Anda di halaman 1dari 20

TEKNIK PEMERIKSAAN LUMBOSACRAL

DENGAN INDIKASI SPONDYLOSIS LUMBAL DI


INSTALASI RADIOLOGI RS MURNI TEGUH

Disusun Untuk Memenuhi Matrikulasi Mata Kuliah Praktek Kerja Lapangan II

Dosen Pengampu
Yeti Kartikasari, ST, M.Kes.

Dibuat Oleh :

MARLINA PONTI RS
NIM : P1337430219062

PROGRAM STUDI DIV TEKNIK RADIOLOGI


JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DANRADIOTERAPI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik. Laporan ini

disusun untuk memenuhi matrikulasi mata kuliah praktek kerja lapangan II dengan

judul“Teknik Pemeriksaan Lumbosacral dengan Indikasi Spondylosis Lumbal di

Instalasi Radiologi RS Murni Teguh”dapat diselesaikan.

Tidak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak

yang secara langsung telah membantu dalam penulisan laporan ini. Akhir kata

penulis mengharapkan agar laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis bagi pembaca

pada umumnya.

Semarang, Juli 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................i

KATA PENGANTAR..................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................iii

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................3

1.4 Manfaat Penulisan...................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Lumbosacral.............................................................4

2.2 Fisiologi Vertebra Lumbosacral..............................................7

2.3 Patologi Spondylosis...............................................................7

2.4 Teknik Pemeriksaan Radiografi............................................10

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil .....................................................................................13

3.2 Hasil Radiograf.....................................................................13

3.3 Hasil Interpretasi Dokter.......................................................14

3.4 Pembahasan Hasil Radiograf oleh Penulis............................14

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan...........................................................................16

4.2 Saran......................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA............................................................................17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pemeriksaan lumbosacral adalah salah satu pemeriksaan

radiologi tanpa menggunakan bahan kontras. Pada pemeriksaan

lumbosacral terdiri dari dua jenis tulang yaitu lumbal dan sacrum.

Dimana tulang lumbal terdiri dari 5 buah dan tulang sacrum terdiri dari

5 buah. Salah satu indikasi pada pemeriksaan lumbosacral yang sering

terjadi adalah spondylosis.Spondylosis lumbal merupakan penyakit

degenerative pada corpus vertebra dan diskus intervertebralis yang

ditandai dengan osteofit pada corpus vertebra tepatnya pada tepi inferior

dan superior corpus. Osteofit pada lumbal dalam waktu yang lama dapat

menyebabkan nyeri pinggang karena ukuran osteofit yang semakin tajam.

Spondylosis lumbal menyebabkan nyeri lokal dan kekakuan atau

dapat menimbulkan gejala-gejala spinal cord lumbar, cauda equina atau

kompresi akar saraf lumbosacral. Spondylosis lumbal seringkali

merupakan hasil dari osteoarthritis atau spur tulang yang terbentuk

karena adanya proses penuaan atau degenerasi. Proses degenerasi

umumnya terjadi pada segmen L4-L5 dan L5-S1. Kondisi ini lebih

banyak menyerang pada wanita. Faktor utama penyebab spondylosis

lumbal yakni : usia, obesitas, duduk dalam waktu yang lama, dan

kebiasaan postur yang jelek, herediter, tipe tubuh, dan stress akibat

aktivitas pekerjaan. Pada faktor usia menunjukan bahwa kondisi ini

1
banyak dialami oleh orang yang berusia 40 tahun ke atas. Gejala yang

sering muncul adalah nyeri pinggang, spasme otot, dan keterbatasan

gerak ke segala arah. Keluhan nyeri pinggang pada kondisi spondylosis

lumbal disebabkan oleh adanya penurunan space diskus dan penyempitan

foramen intervertebralis. Hal tersebut dapat menghasilkan iritasi pada

radiks saraf sehingga menimbulkan nyeri pinggang yang menjalar.

Penulis ingin membahas lebih lanjut mengenai prosedur

pemeriksaan yang dilakukan karena merupakan salah satu kasus yang

penting untuk diketahui secara luas baik dari segi teknik pemeriksaan itu

sendiri, serta sejauh mana informasi diagnostik yang diperoleh dalam

penggunaan teknik tersebut dalam rangka penegakkan diagnosis kasus

yang saya sajikan dalam bentuk laporan yang berjudul “Teknik

Pemeriksaan Lumbosacral dengan Indikasi Spondylosis Lumbal di

Instalasi Radiologi RS Murni Teguh Medan”

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan, maka

dapat dirumuskan data sebagai berikut:

1.2.1. Bagaimana teknik pemeriksaan Lumbosacral pada Kasus

Spondylosis Lumbal ?

1.2.2. Apakah radiograf yang dihasilkan telah cukup memberikan

informasi yang diharapkan?

2
1.3.Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan laporan kasus ini sebagai berikut:

1.3.1. Untuk mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan

spondylosis lumbal,

1.3.2. Untuk mengetahui teknik pemeriksaan Lumbosacral pada indikasi

Spondylosis Lumbal,

1.3.3. Untuk mengetahui anatomi, fisiologi, dan patologi Lumbosacral.

1.4.Manfaat Penulisan

Manfaat dari pembuatan laporan kasus ini yakni diharapkan

dapat digunakan sebagai acuan untuk menambah wawasan bagi penulis

khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya mengenai teknik

pemeriksaan Lumbosacral dengan indikasi Spondylosis Lumbal dan

mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan spondylosis

lumbal

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Anatomi Lumbosacral

Lumbosacral merupakan bagain dari tulang vertebra yang terdiri

dari dua jenis tulang yaitu tulang lumbal dan tulang sacrum. Dimana

tulang lumbal terdiri dari 5 buah dan tulang sacrum terdiri dari 5 buah.

2.1.1. Vertebra Lumbal

Vertebralis lumbalis atau ruas tulang pinggang adalah yang

terbesar. Badannya lebih besar dibandingkan badan vertebra lainnya

dan berbentuk seperti ginjal. Prosesus spinosusnya lebar, tebal, dan

berbentuk seperti kapak kecil. Prosesus transversusnya panjang dan

langsing. Apophyseal joint dari lumbal lebih ke posterior dari

coronal plane, artikulasi ini dapat dilihat dengan posisi oblik.

Foramen intervertebralis dari lumbal berada ditengah dari sagittal

plane. Vertebra lumbal terdiri dari dua komponen yaitu komponen

anterior yang terdiri dari korpus, sedangkan komponen posterior

yaitu arkus vertebralis yang terdiri dari pedikel, lamina, prosesus

transverses, prosesus spinosus dan prosesus artikularis. Setiap dua

korpus vertebra dipisahkan oleh discus intervertebralis dan ditahan

serta dihubungkan satu dengan yang lain oleh ligamentum. Foramina

vertebralis lumbalis berbentuk segitiga, ukurannya sedikit lebih

besar dari milik vertebra thorakalis tapi lebih kecil dari vertebra

servikalis.

4
Bagian bawah dari medulla spinalis meluas sampai foramen

vertebra lumbalis satu, foramen vertebra lumbal lima hanya berisi

kauda equine dan selaput–selaput otak. Prosesus transversus

berbentuk tipis dan panjang kecuali pada vertebra lumbal lima yang

kuat dan tebal. Berukuran lebih kecil daripada yang terdapat pada

vertebra thorakalis. Prosesus spinosus berbentuk tipis, lebar, tumpul

dengan pinggir atas mengarah ke arah bawah dan ke arah dorsal.

Prosesus ini dapat diketahui kedudukannya dengan cara meraba atau

palpasi. Prosesus artikularis superior merupakan facies artikularis

yang cekung dan menghadap posteromedial, sebaliknya fasies

artikularis inferiornya cembung dan menghadap ke antero lateralis.

Gambar 2.1. (A) Aspek Superior Lumbal, (B) Aspek Lateral Lumbal, (C)
Aspek RPO Lumbal (Ballinger, 2013)

5
2.1.2. Sakrum

Sakrum atau tulang kelangkang berbentuk segitiga dan

terletak pada bagian bawah kolumna vertebralis, terjepit diantara

kedua tulang inominata (atau tulang koxa) dan membentuk bagian

belakang rongga pelvis (panggul). Dasar dari sakrum terletak di atas

dan bersendi dengan vertebra lumbalis kelima dan membentuk sendi

intervertebral yang khas. Tepi anterior dari basis sacrum membentuk

promontorium sakralis. Kanalis sakralis terletak dibawah kanalis

vertebralis (saluran tulang belakang) dan memang lanjutan dari

padanya.

Dinding kanalis sakralis berlubang-lubang untuk dilalui saraf

sacral. Processus spinosus yang rudimenter dapat dilihat pada

pandangan posterior dari sacrum. Permukaan anterior sacrum adalah

cekung dan memperlihatkan empat gili-gili melintang, yang

menandakan tempat penggabungan kelima vertebra sakralis. Pada

ujung gili-gili ini, disetiap sisi terdapat lubang-lubang kecil untuk

dilewati urat-urat saraf. Lubang-lubang ini disebut foramina. Apex

dari sacrum bersendi dengan tulang koksigeus. Di sisinya, sacrum

bersendi dengan tulang ilium dan membentuk sendi sakro-iliaka

kanan dan kiri.

6
Gambar 2.2. (A) Aspek AnteriorSakrum, (B) Aspek Lateral Sakrum
(Ballinger, 2013)

2.2. Fisiologi Vertebra Lumbosacral

Vertebra lumbosakral merupakan bagian dari tulang

belakang/kolumna vertebralis yaitu susunan tulang-tulang kecil yang

dinamakan ruas tulang belakang. Fisiologi dari kolumna vertebralis adalah

sebagai berikut

a) Menyalurkan berat kepala, ekstrimitas atas dan batang badanpada

tulang panggul.

b) Melindungi medula spinalis serta selaput otaknya yang mempunyai

tempat di kanalis vertebralis (melindungi jaringan tubuh)

c) Menghasilkan gerakan-gerakan serta menjadi tempatlekat dari otot-

otot.

2.3. Patologi Spondylosis

Spondylosis lumbal merupakan penyakit degenerative pada corpus

vertebra atau diskus invertebralis. Kondisi ini lebih banyak menyerang pada

wanita. Faktor utama penyebab spondylosis lumbal adalah usia, obesitas,

duduk dalam jangka waktu yang lama dan kebiasaan postur yang jelek. Pada

7
faktor usia menunjukan bahwa kondisi ini banyak dialami oleh orang yang

berusia 40 tahun ke atas.

Spondylosis lumbal seringkali merupakan hasil dari osteoarthritis

atau spur tulang yang terbentuk karena adanya proses penuaan atau

degenerative. Gejala yang sering muncul adalah nyeri pinggang, spasme

otot, dan keterbatasan gerak kesegala arah hingga gangguan fungsi seksual.

Keluhan nyeri pinggang pada spondylosis lumbal disebabkan oleh adanya

penurunan space diskus dan penyempitan foramen intervertebralis, hal ini

dapat menghasilkan iritasi pada radiks saraf sehingga menimbulkan nyeri

pinggang yang menjalar. Faktor-faktor resiko yang dapat menyebabkan

spondylosis lumbal, sebagai berikut :

1) Usia

Beberapa penelitian pada osteoarthritis telah menjelaskan bahwa

proses penuaan merupakan faktor resiko yang sangat kuat untuk

degenerasi tulang khususnya pada tulang vertebra.

2) Stres akibat pekerjaan

Seperti aktivitas pekerjaan yang lebitakan gerakan mengangkat,

twisting, membungkuk, dan membawa/memindahkan barang.

3) Obesitas

Orang yang gemuk dengan sendirinya juga memberi beban lebih

pada sendi di ruas tulang punggung sehingga meningkatkan

kemungkinan terkena spondylosis.

4) Faktor genetik (herediter)

8
5) Tipe tubuh

6) Duduk dalam waktu yang terlalu lama

Bila degenerasi terjadi pada sendi antar ruas-ruas tulang

belakang, maka terjadi penipisan dan sendi ruas tulang merapat satu

sama lain, sehingga tinggi badan biasa berkurang. Jaringan di dalam

sendi antar ruas tersebut biasa menonjol ke luar (hernia discus).

Penderita spondylosis akan merasa nyeri di punggung akibat penekanan

struktur tersebut ke jaringan sekitarnya. Hernia discus juga dapat

menekan ke dalam sum-sum tulang belakang sehingga menimbulkan

gangguan saraf baik motorik, sensorik, maupun otonom sehingga

mengakibatkan gangguan sensori seperti : kesemutan, mati rasa ;

gangguan otonom seperti : berkeringat, gangguan buang air besar

maupun kecil. Proses degenerasi juga dapat menimbulkan penipisan

rawan sendi dan penonjolan tulang yang disebut osteophyte

(pengapuran), sehingga otot dan jaringan penunjang sekitarnya dapat

teriritasi oleh tonjolan tulang tersebut dan penderita akan merasakan

nyeri dan kaku.Adapun Perubahan patologi yang terjadi pada diskus

intervertebralis antara lain :

1) Annulus fibrosus menjadi kasar, collagen fiber cenderung

melonggar dan muncul retak pada berbagai sisi.

2) Nukleus pulposus kehilangan cairan

3) Tinggi diskus berkurang

9
Perubahan ini terjadi sebagai bagian dari proses degenerasi pada

diskus dan dapat menyebabkan adanya tanda-tanda dan gejala.

Sedangkan pada corpus vertebra terjadi perubahan patologis berupa

adanya lipping yang disebabkan oleh adanya perubahan mekanisme

diskus yang menghasilkan penarikan dari periosteum dari annulus

fibrosus. Pada ligamentum intervertebralis dapat menjadi memendek

dan menebal terutama pada daerah yang sangat mengalami perubahan.

Osteofit terbentuk pada margin permukaan articular.

2.4. Teknik Pemeriksaan Radiografi

2.4.1. Proyeksi Antero Posterior (AP)

Posisi pasien : Pasien tidur telentang di atas meja

pemeriksaan
Posisi objek : Pusatkan mid sagital plane tubuh pasien ke

garis tengah grid. Atur bahu dan pinggul

pasien agar berbaring di bidang horizontal

yang sama. Kedua kaki pasien di tekuk agar

tubuh pasien menempel pada meja

pemeriksaan. Letakkan tangan di atas dada.


CP : Setinggi L4

CR : Tegak lurus bidang film


FFD : 90-100 cm
Ukuran kaset : 30 x 40 cm
Faktor Eksposi kV= 75, mAs = 20

10
Gambar 2.3. Posisi Pasien (Ballinger, 2013)

Kriteria Gambar :

 Tampak vertebra lumbal 1-5 dan Sakrum,

 Tampak ruang sendi intervertebral,

 Sendi sacro iliac berjarak sama dengan kolom vertebra

Vertebra simetris, dengan processus spinosus.

Gambar 2.4. Posisi Pasien (Ballinger, 2013)

2.4.2. Proyeksi Lateral

Posisi pasien : Pasien lateral recumbent


Posisi objek : Sejajarkan bidang coronal tubuh ke garis

tengah grid dan pastikan vertikal. Dengan

siku pasien tertekuk, atur lengan yang

11
tergantung pada sudut kanan tubuh. Untuk

mencegah rotasi, atur lutut dengan

menempatkan kantung kecil diantara

keduanya
CP : Setinggi L4
Faktor Eksposi : kV= 78, mAs = 25
CR : Tegak lurus bidang film
FFD : 90-100 cm
Ukuran kaset : 30 x 40 cm
Kriteria Gambar : Tampak interspace lumbal, prosessus

spinosus, dan sambungan lumbal, foramina

intervertebral L1-4, foramina intervertebral

L5 (kanan dan kiri).spinosus dan transverse

Gambar 2.5. Posisi Pasien dan Kriteria Radiograf


(Ballinger, 2013)

12
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil

3.1.1. Identitas Pasien

Nama : Mrs.Y

Umur : 68 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Tanggal Foto : 20 Juli 2019

No.RM : 123456

Pemeriksaan : X-ray Lumbosacral (AP+LAT)

Indikasi : Spondylosis

3.1.2. Persiapan Pemeriksaan

Pasien diminta untuk mengganti pakaian dengan baju

pasien,

3.2. Hasil Radiograf

13
Gambar 2.6. Hasil Radiograf Lumbosacral AP dan Lateral

3.3. Hasil Interpretasi Dokter

 Tampak malalignment lumbalis setinggi L4-L5, terlihat anterior

displacement corpus L4 terhadap L5

 Kurve Lordosis lumbalis biasa. Terlihat scolliosis thoracolumbalis

yang convex ke kiri

 Corpus-corpus dan pedikel-pedikel lumbalis Intak

 Tampak oteofit pada corpus-corpus lumbalis

 Discus Intervertebralis sedikit sempit pada L2-3, L4-5, dan L5-S1

 Os Sacrum baik

Kesan :

 Spondylosis lumbalis spondylolisthesis L4 terhadap L5 dan

sedikit penyempitan discus intervertebralis L2-3, L4-5, L5-S1.

 Scoliosis Lumbalis

3.4. Pembahasan Hasil Radiograf oleh Penulis

3.4.1. Proyeksi Antero Posterior (AP)

a) Tampak vertebrae lumbal dan sacrum dalam posisi true Antero

Posterior (AP)

b) Tampak space intervertebral, prosessus spinosus

c) Tampak prosesus transversus kanan dan kiri berjarak sama

d) Tampak marker L

14
3.4.2. Proyeksi Lateral

a) Tampak foramen intervertebralis L1-L4

b) Tampak corpus vertebrae, space intervertebralis

c) Tampak prosessus spinosus dan L1-L5

Dengan struktur gambar anatomi yang terlihat pada hasil radiograf

tampak gambaran tulang lumbal sampai sacrum dengan batas atas pada

prosessus xhypoideus dan batas bawah pada shimpisis pubis, terlihat

spondylosis lumbalis spondylolisthesis L4 terhadap L5 dan sedikit

penyempitan discus intervertebralis L2-3, L4-5, L5-S1 dan scoliosis

lumbalis.

Spondylosis lumbal merupakan penyakit degenerative pada corpus

vertebra dan diskus intervertebralis yang ditandai dengan osteofit pada

corpus vertebra tepatnya pada tepi inferior dan superior corpus yang

disebabkan oleh : usia, obesitas, duduk dalam waktu yang lama, dan

kebiasaan postur yang jelek, herediter, tipe tubuh, dan stres akibat aktivitas

pekerjaan

15
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan

4.1.1. Spondylosis lumbal merupakan penyakit degenerative pada corpus

vertebra dan diskus intervertebralis yang ditandai dengan osteofit

pada corpus vertebra tepatnya pada tepi inferior dan superior

corpus yang disebabkan oleh : usia, obesitas, duduk dalam waktu

yang lama, dan kebiasaan postur yang jelek, herediter, tipe tubuh,

dan stres akibat aktivitas pekerjaan.

4.1.2. Proyeksi yang digunakan pada pemeriksaan lumbosacral pada

kasus spondylosis lumbal di instalasi radiologi menggunakan

proyeksi Antero Posterior (AP) dan proyeksi Lateral.

4.1.3. Berdasarkan hasil radiograf terdapat spondylosis lumbalis

spondylolisthesis L4 terhadap L5 dan sedikit penyempitan discus

intervertebralis L2-3, L4-5, L5-S1

4.2. Saran

4.2.1. Upayakan agar kolimasi atau luas lapangan penyinaran dibatasi

untuk mengurangi radiasi yang diterima pasien.

4.2.2. Hendaknya mampu memposisikan pasien senyaman mungkin dan

mengambil gambar dengan tepat sehingga dapat meminimalkan

terjadinya pengulangan foto. Serta mampu menghasilkan gambaran

radiograf yang diagnosanya dengan ditegakkan dengan akurat oleh

dokter ahli radiologi.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ballinger, Philip W. 2003. Merrill’s Atlas of Radiographic Position &


Radiologic Prosedures volume one. USA: Mosby.

Pearce, Evelyn C. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Para Medis. Jakarta :
PT. Gramedia Pustaka Utama.

Rahman, Nova. 2009. Radiofotografi. Padang: Universitas Baiturrahman.

Bontrager, K.L., 2001. Text Book Of Radiographic Positioning and Related


Anatomy, Mysby Inc,. Missauri.

Barbara J.N., dkk., 2004. Differences in Measurements of Lumbar Curvature


Related to Gender and Low Back Pain. Journal of Orthopaedic &
SportsPhysical Therapy 34(9): 524-534.

17

Anda mungkin juga menyukai