Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

SISTEM MUSKULOSKELETAL

“FRAKTUR OS COXAE“

DISUSUN OLEH :

Eva Viana Arfam (2304038)

UKM MEDICAL EMERGENCY

UNIVERSITAS PATRIA ARTHA

2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah memberi rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah tentang “Fraktur Os

Coxae” ini dapat terselesaikan. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas untuk

sidang UKM MEDICAL EMERGENCY.. Makalah ini masih jauh dari sempurna,

oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun

demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan

bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Makassarr, 22 November 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................2

DAFTAR ISI ......................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................4

1.1 LATAR BELAKANG ..............................................................................4

1.2 RUMUSAN MASALAH .........................................................................5

1.3 TUJUAN ..................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................6

2.1 DEFINISI .................................................................................................6

2.2 ANATOMI COXAE ................................................................................6

2.3 ETIOLOGI………………………………………………………...……14

2.4 KLASIFIKASI FRAKTUR COXAE .......................................................14

2.5 PATOFISILOGI .......................................................................................15

2.6 MANIFESTASI KLINIS .........................................................................15

2.7 PENATALAKSANAAN .........................................................................16

2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG .............................................................16

2.9 KOMPLIKASI .........................................................................................18

BAB IV PENUTUP ...........................................................................................19

3.1 KESIMPULAN ........................................................................................19

3.2 SARAN ....................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................20

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dalam taraf

halusinasi menuju industrialisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan

mobilisasi masyarakat atau mobilitas masyarakat yang meningkat otomatisasi

terjadi peningkatan penggunaan alat-alat transportasi /kendaraan bermotor

khususnya bagi masyarakat yang tinggal diperkotaan. Sehingga menambah

“kesemrawutan” arus lalu lintas. Arus lalu lintas yang tidak teratur dapat

meningkatkan kecenderungan terjadinya kecelakaan kendaraan bermotor.

Kecelakaan tersebut sering kali menyebabkan cidera tulang atau disebut fraktur.

Menurut Smeltzer, fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan

ditentukan sesuai jenis dan luasnya.

Berdasarkan data dari rekam medik RS Soegiri di ruang Orthopedi periode

Juli 2011 s/d Desember 2012 berjumlah 323 yang mengalami gangguan

muskuloskletel, termasuk yang mengalami fraktur Os Coxae atau pelvis

presentase sebesar 5% dan fraktur femur sebesar 20%.

Penanganan segera pada klien yang dicurigai terjadinya fraktur adalah

dengan mengimobilisasi bagian fraktur adalah salah satu metode mobilisasi

fraktur adalah fiksasi Interna melalui operasi Orif. Penanganan tersebut dilakukan

untuk mencegah terjadinya komplikasi. Komplikasi umumnya oleh akibat tiga

fraktur utama yaitu penekanan lokal, traksi yang berlebihan dan infeksi.

4
1.2 RUMUSAN MASALAH

 Apa definisi fraktur Os Coxae ?

 Bagaimana anatomi Os Coxae ?

 Apa etiologi Fraktur Os Coxae ?

 Bagaimana Patofisiologi Os Coxae ?

 Apa saja klasifikasi pada fraktur Os Coxae ?

 Bagaimana manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang dan

penatalaksanaan pada fraktur Os Coxae ?

 Komplikasi apa saja yang muncul pada fraktur Os Coxae ?

1.3 TUJUAN

Agar kita mengetahui dan memahami fraktur Os Coxae..

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI

Fraktur Os Coxae adalah putusnya kontinuitas tulang, tulang rawan

epifisis atau tulang rawan sendi dan gangguan struktur tulang dari os coxae. Pada

orang tua penyebab paling umum adalah jatuh dari posisi berdiri. Namun, fraktur

yang berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas terbesar melibatkan pasukan

yang signifikan misalnya dari kecelakaan kendaraan bermotor atau jatuh dari

ketinggian.

2.2 ANATOMI OS COXAE

Hubungan antara tulang Os Coxae dan vaskularisasinya menjelaskan

mengapa sering terjadi perdarahan pada fraktur Os Coxae.

a. Tulang dan ligament

Tulang Os Coxae adalah struktur seperti cincin yang terdiri

dari 3 tulang yang bersatu yaitu 1 tulang sacrum dan 2 tulang

innominata. Tiap tulang inominata terbentuk dari 3 tulang, yaitu

ilium, ischium, dan pubis. Tulang inominata bergabung dengan

sacrum di posterior pada 2 sacroiliac (SI) joint. Pada daerah anterior

bergabung pada simfisis pubis. Tanpa adanya ligamentum pada

struktur ini, cincin Os Coxae tidak akan mencapai stabilitasnya.

6
Aspek posterior Os Coxae distabilisasi oleh ligamentum yang

sangat kuat.

Ligamentum ini menghubungkan sacrum dengan tulang

inominata. Stabilitas yang diberikan SI ligamen posterior harus

dapat menahan kekuatan weight-bearing yang ditransmisikan

melalui SI ligamen ke ekstremitas bawah. Simfisis berfungsi

sebagai penopang saat weight-bearing untuk mempertahankan struktur

cincin Os Coxae.Ligamentum posterior SI dibagi menjadi

komponen yang pendek dan panjang. Komponen pendek berjalan

oblique dari posterior sacrum ke spina iliaca posterior superior dan

posterior inferior. Komponen panjang berjalan longitudinal dari

aspek lateral sacrum ke spina iliaca posterior superior dan

7
bergabung dengan ligamentum sacrotuberous. Pada sisi anterior, SI

joint dilingkupi oleh struktur ligamen lemah yang pipih dan tipis (Fig

1B) yang berjalan dari ilium ke sacrum. Struktur ini memberikan

stabilitas yang minimal, yang berfungsi sebagai kapsul yang

melingkupi SI joint dan memisahkannya dari isi cavum Os Coxae.

Hampir semua struktur yang ada pada SI joint adalah struktur yang

kuat. Pada posisi tegak, berat dari bagian atas tubuh mendorong

sacrum ke bawah antara iliac wings dan menyebabkan ± 58º rotasi

dorsoventral.

Tulang inominata bergerak ke belakang dan ke bawah dimana

pada saat yang bersamaan rami pubis bergerak ke atas. Reduksi

yang tepat dan pengembalian morfologi dari SI joint tidaklah

terlalu penting karena kontak erat antara permukaan artikular tidak

terjadi pada keadaan normal.

Simfisis pubis terdiri dari 2 permukaan kartilago hialin yang

saling berhadapan. Permukaan ini dilingkupi dan dikelilingi oleh

jaringan fibrosa yang cukup tebal. Simfisis didorong inferior oleh otot

yang berinsersi pada ligamentum arcuatum. Posisi yang paling tebal

adalah pada sisi superior dan anterior.

Beberapa ligamen berjalan dari spine ke Os Coxae. Ligamentum

iliolumbaris mengamankan Os Coxae ke vertebra lumbalis.

Ligamentum ini berasal dari processus transversus L4 dan L5 dan

berinsersi pada posterior dari crista iliaca. Ligamentum lumbosacral

berjalan dari processus L5 ke ala sacrum. Ligamentum ini

8
membentuk pegangan yang kuat dan menempel pada akar N.spinalis

L5.

b. Otot-otot

Os Coxae yang intak membentuk 2 area anatomis mayor. False

Os Coxae dan true Os Coxae dipisahkan oleh pinggir Os Coxae, atau

garis iliopectineal yang berjalan dari promontorium sacralis

sepanjang perbatasan antara ilium dan ischium ke ramusm pubis.

Tidak ada struktur mayor yang melewati pinggiran ini. Diatasnya

false Os Coxae (greater Os Coxae berisi ala sacral dan iliac

wings, membentuk bagian dari rongga abdomen. Bagian dalam

false Os Coxae dilingkupi oleh otot iliopsoas. True Os Coxae (lesser

Os Coxae) terletak dibawah pinggir Os Coxae. Dinding lateralnya

terdiri dari pubis, ischium dan sebuah segitiga kecil dari ilium.

Termasuk didalamnya foramen obturatorium, yang ditutupi oleh

otot dab membran, dan terbuka di bagian superior dan medial

untuk jalan dari nervus obturator dan pembuluh darah. Obturator

internus berasal dari membran dan melingkari lesser sciatic notch

dan menempel pada ujung proximal femur. Tendon obturator

internus adalah struktur yang penting karena berfungsi sebagai

penanda untuk akses ke columna posterior.

Otot piriformis berorigin dari aspek lateral dari sacrum dan

adalah penanda untuk menemukan nervus sciaticus. Biasanya,

nervus sciatic meninggalkan Os Coxae diatas otot piriformis dan

memasuki greater sciatic notch. Kadang-kadang sisi peroneal

9
berjalan diatas dan melewati piriformis. Dasar dari true Os Coxae

terdiri dari coccyx, otot coccygeal dan levator ani, urethra,

genitalia dan rectum. Semuanya melewati struktur ini.

c. Pleksus Syaraf

Plexus lumbosacralcoccygeus dibentuk oleh rami anterior T12 s/d

S4 (fig 2), yang paling penting adalah L4 s/d S1. Syaraf lumbalis

L4 dan L5 memasuki true Os Coxaes dari false Os Coxaes, dimana

nervus sacral adalah bagian dari true Os Coxaes. Syaraf L4 berjalan

antara L5 dan SI joint dan bergabung dengan L5 untuk

membentuk truncus lumbosacralis pada promontorium sacralis (12

mm dari garis joint). Syaraf L5 berjarak 2 cm dari SI joint dan

keluar dari foramen intervertebralis. Syaraf sacralis melewati

foramen sacralis dan bergabung dengan pleksusnya. Beberapa

cabang menuju otot mayor dalam Os Coxaes. Nervus glutealis

superior dan inferior berjalan ventral ke piriformis dan memasuki Os

Coxaes melalui greater sciatic notch. Nervus pudendalis (S2,3 dan 4)

mempersyarafi otot sfingter Os Coxaes dan dapat terkena pada

fraktur Os Coxaes.

10
11
d. Suplai Darah Arteri

Suplai darah major pada Os Coxaes didapat dari a.

hipogastrica (cabang iliaca interna). Arteri hipogastric terdapat pada

level SI joint.

12
Arteri yang berasal dari hipogastric, awalnya berjalan bersama-

sama sampai ke lengkungan posterior Os Coxae dan saling

beranastomosis, membentuk hubungan kolateral. A glutealis

superior adalah cabang terbesar. Karena berasal dari lengkungan

kanan dari a hipogastrica dan mempunyai proteksi otot yang

sedikit, maka arteri ini mudah sekali terkena pada fraktur dari

lengkungan Os Coxae posterior. Cabang obturator dan pudendal

interna paling sering terkena pada fraktur ramus pubis.

e. Drainase vena

Sistem drainase vena pada pelvis juga mepunyai cabang kolateral

yang sangat banyak, dengan tanpa valve sehingga dapat terjadi aliran

balik. (Fig 5) Vena terbentuk dengan plexus yang besar yang

terdapat pada dinding Os Coxae. Karena dinding vena ini relatif

tipis, vena ini tidak dapat berkontraksi sebagai respon terhadap

cedera. Plexus venosus pelvis bersifat ekstensif, sehingga dapat

memberikan perdarahan yang signifikan bila terjadi disrupsi,

walaupun tekanan vena normal.

13
2.3 ETIOLOGI

Secara umum fraktur disebabkan oleh :

a. Benturan dan cedera (kecelakaan)

b. Kelemahan/kerapuhan tulang akibat osteoporosis

c. Patah karena letih, patah karena otot tidak dapat mengabsorpsi


energi seperti karena berjalan kaki terlalu lama.

2.4 KLASIFIKASI FRAKTUR OS COXAE

Cidera Os Coxae dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu :

a. Fraktur avulsi

Sepotong tulang tertarik oleh kontraksi otot yang hebat. Fraktur ini
biasanya ditemukan pada olahragawan dan atlet. Muskulus Sartorius
dapat menarik spina iliaca anterior superior, rektus femoris menarik
spina iliaca anterior inferior , adductor longus menarik sepotong pubis,
dan urat-urat lurik menarik bagian-bagian iskium.

Nyeri hilang biasanya dalam beberapa bulan. Avulsi pada apofisis


iskium oleh otot-otot lutut jarang mengakibatkan gejala menetap, dalam
hal ini reduksi terbuka dan fiksasi internal diindikasikan.

b. Fraktur langsung

Pukulan langsung pada pelvis, biasanya setelah jatuh dari tempat tinggi,
dapat menyebabkan fraktur iskium atau ala ossis ilii. Dalam hal ini
memerlukan bed rest total sampai nyeri mereda.

c. Fraktur-tekanan

Fraktur pada rami pubis cukup sering ditemukan dan sering dirasakan
tidak nyeri. Pada pasien osteoporosis dan osteomalasia yang berat.
Yang lebih sulit didiagnosis adalah fraktur-tekanan disekitar sendi
sacroiliaca. Ini adalah penyebab nyeri sacroiliaca yang tak lazim pada
orangtua yang menderita osteoporosis.

14
2.5 PATOFISIOLOGI

Trauma biasanya terjadi secara langsung pada panggul karena tekanan yang
besar atau karena jatuh dari ketinggian.pada orang tua dengan osteoporosis
dan osteomalasia dapat terjadi fraktur stress pada ramus pubis .mekanisme
trauma pada os coxae :

 Kompresi anteroposterior
Hal ini biasanya akibat tabrakan antara seorang pejalan kaki dengan
kendaraan.
 Kompresi lateral
Kompres dari samping akan menyebabkan cincin mengalami
keretakan.
 Trauma vertical
Tulang inominata pada satu sisi mengalami pergerakan secara
vertical disertai fraktur ramus pubis dan disrupsi sendi sakroiliaka
pada sisi yang sama.
 Trauma kombinasi
Pada trauma yang lebih hebat dapat terjadi kombinasi kelainan
diatas.

2.6 MANIFESTASI KLINIS

a. Nyeri hebat pada daerah fraktur.

b. Tak mampu menggerakkan kaki.

c. Terjadi pemendekan karena kontraksi/spasmus otot-otot paha.

d. Tanda-tanda lain sesuai dengan tanda fraktur pada umumnya, yaitu:

 Nyeri bertambah hebat jika ditekan/raba


 Perubahan bentuk/posisi berlebihan bila dibandingkan dengan
keadaan normal.
 Ada/tidak kulit yang terluka/terbuka di daerah fraktur.
 Teraba panas pada jaringan yang sakit.
 Perdarahan.
 Tanda-tanda shock akibat cedera berat, kehilangan darah, atau akibat
nyeri hebat.

e. Keterbatasan mobilisasi.

f. Terbukti fraktur lewat foto rontgen

15
.

2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan radiologis:

1. Setiap penderita trauma Os Coxae harus dilakukan pemeriksaan

radiologis dengan prioritas pemeriksaan rongent posisi AP.

2. Pemeriksaan rongent posisi lain yaitu oblik, rotasi interna dan

eksterna bila keadaan umum memungkinkan.

b. Pemeriksaan urologis dan lainnya:

1. Ureterogram

2. Sistogram retrograd dan postvoiding

3. Pielogram intravena

4. Aspirasi diagnostik dengan lavase peritoneal

2.8 PENATALAKSANAAN

a. Tindakan operatif bila ditemukan kerusakan alat – alat dalam rongga Os

Coxae .

b. Stabilisasi fraktur Os Coxae, misalnya:

1. Fraktur avulsi atau stabil diatasi dengan pengobatan konservatif

seperti istirahat, traksi, pelvic sling

2. Fraktur tidak stabil diatasi dengan fiksasi eksterna atau dengan

operasi yang dikembangkan oleh grup ASIF

3. Berdasarkan klasifikasi Tile:

16
 Fraktur Tipe A: hanya membutuhkan istirahat ditempat tidur

yang dikombinasikan dengan traksi tungkai bawah. Dalam 4-

6 minggu pasien akan lebih nyaman dan bisa menggunakan

penopang.

 Fraktur Tipe B:

- Fraktur tipe openbook

Jika celah kurang dari 2.5cm, diterapi dengan cara

beristirahat ditempat tidur, kain gendongan posterior

atau korset elastis.

Jika celah lebih dari 2.5cm dapat ditutup dengan

membaringkan pasien dengan cara miring dan menekan

ala ossis ilii menggunakan fiksasi luar dengan pen pada

kedua ala ossis ilii.

- Fraktur tipe closebook

Beristirahat ditempat tidur selama sekitar 6 minggu

tanpa fiksasi apapun bisa dilakukan, akan tetapi bila

ada perbedaan panjang kaki melebihi 1.5cm atau

terdapat deformitas Os Coxae yang nyata maka perlu

dilakukan reduksi dengan menggunakan pen pada krista

iliaka.

 Fraktur Tipe C

Sangat berbahaya dan sulit diterapi. Dapat dilakukan reduksi

dengan traksi kerangka yang dikombinasikan fiksator luar

dan perlu istirahat ditempat tidur sekurang – kurangnya 10

17
minggu. Kalau reduksi belum tercapai, maka dilakukan

reduksi secara terbuka dan mengikatnya dengan satu atau

lebih plat kompresi.

2.9 KOMPLIKASI

1. Trombosis vena ilio femoral : sering ditemukan dan sangat

berbahaya. Berikan antikoagulan secara rutin untuk profilaktik.

2. Robekan kandung kemih : terjadi apabila ada disrupsi simfisis

pubis atau tusukan dari bagian tulang panggul yang tajam.

3. Robekan uretra : terjadi karena adanya disrupsi simfisis pubis pada

daerah uretra pars membranosa.

4. Trauma rektum dan vagina

5. Trauma pembuluh darah besar yang akan menyebabkan perdarahan

masif sampai syok.

18
BAB IV

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Managemen fraktur Os Coxae yang makin maju telah memperbaiki hasil

pengobatan. Pada awal tahun 1980, pengenalan CT scan dan arteriografi

dengan embolisasi dan teknik fiksasi eksterna. Setelah lebih dari 25 tahun,

modalitas semakin rumit sehingga pengambilan keputusan fiksasi awal,

mobilisasi awal, dan profilaksis tromboemboli tekah dilakukan sebisa

mungkin pada pasien. Dibutuhkan pemahaman anatomi dan fisiologi yang

baik untuk dapat mengerti tentang pengelolaan dan managemen fraktur Os

Coxae , terutama yang mengancam kehidupan. Dalam hal ini dibutuhkan

kerjasama tim yang baik untuk memberikan pelayanan kesehatan yang

terbaik untuk pasien trauma yang berat seperti pada fraktur Os Coxae .

3.2 SARAN

Sebagai seorang perawat, sudah menjadi kewajiban untuk memberikan

tindakan perawatan dalam asuhan keperawatan yang diarahkan kepada

pembentukan tingkat kenyamanan pasien, manajemen rasa sakit dan keamanan.

Perawat harus mampu mamahami faktor psikologis dan emosional yang

berhubungan dengan diagnosa penyakit, dan perawat juga harus terus mendukung

pasien dan keluarga dalam menjalani proses penyakitnya.

19
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito-Moyet, Lynda Jaull. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. EGC:

Jakarta.

Doenges, Marilynn E, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Ed.3. EGC:

Jakarta

Guyton dan Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC: Jakarta.

Mansjoer A, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga, Jilid 2. Fakultas

Kedokteran UI: Media Aesculapius

Suddart, & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC:

Jakarta.

20

Anda mungkin juga menyukai