Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KASUS

KETUBAN PECAH DINI

Pembimbing:
dr. M. Farid Ghazali, Sp.OG

Disusun Oleh:
Tiffany Octavia S. P. (030.13.192)
Cynthia (030.14.000)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN PENYAKIT


KANDUNGAN KANDUNGAN RSUD KARAWANG
PERIODE 14 JANUARI – 23 MARET 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
PERSETUJUAN
Laporan Kasus dengan Judul
“KETUBAN PECAH DINI”

Disusun oleh:
Tiffany Octavia S. P. ( 030.13.192)
Cynthia ( 030.14.000)

Telah diterima dan disetujui oleh dr. M. Farid Ghazali, Sp.OG


untuk dipresentasikan

Jakarta, Februari 2019


Mengetahui,

dr. M. Farid Ghazali, Sp.OG

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah mengizinkan referat
ini terlaksana, karena berkat anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan
kasus yang berjudul “Ketuban Pecah Dini”. Laporan Kasus ini disusun untuk
memenuhi tugas dari syarat untuk menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu
Kebidanan dan Penyakit Kandungan di Rumah Sakit Umum Daerah Karawang
Periode 14 Januari – 23 Maret 2019.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. M. Farid Ghazali, Sp.OG


sebagai pembimbing, dokter dan staf-staf Ilmu Kebidanan dan Penyakit
Kandungan di Rumah Sakit Umum Daerah Karawang, teman-teman sesama ko-
assisten Kebidanan dan Penyakit Kandungan di Rumah Sakit Umum Daerah
Karawang, dan semua pihak yang turut serta memberikan bantuan, doa, semangat,
dan membantu kelancaran dalam proses penyusunan laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan,
namun besar pengharapan penulis bagi pembaca untuk memberikan masukan dan
kritikan yang akan saya pertimbangkan untuk memperbaiki referat ini menjadi
lebih baik. Terima kasih dan Tuhan memberkati.

Jakarta, Februari 2019

Penulis
Tiffany Octavia Sandha P
Cynthia

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN

KATA PENGANTAR .............................................................................. i


LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ...……………………………………….... 1

BAB II STATUS PASIEN ................................................................... 3


2.1 Identitas pasien ................................................................. 3
2.2 Anamnesis ......................................................................... 3
2.3 Pemeriksaan fisik .............................................................. 6
2.4 Pemeriksaan penunjang ..................................................... 9
2.5 Resume .............................................................................. 11
2.6 Diagnosis kerja .................................................................. 12
2.7 Tatalaksana ........................................................................ 12
2.8 Prognosis ........................................................................ 12
2.9 Follow up ........................................................................... 13
2.10 Laporan Partus Spontan ........................................................ 15

BAB III ANALISIS KASUS: KETUBAN PECAH DINI .................. 16


DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Ketuban pecah dini (KPD) atau Premature Rupture of Membrane (PROM)


merupakan keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Namun, apabila
ketuban pecah dini sebelum usia kehamilan 37 minggu, maka disebut sebagai ketuban
pecah dini pada kehamilan premature atau Preterm Premature Rupture of Membrane
(PPROM). Pecahnya selaput ketuban tersebut diduga berkaitan dengan perubahan
proses biokimiawi yang terjadi dalam kolagen matriks ekstraseluler amnion, korion
dan apoptosis membrane janin.1,2
Masalah KPD memerlukan perhatian yang lebih besar, karena prevalensinya
yang cukup besar dan cenderung meningkat. Kejadian KPD aterm terjadi pada sekitar
6,46-15,6% kehamilan aterm dan PPROM terjadi pada terjadi pada sekitar 2-3% dari
semua kehamilan tunggal dan 7,4% dari kehamilan kembar. PPROM merupakan
komplikasi pada sekitar 1/3 dari semua kelahiran prematur, yang telah meningkat
sebanyak 38% sejak tahun 1981. Dapat diprediksi bahwa ahli obstetri akan pernah
menemukan dan melakukan penanganan kasus KPD dalam karir kliniknya.3
Penyebab KPD belum diketahui secara pasti, namun kemungkinan yang
menjadi faktor predisposisi adalah infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput
ketuban ataupun asenderen dari vagina atau serviks. Selain itu fisiologi selaput
ketuban yang abnormal, serviks inkompetensia, kelainan letak janin, usia wanita
kurang dari 20 tahun dan di atas 35 tahun, faktor golongan darah, faktor
multigraviditas/paritas, merokok, keadaan sosial ekonomi, perdarahan antepartum,
riwayat abortus dan persalinan preterm sebelumnya, riwayat KPD sebelumnya,
defisiensi gizi yaitu tembaga atau asam askorbat, ketegangan rahim yang berlebihan,
kesempitan panggul, kelelahan ibu dalam bekerja, serta trauma yang didapat misalnya
hubungan seksual, pemeriksaan dalam dan amniosintesis.2,3
Banyak penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa infeksi (65%)
sebagai penyebabnya. Selain itu, coitus saat hamil dengan frekuensi lebih dari 3 kali
seminggu, posisi coitus yaitu suami diatas dan penetrasi penis yang sangat dalam
sebesar 37,50%, aktivitas berat sebesar 43,75%, infeksi genitalia sebesar 37,50%,
paritas (multipara) sebesar 37,59%, riwayat KPD sebesar 18,75% dan usia ibu yang
lebih dari 35 tahun merupakan faktor yang mempengaruhi KPD.2,3

1
Oleh sebab itu, klinisi yang mengawasi pasien harus memiliki pengetahuan
yang baik mengenai anatomi dan struktur membrane fetal, serta memahami
pathogenesis terjadinya ketuban pecah dini, sehingga mampu menegakkan diagnosis
ketuban pecah dini secara tepat dan memberikan terapi secara akurat untuk
memperbaiki luaran/outcome dan prognosis pasien ketuban pecah dini dan bayinya.4

2
BAB II
ILUSTRASI KASUS

2.1 Identitas Pasien


Nomer Rekam Medis : 00.75.98.46
Nama :Ny. O
Tempat, tanggal lahir : Karawang, 12 Februari1982
Umur : 37 tahun
Alamat : Dusun Bengle, RT/RW 010/004, Kecamatan Rengasdengklok,
Kabupaten Karawang, Jawa Barat
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah tangga
Status Pernikahan : Menikah
Pendidikan : Sekolah Dasar
Tanggal masuk RS : 08 Februari 2019
Tanggal keluar RS : 11 Februari 2019
Jalur Masuk : Unit Gawat Darurat

2.2 Anamnesis
Dilakukan di IGD RSUD Karawang pada Tanggal 08 Februari 2019 pukul 16.24
- Keluhan Utama
Pasien rujukan dari Puskesmas Rengasdengklok G2P1A0 hamil 41-42 minggu dengan
ketuban pecah dini (KPD).

- Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien mengatakan keluar air-air dari jalan lahir sejak 5 jam SMRS. Cairan berwarna
jernih, keluar spontan tidak bisa ditahan dan tidak berbau. Keluhan disertai mulas yang hilang
timbul sejak 1 hari yang lalu namun semakin sering sejak 7 jam SMRS setiap 10 menit.
Selama kehamilan pasien mengaku mengalami keputihan sejak Desember 2018 yang belum
pernah diobati sebelumnya dan memiliki riwayat gigi berlubang. Pasien mengatakan terakhir
berhubungan seksual 4 hari yang lalu namun pasien mengaku selama berhubungan tidak

3
terdapat air-air yang keluar. Saat ini buang air kecil dan buang air besar dalam batas normal
dan tidak terdapat nyeri pada saat berkemih. Pada surat rujukan dituliskan bahwa hasil
pemeriksaan lakmus pada air-air yang keluar (+).
Keluhan tidak disertai dengan darah dan lendir darah. Pasien menyangkal adanya riwayat
demam, mual, muntah, pusing atau nyeri kepala, pandangan kabur, nyeri ulu hati, maupun
nyeri perut kanan atas. Pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan selama kehamilan, maupun
merokok sebelum dan selama masa kehamilan berlangsung.
Pasien mengaku hamil 8,5 bulan dengan haid pertama hari terakhir (HPHT) 15 Mei 2018
dan taksiran persalinan (TP) 22 Februari 2019. Usia kehamilan berdasarkan HPHT 35+1
minggu. Pasien melakukan antenatal care (ANC) di bidan 4x dan Puskesmas 1x. Setiap kali
melakukan ANC dikatakan kondisi ibu sehat dan tidak ada tekanan darah tinggi selama
kehamilan. Pasien mengaku pernah melakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG) sebanyak
1x di puskesmas pada tanggal 20 Desember 2018 pada saat usia kehamilan 31 minggu dan
dikatakan janin dalam kondisi baik, presentasi kepala, plasenta di corpus bagian depan dan
dikatakan cairan ketuban cukup. Imunisasi tetanus dan toxoid sudah dilakukan 2x di bidan.

4
- Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat KPD sebelumnya (-) Riwayat tekanan darah tinggi (-), Riwayat penyakit
tekanan darah tinggi sebelum kehamilan saat ini (-), diabetes melitus (-), alergi (-), asma
(-), penyakit jantung (-), penyakit kronis (-)

- Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat tekanan darah tinggi (-), diabetes melitus (-), alergi (-), asma (-), penyakit
jantung (-), penyakit kronis (-)

- Riwayat Mestruasi
Pasien mengatakan menstruasi pertama kali (menarch) saat usia 12 tahun. Siklus
menstruasi biasanya 28 hari dengan lama mestruasi 6-7 hari. Dalam satu hari biasanya pasien
mengganti pembalut sebanyak 2-3x (40-60cc). Keluhan nyeri saat mestruasi disangkal.

- Riwayat Pernikahan
Pasien menikah 2x. Pernikahan yang pertama pasien menikah sejak usia 19 tahun sampai
usia 20 tahun dan mempunyai 1 anak. Pernikahan kedua pasien menikah sejak usia 35 tahun
hingga sekarang dan belum mempunyai anak.

- Riwayat Obstetri
G2P1A0 dengan anak pertama perempuan, Tanggal lahir …., usia saat ini 14 tahun, lahir
spontan dan dibantu Paraji, berat badan saat lahir 3500 gram, hidup.

- Riwayat Kontrasepsi
Pasien mengaku pernah menggunakan KB suntik 1 bulan selama 2 bulan pada tahun 2017
bulan November.

- Riwayat Sosial Ekonomi dan Kebiasaan


Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga dengan pendidikan terakhir SD. Suami
bekerja sebagai karyawan swasta dengan dengan pendidikan terakhir SMK. Riwayat
mengkonsumsi alkohol dan merokok disangkal.

5
2.3 Pemeriksaan Fisik
Dilakukan di IGD RSUD Karawang pada Tanggal 08 Februari 2019 pukul 12.00

2.3.1 Keadaan Umum


Kesan sakit : Sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan lain : Dyspnoe (-), sianosis (-), ikterik (-), pucat (-)

2.3.2 Data Antropometri


Berat badan sebelum hamil : 55 kg
Berat badan saat hamil : 68 kg
Pertambahan berat badan: 13 kg
Tinggi Badan : 156cm

2.3.3 Tanda Vital


Tekanan darah : 110/80 mmHg
Laju nadi : 83x/menit, reguler
Laju nafas : 19x/menit, reguler
Suhu : 37,1°C
Saturasi oksigen : 98%

2.3.4 Status generalis


- Kepala : Normocephal
Rambut : Hitam, panjang, tidak mudah dicabut.
Wajah : Simetris (+), parese (-)
Mata : CA (-), SI (-), Pupil bulat isokhor, Refleks Cahaya +/+
Telinga : Normotia, tidak ada nyeri tarik
Hidung : Tidak ada deviasi septum
Mulut : Mukosa bibir pucat, sianosis (-), parese lidah (-), faring hiperemis (-),
tonsil T1-T1

6
- Leher
JVP tidak meningkat, Pembesaran tiroid (-), Pembesaran kelenjar getah bening (-)

- Thorax
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS V linea midclavikularis kiri
Perkusi : Redup
Auskultasi : BJ I/II reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru-paru
Inspeksi : Simetris, otot bantu napas (-)
Palpasi : Vocal fremitus simetris
Perkusi : Sonor (+/+)
Auskultasi : SNV (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)

- Abdomen
Inspeksi : Terdapat striae gravidarum, Perut membuncit sesuai
kehamilan
Auskultasi : Bising usus 3x/menit
Palpasi : turgor kulit baik, pembesaran hepar dan lien sulit dinilai
Perkusi : sulit dinilai karena hamil

- Kelenjar Getah Bening


Preaurikuler : Tidak teraba membesar
Postaurikuler : Tidak teraba membesar
Superior cervical : Tidak teraba membesar
Submandibula : Tidak teraba membesar
Supraclavicula : Tidak teraba membesar
Axilla : Tidak teraba membesar
Inguinal : Tidak teraba membesar

7
- Ekstremitas
Inspeksi : Sianosis (-)
Palpasi : AH (+), OE (-) , CRT < 2 detik

2.3.5 Status Obstetri


- Leopold
o 1: teraba bagian bulat, tidak melenting, kesan bokong
o 2: teraba bagian keras seperti papan di sebelah kanan perut ibu kesan
punggung, teraba bagian-bagian kecil di sebelah kiri perut ibu kesan
ekstremitas
o 3: teraba bagian bulat, keras, melenting, kesan kepala
o 4; kedua tangan membentuk sudut divergen 3/5
- TFU dan Taksiran Berat janin
o TFU: 27 cm
o TBJ dihitung berdasarkan rumus Johnson Tausak: (27-12) x 155 = 2325 gram
- HIS: 1x/10’/20”
- DJJ: 148x/menit
- Genitalia:
o Inspeksi: Vuva Uretra tenang, tidak ada kelainan, tidak terdapat perdarahan
o Vaginal Toucher: Dinding vagina teraba licin, portio lunak, posisi posterior,
tebal 2 cm, pembukaan 2 cm, kepala hodge II, tidak teraba selaput ketuban
o Inspekulo: Portio licin, ostium uteri eksternum terbuka, terdapat cairan jernih
yang keluar dari OUE, pooling (+), valsava (+), fluor albus (+), fluksus (-)

8
2.4 Pemeriksaan penunjang
2.4.1 Laboratorium
Tanggal : 08/02/2019 17:03
No Lab : 1902080436

Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan


Hematologi
Darah rutin
Hemoglobin 12,5 g/dL 11,7 – 15,5
Eritrosit 4,64 juta//μl 4.1-5,1
Leukosit 18,45 /μl 4,4-11,3
Hematokrit 35,3 % 35-47
Trombosit 254 ribu//μl 150.000 – 450.000

MCV 76 fL 80-100
MCH 27 Pg 26-34
MCHC 35 g/dL 32-36
RDW CV 15 % 12,0-14,8
Masa Perdarahan/BT 2 Menit 1-3
Masa Pembekuan/CT 10 Menit 5-11
Golongan Darah ABO B
Golongan Darah Rh Positif
Imunologi
HbSAg Non reaktif Non reaktif

9
2.4.2 CTG
CTG 16 Januari 2019

Baseline: 160 dpm; Variabilitas: 20 ; Akselerasi (-), Deselerasi (–)


Kesan: CTG Kategori I

2.4.3 USG
JPKTH / Plasenta di Fundus / FHR +
BPD 90 / AC 334 / FL 73,8 / TBJ 3244 / ICA 7,6
~ 41-42 minggu

10
2.5 Resume
Pasien dating rujukan klinik Amanda G2P1A0 hamil 34 minggu dengan KPD. Pasien
mengeluh keluar air-air (+) sejak 7 jam SMRS, jernih, tidak berbau dan keluar spontan.
Mulas (+) sejak 1 minggu yang lalu dan semakin sering sejak 7 jam SMRS setiap 10 menit.
Keputihan (+) sejak Desember 2018 dan riwayat gigi berlubang (+). Hubungan seksual
terakhir 4 hari yang lalu. BAK dan BAB tidak ada keluhan. Pemeriksaan lakmus (+), darah (-
), lender darah (-), riwayat demam (-), mual (-), muntah (-), pusing (-), pandangan kabur (-),
nyeri ulu hati (-), nyeri perut kanan atas (-).
HPHT 15 Mei 2018, usia kehamilan 35+1 minggu, Tafsiran persalinan 22 Februari
2019. ANC 4x di bidan, 1x di puskesmas, USG 1x di puskesmas dan hasil pemeriksaan ibu
dan janin dalam kondisi baik. Imunisasi TT 2x di bidan.
Pada pemeriksaan fisik keadaan umum sakit sedang, kesadaran kompos mentis,
tekanan darah 130/70 mmHg, laju nadi 98x/menit, laju napas 18x/menit, suhu 36,8’C, dan
SpO2 99%. Pada status generalis di dapatkan dalam batas normal sedangkan untuk status
obstetri sebagai berikut:
Terdapat striae gravidarum, TFU 27 cm dengan TBJ 2325 berdasarkan TFU dan
2200 berdasarkan USG, presentasi kepala, punggung kanan, HIS 1x/10’/20”, DJJ 144 dpm.
Pemeriksaan inspeksi pada genitalia didapatkan vuva uretra tenang, tidak ada
kelainan, tidak terdapat perdarahan. Pemeriksaan VT didapatkan dinding vagina teraba licin,
portio lunak, posisi posterior, tebal 2 cm, pembukaan 2 cm, kepala hodge II, selaput ketuban
(-). Pada pemeriksaan inspekulo didapatkan Portio licin, ostium uteri eksternum terbuka,
terdapat cairan jernih yang keluar dari OUE, pooling (+), valsava (+), fluor albus (+), fluksus
(-)
Dari hasil pemeriksaan penunjang didapatkan adanya peningkatan leukosit sebesar
14.170 /μl, CTG Kategori I dan USG didapatkan JPKTH, Plasenta di fundus, FHR +, TBJ
2200 dan ICA 2.

11
2.6 Diagnosis Kerja
Ibu: G2P1A0 hamil aterm kala 1 fase laten belum in partu dengan KPD 5 jam
Janin: Janin presentasi kepala, letak membujur, tunggal, hidup, intrauterine, CTG
kategori I

2.7 Penatalaksanaan
- Observasi tanda vital, HIS, DJJ, dan apakah ada kemajuan persalinan
- Inj. Ceftriakson 2x1 gram
- IVFD RL 20 tpm
- Terminasi

2.8 Prognosis
Ibu:
Ad Vitam : ad bonam
Ad Functionam : ad bonam
Ad Sanationam : ad bonam
Janin
Ad Vitam: : dubia ad bonam

12
2.9 Follow up

FOLLOW TANGGAL

UP 08 Februari 2019 09 Februari 2019 16 Januari 2019


21.00 01.00 03.00
S Mulas (+) semakin Mulas (+) semakin sering, Nyeri luka jahitan VAS 3.
sering, keluar air-air (-), os mengatakan ingin
lendir darah (-), meneran.
perdarahan (-). Gerak
janin aktif (+).
O Compos mentis, sakit Compos mentis, sakit Compos mentis, sakit
sedang ringan ringan
T = 36,6oC o
T = 36,4 C T = 36,6oC
TD = 120/80 mmHg TD = 110/70 mmHg TD = 120/70 mmHg
HR = 84x/menit HR = 88x/menit HR = 90x/menit
RR = 20x/menit RR = 22x/menit RR = 18x/menit
SpO2 = 99% SpO2 = 99% SpO2 = 99%

Status obstetri Status obstetri Status generalis: dbn


DJJ 140 dpm DJJ 144 dpm
His 2/10’/25” His 4/10’/40” Status obstetri
VT: portio lunak dan VT: portio lunak dan tipis, TFU 2 jari di bawah pusat
tipis, pembukaan 4 cm, pembukaan lengkap, Kontraksi baik
selaput ketuban (-), selaput ketuban (-), Inspeksi: v/u tenang
presentasi kepala, presentasi kepala, Hodge perdarahan
Hodge II III aktif (-), lochia rubra (+)

A G2P1A0 hamil aterm PK II pada G2P1 hamil P2A0 partus maturus


inpartu kala I fase aktif aterm, JPKTH spontan 2 jam lalu +
+ KPD perineorrhaphy a/i ruptur
perineum grade II
P IVFD RL 20 tpm Menyiapkan alat, Observasi Tanda vital,
Observasi tanda vital, oksitosin dan obat- kontraksi dan perdarahan.
HIS, DJJ dan kemajuan obatan emergency IVFD RL 20 tpm
persalinan Membantu proses Asam mefenamat 3x500
kelahiran bayi dan mg
kelahiran plasenta (kala II Cefadroxil 2x500 mg
dan kala III) SF 1x1
Motivasi ASI Eksklusif
Diet TKTP

13
FOLLOW TANGGAL

UP 09 Februari 2019 10 Februari 2019


07.10 06.50
S ASI (-), nyeri payudara (-), nyeri luka ASI (+), nyeri payudara (-), nyeri
perineum (+), VAS 3, darah (-), flek luka perineum (-), darah (-), flek(-),
(+), BAK spontan, urin jernih, BAB (-), BAK spontan, urin jernih, BAB (+),
flatus (-) flatus (+)
O Compos mentis, sakit sedang Compos mentis, sakit sedang
T = 36,7oC T = 36,5oC
TD = 100/60 mmHg TD = 120/80 mmHg
HR = 75x/menit HR = 79x/menit
RR = 18x/menit RR = 20x/menit
SpO2 = 99% SpO2 = 99%

Status generalis: dbn Status generalis: dbn


Status obstetri: Status obstetri:
TFU 2 jari di bawah pusat TFU 2 jari di bawah pusat
Kontraksi baik (+) Kontraksi baik (+)
V/U tenang, perdarahan aktif (-), V/U tenang, perdarahan aktif (-),
lochia rubra (+) lochia rubra (+)
A P2A0 post partus maturus spontan P2A0 partus prematurus spontan
+ post perineorrhaphy a/i ruptur NH-1 + post perineorrhaphy a/i
perineum grade II ruptur perineum grade II
P Observasi Tanda vital, kontraksi dan Observasi Tanda vital, kontraksi
perdarahan. dan perdarahan.
IVFD RL 20 tpm IVFD RL 20 tpm
Asam mefenamat 3x500 mg Asam mefenamat 3x500 mg
Cefadroxil 2x500 mg Cefadroxil 2x500 mg
SF 1x1 SF 1x1
Mobilisasi dini Mobilisasi dini
Motivasi ASI Eksklusif Motivasi ASI Eksklusif
Hygiene vulva dan perineum Hygiene vulva dan perineum
Diet TKTP Diet TKTP
Rencana pulang perawatan

14
2.10 Laporan Partus Spontan
Tanggal: 09 Februari 2019

Waktu : 01.00 WIB

 Ibu dipimpin meneran sesuai dengan datangnya his


 Kepala janin turun sesuai sumbu jalan lahir sehingga tampak di vulva
 Perineum meregang
 Tampak suboksiput di bawah simfisis, kepala defleksi maksimal sehingga berturut-
turut lahir UUB, dahi, muka, dagu, dan seluruh kepala
 Dengan pegangan biparietal, tarikan ke belakang dan ke depan, dilahirkan bahu depan
dan belakang, kemudian seluruh lengan
 Dengan peregangan samping badan, dilahirkan trokanter depan dan belakang,
kemudian seluruh tungkai

Waktu : 01.05

 Lahir spontan bayi laki-laki, BB 2830 gram, PB 48 cm, APGAR Score 4/6
 Air ketuban berwarna hijau, jumlah sedikit
 Bayi dikeringkan dan diselimuti
 Tali pusat dijepit dan dipotong
 Ibu disuntik oksitosin 10 IU IM
 Dilakukan peregangan tali pusat terkendali

Waktu : 01.15

 Plasenta lahir lengkap


 Dilakukan masase fundus, kontraksi uterus baik
 Pada eksplorasi jalan lahir selanjutnya didapatkan perineum ruptur grade II, dilakukan
jahitan hemostasis, jelujur mukosa vagina dan subkutikuler perineum
 Perdarahan kala III-IV 150 cc

15
BAB III
ANALISIS KASUS

Ketuban pecah dini preterm / preterm premature rupture of membranes (PPROM)


adalah pecah ketuban yang terbukti dengan vaginal pooling, tes nitrazin dan, tes fern atau
IGFBP-1 (+) pada usia <37 minggu sebelum onset persalinan. KPD sangat preterm adalah
pecah ketuban saat umur kehamilan ibu antara 24 sampai kurang dari 34 minggu, sedangkan
KPD preterm saat umur kehamilan ibu antara 34 minggu sampai kurang 37 minggu5. Definisi
preterm bervariasi pada berbagai kepustakaan, namun yang paling diterima dan tersering
digunakan adalah persalinan kurang dari 37 minggu4
. KPD pada Kehamilan Aterm Ketuban pecah dini/ premature rupture of membranes
(PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya yang terbukti dengan vaginal pooling,
tes nitrazin dan tes fern (+), IGFBP-1 (+) pada usia kehamilan ≥ 37 minggu.4
Kehamilan pasien termasuk dalam klasifikasi KPD preterm/PPORM karena
usia kehamilan pasien 35 minggu.

Kemungkinan terjadinya KPD berhubungan dengan banyak faktor. Faktor yang


berhubungan dengan terjadinya KPD yang pertama adalah infeksi yang terjadi pada selaput
ketuban maupun infeksi dari vagina yang merambat keatas. Pada penelitian Ning Li, dkk
(China, 2013) menunjukkan hasil kultur bakteri sekret vagina (+) sebesar 30,2% pada wanita
yang mengalami KPD, sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 10,76%. Tingkat infeksi
saluran genital secara signifikan lebih tinggi pada kasus KPD dibandingkan dengan
kelompok kontrol, sehingga infeksi saluran reproduksi dan kejadian KPD sangat terkait.5,6
Faktor kedua adalah serviks inkompeten yaitu kondisi serviks yang kurang lentur
sehingga tidak mampu menahan kehamilan. Faktor yang ketiga adalah tekanan intrauterine
yang meningkat dapat disebabkan oleh trauma fisik seperti hubungan seksual, pemeriksaan
dalam maupun amniosintesis, faktor keempat adalah ketegangan Rahim yang berlebihan yang
dapat disebabkan karena hidroamnion atau kehamilan ganda. Fakor lainnya adalah
ketidaksesuaian panggul dengan kepala bayi, kehamilan multigravida dan kurang gizi.7
Pada pasien, yang curigai sebagai faktor resiko untuk terjadinya KPD adalah
riwayat keputihan yang telah dialami sejak Desember 2018 yang belum pernah diobat.
Keputihan (flluor albus) merupakan salah satu tanda dari infeksi organ reproduksi
wanita.
16
Diagnosa KPD dapat ditegakkan pertama dengan melakukan anamnesa. Dalam
anamnesa ibu dengan KPD biasanya didapatkan bahwa ibu merasa basah pada kemaluan atau
juga dengan mengeluarkan cairan yang banyak dari jalan lahir. Cara yang kedua adalah
dengan inspeksi dilihat tampak keluarnya cairan ketuban dari vagina. Cara yang ketiga adalah
dengan cara pemeriksaan spekulum dilihat tampak cairan keluar dari orifisium uteri
eksternum atau akan mengumpul pada fornik posterior (Pooling). Dan cara yang keempat
adalah dengan pemeriksaan dalam yang akan mendapatkan cairan dalam vagina dan selaput
ketuban sudah tidak ada lagi.8
Jika diagnosis tidak dapat dikonfirmasi, lakukan tes pH dari forniks posterior vagina
(pH cairan amnion biasanya ~ 7.1-7.3 sedangkan sekret vagina ~ 4.5 -6). Pemeriksaan USG
dapat berguna untuk melengkapi diagnosis untuk menilai indeks cairan amnion. Jika
didapatkan volume cairan amnion atau indeks cairan amnion yang berkurang tanpa adanya
abnormalitas ginjal janin dan tidak adanya pertumbuhan janin terhambat (PJT) maka
kecurigaan akan ketuban pecah sangatlah besar, walaupun normalnya volume cairan ketuban
tidak menyingkirkan diagnosis. Nilai normal cairan amnion berdasarkan ICA adalah 20-
25cm. Dikatakan berkurang jika ICA 5-8 cm dan dikatakan oligohidroamnion jika ICA < 5
cm.9,10
Pada beberapa kasus, diperlukan tes laboratorium untuk menyingkirkan kemungkinan
lain keluarnya cairan/ duh dari vagina/ perineum. Jika diagnosis KPD aterm masih belum
jelas setelah menjalani pemeriksaan fisik, tes nitrazin dan tes fern, dapat dipertimbangkan.
Pemeriksaan seperti insulin-like growth factor binding protein 1(IGFBP-1) sebagai penanda
dari persalinan preterm, kebocoran cairan amnion, atau infeksi vagina terbukti memiliki
sensitivitas yang rendah9. Penanda tersebut juga dapat dipengaruhi dengan konsumsi alkohol.
Selain itu, pemeriksaan lain seperti pemeriksaan darah ibu dan CRP pada cairan vagina tidak
memprediksi infeksi neonatus pada KPD preterm.11
Diagnosa KPD pada kasus ditegakkan berdasarkan anamnesa pasien
mengatakan keluar air-air dari jalan lahir sejak 7 jam SMRS berwarna jernih, keluar
spontan tidak bisa ditahan, tidak berbau dan tes lakmus/tes nitrazin (+). Pada
pemeriksaan fisik VT didapatkan selaput ketuban (-) dan pemeriksaan inspekulo
terdapat cairan jernih yang keluar dari OUE, pooling (+), dan valsava (+). Hasil USG
menunjukkan ICA pasien 2 cm sehingga ditegakkan juga diagnosis oligohidroamnion.

17
Pada usia kehamilan lebih dari 34 minggu, mempertahankan kehamilan akan
meningkatkan resiko korioamnionitis dan sepsis. Tidak ada perbedaan signifikan jika
dibandingkan dengan usia kehamilan < 34 minggu terhadap kejadian respiratory distress
syndrome . Pada saat ini, penelitian menunjukkan bahwa mempertahankan kehamilan lebih
buruk dibanding melakukan persalinan.12
Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa negatif
beri deksametason untuk memacu kematangan paru janin, observasi tanda-tanda infeksi, dan
kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu. jika sudah inpartu, tidak ada
infeksi, berikan tokolitik, deksametason, dan induksi sesudah 24 jam. Jika terdapat tanda
infeksi beri antibiotik dan lakukan induksi, nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-
tanda infeksi intrauterin).12
Tatalaksana yang diberikan pada pasien adalah deksametason 2x6mg untuk
memacu kematangan paru janin, antibiotik ceftriakson 2x1 gram dikarenakan terdapat
suatu tanda infeksi yaitu peningkatan leukosit sebesar 14.170/μl dan terminasi pasca
pematangan paru.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Soewarto, S. 2009. Ketuban Pecah Dini. Dalam : Winkjosastro H., Saifuddin A.B.,
dan Rachimhadhi T. (Editor). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Hal. 677-682.
2. Putri MS, Dewi R. Ketuban Pecah Dini pada Kehamilan Preterm. Lampung: FK
Universitas Lampung. 2016.
3. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran: Ketuban Pecah Dini. Perkumpulan
Obstetri dan Ginekologi Indonesia: Himpunan Kedokteran Feto Maternal. 2016.
4. Kusuma AA. Ketuban Pecah Dini dan Peranan Amniopatch dalam Penatalaksanaan
Ketuban Pecah Dini Preterm. Denpasar: FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar. 2011.

19

Anda mungkin juga menyukai