Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN KASUS

SEORANG PASIEN WANITA DENGN ABORTUS IMMINENS

Disusun Oleh:
Rizky Amalia (30101206779)

Pembimbing:
dr. Luh Putu Endyah Santi M, Sp. Rad

KEPANITERAAN ILMU RADIOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SEMARANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
PERIODE 30 MEI- 25 JUNI 2016

LEMBAR PENGESAHAN
Nama : Rizky Amalia

NIM : 30101206779

Fakultas : Kedokteran Umum

Universitas : Universitas Islam Sultan Agung

Bidang Pendidikan : Program Pendidikan Profesi Dokter

Periode Kepaniteraan : 30 Mei- 25 Juni 2016

Judul : Seorang Pasien Wanita dengan Abortus Immnens

Diajukan : 9 Juni 2016

Pembimbing : dr. Luh Putu Endyah Santi M., Sp. Rad

Telah diperiksa dan disahkan tanggal: ...........................................

Mengetahui,

Pembimbing Ketua SMF

dr. Luh Putu Endyah Santi M., Sp. Rad dr. Oktina Rachmi Dachliana, Sp. Rad

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah
yang diberikan sehingga penulis dapat menyelaisakan Seorang Pasien Wanita
dengan Abortus Imminens ini dapat diselesaikan tepat waktu.

Laporan kasus ini disusun pada saat melaksanakan kepaniteraan klinik


Ilmu Radiologi di RSUD Semarang pada periode 30 Mei-25 Juni 2016, dengan
berbekalkan pengetahuan, bimbingan, serta pengarahan yang diperoleh baik
selama kepaniteraan maupun pada saat kuliah pra-klinik.

Penulis menyadari akan kekurangan dan keterbatasan, sehingga selama


menyelesaikan Laporan kasus ini, penulis mendapatkan bantuan, bimbingan,
dorongan, semangat dan petunjuk dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis
ingin mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada :

dr. Luh Putu Endyah Santi M., Sp. Rad, selaku pembimbing laporan kasus

dr. Oktina Rachmi Dachliana, Sp. Rad dan dr. Lia Sasdesi M., Sp. Rad

Pimpinan dan staff RSUD Semarang

Rekan ko-asisten selama kepaniteraan Ilmu Radiologi di RSUD Semarang

Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk

menyempurnakan laporan kasus ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi

pembaca pada umumnya dan mahasiswa kedokteran pada khususnya.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Semarang, 9 Juni 2016

Rizky Amalia

DAFTAR ISI
LEMBAR
PENGESAHAN.......................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN........................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
2.1 Anatomi dan Fisiologi
Uterus.............................................................................3
2.2 Abortus...............................................................................................................5
2.2.1.Definisi
Abortus..........................................................................................5
2.2.2.Klasifikasi Abortus.....................................................................................5
2.2.3. Etiologi
Abortus.........................................................................................6

2.2.4. Patogenesis Abortus ..................................................................................7

2.2.5 Gambaran Klinis


Abortus ...........................................................................8

2.2.6. Diagnosa
Abortus ....................................................................................13

2.2.6.1. Ultrasonografi..................................................................................13

2.2.7. Penatalaksanaan Abortus.........................................................................16


2.2.8. Komplikasi Abortus.................................................................................18
2.2.9.
Prognosis..................................................................................................18
BAB III LAPORAN KASUS.................................................................................19
3.1 Identitas............................................................................................................19
3.2 Anamnesis........................................................................................................19
3.3 Pemeriksaan Fisik............................................................................................22
3.4 Pemeriksaan Penunjang...................................................................................23
3.5 Terapi...............................................................................................................25
3.6 Prognosis..........................................................................................................25
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................27
BAB I

PENDAHULUAN

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin


dapat hidup di luar kandungan.Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.1 Terdapat dua jenis abortus, iaitu
abortus spontan dan abortus provokatus. Abortus spontan didefinisikan sebagai
abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis. Dengan kata lain yang
luas digunakan adalah keguguran (miscarriage). Sedangkan abortus yang terjadi
dengan sengaja dilakukan tindakan disebut sebagai abortus provokatus.1,2

Berdasarkan aspek klinisnya, abortus spontan dibagi menjadi beberapa


kelompok, yaitu abortus imminens (threatened abortion), abortus insipiens
(inevitable abortion), abortus inkomplit, abortus komplit, abortus tertunda (missed
abortion), dan abortus habitualis (recurrent abortion), abortus infeksiosus, dan
abortus septik.2

Abortus iminens adalah perdarahan pervaginan pada kehamilan sebelum


20 minggu tanpa disertai keluarnya hasil konsepsi dan dilatasi uterus. Reproduksi
manusia relatif tidak efisien, dan abortus adalah komplikasi tersering pada
kehamilan, dengan kejadian keseluruhan sekitar 15% dari kehamilan yang
ditemukan.2,3 Angka kejadian abortus sangat tergantung kapada riwayat obstetri
terdahulu, dimana kejadiannya lebih tinggi pada wanita yang sebelumnya
mengalami keguguran daripada pada wanita yang hamil dan berakhir dengan
kelahiran hidup. Prevalensi abortus juga meningkat dengan bertambahnya usia,
dimana pada wanita berusia 20 tahun adalah 12%, dan pada wanita diatas 45
tahun adalah 50%. Delapan puluh persen abortus terjadi pada 12 minggu pertama
kehamilan.2,3

Hampir 20% kehamilan yang mengalami perdarahan pada trimester


pertama berisiko pada banyak komplikasi. Diantaranya adalah abortus spontan.
Perdarahan pervaginan pada awal kehamilan dengan serviks yang masih menutup
disebut dengan abortus iminens. Diagnosis harus ditegakkan dengan melihat
kantong gestasional dan denyut jantung janin pada pemeriksaan USG. Abortus
iminens dapat berujung pada abortus inkomplet yang memiliki komplikasi yang
dapat mengancam keselamatan ibu karena adanya perdarahan masif yang bisa
menimbulkan kematian akibat adanya syok hipovolemik apabila keadaan ini tidak
mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat. Sangat penting bagi para pelayan
kesehatan untuk mengetahui lebih dalam tentang abortus iminens agar mampu
menegakkan diagnosis dan kemudian memberikan penatalaksanaan yang sesuai
dan akurat, serta mencegah komplikasi.4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi dan Fisiologi Uterus

Uterus disebut juga Histera (bahasa Yunani) karenanya kontraksi uterus


disebut His. Bentuk, letak, dan ukuran uterus berbeda-beda tergantung umur,
organ sekitar dan keadaan kehamilan. Uterus non gravid biasanya terletak dalam
pelvis minor, dengan corpus uteri terletak di atas vesika urinaria dan serviks uteri
di antara vesika urinaria dan rektum.

Pada manusia dewasa biasanya uterus anteversio dan anteflexio, sehingga


terletak di atas vesica urinaria. Uterus mempunyai tiga fungsi yaitu dalam siklus
menstruasi sebagai pematangan endometrium, dalam kehamilan sebagai tempat
tumbuh dan berkembang janin, dan dalam persalinan berkontraksi sewaktu
melahirkan dan sesudah melahirkan.

Uterus punya beberapa bagian yaitu fundus uteri, corpus uteri, isthmus uteri dan
serkviks. Corpus uteri membentuk dua pertiga superior, meliputi fundus uteri,
yaitu bagian membulat yang terletak superior terhadap ostium uterinum tubae
uterinae. Letaknya di antara lapisan lig. latum uteri dan dapat digerakkan bebas;
mempunyai dua permukaan: facies vesikalis (anterior) dan facies intestinalis
(posterior). Corpus dibatasi dari sekviks oleh isthmus uteri.
Gambar 1. Antomi Uterus (Diambil dari5)

- Serviks: dibedakan menjadi portio supravaginalis cervicis yang berada di


antara isthmus uteri dan vagina, dan portio vaginalis cervicis yang
berprotrusi ke dalam vagina.

- Kavitas uteri: berlanjut di inferior sebagai canalis cervicis uteri.

- Dinding corpus uteri terdiri dari tiga lapisan:

Perimetrium: tunica serosa, peritoneum yang disokong oleh lapisan tipis


jaringan ikat.

Myometrium: tunica muscularis (cabang utama vasa dan nervi uterus


berada dalam lapisan ini)

Endometrium: tunica mucosa, terlibat aktif dalam siklus menstruasi

- Ligamentum uterus: ligamentum latum, ligamentum teres uteri (bagian


atas uterus, caudal dari insertio tuba), ligamentum suspensorium ovarii
(infundibulo pelvicum), ligamentum cardinale, (kiri kanan cervix setinggi
ostium uteri internum ke dinding panggul), ligamentum sacrouterinum,
ligamentum vesicouterinum.

- Vasa uterus: suplai darah berasal terutama dari a. uterina, dengan suplai
kolateral potensial dari a. ovarica. Vena memasuki ligamentum latum
bersama a. uterina dan dibentuk oleh plexus venosus uterinus pada tiap sisi
cervix uteri. Vena uterina bermuara ke v. iliaca interna.

- Persarafan: kontraksi dinding uterus adalah autonom, tidak memerlukan


rangsang dari susunan saraf pusat. Uterus dipengaruhi oleh serat-serat
saraf parasimpatis yang menuju ganglion servikal Frankenhauser yang
terletak di pangkal ligamentum sacrouterinum. 5

2.2. Abortus

2.2.1. Definisi Abortus

Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia


luar, tanpa mempersoalkan penyebabnya. Bayi baru mungkin hidup di dunia luar
bila berat badannya telah mencapai lebih daripada 500 gram atau umur kehamilan
lebih daripada 20 minggu. Abortus spontan merujuk kepada keguguran pada
kehamilan kurang dari 20 minggu tanpa adanya tindakan medis atau tindakan
bedah untuk mengakhiri kehamilan.1,2,3

Abortus spontan adalah merupakan mekanisme alamiah yang


menyebabkan terhentinya proses kehamilan sebelum berumur 28 minggu.
Penyebabnya dapat oleh karena penyakit yang diderita si ibu ataupun sebab-sebab
lain yang pada umumnya berhubungan dengan kelainan pada sistem reproduksi.4

2.2.2. Klasifikasi Abortus

Klasifikasi abortus adalah seperti berikut :

Klasifikasi:
i. Abortus spontan adalah keluarnya hasil konsepsi tanpa intervensi
medis maupun mekanis.
ii. Abortus buatan, Abortus provokatus (disengaja, digugurkan), yaitu:
a. Abortus buatan menurut kaidah ilmu (Abortus provokatus
artificialis atau abortus therapeuticus). Indikasi abortus untuk
kepentingan ibu, misalnya : penyakit jantung, hipertensi esential,
dan karsinoma serviks. Keputusan ini ditentukan oleh tim ahli yang
terdiri dari dokter ahli kebidanan, penyakit dalam dan psikiatri,
atau psikolog.
b. Abortus buatan kriminal (Abortus provocatus criminalis) adalah
pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang sah atau oleh
orang yang tidak berwenang dan dilarang oleh hukum

Menurut gambaran klinis, dibedakan atas:


a. Abortus membakat (imminens) yaitu abortus tingkat permulaan, dimana
terjadi perdarahan pervagina, ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi
masih baik dalam kandungan.
b. Abortus insipiens yaitu abortus yang sedang mengancam dimana serviks
telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi
masih dalam kavum uteri.
c. Abortus inkomplit yaitu jika hanya sebagian hasil konsepsi yang
dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau plasenta.
d. Abortus komplit artinya seluruh hasil konsepsi telah keluar (desidua atau
fetus), sehingga rongga rahim kosong.
e. Abortus tertunda (missed abortion) adalah abortus dimana fetus atau embrio
telah meninggal dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu, akan
tetapi hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam kandungan selama 6
minggu atau lebih.
f. Abortus habitualis (keguguran berulang) adalah keadaan terjadinya abortus
tiga kali berturut-turut atau lebih.
g. Abortus septik adalah abortus yang disertai infeksi berat dengan penyebaran
kuman ataupun toksinnya kedalam peredaran darah atau peritonium.1,2
2.2.3. Etiologi Abortus
Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti, tetapi
beberapa faktor yang berpengaruh adalah :
a. Faktor pertumbuhan hasil konsepsi, kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat
menimbulkan kematian janin dan cacat bawaan yang menyebabkan hasil
konsepsi dikeluarkan, gangguan pertumbuhan hasil konsepsi dapat terjadi
karena :
1. Faktor kromosom terjadi sejak semula pertemuan kromosom, termasuk
kromosom seks.
2. Faktor lingkungan endometrium terjadi karena endometrium belum siap
untuk menerima implantasi hasil konsepsi.selain itu juga karena gizi ibu
yang kurang karena anemia atau terlalu pendeknya jarak kehamilan.
3. Pengaruh luar
- Infeksi endometrium
- Hasil konsepsi yang dipengaruhi oleh obat dan radiasi
- Faktor psikologis
- Kebiasaan ibu (merokok, alcohol, kecanduan obat)
b. Kelainan plasenta
1. Infeksi pada plasenta
2. Gangguan pembuluh darah
3. Hipertensi
c. Penyakit ibu
1. Penyakit infeksi seperti tifus abdominalis, malaria, pneumonia dan sifilis
2. Anemia
3. Penyakit menahun seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati, DM
4. Kelainan Rahim.2,3

2.2.4. Patogenesis Abortus

Menurut Sastrawinata dan kawan-kawan (2005), kebanyakan abortus


spontan terjadi segera setelah kematian janin yang kemudian diikuti dengan
perdarahan ke dalam desidua basalis, lalu terjadi perubahan-perubahan nekrotik
pada daerah implantasi, infiltrasi sel-sel peradangan akut, dan akhirnya
perdarahan per vaginam. Buah kehamilan terlepas seluruhnya atau sebagian yang
diinterpretasikan sebagai benda asing dalam rongga rahim. Hal ini menyebabkan
kontraksi uterus dimulai, dan segera setelah itu terjadi pendorongan benda asing
itu keluar rongga rahim (ekspulsi). Perlu ditekankan bahwa pada abortus spontan,
kematian embrio biasanya terjadi paling lama dua minggu sebelum perdarahan.
Oleh karena itu, pengobatan untuk mempertahankan janin tidak layak dilakukan
jika telah terjadi perdarahan banyak karena abortus tidak dapat dihindari. Sebelum
minggu ke-10, hasil konsepsi biasanya dikeluarkan dengan lengkap. Hal ini
disebabkan sebelum minggu ke-10 vili korialis belum menanamkan diri dengan
erat ke dalam desidua hingga telur mudah terlepas keseluruhannya. Antara minggu
ke-10 hingga minggu ke-12 korion tumbuh dengan cepat dan hubungan vili
korialis dengan desidua makin erat hingga mulai saat tersebut sering sisa-sisa
korion (plasenta) tertinggal kalau terjadi abortus. Pengeluaran hasil konsepsi
didasarkan empat cara:

a. Keluarnya kantong korion pada kehamilan yang sangat dini,


meninggalkan sisa desidua.
b. Kantong amnion dan isinya (fetus) didorong keluar, meninggalkan korion
dan desidua.
c. Pecahnya amnion terjadi dengan putusnya tali pusat dan pendorongan
janin ke luar, tetapi mempertahankan sisa amnion dan korion (hanya
janin yang dikeluarkan).
d. Seluruh janin dan desidua yang melekat didorong keluar secara utuh.
Kuretasi diperlukan untuk membersihkan uterus dan mencegah
perdarahan atau infeksi lebih lanjut. 2

2.2.5. Gambaran Klinis Abortus

Aspek klinis abortus spontan dibagi menjadi abortus iminens (threatened


abortion), abortus insipiens (inevitable abortion), abortus inkompletus
(incomplete abortion) atau abortus kompletus (complete abortion), abortus
tertunda (missed abortion), abortus habitualis (recurrent abortion), dan abortus
septik (septic abortion). 1,2,3
2.2.5.1. Abortus Iminens (Threatened abortion)

Vagina bercak atau perdarahan yang lebih berat umumnya


terjadi selama kehamilan awal dan dapat berlangsung selama beberapa
hari atau minggu serta dapat mempengaruhi satu dari empat atau lima
wanita hamil. Secara keseluruhan, sekitar setengah dari kehamilan ini
akan berakhir dengan abortus. Abortus iminens didiagnosa bila
seseorang wanita hamil kurang daripada 20 minggu mengeluarkan
darah sedikit pada vagina. Perdarahan dapat berlanjut beberapa hari
atau dapat berulang, dapat pula disertai sedikit nyeri perut bawah atau
nyeri punggung bawah seperti saat menstruasi. Polip serviks, ulserasi
vagina, karsinoma serviks, kehamilan ektopik, dan kelainan trofoblast
harus dibedakan dari abortus iminens karena dapat memberikan
perdarahan pada vagina. Pemeriksaan spekulum dapat membedakan
polip, ulserasi vagina atau karsinoma serviks, sedangkan kelainan lain
membutuhkan pemeriksaan ultrasonografi.1,2

Pada abortus iminens, mungkin terlihat adanya kantung


kehamilan (gestational sac/GS) dan embrio yang normal sesuai usia
kehamilan.7 Prognosis buruk bila dijumpai adanya :

Kantung kehamilan yang kecil dengan dinding tidak beraturan.

Perdarahan retrochorionic yang luas ( > 25% ukuran kantung


kehamilan).

Frekuensi DJJ yang perlahan/bradikardi fetus ( < 80-90 dpm ).


Gambar 2. USG Abortus iminens (Diambil dari7)

2.2.5.2. Abortus Insipiens (Inevitable abortion)

Abortus insipiens didiagnosis apabila pada wanita hamil


ditemukan perdarahan banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah
yang disertai nyeri karena kontraksi rahim kuat dan ditemukan adanya
dilatasi serviks sehingga jari pemeriksa dapat masuk dan ketuban
dapat teraba. Kadang-kadang perdarahan dapat menyebabkan
kematian bagi ibu dan jaringan yang tertinggal dapat menyebabkan
infeksi sehingga evakuasi harus segera dilakukan. Janin biasanya
sudah mati dan mempertahankan kehamilan pada keadaan ini
merupakan kontraindikasi. 1,2

Pada abortus insipiens uterus masih sesuai dengan usia


kehamilan. Janin ada namun sudah mulai menunjukkan tanda
abnormal, tampak ada penipisan serviks dan harus diperhatikan saat
USG lepas atau tidaknya plasenta.2,7

Gambar 3. USG Abortus insipiens (Diambil dari7)

2.2.5.3. Abortus Inkompletus atau Abortus Kompletus

Abortus inkompletus didiagnosis apabila sebagian dari hasil


konsepsi telah lahir atau teraba pada vagina, tetapi sebagian tertinggal
(biasanya jaringan plasenta). Perdarahan biasanya terus berlangsung,
banyak, dan membahayakan ibu. Sering serviks tetap terbuka karena
masih ada benda di dalam rahim yang dianggap sebagai benda asing
(corpus alienum). Oleh karena itu, uterus akan berusaha
mengeluarkannya dengan mengadakan kontraksi sehingga ibu
merasakan nyeri, namun tidak sehebat pada abortus insipiens. Jika
hasil konsepsi lahir dengan lengkap, maka disebut abortus komplet.
Pada keadaan ini kuretasi tidak perlu dilakukan. Pada abortus
kompletus, perdarahan segera berkurang setelah isi rahim dikeluarkan
dan selambat-lambatnya dalam 10 hari perdarahan berhenti sama
sekali karena dalam masa ini luka rahim telah sembuh dan epitelisasi
telah selesai. Serviks juga dengan segera menutup kembali. Kalau 10
hari setelah abortus masih ada perdarahan juga, abortus inkompletus
atau endometritis pasca abortus harus dipikirkan. 1,2

Pada abortus inkompletus, kematian embrio kantung


kehamilan (GS) umumnya pipih dan iregular serta terlihat adanya
jaringan plasenta sebagai masa yang echogenik dalam cavum uteri,
Yolk sac mengempis.7

Gambar 4. USG Abortus inkomplit : Kematian embrio pada


kehamilan 8 minggu. Terlihat dinding kantung kehamilan (GS) yang
iregular dan Yolk sac yang mengempis.(Diambil dari 7)

Pada abortus kompletus, endometrium nampak saling


mendekat tanpa visualisasi adanya hasil konsepsi.7
Gambar 5. USG Abortus komplit (Diambil dari7)

2.2.5.4. Abortus Tertunda (Missed abortion)

Abortus tertunda adalah keadaan dimana janin sudah mati,


tetapi tetap berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan
atau lebih. Pada abortus tertunda akan dijimpai amenorea, yaitu
perdarahan sedikit-sedikit yang berulang pada permulaannya, serta
selama observasi fundus tidak bertambah tinggi, malahan tambah
rendah. Pada pemeriksaan dalam, serviks tertutup dan ada darah
sedikit.7,8

Pada missed abortion, terlihat adanya embrio atau janin tanpa


ada detak jantung janin.
Gambar 6. USG pada missed abortion, terlihat adanya embrio atau
janin tanpa ada detak jantung janin.(Diambil dari 7)

2.2.5.5. Abortus Habitualis (Recurrent abortion)

Anomali kromosom parental, gangguan trombofilik pada ibu


hamil, dan kelainan struktural uterus merupakan penyebab langsung
pada abortus habitualis.7 Abortus habitualis merupakan abortus yang
terjadi tiga kali berturut-turut atau lebih. Etiologi abortus ini adalah
kelainan dari ovum atau spermatozoa, dimana sekiranya terjadi
pembuahan, hasilnya adalah patologis. Selain itu, disfungsi tiroid,
kesalahan korpus luteum dan kesalahan plasenta yaitu tidak
sanggupnya plasenta menghasilkan progesterone sesudah korpus
luteum atrofis juga merupakan etiologi dari abortus habitualis.8,9

2.2.5.6. Abortus Septik (Septic abortion)

Abortus septik adalah keguguran disertai infeksi berat dengan


penyebaran kuman atau toksinnya ke dalam peredaran darah atau
peritoneum. Hal ini sering ditemukan pada abortus inkompletus atau
abortus buatan, terutama yang kriminalis tanpa memperhatikan syarat-
syarat asepsis dan antisepsis. Antara bakteri yang dapat menyebabkan
abortus septik adalah seperti Escherichia coli, Enterobacter aerogenes,
Proteus vulgaris, Hemolytic streptococci dan Staphylococci.9

2.2.6. Diagnosa Abortus

Diagnosis Abortus ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan


pemeriksaan dalam vagina, serta pemeriksaan penunjang USG untuk mengetahui
keadaan janin. Setiap wanita pada usia reproduktif yang mengalami dua daripada
tiga gejala seperti di bawah harus dipikirkan kemungkinan terjadinya abortus:

Kriteria Diagnosis
- Ada riwayat terlambat haid atau amenore yang kurang dari 20 minggu
- Perdarahan pervaginam, mungkin disertai jaringan hasil konsepsi.
- Rasa sakit atau kram perut didaerah supra simfisis.
Ultrasonografi penting dalam mengidentifikasi status kehamilan dan
memastikan bahwa suatu kehamilan adalah intrauterin. Apabila ultrasonografi
transvaginal menunjukkan sebuah rahim kosong dan tingkat serum hCG
kuantitatif lebih besar dari 1.800 mIU per mL (1.800 IU per L), kehamilan ektopik
harus dipikirkan. Ketika ultrasonografi transabdominal dilakukan, sebuah rahim
kosong harus menimbulkan kecurigaan kehamilan ektopik jika kadar hCG
kuantitatif lebih besar dari 3.500 mIU per mL (3.500 IU per L). Rahim yang
ditemukan kosong pada pemeriksaan USG dapat mengindikasikan suatu abortus
kompletus, tetapi diagnosis tidak definitif sehingga kehamilan ektopik
disingkirkan.9,10

2.2.6.1. Ultrasonografi

USG transvaginal dapat digunakan untuk deteksi kehamilan 4


5 minggu. Detak jantung janin terlihat pada kehamilan dengan CRL
> 5 mm (usia kehamilan 5 6 minggu). Dengan melakukan dan
menginterpretasi secara cermat, pemeriksaan USG dapat digunakan
untuk menentukan apakah kehamilan viabel atau non-viabel.9
Tujuan pemeriksaan USG obstetri adalah untuk mengetahui
usia gestasi, memantau pertumbuhan janin, dan deteksi dini adanya
kelainan janin pada masa antenatal.9
a. Usia kehamilan 4 minggu : hanya akan terlihan kantong gestasi
berdiameter 2-5mm, tertanam dalam endometrium. Yolk sac
biasanya belum dapat teridentifikasi. 9

Gambar 7. USG Kehamilan 4 minggu. (Diambil dari 10)


b. Usia kehamilan 5 minggu : Kantong gestasi tampak di kavum uteri,
dikelilingi oleh endometrium yang menebal dan tepi ekogenik
berisi embrio sebagai garis lurus yang enempel pada yolk sac. 9

Gambar 8. USG Kehamilan 5 minggu. (Diambil dari 10)

c. Usia kehamilan 6 minggu : bentuk embrio mulai berubah dari lurus


menjadi sedikit fleksi. 9

Gambar 9. USG Kehamilan 6 minggu. (Diambil dari 8)

d. Usia kehamilan 8 minggu :Embrio tampak terpish dari yolk sac dan
dihubungkan melalui ductus vitellinus, berbentuk seperti huruf
C. 10
Gambar 10. USG Kehamilan 8 minggu. (Diambil dari 10)

e. Usia kehamilan 11 minggu : Minggu ke - 10 terlihat jelas 2


kantong dibagian luar terlihat chorion dengan placenta dan
bagian dalam terdapat amnion yang akan menggabungkan diri
dengan chorion dan selanjutnya yolk sac akan
menghilang. Minggu ke 10, penonjolan usus kecil ke dalam tali
pusat masih dapat dilihat, hal ini dapat berubah sampai minggu ke
11 seiring dengan bertambahnya ukuran fetus, ini bukanlah
omphalocele. 10

Gambar 11. USG Kehamilan 11 minggu. (Diambil dari 8)

2.2.7. Penatalaksanaan Abortus


Keberhasilan penatalaksanaan abortus tergantung pada diagnosa dini.
Pada semua pasien harus dilakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik lengkap.
Pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan darah lengkap, golongan darah.
Kultur servik dikerjakan pada pasien abortus septik.
Pada Abortus iminens :
Tirah baring.

Prognosis baik bila perdarahan berhenti dan keluhan nyeri hilang.

Pada abortus insipien dan inkompletus :

Kuretase

Perbaikan keadaan umum ibu

Prognosis baik bila hasil konsepsi dapat dikeluarkan secara lengkap


Pada abortus kompletus : Observasi perdarahan.
Abortus pada trimester II memerlukan perawatan di rumah sakit .
Pemberian obat uterotonik dapat menghentikan perdarahan dan membantu
pengeluaran hasil konsepsi yang masih ada.
Pada abortus septik : kuretase harus dilakukan paling lama 24 jam setelah
pemberian antibiotika spektrum luas dan kortiskosteroid. 4,6

2.2.8. Komplikasi Abortus

1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi
dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat
terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi. Terjadi robekan pada rahim, misalnya abortus provokatus
kriminalis. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi
harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya perlukaan pada uterus dan
apakah ada perlukan alat-alat lain.
3. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena
infeksi berat.
4. Infeksi
Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang
merupakan flora normal. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu staphylococci,
streptococci, Gram negatif enteric bacilli, Mycoplasma, Treponema (selain T.
paliidum), Leptospira, jamur, Trichomonas vaginalis, sedangkan pada vagina ada
lactobacili,streptococci, staphylococci, Gram negatif enteric bacilli, Clostridium
sp., Bacteroides sp, Listeria dan jamur. Umumnya pada abortus infeksiosa, infeksi
terbatas pada desidua. Pada abortus septik virulensi bakteri tinggi dan infeksi
menyebar ke perimetrium, tuba, parametrium, dan peritonium. Organisme-
organisme yang paling sering bertanggung jawab terhadap infeksi paska abortus
adalah E.coli, Streptococcus non hemolitikus, Streptococci anaerob,
Staphylococcus aureus, Streptococcus hemolitikus, dan Clostridium perfringens.
Bakteri lain yang kadang dijumpai adalah Neisseria gonorrhoeae, Pneumococcus
dan Clostridium tetani. Streptococcus pyogenes potensial berbahaya oleh karena
dapat membentuk gas.3

2.2.9. Prognosis

Prognosis keberhasilan kehamilan tergantung dari etiologi aborsi spontan


sebelumnya.
- Perbaikan endokrin yang abnormal pada wanita dengan abotus yang rekuren
mempunyai prognosis yang baik sekitar >90 %.
- Pada wanita keguguran dengan etiologi yang tidak diketahui, kemungkinan
keberhasilan kehamilan sekitar 40-80 %.
- Sekitar 77 % angka kelahiran hidup setelah pemeriksaan aktivitas jantung
janin pada kehamilan 5 sampai 6 minggu pada wanita dengan 2 atau lebih
aborsi spontan yang tidak jelas. 2,3,8
BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 IDENTITAS PASIEN


Nama : Ny. M

Usia : 30 tahun

Jenis Kelamin : Wanita

Suku Bangsa : Jawa

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Pekerja pabrik rokok

Status Pernikahan : Sudah menikah

Tanggal Masuk : 30 Mei 2016

No. RM : 144***

3.2. Anamnesis

Data autoanamnesa dan alloanamnesa diperoleh pada tanggal 31


Mei 2016 di ruang rawat inap Dewi Kunthi Rumah Sakit Umum Daerah
Semarang.

Keluhan Utama

Keluan darah dari jalan lahir.

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke IGD RSUD Semarang pada pukul 20.32 tanggal


30 Mei 2016 dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak 2 jam yang
lalu pukul 18.30 sebelum masuk rumah sakit. Pasien mengatakan bahwa
darah berwrna merah segar yang mengalir seperti air kencing. Tidak ada
gumpalan/prongkolan, pasien mengeluh nyeri minimal pada perut bagian
bawah. Riwayat trauma disangkal. Riwayat pijat disangkal. Riwayat
minum obat/jamu disangkal.

Selama dirawat pasien hanya mengeluh lemas dan tidak ada nyeri
di perut bagian bawah.

Riwayat Haid

Menarche : 13 tahun.
Lama haid : 7 hari, siklus haid 28 hari
HPHT : 11 Maret 2016
HPL : 18 Desember 2016

Riwayat Menikah

Pernikahan pertama, lama pernikahan 8 tahun.

Riwayat Obstetri

1 Hamil ini G4P1A2 30 tahun hamil 11 minggu.

Abortus hamil 10 minggu pada tahun 2009, tindakan kuretase di RS Pelita.


Abortus hamil 12 minggu pada tahun 2009, tindakan kuretase di RS Pelita.
Partus Spontan laki-laki berat 2000gr pada tahun 2011 di bidan.

Riwayat ANC

Di bidan satu kali.

Riwayat KB

Menggunakan KB suntik selama 4 tahun, tidak ada komplikasi.

Perilaku kesehatan

Pola makan : 3-4x/hari


Minum : 1000cc/hari
BAK : terakhir pukul 19.00
BAB : terakhir tanggal 29 Mei 2016 pukul 06.00
Pola istirahat : 9 jam/hari
Tidak ada gangguan BAK, BAB, dan gangguan tidur.
Merokok : disangkal
Minum alkohol : disangkal
Konsumsi narkoba : disangkal

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat Abortus : 2x
Riwayat Operasi : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat ginekologi : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat konsumsi jamu : disangkal

Riwayat Keluarga

Riwayat anggota keluarga tidak ada yang mempunyai riwayat


abortus. Riwayat hipertensi, diabetes melitus, dan alergi pada anggota
keluarga disangkal.

Riwayat Sosioekonomi

Pasien bekerja sebagai pekerja buruh di pabrik rokok. Kesan


riwayat sosioekonomi kurang.

3.3. Pemeriksaan Fisik

Status Generalisata

Keadaan Umum : Normal

Kesadaran : Compos mentis

GCS : 15 (E4M5V6)

Tanda-tanda Vital
- Tekanan Darah : 120/80 mmHg

- Frekuensi Nadi : 78x/menit

- Frekuensi Nafas : 24x/menit

- Suhu : 36,5C

Pemeriksaan Sistematis

- Kepala : Bentuk normal

- Mata : Sklera ikterik (-), konjungtiva anemis (-), pupil bulat,


isokor, diameter 3mm/3mm, refleks cahaya +/+

- Hidung : Bentuk normal, tidak ada sekret

- Telinga: Bentuk normal, tidak ada sekret

- Mulut : Bibir tidak kering, uvula di tengah, mukosa merah muda,


mukosa tidak kering, lidah tidak berselaput

- Jantung

Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Ictus cordis ICS V LMCS, tidak kuat angkat

Perkusi : Batas jantung dalam batas normal

Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, gallop (-), murmur (-)

- Paru-paru

Inspeksi : Simetris dalam keadaan statis dan dinami

Palpasi : Stem fremitus kiri dan kanan sama kuat

Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru

Auskultasi : Vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-


- Abdomen

Inspeksi : sedikit membuncit, linea nigra (+), striae gravidarum (-),


bekas SC (-).

Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba pembesaran

Perkusi : Sulit dinilai

Auskultasi : Bising usus (+) normal (15x/menit)

Ekstremitas : Edema (-), deformitas (-)

Kulit : Normal

Pemeriksaan Ginekologi

- TFU : belum teraba


- Keluar darah
- Inspekulo : VT OUE menutup, nyeri goyang portio (-).

3.4. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Hematologi (30 Mei 2016)

- Hemoglobin : 11 g/dL

- Hematokrit : 36,90%

- Jumlah eritrosit : 4,64 jt/mmk

- Jumlah leukosit : 9,83rb/mmk

- Jumlah trombosit : 343rb/mmk

Kimia klinik

- Glukosa sewaktu : 83 mg/dl


- Se-imun : HbsAg (non reaktif)

Pemeriksaan Radiologi
- USG Obstetri

- Tampak 1 Gestasional sac, 1 janin


- Fetal movement dan fetal heart movement (+), 164 bpm
- BPD dan CRL sesuai usia 11 minggu
- Segmen bwah rahim masih menutup
- Tak tampak cairan di Cavum douglas
- Tak tampak massa di adneksa

Diagnosis Sementara
Wanita G4P1A2 30 tahun hamil 11 minggu Abortus imminens.

3.5. Terapi

- Bed rest

- Infus RL 20 tetes per menit

- Premastone 2x1 (injeksi di IGD)

- Kalnex 3x500mg

- Asam folat 1x1

3.6. Prognosis

- Ad vitam : dubia ad bonam


- Ad sanationam : dubia ad bonam
- Ad fungsionam : dubia ad bonam

BAB IV

PEMBAHASAN

Seorang wanita datang dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir.
Keluhan diawali dengan rasa nyeri minimal dan tiba-tiba keluar darah mengalir
warna merah segar. Riwayat trauma, minum obat/jamu, riwayat penyakit lain
disangkal. Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan, semua dalam batas
normal.
Pada tanggal 31 Mei 2016, dilakukan pemeriksaan USG obstetri dan
didapatkan hasil :

- Tampak 1 Gestasional sac, 1 janin


- Fetal movement dan fetal heart movement (+), 164 bpm
- BPD dan CRL sesuai usia 11 minggu
- Segmen bwah rahim masih menutup
- Tak tampak cairan di Kavum Douglas
- Tak tampak massa di adneksa

Gambaran ini sesuai dengan teori bahwa abortus imminens mungkin terlihat
adanya kantung kehamilan (gestational sac/GS) dan embrio yang normal sesuai
usia kehamilan.
Prognosis buruk bila dijumpai adanya :
Kantung kehamilan yang kecil dengan dinding tidak beraturan.

Perdarahan retrochorionic yang luas ( > 25% ukuran kantung


kehamilan).

Frekuensi DJJ yang perlahan/bradikardi fetus ( < 80-90 dpm ).

Pada kasus ini tidak didapatkan tanda diatas maka prognosisnya baik.

DAFTAR PUSTAKA

1 Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi IV. Jakarta:


Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2014.

2 Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Bilstrap LC, Wenstrom
KD, editors. William Obsetrics. 23nd ed. USA : The McGrawHills Companies,
Inc: 2012 : p. 231-247.

3 Unsafe Abortion : Globat nd Regional Estimates of the Insidence of Unsafe


Abortion and Associated ortality in 2008. World Health Organization;2011.
4 Griebel CP, Vorsen JH, Golemon TB, Day AA. Management of Spontaneus
Abortion. American Family Physician: 2015:72;1.

5 Tortora GJ, Derrickson BH. Principles of Anatomy and Physiology. 2th ed.
Asia:John Wiley & Sons;2009, p. 1103.

6 Sastrawinata S, Martadisoebrata D, Wirakusumah FF. Ilmu Kesehatan


Reproduksi : Obstetri Patologi. Ed 2. Jakarta:EGC;2005

7 Stanislavsky A, Gaillard F, et al.Firt trimester vaginal bleeding. [Online].


[Cited 13 Juni 2016]. Available at URL:
http://www.radiopaedia.org/articles/misscarriage.

8 Blohm F, Platz-Christensen JJ et al, Expectant management of first trimester-


miscarriage in clinical practiece. Acta Obstet Gynecol Scand, 2008; 82;654.

9 Endjun JJ, Ultrasonografi Dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: FKUI,


2008.

10 A.D.A.M., Inc., Pregnancy ultrasound.23 May 2006. About.com A.D.A.M.


Healthcare Center. 2007.

Anda mungkin juga menyukai