tulang mengakibatkan ditempat tersebut.
2. Trauma tidak langsung. Titik tumpu benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan.
Fraktur Patologis adalah suatu fraktur yang secara primer terjadi karena adanya proses
pelemahan tulang akibat suatu proses penyakit atau kanker yang bermetastase atau
osteoporosis. Fraktur akibat kecelakaan atau tekanan
Tulang juga bisa mengalami otot-otot yang berada disekitar tulang tersebut tidak
mampu mengabsorpsi energi atau kekuatan yang menimpanya.
Spontan . Terjadi tarikan otot yang sangat kuat seperti olah raga.
Fraktur tibia dan fibula yang terjadi akibat pukulan langsung, jatuh dengan kaki dalam
posisi fleksi atau gerakan memuntir yang keras.
Fraktur tibia dan fibula secara umum akibat dari pemutaran pergelangan kaki yang
kuat dan sering dikait dengan gangguan kesejajaran. (Apley, G.A. 1995 : 840)
6. MANIFESTASI KLINIS
- Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya samapi fragmen tulang
diimobilisasi, hematoma, dan edema
- Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah
- Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang
melekat diatas dan dibawah tempat fraktur
- Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya
- Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Foto Rontgen
Untuk mengetahui lokasi, tipe fraktur dan garis fraktur secara langsung. Biasanya
diambil sebelum dan sesudah dilakukan operasi dan selama proses penyembuhan
secara periodic. Skor tulang tomography, skor C1
2. MRI
Daapt diunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak
3. Artelogram
Bila dicuriai adanya kerusakan vaskuler
4. Hitung darah lengkap
HT mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun. Peningkatan jumlah
SDP adalah respon stres normal setelah trauma
5. Profil koagulasi
Perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah transfusi multiple atau cedera hati
8. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien dengan fraktur cruris terbuka secara umum tanpa
melihat daerah patah tulang yaitu sebagai berikut:
1. Profilaksis antibiotik
2. Debridemen dan fasiotomi. Pada kondisi akut denan pembenkakan hebat
dilakukan fasiotomi untuk menghindari sindrom kompartemen.
3. Stabilisasi. Dilakukan pemasangan fiksasi interna atau fiksasi eksterna
4. Penundaan penutupan
5. Penundaan rehabilitasi
Antibiotik dimulai dengan segera. Dilakukan debridemen pada lukan dan lukan
dibersihkan seluruhnya. Cedera tingkat I Gustilo dapat ditutup dengan sangat baik dan
kemudia diterapi seperti pada cedera tertutup. Luka yang lebih berat dibiarkan terbuka
dan diperiksa setelah 3 hari. Jika perlu, selanjutnya dilakukan debridemen.
Intervensi pada pasien dengan fraktur tertutup secara rinkas, meliputi hal-hal sebagai
berikut:
Trauma pd daerah
ekstremitas bawah
Fraktur kruris
- Keluhan nyeri
- Keterbatasan gerak
- Kekuatan otot
- Perubahan peran
- Perubahan psikologi
PROGNOSIS
Prognosis pada pasca operasi fraktur cruris dekstra 1/3 distal dikatakan baik apabila
pasien secepat mungkin melakukan terapi latihan untuk membantu mengembalikan
aktivitas fungsionalnya. Prognosis pada status fungsionalnya yaitu baik selama pasien
mendapatkan penanganan berupa terapi latihan dengan baik
B. KONSEP KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
1. IDENTITAS PASIEN
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Riwayat penyakit sekarang
Nyeri pada daerah Fraktur, Kondisi fisik yang lemah, tidak bisa melakukan
banyak aktivitas, mual, muntah, dan nafsu makan menurun, (Brunner &
suddarth, 2002)
b. Riwayat penyakit dahulu
Ada tidaknya riwayat DM pada masa lalu yang akan mempengaruhi proses
perawatan post operasi, (Sjamsuhidayat & Wim Dejong)
c. Riwayat penyakit keluarga
Fraktur bukan merupakan penyakit keturunan akan tetapi adanya riwayat
keluarga dengan DM perlu di perhatikan karena dapat mempengaruhi perawatan
post operasi
RENCANA
Diagnostik Tindakan keperawatan
keperawatan Rasional
Dan data Tujuan & Kriteria Tindakan
penunjang
Nyeri akut Pain control Pain Management
berhubungan Setelah dilakukan 1. Kaji keluhan nyeri 1. Untuk
dengan agen tindakan keperawatan mengetahui
cidera fisik selama ...x 24 jam perkembangan
diharapkan masalah penyakit
nyeri akut dapat 2. Observasi tanda 2. Tanda vital
teratasi dengan vital abnormal
kriteria hasil: dapat dicurigai
- Klien mengatakan perkembangan
nyeri berkurang penyakit
- Klien mengatakan 3. Jauhkan dari hal 3. Menjaga
rasa nyaman yang dapat lingkungan
- TTV dalam batas menyebabkan nyeri yang aman
normal. bertambah akan
TD:140/110-90/60 menghindari
mmHg, HR 80- klien dari
100x/mnt, RR 16- resiko yang
20x/mnt dapat
menambah
nyeri yang
dirasakan
4. Ajarkan teknik 4. Dengan nafas
nafas dalam dalam maka
dapat
merilekskan
klien sehingga
nyeri pun dpt
berkurang
5. Kolaborasikan 5. Analgetik
dengan dokter dapat
untuk pemberian diberikan jika
analgetik dalam skala
nyeri berat
yaitu skala 7-
10
Hambatan Join movement Exercise therapy :
mobilitas fisik Setelah dilakukan Ambulation
berhubungan tindakan keperawatan 1. Observasi 1. Mengetahui
dengan selama 3x24 jam kemampuan fisik kemampuan
gangguan diharapkan masalah pasien fisik pasien
muskuloskeletal hambatan fisik dapat 2. Latih pasien dalam 2. Membantu
teratasi dengan pemenuhan pasien untuk
kriteria hasil : kebutuhan ADL memenuhi
Tidak terjadi secara mandiri kebutuhan
kelemahan pada sisi sesuai kemampuan ADL
tubuh bagian kanan 3. Berikan alat bantu
Tekanan darah jika dibutuhkan
dalam rentang 4. Ajarkan pasien 3. Membantu
normal (120/80 teknik ambulasi ambulasi
mmHg) 5. Kolaborasikan pasien
dengan fisioterapy 4. Mengajarkan
tentang rencana ambulasi
ambulasi sesuai
dengan kebutuhan 5. Untuk melatih
kemampuan
pasien
A. Tujuan Umum
B. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit diharapkan warga desa A
mampu
- Mengetahui apa itu penyakit fraktur cruris
- Penyebab frantur cruris
- Cara mencegah fraktur cruris
C. Materi
- Definisi fraktur cruris
- Penyebab fraktur cruris
- Pencegahan fraktur cruris
D. Metode
1. Ceramah/diskusi
2. Tanya jawab
E. Proses Pelaksanaan
F. Sumber
Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan muskuloskeletal
G. Evaluasi
1. Formatif
Warga desa A mampu mengetahui :
- Definisi fraktur cruris
- Penyebab fraktur cruris
- Cara mencegah fraktur cruris
2. Sumatif
Warga desa A mampu melakukan pencegakan terhadap penyakit fraktur cruris
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fraktur adalah terputusnya hubungan atau kontinuitas tulang karena stress pada tulang
yang berlebihan.
B. Saran
1. Bagi pasien dan keluarga
Pada penderita fraktur tibia sangat dibutuhkan istirahat total dan minimalkan
pengeluaran energy, jadi hal yang paling utama yang dapat dilakukan pasien dan
keluarganya jika terjadi komplikasi adalah berupaya untuk beristirahat total.
Perawatan penderita fraktur tibia memerlukan waktu yang cukup panjang dan sangat
beresiko terjadi komplikasi. Dengan demikian perawatan kepada penderita haruslah
dilakukan dengan cermat dan tepat, untuk mencapai hal tersebut pihak rumah sakit
hendaklah mempunyai perawat yang telah berpengalaman dalam perawatan pasien
fraktur tibia.
Daftar pustaka
Muttaqin,Arif. 2008. Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal: Aplikasi Pada Praktik Kklinik
Keperawatan. Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif. 2005. Ringkasan Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuloskletal. Edisi 1.