i
PRASYARAT GELAR JENJANG DIPLOMA
Disusun Oleh :
ii
LEMBAR PENGESAHAN
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rakhmat dan
hidayah-Nya, saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilimiah ini yang berjudul
“Teknik Pemeriksaan Thorax pada Pasien Sesak Napas Menggunakan Metode High
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini peneliti menyadari bahwa banyak pihak yang
membantu baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, peneliti
di bangku kuliah.
5. Untuk kedua orangtua, kakak saya dan keluarga besar saya yang telah
iv
6. Para sahabat yang saya cintai dan teman-teman angkatan VII yang telah
Ilmiah ini.
jauh dari sempurna, untuk itu peneliti tidak menutup diri untuk menerima
masukan dari semua pihak baik kritik maupun informasi baru yang berguna
Penulis
v
DAFTAR ISI
COVER ...................................................................................................... i
HALAMAN PRASYARAT GELAR ........................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... iii
KATA PENGANTAR .............................................................................. iv
DAFTAR ISI ............................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. viii
DAFTAR TABEL .................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................ 3
vi
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ................................................................................. 45
5.2 Saran ........................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 47
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
penerimaan dosis radiasi pada pasien yang seminimal mungkin sesuai dengan
pemilihan faktor eksposi. Faktor eksposi tersebut yang terdiri atas tegangan
tabung (kV), arus tabung (mA) dan waktu penyinaran (s). (Bushong, 2001)
menentukan kualitas radiasi atau daya tembus sinar-X yang dihasilkan. Arus
dihasilkan sinar-X yang intensitas dan energinya cukup untuk menembus organ
1
2
lebih besar dari pada bagian atas dan pada bagian belakang lebih panjang dari
pernapasan dan peredaran darah. Organ pernapasan yang terletak dalam rongga
dada yaitu esofagus dan paru, sedangkan pada sistem peredaran darah yaitu
jantung, pembuluh darah dan saluran linfe. Pembuluh darah pada sistem
peredaran darah terdiri dari arteri yang membawa darah dari jantung, vena yang
Asma adalah penyakit inflamasi atau peradangan kronik saluran napas yang
ditandai adanya mengi, batuk, dan rasa sesak di dada yang berulang dan timbul
dihampir semua negara di dunia, diderita oleh anak – anak sampai dewasa
dengan derajat penyakit dari ringan sampai berat, bahkan beberapa kasus dapat
pada masa kanak – kanak dan usia muda sehingga dapat menyebabkan
kehilangan hari – hari sekolah atau hari kerja produktif yang berarti, juga
Radiologi Rumah Sakit Mojosari dengan lebih dari sekali expose. Dengan
yang kabur karena pasien tidak dapat menahan napas terlalu lama.
Pada beberapa rumah sakit yang ada, penulis seringkali menjumpai masalah
ini dengan kasus yang sama yaitu pasien dengan sesak napas dilaksanakan
pengambilan radiograf lebih dari satu kali. Pada tiga rumah sakit berbeda
penulis menjumpai kasus masalah ini dengan perbandingan kesalahan 1:4 atau
dengan kata lain dari empat kali foto terdapat satu kali pengulangan foto.
Namun di Rumah Sakit Mojosari penulis juga menemui kasus yang sama,
pada tahun 2014 di RSUD dr. Saiful Anwar Malang dengan menggunakan
berlawanan dengan seorang peneliti pada tahun 2015 di RSUD dr. Saiful
lebih baik daripada kV rendah. Berbeda dengan uraian penelitian diatas, tujuan
Mojosari.
BAB II
PENDAHULUAN
lebih besar dari pada bagian atas dan pada bagian belakang lebih panjang
dari pada bagian depan. Thoraks adalah bagian tubuh hewan yang terletak
antara kepala dan abdomen. Dalam tubuh mamalia, thorax adalah bagian
tubuh yang tersusun dari tulang dada, ruas tulang belakang, dan tulang
rusuk. Thorax membentang dari leher hingga diafragma, dan tidak termasuk
otot atas. Jantung dan paru-paru berada dalam rongga thorax, begitu juga
fungsi utama sebagai alat respirasi dalam tubuh manusia, paru secara
karbon dioksida (CO2). Sistem pernapasan terdiri atas paru, saluran napas
dan sistem saraf yang mengatur otot pernapasan dan dinding dada.
(Sherwood, 2007)
6
7
2.1.1.1 Hidung
hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh
darah, dan bersambung dengan lapisan faring dan dengan selaput lendir
nasi memisahkan kedua cavum nasi. Struktur ini tipis terdiri dari tulang
dan tulang rawan, sering membengkok kesatu sisi atau sisi yang lain, dan
yang halus dan melekat pada dinding lateral dan menonjol ke cavum nasi
adalah: konka superior, media, dan inferior. Tulang-tulang ini dilapisi oleh
Hidung dibentuk oleh tulang sejati (os) dan tulang rawan (kartilago).
Hidung dibentuk oleh sebagian kecil tulang sejati, sisanya terdiri atas
merupakan suatu lubang yang dipisahkan menjadi lubang kiri dan kanan
atap cavum nasi adalah celah sempit yang dibentuk oleh os frontal dan os
Sinus adalah suatu rongga berisi udara dilapisi mukosa yang terletak
di dalam tulang wajah dan tengkorak. Ada empat sinus paranasal yaitu
9
melalui lubang kedalam cavum nasi, sinus ini dilapisi oleh membran
1. Lubang hidung
2.1.1.2 Faring
hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Hubungan faring
dengan organ- organ lain yaitu keatas berhubungan dengan rongga hidung,
tonsil kiri dan kanan dari tekak, disebelah belakang terdapat epiglotis.
(Markum, 1991)
corong, yang besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah serta terletak
2.1.1.3 Laring
wanita letaknya relatif lebih tinggi. Laring pada umumnya selalu terbuka,
(Sofyan, 2011)
jalan napas bawah dari benda asing dan untuk memfasilitasi proses
membuka selama menelan; 2) Glotis, lubang antara pita suara dan laring;
Pita suara, sebuah ligamen yang dikontrol oleh pergerakan otot yang
2.1.1.4 Trakea
20 cincin yang terdiri dari tulang rawan yang terbentuk seperti kuku kuda
(huruf C). Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar
yang disebut sel bersilia. Panjang trakea 9-11 cm dan dibelakang terdiri
dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot polos. Sel-sel bersilia berguna
12
(Somantri, 2007)
2.1.1.5 Bronkus
Bronkus merupakan lanjutan dari trakea, terdiri dari dua buah yang
serupa dengan trakea dan di lapisi oleh jenis sel yang sama, bronkus itu
kanan lebih pendek dan lebih besar dari pada bronkus kiri, terdiri dari 6-8
cincin dan mempunyai tiga cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih
ramping dari pada bronkus kanan, terdiri dari 9-12 cincin dan mempunyai
sebut bronkiolus (bronkioli). Pada bronkioli tidak terdapat cincin lagi, dan
1991)
2.1.1.6 Paru-paru
Paru- paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri
terbagi menjadi dua yaitu paru-paru kanan, terdiri dari tiga lobus yaitu
lobus pulmo dekstra superior, lobus media, dan lobus inferior dan paru-
paru kiri dua lobus yaitu lobus superior dan lobus inferior. Tiap-tiap lobus
terdiri dari belahan yang lebih kecil yang bernama segmen. Paru-paru kiri
pada lobus superior, 2 buah segmen pada pada lobus medialis dan 3 buah
yang bernama pleura. Pleura dibagi menjadi dua yaitu pleura viseral
paru-paru. Dan pleura parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada
sebelah luar. Antara kedua pleura ini terdapat rongga (kavum) yang
disebut kavum pleura. Pada keadaan normal, kavum pleura ini vakum
Paru terdiri atas 3 lobus pada paru sebelah kanan, dan 2 lobus pada
paru
sebelah kiri. Pada paru kanan lobus – lobusnya antara lain yakni lobus
superior, lobus medius dan obus inferior. Sementara pada paru kiri hanya
14
terdapat lobus superior dan lobus inferior. Namun pada paru kiri terdapat
satu bagian di lobus superior paru kiri yang analog dengan lobus medius
lobus paru kanan terdapat dua fissura, yakni fissura horizontalis dan fissura
obliqua, sementara di antara lobus superior dan lobus inferior paru kiri
1. Ventilasi pulmoner
2. Difusi Gas
Difusi Gas adalah bergeraknya gas CO2 atau partikel lain dari area yang
CO2 serta perbedaan tekanan gas O2 dan CO2. Dalam Difusi gas ini
1991)
3. Transportasi Gas
Transportasi gas adalah perpindahan gas dari paru ke jaringan dan dari
Ayres, 2003).
Penyakit asma adalah suatu penyakit obstruksi pada jalan napas yang
reaksi jalan napas terhadap berbagai stimulan. Penyakit ini memiliki tanda
dan gejala berupa sesak napas, batuk – batuk dari ringan sampai berat dan
oleh spame akut otot polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan obsktrusi
aliran udara dan penurunan ventilasi alveolus (Huddak & Gallo, 2007).
asma, mengi, ampek, sasak angok, dan berbagai istilah lokal lainnya. Asma
Dari definisi di atas, maka dapat diambil poin penting mengenai asma,
yaitu:
4. Bersifat reversibel
1. Posisi Pasien
2. Posisi Objek
3. Faktor Eksposi
4. Central Point
5. Central Ray
7. Kaset
8. Kolimasi
9. Pernapasan
Keterangan:
2. Apex
3. Archus aorta
4. Paru dextra
5. Jantung
6. Diaphragm
7. Phrenicus costalis
area vertebrae,
diatas diaphragm,
f) Bayangan
g) Hilum,
b. Proyeksi Lateral
1. Posisi Pasien
2. Posisi Objek
3. Faktor Eksposi
4. Central Point
5. Central Ray
7. Kaset
8. Kolimasi
9. Pernapasan
Keterangan:
1. Colimator
2. Apex paru
4. Trachea
5. Sternum
6. Hilum
7. Costae posterior
8. Bayangan jantung
9. Diaphragm
gambaran radiograf
diam”
24
pakaiannya kembali.
ganti baju
diam”
pakaiannya kembali.
gambaran radiograf
inspirasi
kembali.
menggunakan
26
radiasi
Perbedaan:
1. Waktu penelitian
2. Tempat penelitian
3. Objek penelitian
rendah. 5. Menggunakan
kali pengambilan
radiograf
Jenis penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti termasuk dalam jenis
bahasa atau wacana melalui interpretasi yang tepat dan sistematis. Metode
Pesawat Sinar X, maka dari itu penelitian ini membutuhkan rumah sakit yang
yang optimal pada teknik pemeriksaan thorax pada pasien sesak napas dengan
29
30
Dari hasil radiograf thorax yang dihasilkan maka akan dibandingkan dan
3.3.1 Tempat
Sakit Mojosari.
31
3.3.2 Waktu
3.4.1 Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah semua pasien yang akan melakukan
Mojosari.
3.4.2 Sampel
pada pasien sesak adalah teknik pemeriksaan untuk evaluasi atau penegak
dapat digunakan sebagai sampel. Sampel pada penelitian ini yaitu pasien
Dalam penelitian ini peneliti menentukan ada dua variable yaitu variable
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil radiograf thorax AP/PA
3.6.1.1 Variabel
3.6.1.2 Definisi
pemeriksaan radiologi
tervisualisasikan
Nominal
3.6.1.6 Parameter
3.6.2.1 Variabel
33
3.6.2.2 Definisi
kV 50/60/70
Nominal
3.6.2.6 Parameter
penelitian ini
pasien sesak di instalasi radiologi Rumah Sakit Mojosari. Di samping data yang
to full disclosure)
penelitian jika ada sesuatu yang terjadi akibat penelitian yang dilakukan.
d. Kerahasiaan (confidentiality)
tidak akan disebarkan atau diberikan kepada orang lain tanpa seizing
responden.
BAB IV
eksposi dan meminimalisir adanya pengulangan foto karena detail gambar yang blur.
Proyeksi yang digunakan adalah tergantung pada kondisi pasien. Jika pasien sanggup
untuk berdiri atau duduk di tempat tidur atau bed maka proyeksi yang dapat digunakan
adalah PA (Postero Anterior). Namun jika pasien tidak memungkinkan untuk berdiri
atau duduk maka cukup untuk diambil dari tempat tidur menggunakan proyeksi AP
(Antero Posterior).
Prosedur teknik pemeriksaan thorax pada pasien sesak napas yaitu dengan
menurunkan s dengan tujuan waktu penyinaran lebih kecil dari faktor eksposi standar.
Faktor eksposi standar pada pesawat sinar X di Rumah Sakit Mojosari adalah 52 kV,
250 mA dan 10 mAs. Penelitian ini tidak harus dilakukan 2x penyinaran, jika hasil
radiograf bisa dinyatakan optimal dengan maksud detail radiograf tidak kabur dan
dapat dibaca dengan baik maka sampel dinyatakan final. Namun jika hasil yang
didapatkan mengalami detail yang kabur atau tidak jelas maka pasien belum bisa
Sakit Umum Daerah Prof. dr. Soekandar Mojosari Kabupaten Mojokerto. Rumah
sakit ini merupakan satu dari sekian Layanan Kesehatan milik Pemerintah
Kabupaten Mojokerto yang berwujud rumah sakit umum yang berada di naungan
Kesehatan ini telah terdaftar sejak 13 Juni 2000 dengan Nomor Surat Izin
36
37
status Lulus Akreditasi Rumah Sakit. RSU ini bertempat di Jl. Hayam Wuruk 25
Instalasi Radiologi milik Rumah Sakit Umum Daerah Prof. dr. Soekandar
Scan (Computed Tomogrpahy Scan). Kasus yang beragam dengan jumlah pasien
yang banyak.
Jumlah sampel yang diperiksa sebanyak 21 pasien yang datang baik pasien
rawat jalan maupun pasien rawat inap dengan permintaan foto thorax dan dengan
i. Posisi Pasien
180 cm.
39
vi. Kaset
vii. Kolimasi
viii. Instruksi
i. Posisi Pasien
180 cm.
vi. Kaset
vii. Kolimasi
viii. Instruksi
i. Posisi Pasien
180 cm.
vi. Kaset
vii. Kolimasi
viii. Instruksi
42
hasil yang
didapatkan optimal
9. 06-05-2019 PA Kv: 68 Lihat Pasien mengalami
mA: 250 lampiran satu kali
mAs: 6 ke- pengulangan foto,
hasil yang
didapatkan optimal
10. 08-05-2019 AP Kv: 64 Lihat Pasien mengalami
mA: 250 lampiran satu kali
mAs: 5 ke- pengulangan foto,
hasil yang
didapatkan optimal
11. 11-05-2019 AP Kv: 59 Lihat Pasien tidak
mA: 250 lampiran mengalami
mAs: 7 ke- pengulangan foto,
hasil yang
didapatkan optimal
12. 12-05-2019 AP Kv: 62 Lihat Pasien tidak
mA: 250 lampiran mengalami
mAs: 6 ke- pengulangan foto,
hasil yang
didapatkan optimal
13. 15-05-2019 PA Kv: 61 Lihat Pasien tidak
mA: 250 lampiran mengalami
mAs: 7 ke- pengulangan foto,
hasil yang
didapatkan optimal
14. 15-05-2019 AP Kv: 66 Lihat Pasien mengalami
mA: 250 lampiran satu kali
mAs: 5 ke- pengulangan foto,
hasil yang
didapatkan optimal
15. 19-05-2019 PA Kv: 58 Lihat Pasien tidak
mA: 250 lampiran mengalami
mAs: 5 ke- pengulangan foto,
hasil yang
didapatkan optimal
16. 25-05-2019 PA Kv: 55 Lihat Pasien tidak
mA: 250 lampiran mengalami
mAs: 6 ke- pengulangan foto,
hasil yang
didapatkan optimal
17. 03-06-2019 AP Kv: 72 Lihat Pasien mengalami
mA: 250 lampiran dua kali
mAs: 3 ke- pengulangan foto,
hasil yang
didapatkan optimal
44
4.2 Pembahasan
Dalam pengambilan sample ini didapatkan usia termuda 15 tahun dan usia tertua
71 tahun dengan rata-rata usia 50 tahun, dengan perbandingan jenis kelamin laki-laki
No Laki-laki Perempuan
11-20 - 1
21-30 - -
31-40 3 1
41-50 4 -
51-60 1 6
61-70 3 2
71-80 1 -
Dari 22 sample didapatkan penggunaan faktor eksposi rata-rata dengan kV 61,9,
jumlah sebanyak 36% dan dalam kV optimal mencapai minimal 62 hingga 71, dalam
kV Jumlah Pengulanga
n
55-58 3 0.00%
59-61 8 0.00%
62-65 6 50.00%
66-69 2 100.00%
70-73 1 100.00%
Berdasarkan data ini dapat disimpulkan bahwa untuk penggunaan faktor eksposi
pada teknik pemeriksaan thorax dengan kondisi pasien mengalami sesak nafas dapat
5.1 Kesimpulan
pemeriksaan thorax pada pasien sesak nafas dapat digunakan dengan proyeksi AP dan
jika pasien memungkinkan maka dapat dilakukan dengan proyeksi PA. Posisi pasien
dapat dilakukan berdiri dengan proyeksi PA seperti pasien pada umumnya. Jika pasien
tidak mampu untuk berdiri maka dapat dilakukan dengan cara pasien duduk disamping
bed dan dilakukan foto dengan proyeksi PA. namun jika pasien tidak kooperatif maka
kemungkinan pengulangan 0%. Faktor eksposi mAs yang dapat digunakan adalah
0%.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Perlunya diperhatikan Alat Pelingung Diri (APD) berupa handscoon dan masker
yang akan digunakan, karena pasien dengan kondisi sesak napas seringkali
46
47
3. Perlunya sikap tanggap dan cepat karena pasien sesak napas sebagian besar
Joshi, S. 2011. Journal of the Indian Academy of Applied Psychology. 37(1): 132-
139.
Pearce, E. 2006. Anatomi dan Fisiologis Untuk Paramedis. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Rusmarjono 2007. Buku Ajar Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher.
Jakarta: Edisi VI 212-215.
48
Sugiyono 2005. Memahami Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabet.
49
LAMPIRAN
50
Lampiran Ke-2 Radiograf Sample ke-2
51
Lampiran Ke-3 Radiograf Sample ke-3
52
Lampiran Ke-4 Radiograf Sample ke-4
53
Lampiran Ke-5 Radiograf Sample ke-5
54
Lampiran Ke-6 Radiograf Sample ke-6
55
Lampiran Ke-7 Radiograf Sample ke-7
56
Lampiran Ke-8 Radiograf Sample ke-8
57
Lampiran Ke-9 Radiograf Sample ke-9
58
Lampiran Ke-10 Radiograf Sample ke-10
59
Lampiran Ke-11 Radiograf Sample ke-11
60
Lampiran Ke-12 Radiograf Sample ke-12
61
Lampiran Ke-13 Radiograf Sample ke-13
62
Lampiran Ke-14 Radiograf Sample ke-14
63
Lampiran Ke-15 Radiograf Sample ke-15
64
Lampiran Ke-16 Radiograf Sample ke-16
65
Lampiran Ke-17 Radiograf Sample ke-17
66
Lampiran Ke-18 Radiograf Sample ke-18
67
Lampiran Ke-19 Radiograf Sample ke-19
68
Lampiran Ke-20 Radiograf Sample ke-20
69
Lampiran Ke-21 Radiograf Sample ke-21
70
Lampiran Ke-22 Radiograf Sample ke-22
71