Anda di halaman 1dari 41

TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI COLON IN LOOP

(CIL) PADA PASIEN PEDIATRIC DENGAN KLINIS


HIRSCHPRUNG DISEASE DI RSPAU dr. S. HARDJOLUKITO

Laporan Kasus ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Kerja
Lapangan (PKL) II di Instalasi Radiologi RSPAU dr. S. Hardjolukito

Disusun Oleh:

Dhea Gian Elina

19230010

PROGRAM STUDI D III RADIOLOGI

POLITEKNIK KESEHATAN TNI AU ADISUTJIPTO

YOGYAKARTA

2021
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan ini telah diperiksa dan disetujui oleh Clinical Instruktur (CI)
Instalasi Radiologi RSPAU RSPAU dr. S. Hardjolukito dan telah disetujui untuk
diajukan sebagai laporan kasus guna memenuhi tugas pada mata kuliah Praktek
Kerja Lapangan Kedua prodi Radiologi POLTEKKES TNI AU ADISUTJIPTO
YOGYAKARTA.

Nama : Dhea Gian Elina

NIM : 19230010

Judul : TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI COLON IN


LOOP PADA PASIEN PEDIATRIC DENGAN KLINIS
HRISCHPRUNG DISEASE DI INSTALASI
RADIOLOGI RSPAU dr. S. HARDJOLUKITO

Yogyakarta, 28 Juni 2021

Clinic Instructur (CI) Supervisor

Erlinda Puspita D., S. Tr. Kes(Rad) Redha Okta S., M. Tr.Kes

ii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Penulis Panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus yang berjudul “ Teknik Pemeriksaan Colon In Loop Pada Pasien
Pediatric dengan klinis Hirschprung Disease di Instalasi Radiologi Rumah Sakit
Pusat Angkatan Udara dr. S. Hardjolukito Yohyakarta”. Laporan kasus ini disusun
untuk memenuhi tugas Praktik Kerja Lapangan II mahasiswa Program Studi
Diploma III Radiologi Polteknik Kesehatan TNI AU Adisutjipto Yogyakarta,
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Marsma TNI dr. Mohamad Rowi, Sp.S. Selaku Kepala Rumah Sakit
Pusat Angkatan Udara (RSPAU) dr. S. Hardjolukito.

2. dr. Bambang S. Gunadi., Sp.Rad. M.Kes. selaku Kepala Instalasi


Radiologi di RSPAU dr.S. Hardjolukito

3. Drs. Purwanto Budi Tjahjono, M.M., Apt Kolonel Kes (Purn) Selaku
Direktur Politeknik Kesehatan TNI AU Adisutjipto Yogyakarta

4. Delfi Iskardyani, S.Pd., M.Si Selaku Ketua Prodi Radiologi Politeknik


Kesehatan TNI AU Adisutjipto Yogyakarta

5. Redha Okta Silfina, M. Tr. Kes Selaku supervisor PKL 2

6. Seluruh Radiografer, pimpinan, dan staf Rumah Sakit Pusat Angkatan


Udara dr. S. Hardjolukito Yogyakarta

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan kasus Praktek Kerja


Lapangan I ini masih terdapat banyak kekurangan.Oleh karena itu, penulis
megharapkan kritik dan saran yang membantu guna memperbaiki laporan kasus
selanjutnya.Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun
pembaca.

Yogyakarta, 28 Juni 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………...……………………i

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………ii

KATA PENGANTAR…………………………………………...………………iii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………..iv

DAFTAR GAMBAR………………………………………………………..…...vi

ABSTRAK………………………………………………………………………vii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….…..1

A. Latar Belakang…………………………………………. ……………….1

B. Rumusan Masalah……………………………………………….…….....2

C. Tujuan Penulisan……………………………………………..………….3

D. Manfaat Penulisan……………………………………………….………3

E. Sistematika Penulisan……………………………………………………3

BAB II LANDASAN TEORI……………………………………………………5

A. Anatomi dan Fisiologi……………………………………………………5

1. Anatomi …………………………………………………….…………5
2. Fisiologi ……………………………………………………………….8

B. Patologi………………………………………………………………...….8

C. Prosedur Pemeriksaan Colon In Loop…………………..…..……...….10

1. Definisi …………………………………….……………………...…10
2. Tujuan ………………...……………………………………..………11
3. Indikasi dan Kontra Indikasi …………………………………...……11
4. Perisapan Alat dan Bahan…………………..…………………...…...11

iv
5. Persiapan Pasien………………………………………....………..….12
6. Teknik Pemasukkan Media Kontras ………………………..……….13
7. Informed Consent ….………………………………….....………….15
D. Teknik Pemeriksaan Colon In Loop………………………….…….….15

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………….22

A. Hasil……………………………..……………………………………….22

1. Identitas Pasien …………………………........………….…..…….…22

2. Riwayat Pasien……………………………………..……..………….22

3. Persiapan Pemeriksaan…………………..……………….....….……22

4. Teknik Pemeriksaan ……………………………………..………..…23

5. Hasil Bacaan Dokter Radiologi ………………….………..…...…….27

B. Pembahasan ……………..………………………………..……....…….28

BAB IV PENUTUP………………………………………..……………………30

A. Kesimpulan……………………………………………….………..……30

B. Saran ………………………………………………………………...…..30

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi Colon……………………………………………………….5

Gambar 2.2 Rectum tampak lateral………………………………………………..7

Gambar 2.3 Patologi Hirchsprung Disease……………………………….………9

Gambar 2.4 Hirschprung pada anak………………………………….....……….10

Gambar 2.5 Proyeksi Antero Posterior (AP)………………………………….…16

Gambar 2.6 Hasil radiograf proyeksi Antero Posterior (AP)……………………16

Gambar 3.7 Hasil Radiograf pemeriksaan Colon In Loop foto plan……………24

Gambar 3.8 Hasil Radiograf pemeriksaan Colon In Loop Proyeksi Antero


Posterior (AP) dengan media kontras 20ml……………………………………...25

Gambar 3.9 Hasil Radiograf pemeriksaan Colon In Loop Proyeksi Antero


Posterior (AP) dengan media kontras 60ml……………………………………...25

Gambar 3.10 Hasil radiograf pemeriksaan Colon In Loop dengan Proyeksi Lateral
dengan media kontras 20 ml……………………………………………………..26

Gambar 3.11 Hasil Radiograf pemeriksaan Colon In Loop Proyeksi Lateral


dengan media kontras 60ml…………………………………………………..….26

Gambar 3.12 Hasil radiograf pemeriksaan Colon In Loop Post evakuasi…….…27

vi
TEKNIK PEMERIKSAAN COLON IN LOOP PADA PASIEN PEDIATRIC
DENGAN KLINIS HIRSCHPRUNG DISEASE DI INSTALASI
RADIOLOGI RSPAU dr. S. HARDJOLUKITO

Colon In Loop Radiographic Examination Techniques in cases of Hirschprung


Disease of pediatric in Instalation Radiology RSPAU dr. S. Hardjolukito

Dhea Gian Elina .) Erlinda Puspita Dewi 2) Redha Okta Silfina3)


Poltekkes TNI AU Adisutjipto Yogyakarta1)
RSPAU dr. S. Hardjolukito2)
Poltekkes TNI AU Adisutjipto Yogyakarta3)
Email: dheagian0908@gmail.com

ABSTRAK

Hirschsprung Disease adalah suatu kondisi langka yang menyebabkan


feses menjadi terjebak di dalam usus besar. Bayi baru lahir yang memiliki
Megacolon congenital, nama lain penyakit Hirschsprung, akan mengalami
kesulitan buang air besar, tinja banyak tertahan dalam usus besar sehingga terlihat
perutnya membuncit. Laporan kasus seorang bayi usia 8 bulan dibawa ke instalasi
radiologi dengan permintaan pemeriksaan radiografi Colon In Loop dengan klinis
Hirschprung Disease. Keluhan susah buang air besar sejak umur 1,5 bulan dan
area perut yang sedikit membesar. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan Colon In
Loop dengan media kontras Water soluble dan NaCl. Teknik pemeriksaan
menggunakan proyeksi Antero Posterior (AP), Latral tanpa balon (untuk melihat
ukuran rectum), dan foto post evakuasi. Tampak kontras lancar mengisis rectum,
colon sigmoid sampai ke colon trasversum, dinding regular, tidak tampak filling
defect/additional shadow. Dari Hasil Bacaan Dokter, proyeksi pemriksaan yang
digunakan tersebut dapat membantu menegakkan diagnosis Suspect Hirschprung
Disease.

Kata kunci: Hirschprung Disease, Colon In Loop, Media Kontras

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hirschsprung Disease adalah suatu kondisi langka yang menyebabkan
feses menjadi terjebak di dalam usus besar. Bayi baru lahir yang memiliki
Megacolon congenital, nama lain penyakit Hirschsprung, akan mengalami
kesulitan buang air besar, tinja banyak tertahan dalam usus besar sehingga
terlihat perutnya membuncit. Insiden penyakit Hirschsprung di dunia
adalah 1 : 5000 kelahiran hidup dengan angka kematian berkisar antara 1
– 10% Sedangkan menurut Ryan (1995) insiden penyakit Hirschsprung
adalah 1 : 4400 sampai dengan 1 : 7000 kelahiran hidup dengan rasio 4 : 1
pada pasien laki-laki dibandingkan perempuan. (Kartono, 1993)
Diagnosis penyakit hirschsprung dapat ditegakkan dengan melakukan
pemeriksaan fisik dan radio penunjang diagnostik (radiologi). Pemeriksaan
fisik pada anak dengan hirschsprung ditemukan pada abdomen sering
mengalami distensi dengan feses yang teraba di kolon kiri. Pada neonatus
penderita enterokolitis dan peritonitis mekoneum dapat terlihat nyeri lepas
dan tanda-tanda peritoneum. Ampula rekti kecil dan kosong. Sedangkan
pemeriksaan Colon In Loop dapat dilakukan dengan radiografi abdomen
maupun pemeriksaan barium enema tanpa persiapan. (Schwartz, 2005).
Pada neonatus penegakkan diagnosis dicurigai berdasarkan adanya
tanda klinis obstruksi usus atau kegagalan mengeluarkan meconium. Pada
bayi dan anak-anak, riwayat merupakan bagian penting dari diagnose dan
biasanya mencakup adanya sembelit kronis. Pada pemeriksaan rectum
dalam keadaan tidak ada feses, sfingter internal biasanya sempit, ada
kebocoran feses dengan konsistensi cair dan akumulasi gas dapat terjadi
jika segmen aganglionik pendek. Enema kontras sering menunjukkan zona
transisi antara kolon proksimal yang berdilatasi (megakolon) dan segmen
distal aganlionik. Tetapi, megakolon khas dan segmen distal sempit ini

1
2

mungkin tidak berkembang sampai usia 2 bulan atau lebih. (Mendri and
Prayogi, 2018)
Dalam aspek diagnostik, seiring berkembangnya pemanfaatan sinar-X
dalam rangka menegakkan diagnosa suatu penyakit menjadikan teknik
pemeriksaan suatu organ memiliki variasi. Pada prosedur teknik
pemeriksaan kontras Colon in Loop pada pasien pediatrik menurut
Bontrager, (2018) terdapat beberapa proyeksi, yaitu proyeksi AP, proyeksi
PA, dan proyeksi lateral untuk single contras serta untuk double contrast
ditambah dengan proyeksi LLD dan proyeksi RLD.
Hal yang membuat penulis tertarik adalah pada pemeriksaan colon in
loop dengan klinis Hirschprung Disease pada pasien Pediatric di RSPAU
dr. S. Hardjolukito yaitu menggunakan media kontras dengan campuran
kontras water soluble iodium dan larutan NaCl. Foto polos yang diambil
dengan proyeksi Antero Posterior (AP), serta foto pemeriksaan Colon In
Loop (CIL) yang diambil proyeksi Antero Posterior (AP) , proyeksi lateral
kanan dan post evakuasi. Sehingga penulis mengangkat pemeriksaan ini
menjadi laporan kasus dengan judul “Teknik Pemeriksaan Colon In
Loop Dengan Klinis Hirschprung Disease Pada Pasien Pediatric Di
Instalasi Radiologi RSPAU dr. S. Hardjolukito”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan
sebagai berikut :
1. Bagaimana Teknik Pemeriksaan Radiografi Colon in Loop pada pasien
pediatric dengan klinis Hirschprung Disease di Instalsi Radiologi
RSPAU dr.S. Hardjolukito ?
2. Apakah proyeksi Antero Posterior (AP) dan Lateral pada teknik
pemeriksaan Colon in Loop pada pasien pediatric dengan klinis
Hirschprung Disease di Instalasi Radiologi dr. S Hardjolukito sudah
cukup untuk menegakkan diagnosis?
3

C. Tujuan Penulisan
Adapun Tujuan penulisan dari laporan kasus ini adalah :
1. Untuk mengetahui Teknik Pemeriksaan Radiografi Colon in Loop pada
pasien pediatric dengan klinis Hirschprung Disease di Instalasi
Radiologi RSPAU dr.S. Hardjolukito.
2. Untuk mengetahui apakah proyeksi Antero Posterior (AP) dan Lateral
yang digunakan pada pemeriksaan Colon in Loop pada pasien
pediatric dengan klinis Hirschprung Disease di Instalasi Radiologi
RSPAU dr.S. Hardjolukito cukup untuk membantu menegakkan
diagnosis dokter.

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan laporan kasus ini adalah:
1. Untuk menambah pengetahuan dan pemahaman dalam ilmu radiologi,
bagi penulis dan pembaca mengenai pemeriksaan pada klinis
Hirschprung pada Bayi.
2. Untuk menjadi media pembelajaran yang bermanfaat bagi pendidikan
dan pengetahuan. Menambah wawasan serta menjadi salah satu tugas
laporan PKL II Semester IV. Untuk penulis dan pembaca mengetahui
hasil dari pemeriksaan Colon in Loop pada pasien Pediatrik dengan
Klinis Hirschprung Disease di Instalasi Radiologi RSPAU dr.S.
Hardjolukito.

E. Sistematika Penulisan
Dalam makalah ini adapun sistematika yang disusun penulisan untuk
melengkapi sebuah makalah adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN terdari latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan
sistematika penulisan.
4

BAB II : LANDASAN TEORI yang meliputi anatomi fisiologi,


patofisiologi, prosedur pemeriksaan, pengolahan film dan
proteksi radiasi.
BAB III : HASIL DAN PEMBAHASAN yang meliputi identitas
pasien, riwayat pasien, teknik pemeriksaan, dan hasil
pembahasan.

BAB IV : PENUTUP yang meliputi kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi
Tractus Gastrointestinal dalah saluran dari otot yang memanjang
dari mulut sampai ke anus. Saluran ini terdiri dari lapisan otot yang
memungkinakan dindingnya untuk bergerak. Pergerakan dinding organ
ini disebut dengan peristaltik yang memungkinkan makanan dan
minuman untuk masuk dan dicerna pada organ tertentu dalam system
pencernaan. Gerakan peristaltik tampak seperti gelombang yang
berjalan di otot kejadian seperti gelombang ini disebut dengan
kontraksi dan relaksasi. (National Institute of Diabetes and Digestive
and kidney disease)
Usus besar dimulai dari bagian Right Lower Quadrant. Usus besar
terdiri dari empat bagian besar, yaitu caecum, colon, rectum, dan anal
canal. Bagian akhir dari keempat usus besar disebut dengan rectum.
Anal canal adalah bagian dari distal rectum yang akan berakhir di
anus.(Bontrager, 2010)

Gambar 2.1 Anatomi Colon Bontrager, Kenneth L.; John P. Lampignano.


Textbook of Radiographic Positioning and Related Anatomy Nine Edition. Missouri:
Mosby Elsevier. 2018

5
6

a. Colon
Usus besar berukuran sekitar 5 kaki (1,5 m) panjangnya dan
diameternya lebih besar daripada usus halus. Dinding usus besar
mengandung 4 lapisan yang sama seperti dinding esofagus, perut,
dan usus halus. Bagian otot dinding usus berisi pita eksternal otot
longitudinal yang terbentuk menjadi 3 pita tebal yang disebut
taeniae coli. 1 pita diposisikan anterior, dan dua diposisikan
posterior. Pita-pita ini menciptakan pola otot yang menarik yang
membentuk serangkaian kantong yang disebut haustra. Fungsi
utama usus besar adalah reabsorpsi cairan dan eliminasi produk
limbah. Colon dibagi menjadi 4 bagian: colon ascendens, colon
transversum, colon descendens, dan colon sigmoid.
1) Colon Ascendens
Colon ascendens naik secara superior dari persediannya
dengan cecum ke permukaan bawah hati, dimana ia bergabung
dengan bagian colon transversum pada sudut yang disebut
fleksura colic dextra (fleksura hepatica).
2) Colon Transversum
Colon transversum merupakan bagian yang terpanjang dan
paling “bergerak” dari usus besar, melintasi perut sampai ke
permukaan bawah limpa. Colon transverse membentuk kurva
tajam yang disebut lubang colic sinistra (fleksura lienalis) dan
berakhir pada colon descendens.
3) Colon Descendens
Colon descendens melewati inferior dan medial ke
persimpangan dengan colon sigmoid pada lubang/bukaan
superior dari pelvis yang lebih rendah.
4) Colon Sigmoid
Lengkung usus sigmoid membentuk lingkaran berbentuk S
dan berakhir di rectum pada tingkat segmen sacrum ke-3.
7

b. Cecum
Cecum adalah bagian kantong dari usus besar dan berada di
bawah persimpangan illeum dan usus besar. Panjang cecum sekitar
2,5 inch (6 cm), sedangkan diameternya 3 inch (7,6 cm). Apendiks
vermiform melekat pada sisi posteromedial cecum. Apendiks
adalah tabung sempit berbentuk cacing yang panjangnya sekitar 3
inch (7,6 cm). Katup ileocecal berada tepat di bawah persimpangan
colon ascendens dan cecum. Katup menjorok ke dalam lumen
cecum dan menjaga lubang/bukaan antara illeum dan cecum.
c. Rectum dan Canal anal
Rectum memanjang dari colon sigmoid ke saluran anus.
Saluran anus berakhir pada anus yang merupakan celah luar dari
usus besar (gambar 17-6). Panjang rectum ± 6 inch (15 cm).
Bagian distal panjangnya sekitar 1 inch (2,5 cm), dibatasi untuk
membentuk kanal anus. Tepat diatas kanal anal adalah pelebaran
yang disebut ampula rectal. Setelah kurva sacrococcygeal, rectum
melewati inferior dan posterior ke tingkat dasar panggul dan
kemudian menekuk tajam ke arah anterior dan inferior ke dalam
kanal anal, yang meluas ke anus. rectum dan kanal anal memiliki 2
kurva antero posterior.

Gambar 2.2 Rectum tampak lateral Bontrager, Kenneth L.; John P. Lampignano.
Textbook of Radiographic Positioning and Related Anatomy Nine Edition. Missouri:
Mosby Elsevier. 2018
8

2. Fisiologi
Fungsi dari tractus gastrointestinal sangat penting bagi kehidupan
dan kesehatan, fungsi yang tidak baik dari tractus gastrointestinal akan
berpotensi menjadi sumber penyakit dan bisa mempengaruhi kualitas
hidup seseorang. Berikut ini adalah dua fungsi utama dari tractus
gastrointestinal.
a. Pencernaan
Tractus gastrointestinal bertanggung jawab atas pemecahan
dan penyerapan dari makanan dan minuman yang dibutuhkan oleh
tubuh. Banyak organ yang memilki tugas tertentu dalam sistem
pencernaan. Mulai dari memecah atau menghaluskan makanan
secara mekanik yang merupakan tugas dari gigi sampai
memproduksi cairan empedu yang merupakan tugas dari hati.
Produksi dari cairan empedu merupakan hal yang penting dari
pencernaan. Cairan empedu disimpan dalam kantung empedu saat
tidak ada proses pencernaan (puasa), dan akan di salurkan ke usus
halus saat ada proses pencernaan. Pancreatic juice atau getah
pancreas akan di ekskresikan ke tractus digestivus untuk memecah
molekul kompleks seperti protein dan lemak.
b. Absorbsi
Absorbsi terjadi di dalam usus halus, dimana nutrient secara
langsung akan disalurkan ke aliran darah. Setiap organ dalam
sistem digestivus berperan dalam proses absorbsi.(Boundless,
2016.

B. Patologi Hirschprung
Penyakit Hirschsprung adalah akibat tidak adanya sel ganglion pada
dinding usus, meluas ke proksimal dan berlanjut mulai dari anus sampai
panjang yang bervariasi. Tidak adanya inervasi saraf adalah akibat dari
kegagalan perpindahan neuroblast dari usus proksimal ke distal. Segmen
yang agangloinik terbatas pada rektosigmoid pada 75 % penderita, 10%
9

seluruh kolonnya tanpa sel-sel ganglion. Bertambah banyaknya ujung-


ujung saraf pada usus yang aganglionik menyebabkan kadar
asetilkolinesterase tinggi. Secara histologi, tidak di dapatkan pleksus
Meissner dan Auerbach dan ditemukan berkas-berkas saraf yang hipertrofi
dengan konsentrasi asetikolinesterase yang tinggi di antara lapisan-lapisan
otot dan pada submukosa.

Gambar 2.3 Patologi Hirchsprung’s disease

Pada penyakit ini, bagian kolon dari yang paling distal sampai pada
bagian usus yang berbeda ukuran penampangnya tidak mempunyai
ganglion parasimpatik intramural. Bagian kolon aganglionik itu tidak
dapat mengembang sehingga tetap sempit dan defekasi terganggu. Akibat
gangguan defekasi ini kolon proksimal yang normal akan melebar oleh
tinja yang tertimbun, membentuk megakolon. Pada Morbus Hirschsprung
segmen pendek, daerah aganglionik meliputi rectum sampai sigmoid, ini
disebut penyakit Hirschsprung klasik. Penyakit ini terbanyak (80%)
ditemukan pada anak laki-laki, yaitu 5 kali lebih sering dari pada anak
perempuan. Bila daerah aganglionik meluas lebih tinggi dari sigmoid
disebut Hirschsprung segmen panjang. Bila aganglionosis mengenai
seluruh kolon disebut kolon aganglionik total, dan bila mengenai kolon
dan hamper seluruh usus halus, disebut aganglionosis universal.
10

Gambar 2.4 Hirschprung pada anak

Penyakit Hirschprung memiliki gejala yang berbeda-beda, tergantung


pada tingkat keparahannya. Gejala umumnya sudah dapat dideteksi sejak
bayi baru lahir, dimana bayi tidak buang air besar (BAB) dalam 48 jam
setelah lahir. Selain bayi tidak BAB, gejala lain penyebab Hirschprung
pada bayi baru lahir:
1. Muntah-muntah dengan cairan berwarna coklat atau hijau.
2. Perut buncit
Pada penyakit Hirschprung yang ringan, gejala baru muncul saat anak
berusia lebih besar. Gejala penyakit Hrischprung pada anak yang lebih
besar terdiri dari:
1. Mudah lelah.
2. Perut kembung dan kelihatan buncit.
3. Sembelit yang terjadi dalam jangka panjang.
4. Kehilangan nafsu makan.
5. Berat badan tidak bertambah.
6. Tumbuh kembang terganggu

C. Prosedur Pemeriksaan Colon In Loop


1. Definisi
Teknik pemeriksaan Colon In Loop adalah suatu teknik
pemeriksaan secara radiologis dari usus besar dengan menggunakan
11

media kontras secara retrograde. Tujuan pemeriksaan Colon In Loop


adalah untuk mendapatkan gambaran anatomis dari colon sehingga
dapat membantu menegakkan diagnosis suatu penyakit atau kelainan-
kelainan pada colon (Bruce,2016).
2. Tujuan
Tujuan pemeriksaan Colon In Loop adalah untuk mendapatkan
gambaran anatomis dari kolon sehingga dapat membantu menegakkan
diagnosa suatu penyakit atau kelainan-kelainan pada kolon
(Bruce,2016).
3. Indikasi dan Kontra Indikasi
a. Indikasi :
1) Tumor
2) Volvulus cecal
3) Kolitis
4) Diverticulum
5) Intusseseption
6) Neoplasma
7) Adenocarcinoma
8) Polip
b. Kontra Indikasi:
Kontra indikasi dari pemeriksaan Colon In Loop adalah jika
pasien terindikasi curiga perforasi dan curiga obstruksi. Pasien
tidak boleh diperiksa dengan menggunakan media kontras barium
sulfat. Sebagai alternative media kontras yang bersifat water-
soluble bisa digunakan dalam pemeriksaan.
4. Persiapan Alat dan Bahan
a. Persiapan Alat
1) Pesawat X – ray (fluoroscopy)
2) Kaset dan Film
3) Marker
12

4) Standart irrigator dan irigator set lengkap dengan kanula dan


rectal tube.
5) Vaselin atau jelly
6) Handscoon
7) Penjepit atau klem
8) Kain kassa
9) Bengkok
10) Apron
11) Plester
12) Tempat mengaduk kontras
13) Untuk bayi dan anak – anak, menggunakan kateter silicon 10
french dan sebuah spuit 60 ml, barium sulfat diinjeksi secara
manual dan perlahan.
b. Persiapan Bahan
1) Media kontras barium sulfat, untuk metode kontras ganda
konsentrasi yang digunakan lebih tinggi dibandingkan dengan
metode kontras tunggal, untuk metode kontras tunggal
menggunakan Barium Sulfat (BaSo4) dengan konsentrasi 12-25
% Weigh/Volume, sedangkan metode kontras ganda dengan
konsentrasi 75-95% Weigh/Volume (Bontrager, 2018).
Banyaknya larutan yang digunakan tergantung pada panjang
pendeknya colon, ± 600-800 ml (Rasad, 2005).
2) Air hangat untuk membuat larutan barium sulfat.
3) Vaselin atau jelly, digunakan untuk mengurangi rasa sakit saat
kanula dimasukkan kedalam anus.
5. Persiapan Pasien
Persiapan pasien yang perlu dilakukan sebelum pemeriksaan
adalah:
a. 48 jam sebelum pemeriksaan pasien makan makanan lunak rendah
serat.
b. 18 jam sebelum pemeriksaan pasien minum tablet dulcolax.
13

c. 4 jam sebelum pemeriksaan pasien diberi dulcolax capsul per anus


selanjutnya dilavement.
d. Kemudian pasien puasa sampai dilakukan pemeriksaan.
e. 30 menit sebelum pemeriksaan pasien diberi sulfas atrofin 0,25-1
mg/oral untuk mengurangi pembentukan lendir. 15 menit sebelum
pemeriksaan pasien diberi suntikan buscopan untuk mengurangi
peristaltik usus.
f. Melakukan identifikasi pasien setelah melakukan pemanggilan
pasien. Memastikan identitas pasien sesuai dengan nama yang
tertera pada lembar permintaan foto. Beberapa hal yang perlu di
identifikasi adalah nama, umur, dan alamat.
g. Kemudian dilakukan foto pendahuluan (plain foto).
6. Teknik Pemasukan Media Kontras
Kontras yang lazim digunakan ialah larutan barium sulfat dengan
konsentrasi berkisar antara 70/80 W/V (Weight/Volume). Banyaknya
ml larutan sangat tergantung pada panjang pendeknya Colon.
Umumnya 400-800 ml sudah memadai (Bontrager, 2018).
Pemeriksaan Colon In Loop (Barium Enema) pada bayi dan anak-anak
biasanya hanya menggunakan metode kontras tunggal yang
menggunakan media kontras BaSO4 (Barium Sulfat) saja, sedangkan
metoda kontras ganda tidak dianjurkan (Bontrager, 2018).
Media kontras dapat dimasukkan dalam usus besar melalui metode
sebagai berikut :
a. Metode kontras tunggal
Media kontras tunggal merupakan pemeriksaan Colon In Loop
yang hanya menggunakan media kontras BaSO4 (Barium Sulfat).
Media kontras barium sulfat dapat dipersiapkan di dalam kantong
dispossible. Media kontras yang digunakandiaduk dengan air
dingin sesuai petunjuk yang ada di kemasan barium sulfat ,
kemudian kantong barium sulfat dihubungkan dengan kateter yang
dirancang khusus, sehingga media kontras hanya bisa dikeluarkan
14

didalam rektum. Pemasukkan media kontras harus dilakukan


dengan hati-hati untuk menghindari terjadinya perforasi usus,
kantong barium sulfat. Pemasukkan media kontras dapat diikuti
dengan fluoroskopi (Bontrager, 2018).
Barium sulfat dimasukkan lewat anus sampai mengisi daerah
caecum. Pengisian diikuti dengan fluoroskopi. Untuk keperluan
informasi yang lebih jelas pasien dirotasikan kekanan dan kekiri
serta dibuat radiograf full filling untuk melihat keseluruhan bagian
usus dengan proyeksi antero posterior. Kemudian pasien diminta
untuk buang air besar, kemudian dibuat radiograf post evakuasi
posisi antero posterior (Bontrager, 2018).
b. Metode Kontras Ganda
Barium sulfat dengan konsentrasi tinggi, kantong barium sulfat
dan kantong udara dihubungkan dengan kateter melalui tabung try
way disposible. Kateter ini dirancang khusus, sehingga media
kontras hanya bisa dikeluarkan didalam rectum. Kantong udara
dilengkapi dengan pengatur tekanan udara. Pemasukkan kontras
udara harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari
terjadinya perforasi usus. Pemasukan media kontras dengan
metode satu tingkat (Bontrager, 2018).
Merupakan pemeriksaan Colon In Loop dengan menggunakan
media kontras berupa campuran antara Barium Sulfat (BaSO4) dan
udara. Barium dimasukkan kira-kira mencapai fleksura lienalis
kemudian kanula diganti dengan pompa. Udara dipompakan dan
posisi pasien dirubah dari posisi miring kekiri menjadi miring
kekanan setelah udara sampai ke fleksura lienalis. Tujuannya agar
media kontras merata didalam usus. Setelah itu pasien diposisikan
supine dan dibuat radiograf. Pemasukan media kontras dengan
dilakukan pengisisan larutan barium sulfat kedalam lumen colon,
sampai mencapai pertengahan Colon Transversum. Bagian yang
belum terisi dapat diisi dengan merubah posisi pasien.
15

c. Pemasukan media kontras dengan metode dua tingkat (Rasad,


2005).
1) Tahap pelapisan
Dengan menunggu ± 1-2 menit dapat diberikan pada
larutan BaSo4 untuk mengisi mukosa colon.
2) Tahap pengosongan
Setelah diyakini mukosa terlapisi maka larutan perlu
dibuang sebanyak – banyaknya.
3) Tahap pengembangan
Pada tahap ini dilakukan pemompaan udara kelumen colon.
Pemompaan udara tidak boleh berlebihan (1800 – 2000 ml)
karena dapat menimbulkan komplikasi lain, misalnya refleks
vagal yang ditandai dengan wajah pucat, pandangan gelap,
bradikardi, keringat dingin dan pusing.
4) Pemotretan dilakukan bila seluruh kolon telah mengembang
sempurna.
7. Informed Consent
Sebelum pemeriksaan Colon In Loop dilakukan, pasien diberikan
penjelasan tentang jalannya pemeriksaan yang akan dilakukan. Setelah
itu keluarga pasien diminta persetujuan atas pemeriksaan yang akan
dilakukan dengan menandatangani surat persetujuan (Informed
Consent). Informed consent berisi tentang persetujuan pasien atas
pemeriksaan Colon In Loop yang akan dilakukan.

D. Teknik Pemeriksaan Colon In Loop


Foto Polos abdomen menurut Bontrager (2018) :
1. Proyeksi Antero Posterior (AP)
a. Posisi pasien : pasien supine di atas meja pemeriksaan
16

Gambar 2.5 Proyeksi Antero Posterior (AP) (Bontranger,2018)

b. Posisi objek :
1) Letakkan MSP tubuh pada pertengahan IR
2) Tempatkan pertengahan kaset setinggi krista iliaka
3) Eksposi: ekspirasi tahan napas
4) Central ray : tegak lurus terhadap kaset
5) Ukuran kaset : 24x30 cm
6) Struktur yang tampak :
a) Left colic flexure
b) Transverse Colon
c) Right colic flexure
d) Descending Colon
e) Ascending Colon
f) Sigmoid
7) Kriteria radiograf:
a) Menampakkan organ abdomen secara keseluruhan
b) Kedua crista illica simetris kanan dan kiri

Gambar 2.6 Hasil radiograf proyeksi AP (Bontranger, 2018)


17

Foto Pemeriksaan Colon In Loop menurut Bontrager (2018) :


2. Proyeksi Antero Posterior (AP)
a. Posisi pasien : pasien supine di atas meja pemeriksaan
b. Posisi objek :
1) Letakkan Mid Sagital Plane (MSP) tubuh pada pertengahan
grid
2) Tempatkan pertengahan kaset setinggi krista iliaka
c. Central ray : tegak lurus terhadap kaset
d. Ukuran kaset : 24 × 30 cm
e. Struktur yang tampak :
1) Left colic flexure
2) Transverse Colon
3) Right colic flexure
4) Descending Colon
5) Ascending Colon
6) Sigmoid
f. Kriteria Radiograf:
1) Menampakkan organ abdomen secara keseluruhan.
2) Kedua crista illica simetris kanan dan kiri
3. Proyeksi Lateral (R/L)
a. Posisi pasien : Tempatkan pasien pada posisi lateral recumbent
miring pada sisi kanan atau kiri.
b. Posisi Objek :
1) Posisikan Mid Coronal Plane (MCP) tubuh tepat berada pada
pertengahan grid.
2) Fleksikan lutut pasien, pasang softbag diantara kedua lutut
untuk menjaga posisi agar pelvis tetap berada pada posisi
lateral
3) Sesuaikan bahu dan pingul pasien menjadi tegak lurus.
4) Sesuaikan Anterior Superior Iliac Spine (ASIS) sehingga
berada pada pertengahan Image Reader
18

c. Central Ray : tegak lurus terhadap Image Reader menuju Mid


Coronal Plane (MCP) tubuh setinggi Spina Iliaca Anterior
Superior (SIAS).
d. Ukuran kaset : 24 x 30
e. Struktur yang tampak :
1) Tampak bukti kolimasi yang tepat
2) Daerah rectosigmoid tampak pada pertengahan radiograf
3) Tidak ada rotasi pada pasien
4) Hip dan femur superposisi
5) Bagian superior colon tidak ter proyeksikan ketika daerah
rectosigmoid merupakan area of interest anatomi.
f. Kriteria Radiograf:
1) Media kontras tergambar mengisi rectosogmoid
2) Tidak ada rotasi pada pasien
3) Faktor eksposi bisa menampakan media kontras yang mengisi
rectum dan colon sigmoid.
4. Proyeksi Right Lateral Decubitus (RLD)
Proyeksi Antero Posterior (AP) atau Postero Anterior (PA) Right
Lateral Decubitus kontras yang mengisi kolon. Posisi ini untuk
melihat bagian atas sisi medial colon ascending dan sisi lateral
descending colon ketika colon dengan udara mengambang ke atas.
a. Posisi pasien : Tempatkan pasien miring recumbent dengan sisi
kanan tubuh menempel meja. Punggung menempel grid.
b. Posisi Objek :
1) Posisikan Mid Sgital Plane (MSP) paisen pada pertengahan
grid.
2) Fleksikan lutut pasien sedikit agar pasien nyaman.
3) Kedua tangan di atas kepala.
c. Central Ray : Horizontal tegak lurus terhadap Image Reader
menuju Mid Coronal Plane (MCP) tubuh setinggi krista iliaka.
d. Ukuran kaset : 24 x 30 cm.
19

e. Struktur yang tampak :


1) Tampak area Flexura colic kiri sampai rectum
2) Tidak ada rotasi pada pasien ditandai costae dan pelvis simetris
3) Untuk pemeriksaan single kontras, penetrasi yang cukup, untuk
pemeriksaan dobel kontras, udara mengisi colon dan
disarankan tidak overpetrasi.
f. Kriteria Radiograf:
1) Fleksura lienalis dan colon desendence terlihat jelas pada
radiograf
2) Faktor eksposi dapat menampakan usus besar yang terisi
dengan media kontras dan udara.
5. Proyeksi Left Lateral Decubitus (LLD)
Proyeksi Antero Posterior (AP) atau Postero Anterior (PA) Right
Lateral Decubitus kontras yang mengisi kolon. Posisi ini untuk
melihat bagian atas sisi lateral colon ascending dan sisi medial
descending colon ketika colon dengan udara mengambang ke atas.
a. Posisi pasien : Tempatkan pasien miring recumbent dengan sisi kiri
tubuh menempel meja. Punggung menempel grid.
b. Posisi Objek :
1) Posisikan Mid Sagital Plane (MSP) pasien pada pertengahan
grid
2) Fleksikan lutut pasien sedikit agar pasien nyaman
3) Kedua tangan di atas kepala.
c. Central Ray : Horizontal tegak lurus terhadap Image Reader
menuju Mid Coronal Plane (MCP) tubuh setinggi krista illiaka
d. Ukuran kaset : 24 x 30 cm
e. Struktur yang tampak :
1) Tampak area Flexura colic kiri sampai rectum
2) Tidak ada rotasi pada pasien ditandai costae dan pelvis simetris
20

3) Untuk pemeriksaan single kontras, penetrasi yang cukup, untuk


pemeriksaan dobel kontras, udara mengisi colon dan
disarankan tidak overpetrasi.
f. Kriteria Radiograf:
1) Fleksura hepatica, colon ascendence dan caecum terlihat jelas
pada radiograf.
2) Factor eksposi dapat menampakan usus besar yang terisi
dengan media kontras dan udara.
6. Proyeksi Antero Posterior (AP) Oblique posisi Left dan Right
Posterior Oblique (RPO)
a. Posisi pasien : supine di atas meja pemeriksaan
b. Posisi Objek :
1) Pasien dirotasikan ke arah kiri Left Posterior Oblique (LPO)
atau kanan Right Posterior Obliique (RPO) sehingga Mid
Sagital Plane (MSP) tubuh pasien membentuk sudut 35-45
derajat dengan meja pemeriksaan.
2) Tangan pasien ada di atas, salah satu tangan dijadikan bantalan
kepala.
c. Central ray : Tegak lurus dengan meja pemeriksaan
d. Central point: Pada Mid Sagital Plane (MSP) setinggi garis yang
menghubungkan kedua crista iliaca, kemudian ditarik garis ke
kanan sebesar 2,5 sentimeter.
e. FFD: 100 cm
f. Ukuran kaset : 24x30 cm
g. Kriteria radiograf :
1) Left Posterior Oblique (LPO):
a) Fleksura hepatica harus terlihat tanpa superposisi dengan
organ yang lain.
b) Colon ascendence, dan colon rectosigmoid tergambar
dengan baik
c) Rectal ampulla tergambar pada radiograf
21

d) Ala ilium kiri mengalami elongasi, dan ala ilium kanan


mengalami foreshortening
e) Vertebrae tampak parallel dengan tepi kanan dan kiri
radiograf.
2) Right Posterior Oblique (RPO):
a) Fleksura lienalis harus terlihat tanpa superposisi dengan
organ yang lain.
b) Colon Descendence tergambar dengan baik
c) Ala ilium kanan mengalami elongasi, dan ala ilium kiri
mengalami foreshortening.
d) Vertebrae tampak parallel dengan tepi kanan dan kiri
radiograf.
7. Proyeksi Antero Posterior (AP) Post Evakuasi
a. Posisi pasien : pasien supine di atas meja pemeriksaan
b. Posisi objek :
1) Letakkan Mid Sagital Plane (MSP) tubuh pada pertengahan
Image Reader
2) Tempatkan pertengahan kaset setinggi krista iliaka
3) Respirasi : menggantung
c. Central ray : tegak lurus terhadap kaset
d. Ukuran kaset : 24 x 30 cm
e. Struktur yang tampak :
1) Left colic flexure
2) Transverse Colon
3) Right colic flexure
4) Descending Colon
5) Ascending Colon
6) Sigmoid
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Identitas Pasien
Identitas pasien pemeriksaan Colon in Loop (CIL) dengan klinis
Hirschprung Disease pada pasien Pediatric di Instalasi Radiologi
RSPAU dr. S. Hardjolukito.
a. Nama : An. xxxxx
b. Umur : 8 bulan
c. Jenis Kelamin : Laki – laki
d. Alamat : -
e. Permintaan Foto : Colon in Loop
f. Diagnosa : Susp. Hirschprung Disease
g. Dokter Pengirim : dr. Lhora Arie Sandy , Sp. BA
h. Dokter Pelaksana : dr. Bambang S.Gunadi, Sp. Rad
i. Unit : Bedah Anak
2. Riwayat Pasien
Pada tanggal 08 Juni 2021 pasien datang dengan kedua orang tua
dengan membawa pengantar rujukan pemeriksaan Colon in Loop
dengan klinis Hirschprung Disease oleh dokter pengirim dr. Lhora
Arie Sandy ,Sp. BA dari unit bedah anak di RS Hermina ke Instalasi
Radiologi RSPAU dr. S. Hardjolukito. Ayahnya menerangkan bahwa
anaknya mengalami sulit Buang Air Besar (BAB) sejak umur 1,5
bulan. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan oleh radiografer yang
bertugas dan didampingi oleh dokter radiologi.
3. Persiapan Pemeriksaan
Prosedur pemeriksaan Colon In Loop dengan klinis Hirschprung
Disease pada pasien Pediatric di Instalasi Radiologi RSPAU dr. S.
Hardjolukito adalah sebagai berikut:
a. Persiapan Alat dan Bahan :
1) Pesawat x-ray

22
23

2) Image Reader 35x35 cm


3) Computted Radiography (CR)
4) Handscoon
5) Jelly
6) Tissue
7) Kateter ukuran 12
8) Spuit 50 cc
9) Media kontras Iohexol (Iodium) dan NaCl dengan
perbandingan 1:3 (50ml:150ml)
10) Apron
b. Persiapan Pasien
1) Menghindarkan objek yang akan diperiksa dari logam
2) Mengganti baju pasien
3) Mengedukasi pasien dan keluarga pasien tentang jalannya
pemeriksaan
4) Menandatangani Informed Consent
4. Teknik Pemeriksaan Colon In Loop
a. Foto Polos (Plain Foto)
Tujuannya adalah untuk melihat persiapan dari pasien, apakah
colon sudah terbebas dari fecal material dan udara, untuk
medeteksi kelainan-kelainan anatomi dan menentukan faktor
eksposi yang tepat untuk pengambilan radiograf selanjutnya.
Proyeksi dari foto polos abdomen adalah proyeksi anterior
posterior yaitu:
1) Posisi pasien: Supine di atas meja pemeriksaan.
2) Posisi objek:
a) Mid Sagital Plane (MSP) di pertengahan meja
pemeriksaan.
b) Mengatur posisi tubuh dan kolimasi sehingga batas atas
berada pada proccecus xypodeus dan batas bawah berada
pada symphisis pubis.
24

3) Central Ray (CR): Vertikal tegak lurus terhadap meja


pemeriksaan.
4) Central Point (CP): Pada Mid Sagital Plane (MSP) tubuh
setinggi garis yang menghubungkan kedua crista illiaca.
5) FFD: 100 cm
6) Kriteria Radiograf :
a) Menampakkan organ abdomen secara keseluruhan.
b) Distribusi udara usus sampai ke distal.
c) Tampak distensi usus berisi fecal.
d) Kontur kedua ginjal tertutup fecal material

Gambar 3.7 Hasil Radiograf pemeriksaan Colon In Loop foto plan

b. Pemasukkan Media Kontras


Kemudian dilanjutkan dengan pemasukan media kontras
campuran (water soluble + NaCl) melalui kateter dengan
menggunakan spuit ukuran 50 cc. Media kontras dimasukkan ke
anus melalui kateter secara perlahan-lahan, lalu dilakukan
pengambilan spot foto dengan beberapa proyeksi agar media
kontras mengisi keseluruhan colon.
Proyeksi yang digunakan pasca pemasukan media kontras adalah:
c. Proyeksi Antero Posterior (AP)
1) Posisi pasien : pasien supine di atas meja pemeriksaan
2) Posisi objek :
25

a) Mid Sagital Plane (MSP) tubuh pada pertengahan meja


pemeriksaan
b) Mengatur posisi tubuh dan kolimasi sehingga batas atas
berada pada proccecus xypodeus dan batas bawah berada
pada sympisis pubis.
3) Central Ray (CR) : Vertikal tegak lurus terhadap meja
pemeriksaan
4) Central Point (CP): Pada Mid Sagital Plane (MSP) tubuh
setinggi garis yang menghubungkan kedua crista illiaca.
5) FFD : 100 cm
6) Kriteria Radiograf:
a) Colon tampak dalam gambaran dan terisi dengan media
kontras.
b) Media Kontras tampak lancar mengisi area rectum

Gambar 3.8 Hasil Radiograf pemeriksaan Colon In Loop Proyeksi


Antero Posterior (AP) dengan media kontras 20ml

Gambar 3.9 Hasil Radiograf pemeriksaan Colon In Loop Proyeksi


Antero Posterior (AP) dengan media kontras 60ml
26

d. Proyeksi Lateral tanpa balon


1) Posisi pasien : Tempatkan pasien pada posisi lateral recumbent
miring pada sisi kiri menempel meja pemeriksaan.
2) Posisi Objek :
a) Mid Coronal Plane (MCP) tubuh tepat berada pada
pertengahan meja pemeriksaan
b) Fleksikan lutut pasien.
c) Sesuaikan bahu dan pinggul pasien menjadi tegak lurus.
d) Sesuaikan Anterior Superior Iliac Spine (ASIS) sehingga
berada pada pertengahan meja pemeriksaan.
3) Central Ray (CR) : Vertikal tegak lurus terhadap meja
pemeriksaan
4) Central Point (CP) : Pada Mid Coronal Plane (MCP) tubuh
setinggi Spina Iliaca Anterior Superior (SIAS).
5) Kriteria radiograf :
a) Tidak ada rotasi pada pasien
b) Hip dan femur superposisi
c) Tampak kontras lancar mengisis rectum dan colon sigmoid

Gambar 3.10 Hasil radiograf pemeriksaan Colon In Loop dengan


Proyeksi Lateral dengan media kontras 20 ml

Gambar 3.11 Hasil Radiograf pemeriksaan Colon In Loop Proyeksi


Lateral dengan media kontras 60ml
27

e. Proyeksi Antero Posterior (AP) Post Evakuasi


Sebelum dilakukan Post Evakuasi media kontras dikeluarkan
dan tanpa balon.
1) Posisi Pasien: Pasien Supine di atas meja pemeriksaan
2) Posisi Objek:
a) Letakkan Mid Sagital Plane (MSP) tubuh pada pertengahan
Image Reader (IR)
b) Tempatkan pertengahan kaset setinggi krista iliaka
3) Central ray : tegak lurus terhadap kaset
4) Ukuran kaset : 24 x 30 cm
5) Kriteria Radiograf :
a) Media kontras tergambar mengisi rectosigmoid
b) Tampak kontras lancar mengisis rectum, colon sigmoid
sampai ke colon trasversum

Gambar 3.12 Hasil radiograf pemeriksaan Colon In Loop Post evakuasi

5. Hasil Bacaan Dokter Radiologi


a. Keterangan Klinis : Susp. Hirschprung Disease.
b. BNO : Distribusi udara usus sampai ke distal,
tampak distensi usus berisi fecal, dinding usus tidak menebal,
kontur kedua ginjal tertutup fecal material, tidak tampak bayangan
radioopak pada proyeksi tract. Urinarius, tulang-tulang intact.
28

c. Colon in Loop :
Single contras, dimsukkan kontras water soluble 1:3 ( tidak
memakai kontras barium dengan pertimbangan fecal sangat banyak
dan dapat mengiritasi mukosa jika retensi lama). Tampak kontras
lancar mengisis rectum, colon sigmoid sampai ke colon
trasversum, dinding regular, tidak tampak filling defect/additional
shadow. Tampak caliber rectum 3cm, caliber sigmoid >3cm,
dengan nilai RSI<1. Transisional zone minimal 3 cm. Tampak
dilatasi usus sigmoid pars proksimal hingga colon ascendens.
d. Kesan : Mendukung Hirschprung Disease type short
segment.

B. Pembahasan
Dari prosedur pemeriksaan Colon In Loop (CIL) pada pasien
Pediatric dengan klinis Hirschprung Disease di RSPAU dr.S.
Hardjolukito didapat perbedaan dengan literatur, yaitu penggunaan
kateter berbahan latex, media kontras yang digunakan, proyeksi yang
diambil untuk foto Colon In Loop (CIL) Single Contrast dengan pasien
pediatric.
Penggunaan kateter berbahan latex dengan balon fiksasi tidak
disarankan apabila digunakan pada pasien pediatric, karena dapat
menimbulkan reaksi alergi bagi pasien dan perforasi pada rectum
(Bontrager, 2018). Di RSPAU dr. S. Hardjolukito penggunaan kateter
berbahan latex masih digunakan. Hal ini tidak disarankan, karena dapat
mengakibatkan perforasi pada rectum apabila tidak hati-hati dalam
mengembangkan fiksasi balon dan mengakibatkan alergi bagi pasien.
Tetapi, tujuan diberikan balon adalah untuk fiksasi agar kateter yang
dipasang tidak lepas saat pemeriksaan.
Media kontras tunggal yang digunakan adalah campuran antara
water soluble, dan NaCl. Penggunaan media kontras Water Soluble
adalah karena dengan pertimbangan fecal sangat banyak dan dapat
29

mengiritasi mukosa jika retensi lama. Media kontras diinjeksikan dari


anus menggunakan kateter yang sudah terpasang spuit media kontras
campuran ± 50 cc dan spuit untuk balon ± 5cc air. Kemudian jalannya
media kontras dipantau menggunakan spot foto.
Pada (Bontrager,2018) pengambilan foto polos colon in loop
pasien pediatric hanya Antero Posterior (AP) dan untuk foto
pemeriksaan menggunakan proyeksi Antero Posterior (AP), proyeks
Postero Anterior (PA), dan proyeksi Lateral. Sedangkan di Instalasi
Radiologi RSPAU dr.S. Hardjolukito pengambilan foto menggunakan
proyeksi Antero Posterior (AP) dan proyeksi Lateral tanpa balon
karena untuk melihat ukuran rectum dan diambil spot foto post
evakuasi. Dari Hasil Bacaan Dokter, proyeksi pemriksaan yang
digunakan tersebut dapat membantu menegakkan diagnosis Suspect
Hirschprung Disease.
30

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan laporan kasus yang berjudul “ Teknik Pemeriksaan
Radiografi Colon In Loop (CIL) pada pasien Pediatric dengan klinis
Hirschprung Disease di RSPAU dr.S. Hardjolukito” dapat diambil
kesimpuan:
1. Teknik Pemeriksaan Radiografi Colon In Loop (CIL) dengan Klinis
Hirschpurng Disease pada Pasien Pediatric di Instalasi Radiologi
RSPAU dr. S. Hardjolukito memakai kateter anak dan spuit 50cc untuk
pemasukkan media kontras Water Soluble dan NaCl. Proyeksi yang di
gunakan pada saat pemeriksaaan Colon In Loop dengan Klinis
Hirschprung Disease pada pasien Pediatric di Instalasi Radiologi
RSPAU dr.S. Hardjolukito menggunakan proyeksi Antero Posterior
(AP), proyeksi Lateral tanpa balon karena untuk melihat ukuran
rectum dan diambil spot foto post evakuasi.
2. Hasil bacaan dokter spesialis Radiologi/radiolog pada pemeriksaan
Colon In Loop dengan klinis Hirschprung Disease pada pasien
Pediatric di Instalasi Radiologi RSPAU dr.S. Hardjolukito
penggunakan proyeksi Antero Posterior (AP), Proyeksi Lateral dan
Post Evakuasi tersebut sudah dapat menegakkan diagnosis Suspect
Hirschprung Disease

B. Saran
Berdasarkan laporan kasus “ Teknik Pemeriksaan Radiografi Colon In
Loop (CIL) pada pasien Pediatric dengan klinis Hirschprung Disease di
RSPAU dr.S. Hardjolukito” agar mendapatkan hasil yang lebih baik maka
adapun saran:
1. Untuk pemeriksaan Colon In Loop pada pasien Pediatric seharusnya
menggunakan Colon Set khusus untuk anak.

30
31

2. Sebelum proses pemeriksaan sebaiknya pasien anak ditimbang berat


badan terlebih dahulu sebagai pertimbangan pemasukkan media
kontras.
3. Sebaiknya pemeriksaan ini tetap dilakukan sesuai dengan standar
prosedur yang berlaku, memperhatikan luas lapangan kolimasi sesuai
dengan objek yang diperiksa saja, dan tetap mengindahkan ALARA
(As Low As Reasonably Achievable).
DAFTAR PUSTAKA

Bontrager, Kenneth L.; John P. Lampignano. Textbook of Radiographic


Positioning and Related Anatomy Nine Edition. Missouri: Mosby Elsevier.
2010

Bontrager, Kenneth L.; John P. Lampignano. Textbook of Radiographic


Positioning and Related Anatomy Nine Edition. Missouri: Mosby Elsevier.
2018

Sjahriar Rasad, 2005. Radiologi Diagnostik. Jakarta. FKUI

Kartono D. (1993). Penyakit Hirschsprung: Perbandingan Prosedur Swenson dan


Duhamel Modifikasi. Disertasi Pascasarjana FK UI Jakarta.

Kartono D. (2010). Penyakit Hirschsprung. Jakarta: Sagung Seto.

Schwartz M.W. (2005). Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta: EGC.


Sopiyudin

Bruce W. Long Frank;Eugene D. ; Barbara J. Smith.2016.Merrill’s Atlas of


Radiographic

Manalu, Novita Verayanti. 2021. Keperawatan Sistem Pencernaan. Jakarta:


Yayasan Kita Menulis

Artathi Eka Suryandari, 2017. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Hirschsprung


Di Rumah Sakit Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Seminar
Nasional dan Presentasi Hasil-Hasil Penelitian Pengabdian Masyarakat.
Purwokerto.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai