Disusun oleh :
Pembimbing :
DEPARTEMEN RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2018
HALAMAN PENGESAHAN
Referat
Oleh:
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat mengikuti ujian
kepaniteraan klinik senior di Departemen Radiologi RSUP dr. Mohammad Hoesin
Palembang Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya periode 26 Maret – 11
April 2018.
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan referat dengan judul
“GAMBARAN RADIOLOGI EKSTROFI BULI-BULI” untuk memenuhi tugas
referat sebagai bagian dari sistem pembelajaran dan penilaian kepaniteraan klinik
senior di Departemen Radiologi RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada dr.
Hanna Marsinta Uli, Sp.Rad., selaku pembimbing yang telah banyak memberikan
bimbingan, motivasi, masukan, kemudahan dan perbaikan sehingga makalah ini
dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan
ini disebabkan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan di
masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat dan
pelajaran bagi kita semua.
Penulis
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................ii
KATAPENGANTAR...........................................................................................iii
DAFTAR ISI........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR............................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................1
1.1 Latar belakang................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................3
2.1 Ekstrofi Buli-buli............................................................................3
2.1.1 Definisi....................................................................................3
2.1.2 Epidemiologi..........................................................................3
2.1.3 Etiopatogenesis......................................................................4
2.1.4 Gambaran Klinis...................................................................6
2.1.5 Pemeriksaan Radiologis........................................................9
2.1.6 Tatalaksana............................................................................13
2.1.7 Komplikasi.............................................................................18
2.1.8 Prognosis................................................................................18
BAB III PENUTUP.............................................................................................19
3.1 Kesimpulan.....................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20
4
DAFTAR GAMBAR
5
1
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Epidemiologi
Ekstrofi buli-buli termasuk dalam kelainan bawaan yang jarang
ditemukan. Insidensi diperkirakan hanya 1 kasus dari 10.000-50.000
kelahiran hidup. Berdasarkan data International Clearinghouse for Births
Defects Monitoring System, diperkirakan insiden yang terjadi sekitar 3,3
kasus dari 100.000 kelahiran hidup. Kelainan ini lebih banyak mengenai
laki-laki daripada perempuan dengan rasio 2:1. Adanya kemungkinan
terkait genetik didukung peningkatan angka kejadian menjadi berkiras 1 :
275 kelahiran pada orangtua yang memiliki anak dengan kelainan ini akan
memiliki anak dengan kelainan yang sama. Sebagai tambahan, seorang ibu
dengan kelainan ini memiliki resiko 500 kali lebih besar untuk memiliki
anak dengan kelainan yang sama. Kejadian ekstrofi buli-buli juga
meningkat pada ibu yang hamil pada usia muda dan ibu dengan riwayat
kehamilan melebihi 4 kali.5
2.1.3 Etiopatogenesis
4
dibagi antara orifisium dari dua saluran ini. Bagian atas dari sinus ini akan
menjadi buli-buli, dan bagian kaudalnya akan menjadi urethra. Ujung
Gambar 2. Gambaran klinis ekstrofi buli pada bayi laki-laki dan bayi perempuan. 12
Gambar 5. Foto polos abdomen proyeksi AP/Lateral pada pasien ekstrofi buli.7
Pada contoh gambar foto polos pasien dengan ekstrofi buli di atas,
dengan proyeksi antero-posterior/lateral menunjukkan adanya bayangan
jaringan lunak yang globural dari bagian anterior abdomen bawah dan
11
pelvis. Terdapat opasitas jaringan lunak dengan elongasi dari pelvis hingga
ke bagian caudal. Dijumpai adanya bukti diastasis dari tulang pubis.
Coccyx tidak terlihat.
Gambar 7. Perbandingan gambaran m. puborectalis dilihat dari potongan axial pada oang
normal dan pasien ekstrofi buli klasik.14
Gambaran PR pada axial T2W images ditandai dengan garis merah pada OI muscle
(panah) dengan kontrol normal (b) dan pasien ekstrofi buli klasik (CBE) (d): dijumpai
adanya a elongasi dan pendataran puborectalis pada pasien CBE. Lihat bagian oblique
dari m. iliacus internus pada kontrol normal (panah) (a) berkebalikan dengan orientasi
vertikal dari pasien CBE (panah) (c). Pada tanda bintang di ujung medial os pubis pada
kontrol normal (a) dan pasien CBE (c) menunjukkan adanya diastasis pada pubis di (c)
dengan peningkatan jarak antara ujung medial dan os pubis. Dengan adanya diastasis dari
os pubis, terdapat juga resultant diastasis dari erectile bodies. Diastasis pubis dan
pendataran lantai pelvis berdampak pada sebuah open-book configuration dari pasien
CBE (baris kedua) jika dibandingkan dengan kontrol normal (baris pertama).
2.1.6 Tatalaksana
Non-operatif
Tatalaksanan awal dengan memperbaiki keadaan umum pasien.
Tutupi buli-buli yang terbuka dengan menggunakan penutup plastik yang
bersih. Hindari dari keadaan lembab dan munculnya titik-titik air yang
dapat mengiritasi mukosa buli-buli yang tipis. Terapi antibiotik dapat
dimulai segera setelah pesalinan, dan dilanjutkan segera setelah tindakan
operatif dilaksanakan. Antibiotik profilaksis diberikan setiap hari setelah
tindakan penutupan buli-buli.10
Operatif
Bedah rekonstruksi dibutuhkan untuk memperbaiki ekstrofi buli-
buli. Jenis penalaksanaan bergantung kepada tipe dan tingkat kelainan
yang terjadi. Saat ini penatalaksanaan yang tersedia mencakup beberapa
jenis tindakan bedah yang dilakukan dalam jangka waktu beberapa tahun.
Tindakan ini dikenal sebagai rekonstruksi fungsional bertahap. Tujuan
dari penatalaksanaan terhadap bayi yang lahir dengan ekstrofi buli-buli
yaitu tertutupnya buli, rekonstruksi dinding abdomen dan rekonstruksi
14
tubularisasi vesika dan uretra telah selesai dan ditempatkan drainase tube. (I) setelah
penutupan vesika dan dasar uretra, vesika diturunkan ke pelvis dan difiksasi dengan
sutura. (J) sutura ditempatkan untuk mendorong pubis untuk terbagi dua. (K) drainase
tube diarahkan ke superior dan fascia, jaringan subkutan dan kulit. Perkiraan dari pubis
membantu untuk melindungi penutupan vesika dan dinding abdomen.
2.1.7 Komplikasi
Komplikasi seringkali terjadi pada penderita ekstrofi buli yang
tidak dirawat. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain abnormalitas
fungsi ginjal akibat abnormalitas sekunder (90%) dimana refluks
vesikoureteral menyebabkan refluks nefropati yang menyebabkan gagal
ginjal sekunder, yang juga disebabkan tingginya tekanan pada buli-buli.
Komplikasi lain yaitu gangguan fungsi buli-buli dimana akan terjadi
inkontinensia urin. Abnormalitas pada bentuk dan ukuran alat genitalia
juga dapat terjadi.4,9
Keganasan juga merupakan komplikasi dari ekstrofi buli, namun
sangat jarang terjadi. Pada penderita ekstrofi buli yang tidak dirawat,
komplikasi ini menjadi lebih sering terjadi. Adenocarsinoma merupakan
keganasan yang paling sering dilaporkan. Selain itu, pernah juga
ditemukan squamous sel carsinoma maupun rhabdomyosarcoma. Pada
pasien yang telah menjalani terapi, komplikasi postoperasi juga dapat
terjadi. Komplikasi pada perbaikan ekstrofi buli-buli antara lain kegagalan
penutupan buli, cidera pada alat genitalia, penurunan keadaan traktus
urinarius bagian atas, fungsi buli-buli yang abnormal sehingga
menyebabkan pengosongan buli menjadi tidak adekuat, dan prolapsus
buli.4,9
2.1.8 Prognosis
Berdasarkan riwayat, anak-anak dengan ekstrofi buli yang tidak dirawat
meninggal akibat gagal ginjal sebelum mencapai usia dewasa. Strategi
manajemen awal sering mengakibatkan kistektomi. Namun,
penatalaksanaan saat ini memungkinkan untuk pelestarian buli-buli pada
hampir setiap anak. Prognosis pasien dengan ekstrofia buli-buli setelah
pembedahan sangat baik. Fungsi buli-buli dan/atau kontinensia urin
18
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Ekstrofi buli-buli adalah malformasi kongenital sebagian dinding
abdomen dan dinding buli-buli, sehingga terjadi eversi dari dalam keluar,
dengan permukaan internal dinding posterior yang terlihat melalui celah pada
dinding anterior.
Diagnosis pada ekstrofi buli-buli dapat ditegakkan baik pada saat
prenatal maupun postnatal. Diagnosis prenatal biasa dicurigai jika pada
pemeriksaan berulang USG tidak ditemui pengisian buli-buli, letak umbilikus
yang lebih rendah dari biasanya, pelebaran ramus pubis, alat genital yang
mengecil, peningkatan massa abdomen bagian bawah yang tidak sesuai masa
kehamilan, dan kesulitan untuk mengetahui jenis kelamin bayi. Diagnosis
ekstrofi buli-buli pada postnatal dapat ditegakkan melalui pemeriksaan fisik.
Modalitas lain yang dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis
ekstrofi buli yaitu USG Doppler dengan tanda khas tidak dijumpai buli yang
seharusnya terisi cairan di antara arteri umbilicus. Selain itu, juga dapat
dilakuakan foto abdomen dengan ataupun tanpa kontras dan MRI.
20
DAFTAR PUSTAKA