Anda di halaman 1dari 35

GAMBARAN IMAGING PEMERIKSAAN MAMMOGRAFI

DENGAN KLINIS BENJOLAN MAMAE DEXTRA DI

INSTALASI RADIOLOGI RS MURNI TEGUH

Disusun Untuk Memenuhi Matrikulasi Mata Kuliah Praktek Kerja Lapangan II

Dosen Pengampu
Yeti Kartikasari, ST, M.Kes

Dibuat Oleh :

MARLINA PONTI RS
NIM : P1337430219062

PROGRAM STUDI DIV TEKNIK RADIOLOGI


JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI

POLTEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik. Laporan ini

disusun untuk memenuhi matrikulasi mata kuliah praktek kerja lapangan II dengan

judul “Gambaran Imaging Pemeriksaan Mammografi dengan Klinis Benjolan

Mammae Dextra di Instalasi Radiologi RS Murni Teguh ”dapat diselesaikan.

Tidak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak

yang secara langsung telah membantu dalam penulisan laporan ini. Akhir kata

penulis mengharapkan agar laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis bagi pembaca

pada umumnya.

Semarang, Juli 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................i

KATA PENGANTAR..................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................iii

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................2

1.4 Manfaat Penulisan...................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Mammae.............................................3

2.2 Mamografi.............................................................................11

2.3 Prosedur Pemeriksaan...........................................................11

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Identitas Pasien......................................................................29

3.2 Hasil Radiograf.....................................................................29

3.3 Hasil Expertise Dokter......................................................... 30

3.4 Pembahasan Hasil Radiograf oleh Penulis............................31

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan...........................................................................32

4.2 Saran......................................................................................32

DAFTAR PUSTAKA............................................................................33

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Memiliki payudara yang indah adalah impian kebanyakan

wanita di berbagai penjuru dunia. Banyak diantara mereka yang rela

berkorban mengeluarkan biaya yang tak sedikit dan beresiko tinggi

demi mendapatkan payudara yang lebih indah.

Kanker payudara merupakan salah satu penyakit ganas yang

paling ditakuti oleh kaum hawa. Sel-sel kanker pada jaringan payudara

dapat menyebar keseluruh jaringan tubuh dan dapat menyebabkan

kematian. Untuk menghindari persebaran sel-sel kanker tersebut maka

diperlukan tindakan medis yang dapat mendeteksi adanya sel-sel kanker

pada jaringan payudara. Salah satu modalitas kesehatan di bidang

radiodiagnostik yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya

sel-sel kanker pada jaringan payudara adalah mammografi unit.

Jika seorang wanita dengan klinis tumor jinak maupun ganas,

maka pada gambaran radiograf hasil pemeriksaan mammografi akan

menampakkan beberapa tanda dan ciri khusus seperti adanya

makrokalsifikasi, adanya ganbaran halo sign, mikrokalsifikasi,

speculate sign, pembesaran kelenjar axilla dan tampak adanya

penebalan kulit seperti kulit jeruk. Untuk itulah penulis tertarik untuk

mengambil kasus ini dan akan membahasnya dalam judul “Gambaran

1
Imaging Pemeriksaan Mammografi Mammae Dextra di Instalasi

Radiologi RS Murni Teguh”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan, maka

dapat dirumuskan sebagai berikut:

1.2.1. Bagaimanakah teknik pemeriksaan mammografi?

1.2.2. Bagaimanakah gambaran imaging pameriksaan

mammografi?

1.3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan laporan kasus ini sebagai berikut:

1.3.1. Untuk mengetahui teknik pemeriksaan mammografi?

1.3.2. Untuk mengetahui gambaran imaging pameriksaan

mammografi?

1.4. Manfaat Penulisan

Manfaat dari pembuatan laporan kasus ini yakni diharapkan dapat

digunakan sebagai acuan untuk menambah wawasan bagi penulis

khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya mengenai teknik

mammografi dengan klinis tumor mammae jinak

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi dan Fisiologi Mammae

Payudara atau mammae adalah struktur kulit yang dimodifikasi,

bergrandular pada anterior thorax. Pada mammae perempuan terdapat unsur

untuk mensekresi susu sebagai makanan bayi (Kumala, 1998).

Payudara tersusun dari jaringan lemak yang mengandung kelenjar-

kelenjar yang bertanggung jawab terhadap produksi susu pada saat hamil

dan setelah bersalin. Setiap payudara terdiri dari sekitar 15-25 lobus

berkelompok yang disebut lobulus, kelenjar susu, dan sebuah bentukan

seperti kantung-kantung yang menampung air susu (alveoli). Saluran untuk

mengalirkan air susu ke puting susu disebut duktus. Sekitar 15-20 saluran

akan menuju bagian gelap yang melingkar di sekitar puting susu (areola)

membentuk bagian yang menyimpan air susu (ampullae) sebelum keluar ke

permukaan.

Gambar 2.1. (A)Tampak Mammae Potongan Sagital, (B) Tampak

Mammae dari sisi Anterior (Ballinger, 2013)

3
Kedua payudara tidak selalu mempunyai ukuran dan bentuk yang

sama. Bentuk payudara mulai terbentuk lengkap satu atau dua tahun

setelah menstruasi pertamakali.Hamil dan menyusui akan menyebabkan

payudara bertambah besar dan akan mengalami pengecilan (atrofi) setelah

menopause.

Payudara akan menutupi sebagian besar dinding dada. Payudara

dibatasi oleh tulang selangka (klavikula) dan tulang dada (sternum).

Jaringan payudara bisa mencapai ke daerah ketiak dan otot yang berada

pada punggung bawah sampai lengan atas (latissimus dorsi).

Kelenjar getah bening terdiri dari sel darah putih yang berguna

untuk melawan penyakit. Kelenjar getah bening didrainase oleh jaringan

payudara melalui saluran limfe dan menuju nodul-nodul kelenjar di sekitar

payudara samapi ke ketiak dan tulang selangka. Nodul limfe berperan

penting pada penyebaran kanker payudara terutama nodul kelenjar di

daerah ketiak.

2.1.1. Struktur Makroskopis Mammae (Verralls, 1997)

a. Cauda axillaris

Cauda axillaris adalah jaringan mammae yang meluas ke

daerah axilla.

4
b. Areola

Areola adalah daerah lingkaran yang terdiri dari kulit yang

longgar yang mengalami pigmentasi dan pada masing-masing

payudara bergaris tengah kira-kira 2,5 cm. Areola berwarna

merah muda pada wanita yang berkulit cerah, lebih gelap pada

wanita berkulit coklat dan warna tersebut akan lebih gelap

pada wanita yang sedang hamil. Pada Areola ini terdapat kira-

kira 20 glandula sebacea. Pada masa kehamilan, areola ini

membesar dan disebut tuberculum montgomery.

c. Papilla mammae

Papilla mammae terletak di areola mammae setinggi rusuk

(iga) keempat. Papilla mammae merupakan suatu tonjolan

yang panjangnya kira-kira 6 mm, tersusun atas jaringan erektil

berpigmen dan merupakan bangunan yang sangat peka.

Permukaan papilla mammae berlubang-lubang berupa ostium

papillare kecil-kecil yang merupakan muara ductus lactifer.

Gambar 2.2. Anatomi Permukaan Mammae (Ballinger, 2013)

5
2.1.2. Stuktur Mikroskopis Mammae

Payudara terutama tersusun atas jaringan kelenjar tetapi juga

mengandung sejumlah jaringan lemak, dan ditutupi oleh kulit.

Jaringan kelenjar ini dibagi menjadi kira-kira 18 lobus yang

dipisahkan secara sempurna satu sama lain oleh lembaran-lembaran

jaringan fibrosa. Setiap lobus merupakan satu unit fungsional dan

tersusun atas bangun sebagai berikut (Verralls, 1997) :

a. Alveoli

Alveoli mengandung sel-sel yang mensekresi air susu.

Setiap alveolus dilapisi oleh sel-sel yang mensekresi air susu,

disebut acini yang mengektrasi faktor-faktor dari darah yang

penting untuk pembentukan air susu. Disetiap keliling

alveolus terdapat sel-sel mioepitel yang terkadang disebut sel

keranjang. Apabila sel-sel ini dirangsang oleh oksitosin akan

berkontraksi sehingga mengalirkan air susu kedalam ductus

lactifer.

b. Tubulus lactifer

Tubulus lactifer adalah saluran kecil yang berhubungan

dengan alveoli

c. Ductus lactifer

Ductus lactifer adalah saluran sentral yang merupakan

tempat bermuaranya beberapa tubulur lactifer

6
d. Ampulla

Ampulla adalah bagian dari duktus lactifer yang

melebar, yang merupakan tempat penyimpanan air susu.

Ampulla terletak dibagian bawah areola.

Gambar 2.3. Mammae anterior view, jaringan glandular

(Bontrager, 2001)

2.1.3. Jenis-Jenis Jaringan pada Mammae (Bontrager, 2001)

Terdapat tiga jenis jaringan yang menyusun mammae,

diantaranya adalah :

a. Glandular

b. Fibrous

c. Adiposa

Pada gambaran radiograf jaringan glandular dan fibrous akan

tampak sama karena kedua jaringan ini memiliki tingkat densitas

yang hampir sama, sedangkan jaringan adiposa memiliki tingkat

7
densitas yang lebih rendah sehingga akan tampak lebih gelap jika

dibandingkan dengan jaringan glandular dan fibrous.

Gambar 2.4. Jenis-jenis jaringan mammae (Bontrager, 2001)

2.1.4. Klasifikasi Mammae (Bontrager, 2001)

Mammae dapat diklasifikasikan menjadi 3 kategori

berdasarkan pada perbandingan jumlah jaringan fibro-glandular

dan jaringan lemak. Berikut ini adalah penjelasan mengenai

pengklasifikasian mammae tersebut:

a. Fibro-glandular

 Biasanya pada wanita yang berusia15-30 tahun

atau pada wanita yang berusia diatas 30 tahun

dan tidak pernah memiliki anak

 Pada wanita yang sedang hamil dan menyusui

 Pada gambaran radiograf akan tampak putih

(dens)

 Sangat sedikit jaringan lemak

b. Fibro-fatty

8
 Biasanya pada wanita usia 30-50 tahun

 Pada wanita muda yang telah hamil sebanyak 3

kali atau lebih

 Densitas sedang

 Terdiri dari 50% lemak dan 50% fibro-glandular

c. Fatty

 Biasanya pada kelompok umur diatas 50 tahun

 Pada wanita yang telah menopouse

 Densitasnya rendah

 Pada mammae anak-anak dan pria

2.1.5. Tahap Perkembangan Mammae (Ballinger, 1999)

Payudara wanita adalah salah satu struktur tubuh yang rumit.

Payudara wanita mulai tumbuh pada masa puber dan terus berubah

seiring dengan fluktuasi hormonnya. Biasanya payudara mulai

kendur pada akhir usia 40-an. Berikut ini adalah tahapan

perkembangan kondisi payudara dalam setiap tahapan usia ;

a. Adolescent

Bentuk dan ukuran payudara ini terdapat pada anak-anak dan

remaja (8 –18 tahun), beberapa jaringan belum berkembang.

9
b. Prepregnancy

Terdapat pada orang yang belum atau dalam masa hamil, lobus

dan kelenjar-kelenjar sudah berkembang dengan tujuan

mepersiapkan masa menyusui.

c. Reproductive

Terjadi pada masa setelah atau tidak sedang menyusui tetapi

belum menopouse. Keadaan lobus menggumpal, terjadi pada

umur 20 – 50 tahun.

d. Menopouse

Keadaan lobus-lobus yang menyatu, terjadi pada masa

reproduksi akhir.

e. Senescent

Terjadi pada masa tua atau tidak ada lagi kelenjar-kelenjar

susu yang berkembang.

Gambar 2.6. Perubahan bentuk mammae (Ballinger,1999)

10
2.2. Mammografi

2.2.1. Pengertian Mammografi

Mammografi merupakan pemeriksaan radiografi untuk

memperlihatkan struktur anatomis mammae dengan film khusus baik

dengan menggunakan media kontras atau tidak.

2.2.2. Pesawat Mammografi

Pemeriksaan mammografi memerlukan seperangkat pesawat

sinar-X yang mempunyai komponen khusus. Hal ini dikarenakan organ

yang diperiksa mempunyai struktur yang khusus berupa soft tissue atau

jaringan lunak.

2.3. Prosedur Pemeriksaan

2.3.1. Persiapan Pasien (Bontrager, 2001)

Sebelum pemeriksaan dimulai, radiografer harus menjelaskan

prosedur pemeriksaan mammografi dan pasien diminta untuk

melepaskan pakaiannya, aksesoris, talcum powder atau antiperspirant

yang dapat menimbulkan adanya artifact pada radiograf. Radiografer

harus menganamnesa pasien perihal riwayat kesehatannya, anamnesa

tersebut meliputi :

a. Kehamilan, berapa kali hamil

b. Riwayat keluarga yang mengalami kanker mammae

c. Medikasi (terapi hormon)

d. Pernah melakukan operasi (surgery) atau tidak

11
e. Pernah melakukan mammografi atau tidak, jika iya kapan

dan dimana dilakukan pemeriksaan mammografi tersebut

f. Penjelasan mengenai keluhan yang dialami, seperti

screening mammografi, benjolan, nyeri dan pengangkatan

mammae

g. Radiografer juga harus mencatat posisi luka, posisi massa

saat dipalpasi, kutil, tatto dan lain-lain.

2.3.2. Persiapan Alat

Adapun persiapan alat yang dibutuhkan untuk pemeriksaan

mammografi adalah:

a. Mammografi unit

a. Anoda Mo

b. Kaset khusus

c. Conus

d. Filter : Al

b. Film khusus mammografi

a) Non screen

b) High definition

2.3.3. Indikasi Mammografi

Tujuan klinik dari pemeriksaan mammografi secara umum

adalah mendeteksi secara dini adanya kelainan pada

payudara.Pemeriksaan mammografi dilakukan apabila :

12
2.3.4. Kontra Indikasi Mammografi

Terdapat dua jenis kontra indikasi pada pemeriksaan

mammografi yakni kontra indiksai mutlak dan relative. Kontra

indikasi mutlak adalah pada pasien wanita yang sedang hamil

(gravid), sedangkan kontra indikasi relative adalah pada pasien

wanita yang berumur dibawah 35 tahun dan wanita yang sedang

dalam masa menstruasi dan pada wanita yang sedang menyusui.

2.3.5. Proyeksi Pemeriksaan

A. Proyeksi Craniocaudal (CC)

Phatology : Proyeksi ini dapat digunakan untuk

demonstrated mendeteksi dan atau mengevaluasi adanya

kalsifikasi, kista, karsinoma atau

keabnormalan lain serta perubahan yang

terjadi pada jaringan mammae. Kedua

mammae difoto sebagai perbandingan satu

sama lain.
Technical : 1) Ukuran IR : 18 X 24 cm (8 x 10

Factors inchi) membujur atau 24 x 30 cm (10 x

12 inchi) membujur

2) Moving grid

3) Faktor eksposi : 25 – 28 kVp dan

mA=36

4) Waist apron
Posisi pasien : Pasien dalam posisi berdiri atau duduk
Posisi objek : 1) Ketinggian IR tergantung pada

13
pengangkatan mammae agar mencapai

sudut 90 derajat terhadap dinding dada.

IR setinggi batas atas lipatan infra

mammary.

2) Lengan sisi yang difoto dalam posisi

relax, dan bahu didorong ke belakang.

3) Kepala menoleh kearah yang

berlawanan dengan sumber sinar-x.

4) Lipatan dan bagian mammae yang

mengkerut harus dihaluskan

(diluruskan) dan dikompresi hingga

kencang.

5) Marker dan ID pasien selalu berada

pada sisi axillary

Gambar 2.7. Proyeksi craniocaudal


(Bontrager, 2001)

CR : Tegak lurus, dipusatkan pada dasar

mammae, dinding dada pada pinggir IR


FFD : Tetap, berkisar antara 60 cm (24 inchi)
Kolimasi : Menggunakan conus pada pesawat

14
mammografi
Respirasi : Tahan nafas
Kriteria : Seluruh jaringan mammae harus tampak

radiograf pada radiograf, termasuk bagian

central,subareolar, dan mammae medial

(terkadang muskulus pectoralis juga

tampak).

Gambar 2.8. Radiograf proyeksi craniocaudal


(Bontrager, 2001)

15
B. Proyeksi Mediolateral Oblique (MLO)

Phatology : Proyeksi ini dapat digunakan untuk

demonstrated mendeteksi dan atau mengevaluasi adanya

kalsifikasi, kista, karsinoma atau

keabnormalan lain serta perubahan yang

terjadi pada jaringan mammae lateral. Kedua

mammae difoto sebagai perbandingan satu

sama lain.
Technical : 1. Ukuran IR : 18 X 24 cm (8 x 10

Factors inchi) membujur atau 24 x 30 cm (10 x

12 inchi) membujur

2. Moving grid

3. Faktor eksposi : 25 – 28 kVp dan 36 mA

4. Waist apron
Posisi pasien : Pasien dalam posisi berdiri atau duduk
Posisi objek 1) Tabung sinar-x dan IR saling berhadapan,

CR membentuk sudut sebasar 45 derajat.

CR tepat pada pertengahan mammae,

tegak lurus terhadap muskulus pectoralis.

 Untuk mammae yang berukuran

besar, penyudutan CR sebesar 40-60

derajat vertical.

 Untuk mammae yang berukuran kecil,

penyudutan CR sebesar 60-70 derajat

vertical.

16
2) Atur tinggi IR selevel dengan axilla

pasien.

3) Pasien menghadap pesawat mammografi

dan kaki pasien lurus seperti pada posisi

CC, posisikan lengan dan tangan sisi yang

difoto lurus kedepan.

4) Tarik mammae dan muskulus pectoralis

kedepan dan medial menjauhi dinding

dada. Dorong tubuh pasien ke depan

hingga bagian inferolateral mammae

menyentur IR.

5) Kompres mammae perlahan, hingga

kencang.

6) Sisi atas dari kompresi harus menyentuh

bagian bawah clavicula dan sisi bawah

harus menyentuh lipatan inframammary.

7) Lipatan dan bagian mammae yang

mengkerut harus dihaluskan (diluruskan)

dan dikompresi hingga kencang.

8) Bila diperlukan, minta pasien untuk

menarik mammae yang tidak difoto untuk

menghindari terjadinya superposisi.

9) Marker dan ID pasien selalu berada pada

17
sisi axillary

Gambar 2.9. Proyeksi mediolateral oblique

(Bontrager, 2001)

CR : Tegak lurus, dipusatkan pada dasar mammae,

dinding dada pada pinggir IR


FFD : Tetap, berkisar antara 60 cm (24 inchi)
Kolimasi : Menggunakan conus pada pesawat

mammografi
Respirasi Tahan nafas
Kriteria Seluruh jaringan mammae tampak, dari

radiograf muskulus pectoralis hingga nipple. Lipatan

18
inframammary harus tampak dan mammae

tidak boleh kendur ke bawah

Gambar 2.10. Radiograf proyeksi MLO

(Bontrager, 2001)

C. Proyeksi Mediolateral (ML)

Phatology :  Dapat menampakkan patologi pada

demonstrated mammae, terutama inflamasi atau patologi

yang lain pada daerah lateral mammae.

 Proyeksi ini mungkin diminta oleh

19
radiologist sebagai proyeksi pilihan untuk

mengkonfirmasi adanya keabnormalan

yang nampak pada proyeksi MLO.


Technical : 1. Ukuran IR : 18 X 24 cm (8 x 10

Factors inchi) membujur atau 24 x 30 cm (10 x

12 inchi) membujur

2. Moving grid

3. Faktor eksposi : 25 – 28 kVp dan 36 mA

4. Waist apron
Posisi pasien : Pasien dalam posisi berdiri atau duduk
Posisi objek 1) Tabung sinar-x dan IR saling berhadapan,

CR membentuk sudut sebasar 90 derajat

terhadap bidang vertikal.

2) Atur ketinggian IR pada pertengahan

mammae.

3) Pasien menghadap pesawat mammografi

dan kaki pasien lurus, posisikan lengan

dan tangan sisi yang difoto lurus kedepan.

4) Tarik mammae dan muskulus pectoralis

kedepan dan medial menjauhi dinding

dada. Dorong tubuh pasien ke depan

hingga bagian inferolateral mammae

menyentur IR.

5) Kompres mammae perlahan, hingga

kencang. Setelah paddle unit melewati

20
tulang sternum, rotasikan pasien hingga

mammae pada posisi true lateral.

6) Lipatan dan bagian mammae yang

mengkerut harus dihaluskan (diluruskan)

dan dikompresi hingga kencang.

7) Bila diperlukan, minta pasien untuk

menarik mammae yang tidak difoto untuk

menghindari terjadinya superposisi.

8) Marker dan ID pasien selalu berada pada

sisi axillary.

21
Proyeksi mediolateral (Bontrager, 2001)
CR : Tegak lurus, dipusatkan pada dasar mammae,

dinding dada pada pinggir IR


FFD : Tetap, berkisar antara 60 cm (24 inchi)
Kolimasi : Menggunakan conus pada pesawat

mammografi
Respirasi Tahan nafas
Kriteria Tampak seluruh mammae dari aspek lateral,

radiograf termasuk daerah axillary dan muskulus

pectoralis

D. Proyeksi Laterally Exaggerated Craniocaudal (XCCL)

Phatology :  Proyeksi ini dapat menampakkan adanya

demonstrated potensi patologi pada mammae atau

adanya perubahan pada jaringan mammae.

Poyeksi ini juga mampu menekan jaringan

22
axillary.

 Proyeksi ini merupakan proyeksi yang

paling sering diminta oleh radiologist jika

proyeksi CC tidak dapat menampakkan

seluruh jaringan axillary atau ketika

gambaran lesi tampak pada proyeksi MLO

tapi tidak tampak pada proyeksi CC.


Technical : 1. Ukuran IR : 18 X 24 cm (8 x 10

Factors inchi) membujur atau 24 x 30 cm (10 x

12 inchi) membujur

2. Moving grid

3. Faktor eksposi : 25 – 28 kVp dan 36 mA

4. Waist apron
Posisi pasien : Pasien dalam posisi berdiri atau duduk
Posisi objek 1) Posisikan pasien seperti pada proyeksi

CC, kemudian rotasikan tubuh pasien

secukupnya sehingga daerah axillary

mammae masuk dalam IR.

2) Luruskan tangan pasien ke depan dan

minta pasiem unruk merelekskan

bahunya. (beberapa sumber

merekomendasikan untuk meyudutkan

CR sebesar 5 derajat mediolaterally)

3) Kepala pasien menoleh menjauhi sumber

sinar-x.

23
4) Mammae ditarik ke pertengahan IR,

Lipatan dan bagian mammae yang

mengkerut harus dihaluskan (diluruskan)

dan dikompresi hingga kencang.

5) Marker dan ID pasien selalu berada pada

sisi axillary

Proyeksi XCCL (Bontrager, 2001)

CR : Tegak lurus, dipusatkan pada dasar mammae,

dinding dada pada pinggir IR


FFD : Tetap, berkisar antara 60 cm (24 inchi)
Kolimasi : Menggunakan conus pada pesawat

mammografi
Respirasi Tahan nafas
Kriteria Tampak jaringan axillary mammae,

radiograf muskulus pectoralis dan sentral serta jaringan

subareolar.

24
Radiograf proyeksi XCCL (Bontrager, 2001
E. Proyeksi Craniocaudal Cleavage (CV)

Image : 1 8 x 24 cm atau 24 x 30 cm

Receptor
Posisi pasien : Pasien dalam posisi berdiri menghadap

penyangga kaset atau duduk.


Posisi objek 1. Atur ketinggian kaset dengan mengangkat

lipatan inframammary pada ketinggian

maksimal

2. Radiografer berdiri di belakang pasien,

gunakan kedua tangan untuk menarik

kedua mammae dan tempatkan pada

pertengahan kaset, instruksikan pada

25
pasien untuk membusungkan dada

3. Tarik daerah medial mammae sebanyak

mungkin dan tempatkan pada pertengahan

kaset.

4. Rotasikan kepala pasien menjauhi sumber

sinar-x

5. Kedua tangan pasien berpegangan pada

pesawat mammogarfi agar dapat

mempertahankan posisi mammae pada

kaset

6. Informasikan kepada pasien bahwa

mammaenya akan dikompresi. Pastikan

kompresi menyentuh mammae, dan

dengan perlahan kompres mammae

hingga kencang.

7. Minta pasien memberi tanda jika telah

merasa kesakitan saat mammaenya

dikompresi.

26
Proyeksi CV (Ballinger, 1999)
CR : Tegak lurus pada daerah di pertengahan

kedua
Struktur yang : Proyeksi ini menampakkan posisi lesi pada

terlihat daerah posteromedial mammae


Kriteria 1. Berikut ini adalah gambaran yang harus

radiograf tampak pada proyeksi CV

2. Daerah mammae yang diduga terdapat lesi

berada di pertengahan radiograf.

3. Jaringan mammae pada daerah medial

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Identitas Pasien

27
Nama : Mrs. Y

Umur : 64 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Tanggal Foto : 14 Juli 2019

No.RM : 123456

Pemeriksaan : Mammographi Bilateral

Indikasi : Curiga benjolan mamae (D)

3.2. Hasil Radiograf

28
Hasil radiograf proyeksi mediolateral oblique pada mammae kanan dan kiri

3.3. Hasil Interpretasi Dokter

 Komposisi jaringan mammae kanan dan kiri terdiri dari jaringan

fibroglandular yang jarang

 Tidak tampak lesi opak maupun lusen di mammae bilateral

 Tampak distorsi arsitektural pada mammae kiri

 Tidak tampak kalsifikasi

 Tidak tampak penebalan kulit

Kesan : Mammografi mammae bilateral saat ini tidak tampak jelas

menunjukkan massa

3.4. Pembahasan Hasil Radiograf oleh Penulis

Pemeriksaan mammografi dilakukan karena dicurigai benjolon di

payudara dextra pasien dengan indikasi suspek tumor jinak . Proyeksi yang

29
digunakan adalah proyeksi craniocaudal dan mediolateral oblique.

Pemeriksaan dilakukan pada kedua mammae, kiri dan kanan. Posisi pasien

dan posisi objek yang diterapkan sudah sesuai dengan teori yang ada.

Besarnya penyudutan pesawat yang diterapkan pada proyeksi mediolateral

oblique adalah sebesar 45 derajat, besarnya penyudutan tersebut sesuai

untuk ukuran mammae pasien.

Tindakan proteksi radiasi yang diterapkan baik terhadap pasien,

radiografer, dokter dan tenaga kesehatan yang lain serta masyarakat umum

sangat optimal, mengingat besarnya paparan radiasi yang dihasilkan pada

pemeriksaan mammografi ini.

30
BABIV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dijabarkan oleh penulis pada laporan

kasus ini, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

4.1.1. Proyeksi pemeriksaan mammografi yang digunakan adalah

proyeksi craniocaudal dan mediolateral oblique

4.1.2. Dari hasil radiograf tidak ditemukan kelainan ataupun massa di area

payudara bilateral

4.2. Saran

4.2.1. Karena pemeriksaan mammografi ini adalah pemeriksaan yang

menyangkut organ vital perempuan, maka sebaiknya komunikasi

yang terjalain antara pasien, radiografer dan dokter dapat baik.

31
DAFTAR PUSTAKA

Ballinger, P. W., 2000, Merril’s Atlas of Radiographic Position and Radiologic


Procedures, Eigth Edition, Volume Two, C. V. Mosby Company, St. Louis.

Bontrager, Kenneth L, 2005, Text Book of Radiograpjic Positioning and Related


Anatomy, Sixth Edition, The Mosby, United Stated of America

Evelyn, C. P.,1989, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, PT. Gramedia,


Jakarta

Pearce, E.C., 1995, Anatomi dan Fisiologi Paramedis, PT Gramedia Pustaka


Utama , Jakarta

Anda mungkin juga menyukai