Laporan Kasus
Oleh:
Pembimbing:
dr. Awan Nurtjahyo, Sp.OG(K)
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Kasus
Oleh:
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Univesitas Sriwijaya Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang
periode 19 Februari- 30 April 2018.
KATA PENGANTAR
Pertama-tama puji syukur kepada Tuhan YME atas rahmat dan anugerah-
Nya lah laporan kasus yang berjudul “Distosia Persalinan: Kala II Memanjang”
ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Laporan kasus ini disusun sebagai syarat ujian di bagian Obstetri dan
Ginekologi. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dr. Awan Nurtjahyo,
Sp.OG (K) yang telah membimbing dan meluangkan waktunya untuk
membimbing penulis dalam penyusunan laporan kasus ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada sahabat dan teman-teman sejawat di bagian
ilmu obstetri dan ginekologi yang telah membantu dan memberi dukungan
kepada penulis.
Akhir kata, laporan kasus ini masih mengharapkan kritik dan saran sehingga
dalam perkembangannya dapat menjadi lebih baik lagi.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
BAB II STATUS PASIEN .................................................................................... 2
BAB IIITINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi .......................................................................................... 11
3.2 Epidemiologi ................................................................................. 11
3.3 Faktor predisposisi.........................................................................11
3.4 Gejala Klinis...................................................................................16
3.5 Diagnosis........................................................................................16
3.6 Penatalaksanaan ............................................................................. 17
3.7 Komplikasi..................................................................................... 18
3.8 Prognosis ....................................................................................... 19
3.9 Ekstraksi Forceps ........................................................................... 20
BAB IV ANALISIS KASUS ................................................................................ 28
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 30
1
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
a. Nama : Sartimah Binti Mani
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Tanggal Lahir/umur : 1 Januari 1996
d. Alamat : Lrg Sawah, Tuan Kentang, Seberang Ulu I.
Kota Palembang
e. Agama : Islam
f. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
g. Pendidikan : SLTA
h. No. Medical Record : 1049755
i. Tanggal MRS : 1 Maret 2018 pukul 02.00 WIB
2. Anamnesis
(Autoanamnesis pada tanggal 1 Maret 2018 pukul 02.00 WIB)
Keluhan utama : Mau melahirkan
Anamnesis :
± 2 jam telah dipimpin oleh bidan tetapi bayi belum lahir-lahir
sebelum masuk rumah sakit, pasien datang ke IGD RSMH dengan perut
mulas sampai ke pinggang (+), semakin lama semakin kuat, keluar lendir
darah (+), keluar air-air (-).Pasien mengaku hamil cukup bulan dengan
gerakan janin masih dirasakan.
Status sosek dan gizi : sedang
Status repoduksi : menarche usia 13 tahun, teratur, siklus 28 hari,
lamanya 5 hari, HPHT : 27 Mei 2017.
Status pernikahan : menikah 1 kali, lamanya 3 tahun.
Status persalinan :
1. Hamil ini
Pemeriksaan Khusus
Kepala : Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-),
atrofi papil (-/-)
Leher : JVP (5-2) cmH2O, pembesaran KGB (-)
Jantung : I : Ictus cordis tidaak terlihat
P : Ictus cordis tidak teraba
P : Batas atas ICS II
Batas Kanan LS dextra
Batas Kiri LMC sinistra
A: BJ I-II (+) normal HR 102x/menit, murmur(-),
gallop(-)
Paru-paru : I : Statis dan dinamis simetris
P : Stem fremitus kanan = kiri
P : Sonor di kedua lapangan paru
A:Vesikuler (+),Rhonki (-/-),Wheezing (-/-)
Ektremitas : CRT <2”, akral hangat, edema pretibia (-)
4
Pemeriksaan Obstetrikus
Pemeriksaan Luar
Inspeksi : Cembung
Palpasi : FUT 3 jari dibawah processus xymphoideus (31
cm), memanjang, punggung kanan, kepala, u 3/5,
his (+) 2x/10’/10”, Djj 136x/menit, TBJ 2635 gram.
Pemeriksaan Dalam
Vaginal Toucher : Portio tidak teraba, pembukaan lengkap, ketuban (-
),kepala, penunjuk UUK kanan depan.
4. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium (Tanggal 1 Maret 2018)
5. Diagnosis Kerja
G1P0A0 hamil 39 minggu, inpartu kala II, JTH presentasi kepala
6. Tatalaksana
- Observasi HIS dan DJJ
- IVFD RL gtt xx/menit
- Kosongkan kandung kemih
- Rencana partus pervaginam
7. Prognosis
Vital : dubia ad bonam
Fungsionam : dubia ad bonam
8. Follow UP
Tanggal 1 Maret 2018 pukul 02.00
5
O St.Present
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Sensorium : compos mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 115 x/menit
Resp. rate : 26 x/menit
Suhu : 36,6ºC
St. Obstetrik
PL :FUT 3 jbpx (31cm), memanjang, puka, bagian terbawah kepala,
3/5, HIS 2x/10’/20”, DJJ 150 x/menit, TBJ 2635 gr.
VT : Portio tidak teraba, pembukaan lengkap, ketuban (-),kepala,
penunjuk UUK kanan depan.
A G1P0A0 hamil 39 minggu, inpartu kala II, JTH presentasi kepala
P IVFD RL gtt xx/menit
02 nasal canul 5L/menit
Resusitasi IntraUterine
Rencana persalinan per vaginam
Laporan Persalinan
Jenis Persalinan : Pervaginam dengan forcep
Pukul 03.30 WIB
- Tampak pasien ingin meneran
- Pada pemeriksaan dalam didapatkan :
*portio tidak teraba
*vulva edema
*pembukaan lengkap
*ketuban (-)
*terbawah kepala
*UUK kanan depan
- Dx/ G1P0A0 hamil 39 minggu inpartu kala II lama diluar(4jam) JTH
preskep
- Tx/ pimpin persalinan dan episiotomi mediolateral.
Pukul 03.35
- Penolong membayangkan posisi forcep terpasang di depan dinding
vulva
- Biparietal terhadap kepala miring terhadap panggul
- Dilakukan pemasangan forcep kanan di posterior lalu dilakukan
gandeng ke anterior. Forcep dipasang di posterior.
- Dilakukan pemasangan forcep kanan secara tidak langsung
- Dilakukan pemeriksaan dalam ulang, tidak ada jalan lahir terjepit
- Dilakukan traksi percobaan, setelah berhasil, dilakukan traksi definitif
7
Pukul 18.25
Lahir neonatus hidup, laki-laki, BB 3200 gr, PB: 49cm, Apgar Score 8/9.
Pukul 18.27
Manajemen aktif kala III, injeksi oksitosin 10 IU im, peregangan tali pusat
terkendali, masasse fundus uteri.
Pukul 18.33
Lahir lengkap plasenta, BP 350 gram, PTP 47 cm, ukuran 16x12 cm2.
dilakukan eksplorasi tidak didapatkan sisa plasenta. Perdarahan aktif (-), Keadaan
umum ibu post partum baik.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Partus lama disebut juga “distosia”, didefinisikan sebagai persalinan yang
abnormal atau sulit.Partus lama dapat terjadi pada kala I maupun kala II.Pada kala
II memanjang diawali dengan pembukaan serviks telah lengkap dan berakhir
dengan keluarnya janin. Median durasinya adalah 50 menit untuk nulipara dan 20
menit untuk multipara.2
Pada ibu dengan paritas tinggi yang vagina dan perineumnya sudah
melebar, dua atau tiga kali usaha mengejan setelah pembukaan lengkap mungkin
cukup untuk mengeluarkan janin. Sebaliknya pada seorang ibu dengan panggul
sempit atau janin besar, atau dengan kelainan daya ekspulsif akibat anesthesia
regional atau sedasi yang berat maka kala II dapat saja memanjang.2
3.2. Epidemiologi
Di Indonesia partus lama masih merupakan masalah penting yang harus
ditanggulangi karena partus lama sampai dengan partus kasep dapat menyebabkan
peningkatan morbiditas dan mortalitas bagi ibu dan bayi.Di negara berkembang
angka kematian ibu melahirkan hampir mencapai setengah juta per tahun dimana
di Indonesia merupakan angka tertinggi di Asia Tenggara yakni 39.000 kematian
ibu per tahun. Menurut survey kesehatan rumah tangga (SKRT) 1986 proporsi
kematian ibu adalah 450 per 100.000 kelahiran hidup dan menurut SKRT 1992
10
proporsi kematian ibu adalah 421 per 100.000 kelahiran hidup. Proporsi terbanyak
kematian ibu paling banyak disebabkan karena perdarahan, partus kasep, partus
lama, serta hipertensi.
3. Spondilolistesis
d) Perubahan bentuk karena penyakit kaki :
1. koksitis
2. luksasio koksa
3. atrofi atau kelumpuhan satu kaki
Pemeriksaan umum kadang-kadang membawa pikiran ke arah kemungkinan
kesempitan panggul.Sebagaimana adanya tuberculosis pada kolumna vertebra
atau pada panggul, luksasio koksa kengenitalis dan poliomyelitis dalam anamnesis
member petunjuk pentingkan.Pengukuran panggul (pelvimetri) merupakan catra
pemeriksaan yang penting untuk mendapatkan keterangan lebih banyak tentang
keadaan panggul. Pelvimetri luar tidak banyak artinya, kecuali untuk pengukuran
pintu bawah panggul, dan dalam beberapa hal penting seperti panggul miring.
Pelvimetri dalam dengan tangan mempunyai arti yang penting untuk menilai
secara agak kasar pintu atas panggul serta panggul tengah dan untuk member
gambaran yang jelas mengenai pintu bawah panggul. Keadaan panggul
merupakan faktor penting dalam kelangsungan persalinan, tetapi yang tidak
kurang penting ialah hubungan kepala janin dengan panggul ibu.Besarnya kepala
janin dalam perbandingan dengan luasnya panggul ibu menentukan adanya
disproporsi sepalopelvik atau tidak.Pada hamil tua dengan janin dalam presentasi
kepala dapat dinilai agak kasar adanya disproporsi sepalopelvik dan kemungkinan
mengatasinya. Salah satu pemeriksaan yang dikenal adalah metode Muller
Munrokerr yaitu tangan yang satu memegang kepala janin dan menekannya
kearah rongga panggul sedang dua jari tangan yang lain dimasukkan kedalam
rongga vagina untuk menentukan sampai seberapa jauh kepala mengikuti tekanan
tersebut. Kesempitan panggul dapat ditemukan pada satu bidang atau
lebih.Kesempitan pada panggul tengah umumnya juga disertai kesempitan pintu
bawah panggul.
Kesempitan Pada Pintu Atas Panggul
Pintu atas panggul dikatakan sempit apabila konjugata vera kurang dari 10
cm atau diameter transfersal kurang dari 12 cm. kesempitan pada konjugata vera
pada umumnya lebih menguntungkan daripada kesempitan pada semua ukuran
(panggul sempit seluruhnya) oleh karena pada panggul sempit kemungkinan lebih
besar bahwa kepala tertahan oleh pintu atas panggul, maka dalam hal ini servik
13
uteri kurang mengalami penekanan kepala. Hal ini dapat mengakibatkan inersia
uteri serta lambannya pendataran dan pembukaan servik.
Kesempitan Panggul Tengah
Dengan sacrum melengkung sempurna dinding-dinding panggul tidak
berkonvegensi, foramen ischiadikus mayor cukup luas dan spina ischiadika tidak
menonjol kedalam dan dapat diharapkan bahwa panggul tengah tidak akan
menyebabkan rintangan bagi lewatnya kepala janin. Ukuran terpenting yang
hanya bisa ditetapkan dengan pelvimetrirontenologik ialah distansia interpinarum.
Apabila ukuran ini kurang dari 9,5 cm perlu kita waspada terhadap kemungkinan
kesukaran pada persalinan, apalagi bila diameter sagitalis posterior pendek pula.
Pada panggul tengah yang sempit, lebih sering ditemukan posisi oksipitalis
posterior persisten atau presentasi kepala dalam posisi lintang tetap (tranverse
arrest).
Kesempitan Pintu Bawah Panggul
Pintu bawah panggul tidak merupakan bidang yang datar, tetapi terdiri atas
segi tiga depan dan segi tiga belakang yang mempunyai dasar yang sama, yakni
distansia tuberum. Apabila ukuran yang terakhir ini lebih kecil daripada biasa,
maka sudut arkus pubis mengecil pula (kurang dari 80 ').Agar supaya dalam hal
ini kepala janin dapat lahir, diperlukan ruangan yang lebih besar pada belakang
pintu bawah panggul.Dengan diameter sagitalis posterior yang cukup panjang,
persalinan pervaginam dapat dilaksanakan, walaupun dengn perlukaan luas pada
perineum.
Apabila persalinan dengan disproporsi sefalopelvik dibiarkan berlangsung
sendiri tanpa pengambilan tindakan yang tepat, timbul bahaya bagi ibu dan janin.
Bahaya bagi ibu antara lain dapat terjadi partus lama yang disertai pecahnya
ketuban pada pembukaan kecil, dapat menimbulkan dehidradrasi serta asidosis
dan infeksi intrapartum. Dengan his yang kuat sedang kemajuan janin dalam jalan
lahir tertahan, dapat timbul regangan segmen bawah rahim dan pembentukan
lingkaran retraksi patologis (bandl) yang mengancam timbulnya rupture uterus.
Selain itu, disproposi ini, jalan lahir pada suatu tempat dapat mengalami suatu
penekanan yang lama sehingga terjadi iskemia dan nekrosis pada tempat
tersebut.Sedangkan bahaya bagi janin dapat menimbulkan kematian perianal,
prolapsus funikuli serta dapat menimbulkan moulage pada kepala janin.
14
3.5 Diagnosis
Diagnosis dari partus kala II lama dapat ditegakkan berdasarkan hasil
observasi yang melewati garis tindakan pada partograf WHO. Selain itu terdapat
tanda-tanda klinis yang dapat membantu diagnosis.
16
3.6 Penatalaksanaan
2. Terminasi persalinan
a. Bila syarat persalinan pervaginam memenuhi, dilakukan ekstraksi
vakum atau ekstraksi forseps atau embriotomi
b. Bila syarat persalinan pervaginam tidak terpenuhi maka dilakukan
seksio sesaria
3.7 Komplikasi
Komplikasi yang ditimbulkan pada partus kala II lama yaitu :2
1. Komplikasi pada janin seperti :
a. Kaput Suksedanium yang besar
Apabila panggul sempit, sewaktu persalinan sering terjadi kaput
suksedanium yang besar di bagian terbawah kepala janin. Kaput ini dapat
berukuran cukup besar dan menyebabkan kesalahan diagnostic yang serius.Kaput
dapat hampir mencapai dasar panggul sementara kepala sendiri belum cakap.
Biasanya kaput suksedanium, bahkan yang besar sekalipun akan menghilang
dalam beberapa hari.
b. Molase Kepala Janin
Akibat tekanan his yang kuat, lempeng-lempeng tulang tengkorak saling
18
bertumpang tindih satu sama lain di sutura-sutura besar, suatu proses yang disebut
molase (moulding). Biasanya batas median yang berkontak dengan promontorium
bertumpang tindih dengan tulang di sebelahnya, hal yang sama terjadi pada
tulang-tulang frontal. Namun tulang oksipital terdorong ke bawah tulang
parietal.Perubahan ini sering tidak menimbulkan kerugian yang nyata, namun
apabila distorsi yang terjadi mencolok, molase dapat menyebabkan robekan
tentorium.Faktor yang berkaitan dengan molase yakni nuliparitas, stimulasi
persalinan dengan oksitosin dan pengeluaran janin dengan ekstraksi vakum.
c. Fetal distress
Persalinan yang lama dapat menyebabkan hipoksia, asidosis pada janin,
infeksi intrauterine yang akan menyebabkan kegawatan pada janin dimana hal
tersebut diketahui dari hasil pantauan denyut jantung janin yang meningkat
(takikardi), tidak teratur atau dengan kardiotokografi ditemukan hasil yang
patologis berupa takikardi yang selanjutnya diikuti deselerasi lambat.
d. Kematian janin
2. Komplikasi pada ibu seperti :
a. vagina atau vulva edema
b. porsio edema
c. ruptur uteri
d. infeksi jalan lahir sampai sepsis
e. ketuban hijau
f. perdarahan post partum
g. fistula vesiko vaginalis dan vistula rekto vaginalis
3.8 Prognosis
Prognosis dari partus kala II lama ini ditentukan oleh kecepatan dan
ketepatan dalam mendiagnosis serta menanganinya. Semakin lama partus tersebut
berlangsung, maka semakin besar kemungkinan terjadinya partus lama dan
semakin banyak komplikasi yang ditimbulkan baik pada ibu maupun pada
janinnya hingga terjadinya partus kasep.
19
b. Alat resusitasi
3. Persiapan untuk dokter
a. Alat pelindung diri
b. Ilmu pengetahuan yang cukup
Prosedur/ Langkah Dalam Melakukan Forceps:
1. Membayangkan forceps sebelum dipasang
2. Memasang forceps
3. Mengunci forceps
4. Memeriksa kembali pemasangan
5. Traksi percobaan
6. Traksi definitif
7. Melepaskan forceps
1. Membayangkan
Setelah persiapan selesai, penolong berdiri di depan vulva , memegang
kedua forceps dalam keadaan tertutup dan membayangkan bagaimana forceps
terpasang pada kepala
2. Memasang forceps
Pada pasien ini UUK janin adalah UUK kanan depan, jadi forceps yang
dipasang adalah forceps kiri terlebih dahulu, yaitu forceps yang dipegang tangan
kiri penolong dan dipasang di sisi kiri ibu.
Forceps kiri dipegang dengan cara seperti memegang pensil, dengan
tangkai forceps sejajar dengan paha kanan ibu, sambil empat jari tangan kanan
23
3. Penguncian Forceps
Penguncian dilakukan setelah forceps terpasang.Bila penguncian sulit
dilakukan, jangan dipaksa, tapi periksa kembali apakah pemasangan telah benar,
dan dicoba pemasangan ulang. Apabila forceps kir yang dipasang duluan, maka
penguncian dilakukan secara langsung, dan bila forceps kanan yang dipasang
duluan , maka forceps dikunci secara tidak langsung.
24
4. Pemeriksaan Ulang
Setelah forceps terpasang dan terkunci, dilakukan pemeriksaan ulang,
apakah forceps telah terpasang dengan benar, dan tidak ada jalan lahir / jaringan
yang terjepit
5. Traksi Percobaan
Setelah yakin tidak ada jaringan yang terjepit, maka dilakukan traksi
percobaan. Penolong memegang pemegang forceps dengan kedua tangan , sambil
jari telunjuk dan tengah tangan kiri menyentuh kepala janin, lalu dilakukan
tarikan. Apabila jari telunjuk dan tengan tangan kiri tidak menjauh dari kepala
janin, berarti forceps terpasang dengan baik, dan dapat segera dilakukan traksi
definitive.Apabila jari telunjuk dan tengah tangan kiri menjauh dari kepala janin,
berarti forceps tidak terpasang dengan baik, dan harus dilakukan pemasangan
ulang.
25
6. Traksi defrinitif
Traksi definitive dilakukan dengan cara memegang kedua pemegang
forceps dan penolong melakukan traksi. Traksi dilakukan hanya menggunakan
otot lengan. Arah tarikan dilakukan sesuai dengan bentuk panggul. Pertama
dilakukan tarikan forceps ke bawah, sampai terlihat occiput sebagai hipomoklion,
lalu tangan kiri segera menahan perineum saat kepala meregang perineum.
Kemudian dilakukan traksi ke atas hanya dengan menggunakan tangan kanan
sambil tangan kiri menahan perineum. Kemudian lahirlah dahir, mata, hidung,
mulut bayi.
26
7. Melepaskan forceps
Setelah kepala bayi lahir, maka forceps dilepaskan dan janin dilahirkan
seperti persalinan biasa.
BAB IV
ANALISA KASUS
DAFTAR PUSTAKA