Anda di halaman 1dari 23

TEKNIK PEMERIKSAAN OSSA ANTEBRACHI

PADA INDIKASI FRAKTUR DI INSTALASI


RADIOLOGI RS MURNI TEGUH

Disusun Untuk Memenuhi Matrikulasi Mata Kuliah Praktek Kerja Lapangan II

Dosen Pengampu
Yeti Kartikasari, ST, M.Kes

Dibuat Oleh :

MARLINA PONTI RS
NIM : P1337430219062

PROGRAM STUDI DIV TEKNIK RADIOLOGI


JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DANRADIOTERAPI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik. Laporan ini disusun

untuk memenuhi matrikulasi mata kuliah praktek kerja lapangan II dengan judul

“Teknik Pemeriksaan Ossa Antebrachi Pada Indikasi Fraktur di Instalasi Radiologi

RS Murni Teguh ”dapat diselesaikan.

Tidak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak

yang secara langsung telah membantu dalam penulisan laporan ini. Akhir kata

penulis mengharapkan agar laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis bagi pembaca

pada umumnya.

Semarang, Juli 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


KATA PENGANTAR.................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 2

1.3 Tujuan Penulisan .................................................................... 2

1.4 Manfaat Penulisan .................................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Ossa Antebrachi ...................................................... 4

2.2 FisiologiTulang ...................................................................... 7

2.3 PatologiFraktur ....................................................................... 7

2.4 Patologi Dislokasi ................................................................ 11

2.5 Teknik Pemeriksaan ............................................................. 12

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil ..................................................................................... 15

3.2 Hasil Radiograf .................................................................... 15

3.3 Hasil Interpretasi Dokter ...................................................... 16

3.4 Pembahsan Hasil Radiograf oleh Penulis ............................ 16

BAB IV PENUTUP

4.1. Kesimpulan .......................................................................... 23

4.2. Saran ..................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ossa antebrachi terdiri dari dua tulang yaitu os radius dan os ulna.

Dimana keduanya memiliki ujung atas, batang, dan ujung bawah.

Pemeriksaan ossa antebrachi adalah salah satu pemeriksaan radiologi tanpa

menggunakan bahan kontras. Indikasi pada ossa antebrachi yang sering

terjadi adalah fraktur. Fraktur adalah diskontinuitas dari jaringan tulang

(patah tulang) yang biasanya disebabkan oleh adanya kekerasan yang timbul

secara mendadak. Fraktur dapat terjadi akibat peristiwa trauma, kelelahan

atau tekanan, kelemahan abnormal pada tulang. Fraktur yang terjadi dapat

berupa fraktur tertutup, fraktur Proyeksi yang digunakan dalam pemeriksaan

ossa antebrachi adalah proyeksi AP dan lateral.

Untuk itu penulis ingin membahas lebih lanjut mengenai prosedur

pemeriksaan yang dilakukan karena merupakan salah satu kasus yang

penting untuk diketahui secara luas baik dari segi teknik pemeriksaan itu

sendiri, serta sejauh mana informasi diagnostik yang diperoleh dalam

penggunaan teknik tersebut dalam rangka penegakkan diagnosis kasus yang

saya sajikan dalam bentuk laporan yang berjudul “Teknik Pemeriksaan

Ossa Antebrachi Pada Indikasi Fraktur di Instalasi Radiologi RS Murni

Teguh”

1
1.2 Rumusan Masalah

Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan laporan

pengamatan ini, penulis perlu membatasi masalah-masalah yang akan

dibahas Penulis menyajikan rumusan masalah sebagai berikut :

1.2.1. Bagaimana Teknik Pemeriksaan Ossa Antebrachi pada inidikasi

Fraktur ?

1.2.2. Bagaimana Hasil Radiografi Ossa Antebrachi pada indikasi

Fraktur?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

a. Untuk mengetahui dan memahami apa yang di maksud dengan

fraktur

b. Untuk mengetahui tujuan pemeriksaan Ossa Antebrachi

c. Untuk mengetahui Patologi fraktur pada Ossa Antebrachi

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui teknik pemeriksaan Ossa Antebrachi

b. Untuk mengetahui hasil dan pembahasan pemeriksaan Ossa

Antebrachi

c. Untuk mengetahui anatomi dan fisologi Ossa Antebrachi

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Bagi Pembaca

Agar mengetahui dan memahami apa yang di maksud dengan

fraktur pada pemeriksaan Ossa Antebrachi, mengetahui Patologi Ossa

2
Antebrachi, mengetahui teknik pemeriksaan Ossa Antebrachi,

mengetahui anatomi dan fisiologi Ossa Antebrachi, mengetahui anatomi

dan fisiologi Ossa Antebrachi dan mengetahui tentang pembahasan

pemeriksaan Ossa Antebrachi.

1.4.2 Bagi Institusi

Dapat digunakan sebagai tambahan referensi bahan ajar dan

keperluan pendidikan khususnya dibidang radiologi agar menjadi

kearah yang lebih baik

1.4.3 Bagi Penulis

Dapat digunakan untuk memperdalam pengetahuan penulis

tentang teknik pemeriksaan Ossa Antebrachi.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Anatomi Ossa Antebrachi

Antebrachi terdiri dari dua tulang panjang yaitu radius dan ulna,

namun kita harus memperhatikan syarat pada setiap pemeriksaan tulang

panjang, selain objek inti yang kita foto, kedua persendian tulang harus

tampak. Jadi pada pemeriksaan antebrachi kita juga perlu mengetahui tulang

carpal yaitu sendi bawah pada pergelangan tangan dan juga sendi siku yaitu

1/3 distal humerus

a) Os Radius

Radius adalah tulang di sisi lateral lengan bawah. Merupakan

tulang pipa dengan sebuah batang dan dua ujung dan lebih pendek dari

pada ulna.

1) Ujung Atas Radius

Radius kecil dan memperlihatkan kepala berbentuk

kancing dengan permukaan dangkal yang bersendi kapitulum dari

humerus. Sisi-sisi kepala radius bersendi dengan takik radial dari

ulna. Di bawah kepala terletak leher, dan di bawah serta di

sebelah medial dari leher ada tuberositas radii, yang dikaitkan

pada tendon dari insersi otot bisep.

2) Batang Radius

Di sebelah atas batangnya lebih sempit dan lebih bundar

dari pada di bawah dan melebar makin mendekati ujung bawah.

Batangnya melengkung ke sebelah luar dan terbagi dalam

4
beberapa permukaan, yang seperti pada ulna memberi kaitan

kepada flexor pronator yang letaknya dalam di sebelah posterior

memberi kaitan pada extensor dan supinator di sebelah dalam

lengan bawah dan tangan ligamentum interosa berjalan dari radius

ke ulna dan memisahkan otot belakang dari yang depan lengan

bawah.

3) Ujung Bawah Radius

Agak berbentuk segiempat dan masuk dalam formasi dua

buah sendi. Persendian inferior dari ujung bawah radius bersendi

dengan scapoid (os navikular radii) dan tulang semilunar (linatum)

dalam formasi persendian pergelangan tangan. Permukaan di

sebelah medial dari ujung bawah bersendi dengan kepala dari ulna

dalam formasi persendian radio-ulnar inferior. Sebelah lateral dari

ujung bawah diperpanjang ke bawah menjadi prosesus stiloid

radius.

b) Os Ulna

Ulna atau tulang hasta adalah sebuah tulang pipa yang mempunyai

sebuah batang dan dua ujung. Tulang itu adalah tulang sebelah medial

dan lengan bawah dan lebih panjang dari radius atau tulang pengumpil.

Kepala ulna ada di sebelah ujung bawah.

1) Ujung Atas Ulna

Kuat dan tebal, dan masuk dalam formasi sendi siku.

Prosesus olekranon menonjol ke atas di sebelah belakang dan tepat

5
masuk di dalam fossa olekranon dari humerus. Prosesus

koronoideus dari ulna menonjol di depannya, lebih kecil daripada

prosesus olekranon dan tepat masuk di dalam fossa koronoid dari

humerus bila siku dibengkokkan.

2) Batang Ulna

Makin mendekati ujung bawah makin mengecil. Memberi

kaitan kepada otot yang mengendalikan gerakan dari pergelangan

tangan dan jari. Otot-otot fleksor dating dari permukaan anterior

dan otot-otot extensor dari permukaan posterior. Otot yang

mengadakan pronasi atau perputaran ke depan, dan otot yang

mengadakan supinasi atau putaran ke belakang dari lengan bawah

juga dikaitkan kepada batang ulna.

3) Ujung Bawah Ulna

Dua eminensi atau peninggian timbul di atasnya. Sebuah

eminensi kecil bundar, kepala ulna, mengadakan sendi dengan sisi

medial dari ujung bawah radius dalam formasi persendian radio-

ulnaris inferior. Sebuah prosesus runcing, prosesus stiloideus

menonjol ke bawah dari belakang ujung bawah.

6
2.2. Fisiologi Tulang

Fisiologi tulang adalah sebagai berikut :

a) Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh.

b) Melindungi organ tubuh (misalnya: jantung, otak dan paru-paru).

c) Memberikan pergerakan otot yang berhubungan dengan kontraksi dan

pergerakan).

d) Membentuk sel-sel darah merah di dalam sum-sum tulang belakang.

e) Menyimpan garam mineral, misalnya kalsium fosfor.

2.3. Patologi Fraktur

2.3.1. Pengertian Fraktur

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan

tulang yang disebabkan oleh rudapksa atau tekanan eksternal yang

datang melebihi dari yang diserap oleh tulang. Tulang mempunyai daya

lentur (elastisitas) dengan kekuatan yang memadai, apabila trauma

melebihi dari daya lentur tersebut maka terjadi fraktur (patah tulang).

Fraktur antebrachi merupakan suatu istilah untuk patah tulang radius

dan ulna yang biasanya terjadi pada bagian proksimal, distal, diafisis

atau persendian pergelangan tangan.

Pada umumnya fraktur di sebabkan oleh trauma atau aktifitas

fisik di mana terdapat tekanan berlebihan, pada tulang. Berikut ini ada

beberapa macam penyebab terjadinya fraktur,yaitu:

7
 Trauma langsung

Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada

tulang, hal tersebut akan menyebabkan fraktur pada daerah

tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat comminuted

dan jaringan lunak ikut mengalami kerusakan.

 Trauma tak langsung

Apabila trauma di hantarkan ke daerah yang lebih jauh

dari daerah fraktur, trauma tersebut disebut trauma tidak

langsung, misalnya jatuh dengan tangan ekstensi dapat

menyebabkan fraktur pada klavikula. Pada keadaan ini

jaringan lunak tetap utuh.

 Fraktur yang terjadi ketika tekanan atau tahanan yang

menimpa tulang lebih besar dari pada daya tahan tulang.

 Tulang mengalami osteoporosis sehingga tulang menjadi

rapuh dan tidak kuat.

Adapun factor yang mempengaruhi fraktur yaitu factor

ekstrinsik meliputi kecepatan dan durasi trauma yang mengenai

tulang, arah dan kekuatan trauma dan factor intrinsik meliputi

kapasitas tulang mengabsorpsi energi trauma, kelenturan, kekuatan

dan densitas tulang.

8
2.3.2. Klasifikasi Fraktur

a) Berdasarkan hubungan dengan dunia luar :

 Fraktur Terbuka

Fraktur yang merusak jaringan kulit, karena adanya

hubungan dengan lingkungan luar, maka fraktur terbuka

potensional terjadi infeksi.

 Fraktur Tertutup

Fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh,

tulang tidak menonjol melalui kulit.

b) Berdasarkan garis patah tulang

 Green Stick

Pada sebelah sisi dari tulang, sering terjadi pada anak-

anak dengan tulang lembek.

 Transverse

merupakan patah melintang

 Longitudinal

adalah patah yang memanjang.

 Obliquegaris patah miring.

 Spiralpatah melingkar

c) Berdasarkan luas dan garis fraktur meliputi :

 Fraktur Komplit

Adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang yang

luas sehingga tulang terbagi menjadi dua bagian dan garis

9
patahnya menyebrang dari satu sisi ke sisi lain serta mengenai

seluruh korteks.

 Fraktur Inkomplit

Adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang dengan

garis patah tidak menyeberang, sehingga tidak mengenai

korteks (masih ada korteks yang utuh).

d) Berdasarkan kedudukan fragmen yaitu :

 Tidak ada dislokasi

 Adanya dislokasi yang dibedakan menjadi :

e) Jenis-Jenis Fraktur

 Fraktur tertutup (patah tulang simplek) : Tulang yang patah

tidak tampak dari luar

 Fraktur terbuka (patah tulang majemuk) : Tulang yang patah

tampak dari luar karena tulang telah menembus kulit atau kulit

mengalami robekan. Patah tulang terbuka lebih mudah

terinfeksi.

 Patah tulang kompresi (patah tulang karena penekanan)

Merupakan akibat dari tenaga yang menggerakkan sebuah

tulang melawan tulang lainnya atau tenaga yang menekan

melawan panjangnya tulang.

 Patahtulangkarenatergilas : Tenaga yang sangat hebat

menyebabkan beberapa retakan sehingga terjadi beberapa

pecahan tulang.

10
 Patah tulang avulse : Disebabkan oleh kontraksi otot yang

kuat, sehingga menarik bagian tulang tempat tendon otot

tersebut melekat.

 Patah tulang patologis : Terjadi jika sebuah tumor (biasanya

kanker) telah tumbuh ke dalam tulang dan menyebabkan

tulang menjadi rapuh.

2.4.Patologi Dislokasi

2.4.1. Pengertian Dislokasi

Dislokasi merupakan terlepasnya kompresi tulang dari

kesatuan sendi. Dislokasi terjadi bisa saja hanya komponen

tulangnya saja yang bergeser atau bisa juga terlepasnya seluruh

komponen tulang dari tempat yang seharusnya. Adapun penyebab

dislokasi sebagai berikut :

a) Cedera olah raga

b) Trauma

c) Terjatuh

d) Patologis

2.4.2. Klasifikasi dislokasi

a) Dislokasi congenital (bawaan lahir)

b) Dislokasi patologik (penyakit seperti tumor atau

osteoporosis)

c) Dislokasi traumatic

11
Berdasarkan tipe kliniknya dislokasi traumatic terbagi menjadi

3 yaitu :

a) Dislokasi akut

b) Dislokasi kronik

c) Dislokasi berulang

2.5.Teknik Pemeriksaan

2.5.1. Proyeksi Antero Posterior (AP)

Posisi pasien : Duduk menyamping di sisi meja pemeriksaan

Posisi objek : Letakkan ossa antebrachi, os humerus, dan

ossa manus di atas meja pemeriksaan.

Letakkan ossa antebrachi di tengah-tengah

kaset dengan salah satu sendi atau kedua-

duanya masuk dalam kaset.

CP : Pertengahan Ossa Antebrachi

CR : Vertikal tegak lurus bidang kaset.

FFD : 90-100 cm

Ukuran kaset : 24 x 30 cm

Faktor Eksposi kV= 48, mAs = 4

12
Gambar 2.1. (A) Posisi Objek AP , (B) Hasil Radiograf
(Balinger , 2013)

Kriteria Radiograf :

1. Tampak gambaran kedua sendi, wrist joint dan elbow joint

2. Sedikit superposisi antara radius dan ulna di bagian proximal

3. Tidak ada elongasi dan forshortening dari epicondylus humeral.

2.5.2. Proyeksi Lateral

Posisi pasien : Duduk menyamping di sisi meja pemeriksaan

Posisi objek : Tempatkan ossa antebrachi di tengah-tengah

kaset dengan tepi medialis merapat pada

kaset dalam keadaan true lateral. Elbow joint

fleksio sehingga membentuk sudut 90 º antara

ossa antebrachi dan os humerus. Salah satu

atau dari kedua sendi masuk dalam

pemeriksaan.

CP : Pertengahan Ossa Antebrachi

13
CR : Vertikal tegak lurus bidang kaset.

FFD : 90-100 cm

Ukuran kaset : 24 x 30 cm

Faktor Eksposi kV= 50, mAs= 4

Gambar 2.2. (A) Posisi Objek Lateral , (B) Hasil Radiograf


(Balinger , 2013)

Kriteria Gambar :

1. Tampak kedua gambaran sendi wrist joint dan elbow joint

2. Superposisi dari radius dan ulna di bagian distal

3. Superposisi antara radial head dengan coronoid process

4. Superposisi epicondyles medial dan lateral humerus.

14
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

3.1.1. Identitas Pasien

Nama : Mrs.X

Umur : 20 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Tanggal Foto : 25 Juli 2019

No.RM : 123456

Pemeriksaan :X-ray Antebrachi (D)

Indikasi : Fraktur (Post Kecelakaan Lalu Lintas)

3.1.2. Persiapan Pasien

Untuk pemeriksaan antebrachii , benda-benda yang dapat

menimbulkan artefak seperti jam tangan, gelang , agar dilepas.

3.2. Hasil Radiograf

Gambar 3.1. Hasil Radiograf proyeksi AP dan Lateral Antebrachii Dextra

15
3.3. Hasil Interpretasi Dokter :

 Besar, bentuk dan struktur trabecula tulang-tulang pembentuk

antebrachi dextra lainnya dalam batas normal

 Sela sendi tidak menyempit, permukaan sendi dalam batas normal

 Tampak fraktur pada proximal os radius dextra

 Tidak tampak lesi titik maupun skelerotik

 Tidak tampak osteofit

Kesimpulan : Fraktur komplit pada os radius dextra

3.4. Pembahasan Hasil Radiograf oleh Penulis

3.4.1. Proyeksi AP

a) Faktor eksposi yang digunakan kV : 48, mAs = 4

b) Tampak radial tuberosity, caput dan neck sedikit mengalami

superposisi terhadap proximal ulna,

c) Tampak kedua sendi yaitu wrist joint dan elbow joint,

d) Tidak ada perpanjangan elongation dan foreshortening dari

epicondylus humeri.

16
e) Densitas yang sama antara daerah distal dan proksimal

antebrachi.

f) Tampak marker R pada sisi atas film sebagai penanda objek

3.4.2. Proyeksi Lateral

a) Faktor Eksposi kV = 50, mAs = 4

b) Pergelangan tangan dan distal humerus nampak.

c) Tampak kedua sendi wrist joint dan elbow joint

d) Superposisi dari radius dan ulna pada ujung distal.

e) Superposisi oleh caput radial di atas prosesus koronoideus.

f) Radial tuberositas menghadap depan.

g) Epicondilus humerus superposisi.

h) Elbow joint fleksi 90 derajat.

i) Tampak soft tissue dan trabecula tulang di sepanjang poros

radial dan ulnaris.

j) Tampak marker R berada pada daerah proyeksi AP pada sisi

atas film sebagai penanda objek.

17
Dengan struktur gambar anatomi yang terlihat pada hasil radiograf

tampak gambaran tulang ossa antebrachi dengan batas atas pada elbow joint

dan batas bawah pada wrist joint, terlihat fraktur distal os radius dextra

dengan dislokasi distal radioulnar joint.

Fraktur antebrachi merupakan suatu istilah untuk patah tulang radius

dan ulna atau salah satunya yang biasanya terjadi pada bagian proksimal

(condilus), diafisis atau persendian pergelangan tangan, yang biasa di

sebabkan oleh benturan maupun faktor patologik tulang.

18
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan

4.1.1. Fraktur antebrachi merupakan patah tulang radius dan ulna atau

salah satunya, yang disebabkan oleh benturan. Proyeksi yang

digunakan pada pemeriksaan ossa antebrachi pada kasus fraktur di

instalasi radiologi menggunakan proyeksi Antero Posterior (AP) dan

proyeksi Lateral.

4.1.2. Berdasarkan hasil radiograf tampak fraktur distal radius dextra

dengan dislokasi distal radio-ulnar joint

4.2. Saran

4.2.1. Sebaiknya lebih memperhatikan proteksi radiasi yang diterima

pasien, keluarga dan petugas, agar radiasi yang diterima dapat

diminimalisir.

4.2.2. Upayakan agar kolimasi atau luas lapangan penyinaran dibatasi

untuk mengurangi radiasi yang diterima pasien.

19
DAFTAR PUSTAKA

Ballinger, Philip W. 2003. Merrill’s Atlas of Radiographic Position & Radiologic


Prosedures volume one. USA: Mosby.

Danusupadno, S,.1992. Dasar-Dasar Radiobiologik Proteksi Radiasi Menurut


RekomendasiICRPNomor 60, 1990, PSPKR- BATAN, Jakarta.

Joedmoadjo, S., 1993.Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan


Lingkungan, PSPKR-BATAN, Jakarta, hal. 10-20.

Kustiono, A. S., 1993. Lokakarya Keselamatan dan Kesehatan Kerja BATAN,


BATAN, Jakarta ,hal. 52-58

Pearce, Evelyn C.2009.Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, Jakarta : PT.


Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai