Pembimbing:
dr. M. Farid Ghazali, Sp.OG
Disusun Oleh:
Tiffany Octavia S. P. (030.13.192)
Cynthia (030.14.000)
Disusun oleh:
Tiffany Octavia S. P. ( 030.13.192)
Cynthia ( 030.14.000)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah mengizinkan referat
ini terlaksana, karena berkat anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan
kasus yang berjudul “Ketuban Pecah Dini”. Laporan Kasus ini disusun untuk
memenuhi tugas dari syarat untuk menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu
Kebidanan dan Penyakit Kandungan di Rumah Sakit Umum Daerah Karawang
Periode 14 Januari – 23 Maret 2019.
Penulis
Tiffany Octavia Sandha P
Cynthia
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Oleh sebab itu, klinisi yang mengawasi pasien harus memiliki pengetahuan
yang baik mengenai anatomi dan struktur membrane fetal, serta memahami
pathogenesis terjadinya ketuban pecah dini, sehingga mampu menegakkan diagnosis
ketuban pecah dini secara tepat dan memberikan terapi secara akurat untuk
memperbaiki luaran/outcome dan prognosis pasien ketuban pecah dini dan bayinya.4
2
BAB II
ILUSTRASI KASUS
2.2 Anamnesis
Dilakukan di IGD RSUD Karawang pada Tanggal 08 Februari 2019 pukul 16.24
- Keluhan Utama
Pasien rujukan dari Puskesmas Rengasdengklok G2P1A0 hamil 41-42 minggu dengan
ketuban pecah dini (KPD).
3
terdapat air-air yang keluar. Saat ini buang air kecil dan buang air besar dalam batas normal
dan tidak terdapat nyeri pada saat berkemih. Pada surat rujukan dituliskan bahwa hasil
pemeriksaan lakmus pada air-air yang keluar (+).
Keluhan tidak disertai dengan darah dan lendir darah. Pasien menyangkal adanya riwayat
demam, mual, muntah, pusing atau nyeri kepala, pandangan kabur, nyeri ulu hati, maupun
nyeri perut kanan atas. Pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan selama kehamilan, maupun
merokok sebelum dan selama masa kehamilan berlangsung.
Pasien mengaku hamil 8,5 bulan dengan haid pertama hari terakhir (HPHT) 15 Mei 2018
dan taksiran persalinan (TP) 22 Februari 2019. Usia kehamilan berdasarkan HPHT 35+1
minggu. Pasien melakukan antenatal care (ANC) di bidan 4x dan Puskesmas 1x. Setiap kali
melakukan ANC dikatakan kondisi ibu sehat dan tidak ada tekanan darah tinggi selama
kehamilan. Pasien mengaku pernah melakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG) sebanyak
1x di puskesmas pada tanggal 20 Desember 2018 pada saat usia kehamilan 31 minggu dan
dikatakan janin dalam kondisi baik, presentasi kepala, plasenta di corpus bagian depan dan
dikatakan cairan ketuban cukup. Imunisasi tetanus dan toxoid sudah dilakukan 2x di bidan.
4
- Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat KPD sebelumnya (-) Riwayat tekanan darah tinggi (-), Riwayat penyakit
tekanan darah tinggi sebelum kehamilan saat ini (-), diabetes melitus (-), alergi (-), asma
(-), penyakit jantung (-), penyakit kronis (-)
- Riwayat Mestruasi
Pasien mengatakan menstruasi pertama kali (menarch) saat usia 12 tahun. Siklus
menstruasi biasanya 28 hari dengan lama mestruasi 6-7 hari. Dalam satu hari biasanya pasien
mengganti pembalut sebanyak 2-3x (40-60cc). Keluhan nyeri saat mestruasi disangkal.
- Riwayat Pernikahan
Pasien menikah 2x. Pernikahan yang pertama pasien menikah sejak usia 19 tahun sampai
usia 20 tahun dan mempunyai 1 anak. Pernikahan kedua pasien menikah sejak usia 35 tahun
hingga sekarang dan belum mempunyai anak.
- Riwayat Obstetri
G2P1A0 dengan anak pertama perempuan, Tanggal lahir …., usia saat ini 14 tahun, lahir
spontan dan dibantu Paraji, berat badan saat lahir 3500 gram, hidup.
- Riwayat Kontrasepsi
Pasien mengaku pernah menggunakan KB suntik 1 bulan selama 2 bulan pada tahun 2017
bulan November.
5
2.3 Pemeriksaan Fisik
Dilakukan di IGD RSUD Karawang pada Tanggal 08 Februari 2019 pukul 12.00
6
- Leher
JVP tidak meningkat, Pembesaran tiroid (-), Pembesaran kelenjar getah bening (-)
- Thorax
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS V linea midclavikularis kiri
Perkusi : Redup
Auskultasi : BJ I/II reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru-paru
Inspeksi : Simetris, otot bantu napas (-)
Palpasi : Vocal fremitus simetris
Perkusi : Sonor (+/+)
Auskultasi : SNV (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
- Abdomen
Inspeksi : Terdapat striae gravidarum, Perut membuncit sesuai
kehamilan
Auskultasi : Bising usus 3x/menit
Palpasi : turgor kulit baik, pembesaran hepar dan lien sulit dinilai
Perkusi : sulit dinilai karena hamil
7
- Ekstremitas
Inspeksi : Sianosis (-)
Palpasi : AH (+), OE (-) , CRT < 2 detik
8
2.4 Pemeriksaan penunjang
2.4.1 Laboratorium
Tanggal : 08/02/2019 17:03
No Lab : 1902080436
MCV 76 fL 80-100
MCH 27 Pg 26-34
MCHC 35 g/dL 32-36
RDW CV 15 % 12,0-14,8
Masa Perdarahan/BT 2 Menit 1-3
Masa Pembekuan/CT 10 Menit 5-11
Golongan Darah ABO B
Golongan Darah Rh Positif
Imunologi
HbSAg Non reaktif Non reaktif
9
2.4.2 CTG
CTG 16 Januari 2019
2.4.3 USG
JPKTH / Plasenta di Fundus / FHR +
BPD 90 / AC 334 / FL 73,8 / TBJ 3244 / ICA 7,6
~ 41-42 minggu
10
2.5 Resume
Pasien dating rujukan klinik Amanda G2P1A0 hamil 34 minggu dengan KPD. Pasien
mengeluh keluar air-air (+) sejak 7 jam SMRS, jernih, tidak berbau dan keluar spontan.
Mulas (+) sejak 1 minggu yang lalu dan semakin sering sejak 7 jam SMRS setiap 10 menit.
Keputihan (+) sejak Desember 2018 dan riwayat gigi berlubang (+). Hubungan seksual
terakhir 4 hari yang lalu. BAK dan BAB tidak ada keluhan. Pemeriksaan lakmus (+), darah (-
), lender darah (-), riwayat demam (-), mual (-), muntah (-), pusing (-), pandangan kabur (-),
nyeri ulu hati (-), nyeri perut kanan atas (-).
HPHT 15 Mei 2018, usia kehamilan 35+1 minggu, Tafsiran persalinan 22 Februari
2019. ANC 4x di bidan, 1x di puskesmas, USG 1x di puskesmas dan hasil pemeriksaan ibu
dan janin dalam kondisi baik. Imunisasi TT 2x di bidan.
Pada pemeriksaan fisik keadaan umum sakit sedang, kesadaran kompos mentis,
tekanan darah 130/70 mmHg, laju nadi 98x/menit, laju napas 18x/menit, suhu 36,8’C, dan
SpO2 99%. Pada status generalis di dapatkan dalam batas normal sedangkan untuk status
obstetri sebagai berikut:
Terdapat striae gravidarum, TFU 27 cm dengan TBJ 2325 berdasarkan TFU dan
2200 berdasarkan USG, presentasi kepala, punggung kanan, HIS 1x/10’/20”, DJJ 144 dpm.
Pemeriksaan inspeksi pada genitalia didapatkan vuva uretra tenang, tidak ada
kelainan, tidak terdapat perdarahan. Pemeriksaan VT didapatkan dinding vagina teraba licin,
portio lunak, posisi posterior, tebal 2 cm, pembukaan 2 cm, kepala hodge II, selaput ketuban
(-). Pada pemeriksaan inspekulo didapatkan Portio licin, ostium uteri eksternum terbuka,
terdapat cairan jernih yang keluar dari OUE, pooling (+), valsava (+), fluor albus (+), fluksus
(-)
Dari hasil pemeriksaan penunjang didapatkan adanya peningkatan leukosit sebesar
14.170 /μl, CTG Kategori I dan USG didapatkan JPKTH, Plasenta di fundus, FHR +, TBJ
2200 dan ICA 2.
11
2.6 Diagnosis Kerja
Ibu: G2P1A0 hamil aterm kala 1 fase laten belum in partu dengan KPD 5 jam
Janin: Janin presentasi kepala, letak membujur, tunggal, hidup, intrauterine, CTG
kategori I
2.7 Penatalaksanaan
- Observasi tanda vital, HIS, DJJ, dan apakah ada kemajuan persalinan
- Inj. Ceftriakson 2x1 gram
- IVFD RL 20 tpm
- Terminasi
2.8 Prognosis
Ibu:
Ad Vitam : ad bonam
Ad Functionam : ad bonam
Ad Sanationam : ad bonam
Janin
Ad Vitam: : dubia ad bonam
12
2.9 Follow up
FOLLOW TANGGAL
13
FOLLOW TANGGAL
14
2.10 Laporan Partus Spontan
Tanggal: 09 Februari 2019
Waktu : 01.05
Lahir spontan bayi laki-laki, BB 2830 gram, PB 48 cm, APGAR Score 4/6
Air ketuban berwarna hijau, jumlah sedikit
Bayi dikeringkan dan diselimuti
Tali pusat dijepit dan dipotong
Ibu disuntik oksitosin 10 IU IM
Dilakukan peregangan tali pusat terkendali
Waktu : 01.15
15
BAB III
ANALISIS KASUS
17
Pada usia kehamilan lebih dari 34 minggu, mempertahankan kehamilan akan
meningkatkan resiko korioamnionitis dan sepsis. Tidak ada perbedaan signifikan jika
dibandingkan dengan usia kehamilan < 34 minggu terhadap kejadian respiratory distress
syndrome . Pada saat ini, penelitian menunjukkan bahwa mempertahankan kehamilan lebih
buruk dibanding melakukan persalinan.12
Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa negatif
beri deksametason untuk memacu kematangan paru janin, observasi tanda-tanda infeksi, dan
kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu. jika sudah inpartu, tidak ada
infeksi, berikan tokolitik, deksametason, dan induksi sesudah 24 jam. Jika terdapat tanda
infeksi beri antibiotik dan lakukan induksi, nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-
tanda infeksi intrauterin).12
Tatalaksana yang diberikan pada pasien adalah deksametason 2x6mg untuk
memacu kematangan paru janin, antibiotik ceftriakson 2x1 gram dikarenakan terdapat
suatu tanda infeksi yaitu peningkatan leukosit sebesar 14.170/μl dan terminasi pasca
pematangan paru.
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Soewarto, S. 2009. Ketuban Pecah Dini. Dalam : Winkjosastro H., Saifuddin A.B.,
dan Rachimhadhi T. (Editor). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Hal. 677-682.
2. Putri MS, Dewi R. Ketuban Pecah Dini pada Kehamilan Preterm. Lampung: FK
Universitas Lampung. 2016.
3. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran: Ketuban Pecah Dini. Perkumpulan
Obstetri dan Ginekologi Indonesia: Himpunan Kedokteran Feto Maternal. 2016.
4. Kusuma AA. Ketuban Pecah Dini dan Peranan Amniopatch dalam Penatalaksanaan
Ketuban Pecah Dini Preterm. Denpasar: FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar. 2011.
19