Laporan Kasus ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Kerja
Lapangan (PKL) II di Instalasi Radiologi RSPAU dr. S. Hardjolukito
Disusun Oleh:
19230010
YOGYAKARTA
2021
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan ini telah diperiksa dan disetujui oleh Clinical Instruktur (CI)
Instalasi Radiologi RSPAU RSPAU dr. S. Hardjolukito dan telah disetujui untuk
diajukan sebagai laporan kasus guna memenuhi tugas pada mata kuliah Praktek
Kerja Lapangan Kedua prodi Radiologi POLTEKKES TNI AU ADISUTJIPTO
YOGYAKARTA.
NIM : 19230010
ii
KATA PENGANTAR
1. Marsma TNI dr. Mohamad Rowi, Sp.S. Selaku Kepala Rumah Sakit
Pusat Angkatan Udara (RSPAU) dr. S. Hardjolukito.
3. Drs. Purwanto Budi Tjahjono, M.M., Apt Kolonel Kes (Purn) Selaku
Direktur Politeknik Kesehatan TNI AU Adisutjipto Yogyakarta
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………...……………………i
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………ii
KATA PENGANTAR…………………………………………...………………iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..iv
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………..…...vi
ABSTRAK………………………………………………………………………vii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….…..1
B. Rumusan Masalah……………………………………………….…….....2
C. Tujuan Penulisan……………………………………………..………….3
D. Manfaat Penulisan……………………………………………….………3
E. Sistematika Penulisan……………………………………………………3
1. Anatomi …………………………………………………….…………5
2. Fisiologi ……………………………………………………………….8
B. Patologi………………………………………………………………...….8
1. Definisi …………………………………….……………………...…10
2. Tujuan ………………...……………………………………..………11
3. Indikasi dan Kontra Indikasi …………………………………...……11
4. Perisapan Alat dan Bahan…………………..…………………...…...11
iv
5. Persiapan Pasien………………………………………....………..….12
6. Teknik Pemasukkan Media Kontras ………………………..……….13
7. Informed Consent ….………………………………….....………….15
D. Teknik Pemeriksaan Colon In Loop………………………….…….….15
A. Hasil……………………………..……………………………………….22
2. Riwayat Pasien……………………………………..……..………….22
3. Persiapan Pemeriksaan…………………..……………….....….……22
B. Pembahasan ……………..………………………………..……....…….28
BAB IV PENUTUP………………………………………..……………………30
A. Kesimpulan……………………………………………….………..……30
B. Saran ………………………………………………………………...…..30
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.10 Hasil radiograf pemeriksaan Colon In Loop dengan Proyeksi Lateral
dengan media kontras 20 ml……………………………………………………..26
vi
TEKNIK PEMERIKSAAN COLON IN LOOP PADA PASIEN PEDIATRIC
DENGAN KLINIS HIRSCHPRUNG DISEASE DI INSTALASI
RADIOLOGI RSPAU dr. S. HARDJOLUKITO
ABSTRAK
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hirschsprung Disease adalah suatu kondisi langka yang menyebabkan
feses menjadi terjebak di dalam usus besar. Bayi baru lahir yang memiliki
Megacolon congenital, nama lain penyakit Hirschsprung, akan mengalami
kesulitan buang air besar, tinja banyak tertahan dalam usus besar sehingga
terlihat perutnya membuncit. Insiden penyakit Hirschsprung di dunia
adalah 1 : 5000 kelahiran hidup dengan angka kematian berkisar antara 1
– 10% Sedangkan menurut Ryan (1995) insiden penyakit Hirschsprung
adalah 1 : 4400 sampai dengan 1 : 7000 kelahiran hidup dengan rasio 4 : 1
pada pasien laki-laki dibandingkan perempuan. (Kartono, 1993)
Diagnosis penyakit hirschsprung dapat ditegakkan dengan melakukan
pemeriksaan fisik dan radio penunjang diagnostik (radiologi). Pemeriksaan
fisik pada anak dengan hirschsprung ditemukan pada abdomen sering
mengalami distensi dengan feses yang teraba di kolon kiri. Pada neonatus
penderita enterokolitis dan peritonitis mekoneum dapat terlihat nyeri lepas
dan tanda-tanda peritoneum. Ampula rekti kecil dan kosong. Sedangkan
pemeriksaan Colon In Loop dapat dilakukan dengan radiografi abdomen
maupun pemeriksaan barium enema tanpa persiapan. (Schwartz, 2005).
Pada neonatus penegakkan diagnosis dicurigai berdasarkan adanya
tanda klinis obstruksi usus atau kegagalan mengeluarkan meconium. Pada
bayi dan anak-anak, riwayat merupakan bagian penting dari diagnose dan
biasanya mencakup adanya sembelit kronis. Pada pemeriksaan rectum
dalam keadaan tidak ada feses, sfingter internal biasanya sempit, ada
kebocoran feses dengan konsistensi cair dan akumulasi gas dapat terjadi
jika segmen aganglionik pendek. Enema kontras sering menunjukkan zona
transisi antara kolon proksimal yang berdilatasi (megakolon) dan segmen
distal aganlionik. Tetapi, megakolon khas dan segmen distal sempit ini
1
2
mungkin tidak berkembang sampai usia 2 bulan atau lebih. (Mendri and
Prayogi, 2018)
Dalam aspek diagnostik, seiring berkembangnya pemanfaatan sinar-X
dalam rangka menegakkan diagnosa suatu penyakit menjadikan teknik
pemeriksaan suatu organ memiliki variasi. Pada prosedur teknik
pemeriksaan kontras Colon in Loop pada pasien pediatrik menurut
Bontrager, (2018) terdapat beberapa proyeksi, yaitu proyeksi AP, proyeksi
PA, dan proyeksi lateral untuk single contras serta untuk double contrast
ditambah dengan proyeksi LLD dan proyeksi RLD.
Hal yang membuat penulis tertarik adalah pada pemeriksaan colon in
loop dengan klinis Hirschprung Disease pada pasien Pediatric di RSPAU
dr. S. Hardjolukito yaitu menggunakan media kontras dengan campuran
kontras water soluble iodium dan larutan NaCl. Foto polos yang diambil
dengan proyeksi Antero Posterior (AP), serta foto pemeriksaan Colon In
Loop (CIL) yang diambil proyeksi Antero Posterior (AP) , proyeksi lateral
kanan dan post evakuasi. Sehingga penulis mengangkat pemeriksaan ini
menjadi laporan kasus dengan judul “Teknik Pemeriksaan Colon In
Loop Dengan Klinis Hirschprung Disease Pada Pasien Pediatric Di
Instalasi Radiologi RSPAU dr. S. Hardjolukito”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan
sebagai berikut :
1. Bagaimana Teknik Pemeriksaan Radiografi Colon in Loop pada pasien
pediatric dengan klinis Hirschprung Disease di Instalsi Radiologi
RSPAU dr.S. Hardjolukito ?
2. Apakah proyeksi Antero Posterior (AP) dan Lateral pada teknik
pemeriksaan Colon in Loop pada pasien pediatric dengan klinis
Hirschprung Disease di Instalasi Radiologi dr. S Hardjolukito sudah
cukup untuk menegakkan diagnosis?
3
C. Tujuan Penulisan
Adapun Tujuan penulisan dari laporan kasus ini adalah :
1. Untuk mengetahui Teknik Pemeriksaan Radiografi Colon in Loop pada
pasien pediatric dengan klinis Hirschprung Disease di Instalasi
Radiologi RSPAU dr.S. Hardjolukito.
2. Untuk mengetahui apakah proyeksi Antero Posterior (AP) dan Lateral
yang digunakan pada pemeriksaan Colon in Loop pada pasien
pediatric dengan klinis Hirschprung Disease di Instalasi Radiologi
RSPAU dr.S. Hardjolukito cukup untuk membantu menegakkan
diagnosis dokter.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan laporan kasus ini adalah:
1. Untuk menambah pengetahuan dan pemahaman dalam ilmu radiologi,
bagi penulis dan pembaca mengenai pemeriksaan pada klinis
Hirschprung pada Bayi.
2. Untuk menjadi media pembelajaran yang bermanfaat bagi pendidikan
dan pengetahuan. Menambah wawasan serta menjadi salah satu tugas
laporan PKL II Semester IV. Untuk penulis dan pembaca mengetahui
hasil dari pemeriksaan Colon in Loop pada pasien Pediatrik dengan
Klinis Hirschprung Disease di Instalasi Radiologi RSPAU dr.S.
Hardjolukito.
E. Sistematika Penulisan
Dalam makalah ini adapun sistematika yang disusun penulisan untuk
melengkapi sebuah makalah adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN terdari latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan
sistematika penulisan.
4
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi
Tractus Gastrointestinal dalah saluran dari otot yang memanjang
dari mulut sampai ke anus. Saluran ini terdiri dari lapisan otot yang
memungkinakan dindingnya untuk bergerak. Pergerakan dinding organ
ini disebut dengan peristaltik yang memungkinkan makanan dan
minuman untuk masuk dan dicerna pada organ tertentu dalam system
pencernaan. Gerakan peristaltik tampak seperti gelombang yang
berjalan di otot kejadian seperti gelombang ini disebut dengan
kontraksi dan relaksasi. (National Institute of Diabetes and Digestive
and kidney disease)
Usus besar dimulai dari bagian Right Lower Quadrant. Usus besar
terdiri dari empat bagian besar, yaitu caecum, colon, rectum, dan anal
canal. Bagian akhir dari keempat usus besar disebut dengan rectum.
Anal canal adalah bagian dari distal rectum yang akan berakhir di
anus.(Bontrager, 2010)
5
6
a. Colon
Usus besar berukuran sekitar 5 kaki (1,5 m) panjangnya dan
diameternya lebih besar daripada usus halus. Dinding usus besar
mengandung 4 lapisan yang sama seperti dinding esofagus, perut,
dan usus halus. Bagian otot dinding usus berisi pita eksternal otot
longitudinal yang terbentuk menjadi 3 pita tebal yang disebut
taeniae coli. 1 pita diposisikan anterior, dan dua diposisikan
posterior. Pita-pita ini menciptakan pola otot yang menarik yang
membentuk serangkaian kantong yang disebut haustra. Fungsi
utama usus besar adalah reabsorpsi cairan dan eliminasi produk
limbah. Colon dibagi menjadi 4 bagian: colon ascendens, colon
transversum, colon descendens, dan colon sigmoid.
1) Colon Ascendens
Colon ascendens naik secara superior dari persediannya
dengan cecum ke permukaan bawah hati, dimana ia bergabung
dengan bagian colon transversum pada sudut yang disebut
fleksura colic dextra (fleksura hepatica).
2) Colon Transversum
Colon transversum merupakan bagian yang terpanjang dan
paling “bergerak” dari usus besar, melintasi perut sampai ke
permukaan bawah limpa. Colon transverse membentuk kurva
tajam yang disebut lubang colic sinistra (fleksura lienalis) dan
berakhir pada colon descendens.
3) Colon Descendens
Colon descendens melewati inferior dan medial ke
persimpangan dengan colon sigmoid pada lubang/bukaan
superior dari pelvis yang lebih rendah.
4) Colon Sigmoid
Lengkung usus sigmoid membentuk lingkaran berbentuk S
dan berakhir di rectum pada tingkat segmen sacrum ke-3.
7
b. Cecum
Cecum adalah bagian kantong dari usus besar dan berada di
bawah persimpangan illeum dan usus besar. Panjang cecum sekitar
2,5 inch (6 cm), sedangkan diameternya 3 inch (7,6 cm). Apendiks
vermiform melekat pada sisi posteromedial cecum. Apendiks
adalah tabung sempit berbentuk cacing yang panjangnya sekitar 3
inch (7,6 cm). Katup ileocecal berada tepat di bawah persimpangan
colon ascendens dan cecum. Katup menjorok ke dalam lumen
cecum dan menjaga lubang/bukaan antara illeum dan cecum.
c. Rectum dan Canal anal
Rectum memanjang dari colon sigmoid ke saluran anus.
Saluran anus berakhir pada anus yang merupakan celah luar dari
usus besar (gambar 17-6). Panjang rectum ± 6 inch (15 cm).
Bagian distal panjangnya sekitar 1 inch (2,5 cm), dibatasi untuk
membentuk kanal anus. Tepat diatas kanal anal adalah pelebaran
yang disebut ampula rectal. Setelah kurva sacrococcygeal, rectum
melewati inferior dan posterior ke tingkat dasar panggul dan
kemudian menekuk tajam ke arah anterior dan inferior ke dalam
kanal anal, yang meluas ke anus. rectum dan kanal anal memiliki 2
kurva antero posterior.
Gambar 2.2 Rectum tampak lateral Bontrager, Kenneth L.; John P. Lampignano.
Textbook of Radiographic Positioning and Related Anatomy Nine Edition. Missouri:
Mosby Elsevier. 2018
8
2. Fisiologi
Fungsi dari tractus gastrointestinal sangat penting bagi kehidupan
dan kesehatan, fungsi yang tidak baik dari tractus gastrointestinal akan
berpotensi menjadi sumber penyakit dan bisa mempengaruhi kualitas
hidup seseorang. Berikut ini adalah dua fungsi utama dari tractus
gastrointestinal.
a. Pencernaan
Tractus gastrointestinal bertanggung jawab atas pemecahan
dan penyerapan dari makanan dan minuman yang dibutuhkan oleh
tubuh. Banyak organ yang memilki tugas tertentu dalam sistem
pencernaan. Mulai dari memecah atau menghaluskan makanan
secara mekanik yang merupakan tugas dari gigi sampai
memproduksi cairan empedu yang merupakan tugas dari hati.
Produksi dari cairan empedu merupakan hal yang penting dari
pencernaan. Cairan empedu disimpan dalam kantung empedu saat
tidak ada proses pencernaan (puasa), dan akan di salurkan ke usus
halus saat ada proses pencernaan. Pancreatic juice atau getah
pancreas akan di ekskresikan ke tractus digestivus untuk memecah
molekul kompleks seperti protein dan lemak.
b. Absorbsi
Absorbsi terjadi di dalam usus halus, dimana nutrient secara
langsung akan disalurkan ke aliran darah. Setiap organ dalam
sistem digestivus berperan dalam proses absorbsi.(Boundless,
2016.
B. Patologi Hirschprung
Penyakit Hirschsprung adalah akibat tidak adanya sel ganglion pada
dinding usus, meluas ke proksimal dan berlanjut mulai dari anus sampai
panjang yang bervariasi. Tidak adanya inervasi saraf adalah akibat dari
kegagalan perpindahan neuroblast dari usus proksimal ke distal. Segmen
yang agangloinik terbatas pada rektosigmoid pada 75 % penderita, 10%
9
Pada penyakit ini, bagian kolon dari yang paling distal sampai pada
bagian usus yang berbeda ukuran penampangnya tidak mempunyai
ganglion parasimpatik intramural. Bagian kolon aganglionik itu tidak
dapat mengembang sehingga tetap sempit dan defekasi terganggu. Akibat
gangguan defekasi ini kolon proksimal yang normal akan melebar oleh
tinja yang tertimbun, membentuk megakolon. Pada Morbus Hirschsprung
segmen pendek, daerah aganglionik meliputi rectum sampai sigmoid, ini
disebut penyakit Hirschsprung klasik. Penyakit ini terbanyak (80%)
ditemukan pada anak laki-laki, yaitu 5 kali lebih sering dari pada anak
perempuan. Bila daerah aganglionik meluas lebih tinggi dari sigmoid
disebut Hirschsprung segmen panjang. Bila aganglionosis mengenai
seluruh kolon disebut kolon aganglionik total, dan bila mengenai kolon
dan hamper seluruh usus halus, disebut aganglionosis universal.
10
b. Posisi objek :
1) Letakkan MSP tubuh pada pertengahan IR
2) Tempatkan pertengahan kaset setinggi krista iliaka
3) Eksposi: ekspirasi tahan napas
4) Central ray : tegak lurus terhadap kaset
5) Ukuran kaset : 24x30 cm
6) Struktur yang tampak :
a) Left colic flexure
b) Transverse Colon
c) Right colic flexure
d) Descending Colon
e) Ascending Colon
f) Sigmoid
7) Kriteria radiograf:
a) Menampakkan organ abdomen secara keseluruhan
b) Kedua crista illica simetris kanan dan kiri
22
23
c. Colon in Loop :
Single contras, dimsukkan kontras water soluble 1:3 ( tidak
memakai kontras barium dengan pertimbangan fecal sangat banyak
dan dapat mengiritasi mukosa jika retensi lama). Tampak kontras
lancar mengisis rectum, colon sigmoid sampai ke colon
trasversum, dinding regular, tidak tampak filling defect/additional
shadow. Tampak caliber rectum 3cm, caliber sigmoid >3cm,
dengan nilai RSI<1. Transisional zone minimal 3 cm. Tampak
dilatasi usus sigmoid pars proksimal hingga colon ascendens.
d. Kesan : Mendukung Hirschprung Disease type short
segment.
B. Pembahasan
Dari prosedur pemeriksaan Colon In Loop (CIL) pada pasien
Pediatric dengan klinis Hirschprung Disease di RSPAU dr.S.
Hardjolukito didapat perbedaan dengan literatur, yaitu penggunaan
kateter berbahan latex, media kontras yang digunakan, proyeksi yang
diambil untuk foto Colon In Loop (CIL) Single Contrast dengan pasien
pediatric.
Penggunaan kateter berbahan latex dengan balon fiksasi tidak
disarankan apabila digunakan pada pasien pediatric, karena dapat
menimbulkan reaksi alergi bagi pasien dan perforasi pada rectum
(Bontrager, 2018). Di RSPAU dr. S. Hardjolukito penggunaan kateter
berbahan latex masih digunakan. Hal ini tidak disarankan, karena dapat
mengakibatkan perforasi pada rectum apabila tidak hati-hati dalam
mengembangkan fiksasi balon dan mengakibatkan alergi bagi pasien.
Tetapi, tujuan diberikan balon adalah untuk fiksasi agar kateter yang
dipasang tidak lepas saat pemeriksaan.
Media kontras tunggal yang digunakan adalah campuran antara
water soluble, dan NaCl. Penggunaan media kontras Water Soluble
adalah karena dengan pertimbangan fecal sangat banyak dan dapat
29
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan laporan kasus yang berjudul “ Teknik Pemeriksaan
Radiografi Colon In Loop (CIL) pada pasien Pediatric dengan klinis
Hirschprung Disease di RSPAU dr.S. Hardjolukito” dapat diambil
kesimpuan:
1. Teknik Pemeriksaan Radiografi Colon In Loop (CIL) dengan Klinis
Hirschpurng Disease pada Pasien Pediatric di Instalasi Radiologi
RSPAU dr. S. Hardjolukito memakai kateter anak dan spuit 50cc untuk
pemasukkan media kontras Water Soluble dan NaCl. Proyeksi yang di
gunakan pada saat pemeriksaaan Colon In Loop dengan Klinis
Hirschprung Disease pada pasien Pediatric di Instalasi Radiologi
RSPAU dr.S. Hardjolukito menggunakan proyeksi Antero Posterior
(AP), proyeksi Lateral tanpa balon karena untuk melihat ukuran
rectum dan diambil spot foto post evakuasi.
2. Hasil bacaan dokter spesialis Radiologi/radiolog pada pemeriksaan
Colon In Loop dengan klinis Hirschprung Disease pada pasien
Pediatric di Instalasi Radiologi RSPAU dr.S. Hardjolukito
penggunakan proyeksi Antero Posterior (AP), Proyeksi Lateral dan
Post Evakuasi tersebut sudah dapat menegakkan diagnosis Suspect
Hirschprung Disease
B. Saran
Berdasarkan laporan kasus “ Teknik Pemeriksaan Radiografi Colon In
Loop (CIL) pada pasien Pediatric dengan klinis Hirschprung Disease di
RSPAU dr.S. Hardjolukito” agar mendapatkan hasil yang lebih baik maka
adapun saran:
1. Untuk pemeriksaan Colon In Loop pada pasien Pediatric seharusnya
menggunakan Colon Set khusus untuk anak.
30
31