Anda di halaman 1dari 32

i

Laporan Kasus

DISTOSIA PERSALINAN : KALA II MEMANJANG

Oleh:

Osi Rahmaini, S.Ked 04084821719001


Farah Nur Ezzlynn Binti Ghazali, S.Ked 04084821719241
Stellanisa Nagari, S.Ked 04054821820122
Jesslyn Juanti, S.Ked 04054821820123
Jennifer Finnalia Husin, S.Ked 04084821820023
M. Alif Prizarky, S.Ked 04084821820024
Fadhila Khairunnisa, S.Ked 04084821820040
Bianca Dwinta Daryanto, S.Ked 04084821820041

Pembimbing:
dr. Awan Nurtjahyo, Sp.OG(K)

BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FK UNSRI


RUMAH SAKIT MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2018
ii

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus

Distosia Persalinan : Kala II Memanjang

Oleh:

Osi Rahmaini, S.Ked 04084821719001


Farah Nur Ezzlynn Binti Ghazali, S.Ked 04084821719241
Stellanisa Nagari, S.Ked 04054821820122
Jesslyn Juanti, S.Ked 04054821820123
Jennifer Finnalia Husin, S.Ked 04084821820023
M. Alif Prizarky, S.Ked 04084821820024
Fadhila Khairunnisa, S.Ked 04084821820040
Bianca Dwinta Daryanto, S.Ked 04084821820041

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Univesitas Sriwijaya Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang
periode 19 Februari- 30 April 2018.

Palembang, Maret 2018

dr. Awan Nurtjahyo, Sp.OG(K)


iii

KATA PENGANTAR

Pertama-tama puji syukur kepada Tuhan YME atas rahmat dan anugerah-
Nya lah laporan kasus yang berjudul “Distosia Persalinan: Kala II Memanjang”
ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Laporan kasus ini disusun sebagai syarat ujian di bagian Obstetri dan
Ginekologi. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dr. Awan Nurtjahyo,
Sp.OG (K) yang telah membimbing dan meluangkan waktunya untuk
membimbing penulis dalam penyusunan laporan kasus ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada sahabat dan teman-teman sejawat di bagian
ilmu obstetri dan ginekologi yang telah membantu dan memberi dukungan
kepada penulis.
Akhir kata, laporan kasus ini masih mengharapkan kritik dan saran sehingga
dalam perkembangannya dapat menjadi lebih baik lagi.

Palembang, Maret 2018

Penulis
iv

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
BAB II STATUS PASIEN .................................................................................... 2
BAB IIITINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi .......................................................................................... 11
3.2 Epidemiologi ................................................................................. 11
3.3 Faktor predisposisi.........................................................................11
3.4 Gejala Klinis...................................................................................16
3.5 Diagnosis........................................................................................16
3.6 Penatalaksanaan ............................................................................. 17
3.7 Komplikasi..................................................................................... 18
3.8 Prognosis ....................................................................................... 19
3.9 Ekstraksi Forceps ........................................................................... 20
BAB IV ANALISIS KASUS ................................................................................ 28
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 30
1

BAB I
PENDAHULUAN

Persalinan adalah proses alamiah dimana terjadi dilatasi serviks, lahirnya


bayi, placenta dan membran dari rahim ibu. Persalinan dan kelahiran merupakan
kejadian fisiologis serta peristiwa alamiah yang sangat dinantikan oleh ibu dan
keluarga selama sembilan bulan. Ketika proses persalinan dimulai, peran ibu
adalah melahirkan bayinya, sedangkan peran petugas kesehatan adalah memantau
persalinan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi serta bersama keluarga
memberikan bantuan dan dukungan ibu bersalin.1
Partus lama disebut juga “distosia”, didefinisikan sebagai persalinan yang
abnormal atau sulit. Partus lama dapat terjadi pada kala I maupun kala II. Pada
kala II memanjang diawali dengan pembukaan serviks telah lengkap dan berakhir
dengan keluarnya janin. Median durasinya adalah 50 menit untuk nulipara dan 20
menit untuk multipara. Di Indonesia partus lama masih merupakan masalah
penting yang harus ditanggulangi karena partus lama sampai dengan partus kasep
dapat menyebabkan peningkatan morbiditas dan mortalitas bagi ibu dan bayi. Di
negara berkembang angka kematian ibu melahirkan hampir mencapai setengah
juta per tahun dimana di Indonesia merupakan angka tertinggi di Asia Tenggara
yakni 39.000 kematian ibu per tahun.2
Persalinan lama dapat menimbulkan konsekuensi serius, seperti infeksi
intrapartum, ruptur uteri, cincin retraksi patologis, pembentukan fistula, cedera
otot-otot dasar panggul, maka dari itu tindakan segera harus segera dilakukan,
salah satunya adalah persalinan tindakan pervaginam dengan forsep atau ekstraksi
vacum, tindakan ini dilakukan apabila syarat persalinan pervaginam dipenuhi dan
apabila ada indikasi antara lain: gawat janin, kelelahan ibu, persalinan lama kala II
dan preeklamsi berat. Persalinan secsio sesarea dilakukan apabila ada indikasi
dispoporsi kepala panggul, plasenta previa, malposisi dan malpresentasi, serta
riwayat obstetri buruk. Dalam laporan kasus ini akan dibahas mengenai definisi,
etiologi, patofisiologi, dan penatalaksanaan persalinan kala II lama, serta
bertujuan untuk menganalisa kasus sesuai dengan tinjauan pustaka.2,3
2

BAB II
STATUS PASIEN

1. Identitas Pasien
a. Nama : Sartimah Binti Mani
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Tanggal Lahir/umur : 1 Januari 1996
d. Alamat : Lrg Sawah, Tuan Kentang, Seberang Ulu I.
Kota Palembang
e. Agama : Islam
f. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
g. Pendidikan : SLTA
h. No. Medical Record : 1049755
i. Tanggal MRS : 1 Maret 2018 pukul 02.00 WIB

2. Anamnesis
(Autoanamnesis pada tanggal 1 Maret 2018 pukul 02.00 WIB)
Keluhan utama : Mau melahirkan
Anamnesis :
± 2 jam telah dipimpin oleh bidan tetapi bayi belum lahir-lahir
sebelum masuk rumah sakit, pasien datang ke IGD RSMH dengan perut
mulas sampai ke pinggang (+), semakin lama semakin kuat, keluar lendir
darah (+), keluar air-air (-).Pasien mengaku hamil cukup bulan dengan
gerakan janin masih dirasakan.
Status sosek dan gizi : sedang
Status repoduksi : menarche usia 13 tahun, teratur, siklus 28 hari,
lamanya 5 hari, HPHT : 27 Mei 2017.
Status pernikahan : menikah 1 kali, lamanya 3 tahun.
Status persalinan :
1. Hamil ini

Riwayat Penyakit Dahulu :


- Riwayat darah tinggi disangkal
- Riwayat darah tinggi dalam kehamilan disangkal
- Riwayat sakit jantung disangkal
- Riwayat kencing manis disangkal
3

Riwayat Penyakit Dalam Keluarga :


- Riwayat darah tinggi dalam keluarga disangkal
- Riwayat kencing manis dalam keluarga disangkal

Riwayat Penggunaan Kontrasepsi :


- Disangkal

3. Pemeriksaan Fisik (1 Maret 2018 pukul 02.00 WIB)


Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 102 x/menit, isi tegangan cukup
Laju nafas : 20 x/menit
Suhu : 36,5oC
Berat Badan : 55,7 kg
Tinggi Badan : 150 cm
IMT : normoweight
Gizi : normal

Pemeriksaan Khusus
Kepala : Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-),
atrofi papil (-/-)
Leher : JVP (5-2) cmH2O, pembesaran KGB (-)
Jantung : I : Ictus cordis tidaak terlihat
P : Ictus cordis tidak teraba
P : Batas atas ICS II
Batas Kanan LS dextra
Batas Kiri LMC sinistra
A: BJ I-II (+) normal HR 102x/menit, murmur(-),
gallop(-)
Paru-paru : I : Statis dan dinamis simetris
P : Stem fremitus kanan = kiri
P : Sonor di kedua lapangan paru
A:Vesikuler (+),Rhonki (-/-),Wheezing (-/-)
Ektremitas : CRT <2”, akral hangat, edema pretibia (-)
4

Pemeriksaan Obstetrikus
Pemeriksaan Luar
Inspeksi : Cembung
Palpasi : FUT 3 jari dibawah processus xymphoideus (31
cm), memanjang, punggung kanan, kepala, u 3/5,
his (+) 2x/10’/10”, Djj 136x/menit, TBJ 2635 gram.
Pemeriksaan Dalam
Vaginal Toucher : Portio tidak teraba, pembukaan lengkap, ketuban (-
),kepala, penunjuk UUK kanan depan.

4. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium (Tanggal 1 Maret 2018)

No Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


1 Hb *10,9 g/dL 11.7-15.5 g/Dl
2 Eritrosit *3.78 106/mm3 4,0- 5,7 106/mm3
3 Leukosit *22,7 103/mm3 4.5-11.0 103/mm3
4 Hematokrit *33 % 35-45 %
5 Trombosit 297x103/µL 150-450x103/µL
6 Basofil 0% 0-1%
7 Eosinofil 0% 1-6%
8 Neutrofil *92 % 50-70%
9 Limfosit *4 % 20-40 %
10 Monosit *4% 2-8 %

5. Diagnosis Kerja
G1P0A0 hamil 39 minggu, inpartu kala II, JTH presentasi kepala

6. Tatalaksana
- Observasi HIS dan DJJ
- IVFD RL gtt xx/menit
- Kosongkan kandung kemih
- Rencana partus pervaginam

7. Prognosis
Vital : dubia ad bonam
Fungsionam : dubia ad bonam

8. Follow UP
Tanggal 1 Maret 2018 pukul 02.00
5

Tanggal 1 Maret 2018


02.00 WIB
S Mau melahirkan
O St.Present
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Sensorium : compos mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 102 x/menit
Resp. rate : 20 x/menit
Suhu : 36,5ºC
St. Obstetrik
PL :FUT 3 jbpx (31cm), memanjang, puka, bagian terbawah kepala,
3/5, HIS 2x/10’/20”, DJJ 132 x/menit, TBJ 2635 gr.
VT : Portio tidak teraba, pembukaan lengkap, ketuban (-),kepala,
penunjuk UUK kanan depan.
A G1P0A0 hamil 39 minggu, inpartu kala II, JTH presentasi kepala

P IVFD RL gtt xx/menit


Rencana persalinan per vaginam
03.00 WIB
S Mau melahirkan
O St.Present
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Sensorium : compos mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 110 x/menit
Resp. rate : 24 x/menit
Suhu : 36,6ºC
St. Obstetrik
PL :FUT 3 jbpx (31cm), memanjang, puka, bagian terbawah kepala,
3/5, HIS 2x/10’/20”, DJJ 142 x/menit, TBJ 2635 gr.
VT : Portio tidak teraba, pembukaan lengkap, ketuban (-),kepala,
penunjuk UUK kanan depan.
A G1P0A0 hamil 39 minggu, inpartu kala II, JTH presentasi kepala
P IVFD RL gtt xx/menit
02 nasal canul 5L/menit
Resusitasi IntraUterine
Rencana persalinan per vaginam
04.00 WIB
S Mau melahirkan
6

O St.Present
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Sensorium : compos mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 115 x/menit
Resp. rate : 26 x/menit
Suhu : 36,6ºC
St. Obstetrik
PL :FUT 3 jbpx (31cm), memanjang, puka, bagian terbawah kepala,
3/5, HIS 2x/10’/20”, DJJ 150 x/menit, TBJ 2635 gr.
VT : Portio tidak teraba, pembukaan lengkap, ketuban (-),kepala,
penunjuk UUK kanan depan.
A G1P0A0 hamil 39 minggu, inpartu kala II, JTH presentasi kepala
P IVFD RL gtt xx/menit
02 nasal canul 5L/menit
Resusitasi IntraUterine
Rencana persalinan per vaginam

Laporan Persalinan
Jenis Persalinan : Pervaginam dengan forcep
Pukul 03.30 WIB
- Tampak pasien ingin meneran
- Pada pemeriksaan dalam didapatkan :
*portio tidak teraba
*vulva edema
*pembukaan lengkap
*ketuban (-)
*terbawah kepala
*UUK kanan depan
- Dx/ G1P0A0 hamil 39 minggu inpartu kala II lama diluar(4jam) JTH
preskep
- Tx/ pimpin persalinan dan episiotomi mediolateral.

Pukul 03.35
- Penolong membayangkan posisi forcep terpasang di depan dinding
vulva
- Biparietal terhadap kepala miring terhadap panggul
- Dilakukan pemasangan forcep kanan di posterior lalu dilakukan
gandeng ke anterior. Forcep dipasang di posterior.
- Dilakukan pemasangan forcep kanan secara tidak langsung
- Dilakukan pemeriksaan dalam ulang, tidak ada jalan lahir terjepit
- Dilakukan traksi percobaan, setelah berhasil, dilakukan traksi definitif
7

Pukul 18.25
Lahir neonatus hidup, laki-laki, BB 3200 gr, PB: 49cm, Apgar Score 8/9.
Pukul 18.27
Manajemen aktif kala III, injeksi oksitosin 10 IU im, peregangan tali pusat
terkendali, masasse fundus uteri.
Pukul 18.33
Lahir lengkap plasenta, BP 350 gram, PTP 47 cm, ukuran 16x12 cm2.
dilakukan eksplorasi tidak didapatkan sisa plasenta. Perdarahan aktif (-), Keadaan
umum ibu post partum baik.

Follow Up 2 Maret 2018 pukul 06:30


S Habis melahirkan
O St.Present
Keadaan umum : baik
Sensorium : compos mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Resp rate : 18 x/menit
Suhu : 36,6ºC
St. Obstetrik
PL : FUT 2 jbpst, kontraksi baik, perdarahan (+)
A P1A0post partus ekstraksi forcep a/i kala II lama, neonatus hidup
P - Observasi tanda perdarahan
- IVFD RL gtt xx/menit
- Vulva hygiene
- Medikamentosa : Cefadroxil 2 x 500 mg
Asam Mefenamat 3 x 500 mg

Laboratorium Post Partum( 20 Mei pukul 19.00 )


No Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
1 Hb 8.6 g/dL 11.7-15.5 g/Dl
2 Eritrosit 3.02 106/mm3 4,0- 5,7 106/mm3
3 Leukosit 16.9 103/mm3 4.5-11.0 103/mm3
4 Hematokrit 25 % 35-45 %
5 Trombosit 230x103/µL 150-450x103/µL
6 Basofil 0% 0-1%
7 Eosinofil 0% 1-6%
8 Neutrofil 80 % 50-70%
9 Limfosit 12 % 20-40 %
10 Monosit 8% 2-8 %
8

Follow Up 3 Maret 2018 pukul 07.00


S Habis melahirkan
O St.Present
Keadaan umum : baik
Sensorium : compos mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Resp rate : 18 x/menit
Suhu : 36,6ºC
St. Obstetrik
PL : FUT 2 jbpst, kontraksi baik, perdarahan (-)
A P1A0 post partus ekstraksi forcep, anemia sedang, neonatus hidup 1
hari
P - Observasi tanda perdarahan
- IVFD RL gtt xx/menit
- Vulva hygiene
- Medikamentosa : Cefadroxil 2 x 500 mg
Asam Mefenamat 3 x 500 mg
Maltofer 1x 100 mg (po)

Follow Up 4 Maret pukul 07.00


S Habis melahirkan
O St.Present
Keadaan umum : baik
Sensorium : compos mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Resp rate : 20 x/menit
Suhu : 36,5ºC
St. Obstetrik
PL : FUT 2 jbpst, kontraksi baik, perdarahan (-)
A P1A0 post partus ekstraksi forcep, anemia sedang, neonatus hidup 2
hari
P - Observasi tanda perdarahan
- IVFD RL gtt xx/menit
- Vulva hygiene
- Medikamentosa : Cefadroxil 2 x 500 mg
Asam Mefenamat 3 x 500 mg
Maltofer 1x 100 mg (po)
9

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi
Partus lama disebut juga “distosia”, didefinisikan sebagai persalinan yang
abnormal atau sulit.Partus lama dapat terjadi pada kala I maupun kala II.Pada kala
II memanjang diawali dengan pembukaan serviks telah lengkap dan berakhir
dengan keluarnya janin. Median durasinya adalah 50 menit untuk nulipara dan 20
menit untuk multipara.2
Pada ibu dengan paritas tinggi yang vagina dan perineumnya sudah
melebar, dua atau tiga kali usaha mengejan setelah pembukaan lengkap mungkin
cukup untuk mengeluarkan janin. Sebaliknya pada seorang ibu dengan panggul
sempit atau janin besar, atau dengan kelainan daya ekspulsif akibat anesthesia
regional atau sedasi yang berat maka kala II dapat saja memanjang.2

3.2. Epidemiologi
Di Indonesia partus lama masih merupakan masalah penting yang harus
ditanggulangi karena partus lama sampai dengan partus kasep dapat menyebabkan
peningkatan morbiditas dan mortalitas bagi ibu dan bayi.Di negara berkembang
angka kematian ibu melahirkan hampir mencapai setengah juta per tahun dimana
di Indonesia merupakan angka tertinggi di Asia Tenggara yakni 39.000 kematian
ibu per tahun. Menurut survey kesehatan rumah tangga (SKRT) 1986 proporsi
kematian ibu adalah 450 per 100.000 kelahiran hidup dan menurut SKRT 1992
10

proporsi kematian ibu adalah 421 per 100.000 kelahiran hidup. Proporsi terbanyak
kematian ibu paling banyak disebabkan karena perdarahan, partus kasep, partus
lama, serta hipertensi.

3.3. Faktor Predisposisi

Penyebab partus lama adalah multi kompleks, yang berhubungan dengan


pengawasan pada waktu hamil dan penatalaksanaan pertolongan persalinan.
Penatalaksanaan persalinan yang tidak adekuat, dapat disebabkan oleh :4
- ketidaktahuan
- ketidaksabaran
- keterlambatan merujuk
Terdapat beberapa faktor yang merupakan faktor predisposisi untuk
terjadinya partus lama antara lain :4

1.Faktor tenaga (Power)


His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan bahwa
rintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan, tidak dapat
diatasi, sehingga persalinan mengalami hambatan atau kemacetan.
Kelainan his terutama ditemukan pada primigravida, khususnya
primigravida tua. Pada multipara lebih banyak ditemukan kelainan yang bersifat
inersia uteri. Faktor herediter mungkin juga memegang peranan dalam his. Faktor
emosi, ketakutan, dan ibu yang mengalami ansietas juga memegang peranan
penting. Salah satu sebab yang penting dalam kelainan his, khususnya inersia
uteri, ialah apabila bagian bawah janin tidak berhubungan rapat dengan segmen
bawah uterus seperti misalnya pada kelainan letak janin atau pada disporposi
sefalopelvik. Peregangan rahim yang berlebihan pada kehamilan ganda maupun
hidramnion juga dapat merupakan penyebab dari inersia uteri yang murni.
Gangguan dalam pembentukan uterus dalam masa embrional, misalnya uterus
bikornis , dapat pula mengakibatkan kelainan his. Akan tetapi pada sebagian
kasus, kurang lebih separuhnya, penyebab inersia uteri ini tidak diketahui.
Kekuatan gaya yang dihasilkan oleh kontraksi otot abdomen dapat
terganggu secara bermakna sehingga bayi tidak dapat lahir secara spontan melalui
vagina. Sedasi berat atau anestesia regional, epidural lumbal, kaudal, atau
intratekal kemungkinan besar mengurangi dorongan refleks untuk mengejan, dan
11

pada saat yang sama mungkin mengurangi kemampuan pasien mengontraksikan


otot-otot abdomen. Pada beberapa kasus, keinginan alami untuk mengejan
dikalahkan oleh menghebatnya nyeri yang timbul akibat mengejan.

2. Faktor panggul (Passege)


Panggul menurut morfologinya dibagi dalam 4 jenis pokok yaitu : panggul
ginekoid, panggul antropoid, panggul android, panggul platipeloid. Pada panggul
dengan ukuran normal, apapun jenis pokoknya, kelahiran pervaginam janin
dengan berat badan yang normal tidak akan mengalami kesukaran. Akan tetapi
karena pengaruh gizi, lingkungan, atau hal-hal lain, ukuran-ukuran panggul dapat
menjadi lebih kecil daripada standar normal, sehingga bisa terjadi kesulitan dalam
persalinan pervaginam. Terutama kelainan pada panggul android dapat
menimbulkan distosia yang sukar diatasi
Di samping panggul-panggul sempit karena ukuran-ukuran pada 4 jenis
pokok tersebut di atas kurang dari normal, terdapat pula panggul-panggul sempit
yang lain, yang umumnya juga disertai perubahan dalam bentuknya. Menurut
klasifikasi yang dianjurkan oleh Munro Kerr, kelainan panggul ini dapat
digolongkan sebagai berikut :
a) Perubahan bentuk karena kelainan pertumbuhan intrauterin :
1. Panggul Naegele
2. Panggul Robert
3. Split pelvis
4. Panggul asimilasi
b) Perubahan bentuk karena penyakit pada tulang-tulang panggul dan/atau
sendi panggul :
1. Rakitis
2. Osteomalasia
3. Neoplasma
4. Fraktur
5. Atrofi,karies, nekrosis
6. Penyakit pada sendi sakroiliaka dan sendi sakrokoksigea
c) Perubahan bentuk karena penyakit tulang belakang :
1. Kifosis
2. Skoliosis
12

3. Spondilolistesis
d) Perubahan bentuk karena penyakit kaki :
1. koksitis
2. luksasio koksa
3. atrofi atau kelumpuhan satu kaki
Pemeriksaan umum kadang-kadang membawa pikiran ke arah kemungkinan
kesempitan panggul.Sebagaimana adanya tuberculosis pada kolumna vertebra
atau pada panggul, luksasio koksa kengenitalis dan poliomyelitis dalam anamnesis
member petunjuk pentingkan.Pengukuran panggul (pelvimetri) merupakan catra
pemeriksaan yang penting untuk mendapatkan keterangan lebih banyak tentang
keadaan panggul. Pelvimetri luar tidak banyak artinya, kecuali untuk pengukuran
pintu bawah panggul, dan dalam beberapa hal penting seperti panggul miring.
Pelvimetri dalam dengan tangan mempunyai arti yang penting untuk menilai
secara agak kasar pintu atas panggul serta panggul tengah dan untuk member
gambaran yang jelas mengenai pintu bawah panggul. Keadaan panggul
merupakan faktor penting dalam kelangsungan persalinan, tetapi yang tidak
kurang penting ialah hubungan kepala janin dengan panggul ibu.Besarnya kepala
janin dalam perbandingan dengan luasnya panggul ibu menentukan adanya
disproporsi sepalopelvik atau tidak.Pada hamil tua dengan janin dalam presentasi
kepala dapat dinilai agak kasar adanya disproporsi sepalopelvik dan kemungkinan
mengatasinya. Salah satu pemeriksaan yang dikenal adalah metode Muller
Munrokerr yaitu tangan yang satu memegang kepala janin dan menekannya
kearah rongga panggul sedang dua jari tangan yang lain dimasukkan kedalam
rongga vagina untuk menentukan sampai seberapa jauh kepala mengikuti tekanan
tersebut. Kesempitan panggul dapat ditemukan pada satu bidang atau
lebih.Kesempitan pada panggul tengah umumnya juga disertai kesempitan pintu
bawah panggul.
Kesempitan Pada Pintu Atas Panggul
Pintu atas panggul dikatakan sempit apabila konjugata vera kurang dari 10
cm atau diameter transfersal kurang dari 12 cm. kesempitan pada konjugata vera
pada umumnya lebih menguntungkan daripada kesempitan pada semua ukuran
(panggul sempit seluruhnya) oleh karena pada panggul sempit kemungkinan lebih
besar bahwa kepala tertahan oleh pintu atas panggul, maka dalam hal ini servik
13

uteri kurang mengalami penekanan kepala. Hal ini dapat mengakibatkan inersia
uteri serta lambannya pendataran dan pembukaan servik.
Kesempitan Panggul Tengah
Dengan sacrum melengkung sempurna dinding-dinding panggul tidak
berkonvegensi, foramen ischiadikus mayor cukup luas dan spina ischiadika tidak
menonjol kedalam dan dapat diharapkan bahwa panggul tengah tidak akan
menyebabkan rintangan bagi lewatnya kepala janin. Ukuran terpenting yang
hanya bisa ditetapkan dengan pelvimetrirontenologik ialah distansia interpinarum.
Apabila ukuran ini kurang dari 9,5 cm perlu kita waspada terhadap kemungkinan
kesukaran pada persalinan, apalagi bila diameter sagitalis posterior pendek pula.
Pada panggul tengah yang sempit, lebih sering ditemukan posisi oksipitalis
posterior persisten atau presentasi kepala dalam posisi lintang tetap (tranverse
arrest).
Kesempitan Pintu Bawah Panggul
Pintu bawah panggul tidak merupakan bidang yang datar, tetapi terdiri atas
segi tiga depan dan segi tiga belakang yang mempunyai dasar yang sama, yakni
distansia tuberum. Apabila ukuran yang terakhir ini lebih kecil daripada biasa,
maka sudut arkus pubis mengecil pula (kurang dari 80 ').Agar supaya dalam hal
ini kepala janin dapat lahir, diperlukan ruangan yang lebih besar pada belakang
pintu bawah panggul.Dengan diameter sagitalis posterior yang cukup panjang,
persalinan pervaginam dapat dilaksanakan, walaupun dengn perlukaan luas pada
perineum.
Apabila persalinan dengan disproporsi sefalopelvik dibiarkan berlangsung
sendiri tanpa pengambilan tindakan yang tepat, timbul bahaya bagi ibu dan janin.
Bahaya bagi ibu antara lain dapat terjadi partus lama yang disertai pecahnya
ketuban pada pembukaan kecil, dapat menimbulkan dehidradrasi serta asidosis
dan infeksi intrapartum. Dengan his yang kuat sedang kemajuan janin dalam jalan
lahir tertahan, dapat timbul regangan segmen bawah rahim dan pembentukan
lingkaran retraksi patologis (bandl) yang mengancam timbulnya rupture uterus.
Selain itu, disproposi ini, jalan lahir pada suatu tempat dapat mengalami suatu
penekanan yang lama sehingga terjadi iskemia dan nekrosis pada tempat
tersebut.Sedangkan bahaya bagi janin dapat menimbulkan kematian perianal,
prolapsus funikuli serta dapat menimbulkan moulage pada kepala janin.
14

3. Faktor janin (Passanger)


o Terdapat adanya kelainan letak seperti misalnya posisi oksipital posterior
persisten ( POPP ), presentasi puncak kepala, presentasi muka, presentasi
dahi, letak sungsang, presentasi ganda.
o Terdapat kelainan dalam bentuk janin seperti misalnya pertumbuhan janin
yang berlebihan, hidrosefalus, kelainan bentuk janin antara lain seperti
janin kembar melekat, janin dengan perut besar. Tumor lain pada janin.

4. Faktor penolong (Provider) : pimpinan persalinan yang salah


15

3.4 Gejala Klinis


1. Tanda-tanda kelelahan ibu dan dehidrasi
o Nadi cepat dan lemah
o Perut kembung
o Demam
o His hilang dan lemah
2. Vulva edema
3. Kaput suksedanium yang besar
4. Tanda infeksi intra uteri
Kriteria “ Gibss” :
Temperatur rektal ≥ 37,8 °C disertai dengan 2 atau lebih tanda-tanda berikut :
o Maternal takikardi (> 100 x / menit)
o Fetal takikardi ( > 160 x / menit )
o Uterine tanderness
o Foul odour of amniotic fluide
o Maternal leukositosis ( > 15000 cell/ mm3 )
5. Tanda-tanda ruptur uteri
o Perdarahan melalui ostium uteri eksternum
o His menghilang
o Bagian janin mudah teraba dari luar
o Pemeriksaan dalam : bagian terendah janin mudah di dorong ke atas
o Robekan dapat meluas sampai serviks san vagina
6. Tanda-tanda gawat janin
o Air ketuban bercampur mekonium
o Denyut jantung janin bradikardi/ takikardi/ ireguler
o Gerak anak berkurang

3.5 Diagnosis
Diagnosis dari partus kala II lama dapat ditegakkan berdasarkan hasil
observasi yang melewati garis tindakan pada partograf WHO. Selain itu terdapat
tanda-tanda klinis yang dapat membantu diagnosis.
16

1. Adanya tanda-tanda dan gejala klinis partus lama seperti :


o Ibu kelelahan dan dehidrasi
o Vulva edema
o Demam atau febris
o Kaput suksedanium
o Ruptur uteri iminen
o Ibu kesakitan ( perut bagian bawah )
o Nadi cepat
o Lingkaran bandle ( cincin retraksi patologis )
o Urin warna merah ( gross hematuri )
2. Adanya komplikasi pada ibu seperti :
o Gangguan keseimbangan asam basa atau elektrolit dan asidosis
o Infeksi intrauterin sampai sepsis
o Dehidrasi sampai syok
o Robekan jalan lahir sampai robekan rahim ( ruptur uteri )
3. Adanya komplikasi pada janin seperti :
o Caput susedanium
o Moulage kepala janin
o Infeksi pneumonia
o Gawat janin ( fetal distress)
o Kematian janin

3.6 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan partus kala II lama antara lain :


1. Memperbaiki keadaan umum ibu :
o koreksi cairan ( rehidrasi )
o koreksi keseimbangan asam basa
o koreksi keseimbangan elektrolit
o pemberian kalori
o mengatasi infeksi
o penurunan panas
a. pasang infus dan kateter urin
17

b. pemberian cairan, kalori, dan elektrolit


- infus ringer laktat, kalori dan elektrolit
- infus dekstrose 5 % 250 cc, tetes cepat. Cairan dapat diberikan
menurut kebutuhan
c. koreksi asam basa dengan pengukuran CO2 darah PH ( bila perlu )
d. pemberian antibiotik spektrum luas`secara parenteral
- injeksi ampicillin 1 gram / 6 jam. Injeksi gentamycin 80 mg/ 12
jam dan metronidazole rektal suppositoria 1 gram / 12 jam selama
3 hari, dilanjutkan amoksisilin 3 x 500 mg / hari selama 2 hari
- injeksi Ceftriaxon 1 gram / hari selama 3 hari dilanjutkan dengan
amoksisilin 3 x 500 mg / hari selama 2 hari
e. penurun panas
- injeksi xylomidon 2 cc intra muskular
- kompres dingin

2. Terminasi persalinan
a. Bila syarat persalinan pervaginam memenuhi, dilakukan ekstraksi
vakum atau ekstraksi forseps atau embriotomi
b. Bila syarat persalinan pervaginam tidak terpenuhi maka dilakukan
seksio sesaria

3.7 Komplikasi
Komplikasi yang ditimbulkan pada partus kala II lama yaitu :2
1. Komplikasi pada janin seperti :
a. Kaput Suksedanium yang besar
Apabila panggul sempit, sewaktu persalinan sering terjadi kaput
suksedanium yang besar di bagian terbawah kepala janin. Kaput ini dapat
berukuran cukup besar dan menyebabkan kesalahan diagnostic yang serius.Kaput
dapat hampir mencapai dasar panggul sementara kepala sendiri belum cakap.
Biasanya kaput suksedanium, bahkan yang besar sekalipun akan menghilang
dalam beberapa hari.
b. Molase Kepala Janin
Akibat tekanan his yang kuat, lempeng-lempeng tulang tengkorak saling
18

bertumpang tindih satu sama lain di sutura-sutura besar, suatu proses yang disebut
molase (moulding). Biasanya batas median yang berkontak dengan promontorium
bertumpang tindih dengan tulang di sebelahnya, hal yang sama terjadi pada
tulang-tulang frontal. Namun tulang oksipital terdorong ke bawah tulang
parietal.Perubahan ini sering tidak menimbulkan kerugian yang nyata, namun
apabila distorsi yang terjadi mencolok, molase dapat menyebabkan robekan
tentorium.Faktor yang berkaitan dengan molase yakni nuliparitas, stimulasi
persalinan dengan oksitosin dan pengeluaran janin dengan ekstraksi vakum.
c. Fetal distress
Persalinan yang lama dapat menyebabkan hipoksia, asidosis pada janin,
infeksi intrauterine yang akan menyebabkan kegawatan pada janin dimana hal
tersebut diketahui dari hasil pantauan denyut jantung janin yang meningkat
(takikardi), tidak teratur atau dengan kardiotokografi ditemukan hasil yang
patologis berupa takikardi yang selanjutnya diikuti deselerasi lambat.
d. Kematian janin
2. Komplikasi pada ibu seperti :
a. vagina atau vulva edema
b. porsio edema
c. ruptur uteri
d. infeksi jalan lahir sampai sepsis
e. ketuban hijau
f. perdarahan post partum
g. fistula vesiko vaginalis dan vistula rekto vaginalis

3.8 Prognosis
Prognosis dari partus kala II lama ini ditentukan oleh kecepatan dan
ketepatan dalam mendiagnosis serta menanganinya. Semakin lama partus tersebut
berlangsung, maka semakin besar kemungkinan terjadinya partus lama dan
semakin banyak komplikasi yang ditimbulkan baik pada ibu maupun pada
janinnya hingga terjadinya partus kasep.
19

3.9 Ekstraksi Forceps


Ekstraksi forceps adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan
dengan tarikan forceps yang dipasang di kepala janin.
Forceps
Forceps terdiri dari dua sendok, sendok kanan dan sendok kiri
Sendok kanan / forceps kanan adalah forcep yang dipegang di tangan kanan
penolong dan dipasang di sebelah kanan ibu.
Sendok kiri / forceps kiri adalah forcep yang dipegang di tangan kiri penolong
dan dipasang di sebelah kiri ibu.

- Daun forceps: bagian yang dipasang di kepala janin saat


melakukan ekstraksi forceps. Terdiri dari dua lengkungan (curve),
yaitu lengkung kepala janin (cephalic curve) dan lengkung panggul
(cervical curve).
- Tangkai forceps: adalah bagian yang terletak antara daun forceps
dan kunci forceps.
- Kunci forceps: kunci forceps ada beberapa macam, ada yang
interlocking, system sekrup, dan system sliding.
- Pemegang forceps, bagian yang dipegang penolong saat melakukan
ekstraksi.
20

Indikasi Dalam Melakukan Ekstraksi Forceps:


1. Indikasi Relatif
Pada indikasi relatif, forceps dilakukan secara elektif (direncanakan), ada dua:
1.1. Indikasi menurut De Lee
Forceps dilakukan secara elektif, asal syarat untuk melakukan ekstraksi
terpenuhi
1.2. Indikasi menurut Pinard
Indikasi menurut Pinard hampir sama dengan menurut De Lee, namun ibu
harus dipimpin dulu mengejan selama 2 jam.
2. Indikasi Absolut
2.1. Indikasi Ibu : Ekstraksi forceps dilakukan pada ibu-ibu dengan
keadaan pre-eklampsi, eklampsi, atau ibu-ibu dengan penyakit jantung,
paru, partus kasep.
2.2. Indikasi Janin: pada keadaan gawat janin
2.3. Indikasi waktu: pada kala dua lama
Jenis Ekstraksi Forceps Menurut Pemasangannya:
1. High Forceps
Forceps yang dilakukan pada saat kepala janin belum masuk pintu atas
panggul (floating). Saat ini tidak dilakukan lagi karena sangat berbahaya bagi
janin ataupun ibu. Sectio cesarean lebih direkomendasikan
2. Mid Forceps
Forceps yang dilakukan pada saat kepala janin sudah masuk pintu atas
panggul (engaged), namun belum mencapai dasar panggul. Saat ini tidak
dilakukan lagi. Sectio Cesarea ataupun vakum lebih direkomendasikan
3. Low Forceps/ Outlet Forceps
Forceps yang dilakukan pada saat kepala janin sudah mencapai dasar
panggul. Cara ini yang masih sering dipakai hingga saat ini
Syarat Dalam Melakukan Ekstraksi Forceps:
1. Pembukaan lengkap
2. Presentasi belakang kepala
3. Panggul luas / tidak ada DKP
21

4. Ketuban sudah pecah


5. Kepala sudah engaged, sudah berada di dasar panggul
6. Janin tunggal hidup
Cara Pemasangan Forceps :
1. Pemasangan sefalik (Cephalic forceps)
Dimana forceps dipasang biparietal, atau sumbu panjang forceps sejajar
dengan diameter mento-occiput kepala janin. Pemasangan sefalik adalah cara
yang paling aman baik untuk ibu maupun janin
2. Pemasangan pelvic (Pelvic forceps)
Dimana pemasangannya dalam keadaan sumbu panjang forceps sejajar
dengan sumbu panjang panggul.
Pemasangan forceps yang sempurna , jika memenuhi kriteria berikut:
1. Forceps terpasang biparietal kepala , atau sumbu panjang forceps sejajar
dengan sumbu diameter mento-oksiput kepala janin, melintang terhadap
panggul
2. Sutura sagitalis berada di tengah kedua daun forceps yang terpasang, dan
tegak lurus dengan forceps
3. Ubun ubun kecil berada kira-kira 1 cm di atas bidang tersebut
Persiapan dalam ekstraksi forceps:
1. Persiapan ibu :
a. Litotomi set,
b. Forceps,
c. Vulva dicukur,
d. Kandung kemih dikosongkan,
e. Infuse bila diperlukan,
f. Narkose,
g. Gunting episiotomy
h. Hecting set
i. Uterotonika
2. Persiapan untuk janin
a. Kain bersih
22

b. Alat resusitasi
3. Persiapan untuk dokter
a. Alat pelindung diri
b. Ilmu pengetahuan yang cukup
Prosedur/ Langkah Dalam Melakukan Forceps:
1. Membayangkan forceps sebelum dipasang
2. Memasang forceps
3. Mengunci forceps
4. Memeriksa kembali pemasangan
5. Traksi percobaan
6. Traksi definitif
7. Melepaskan forceps
1. Membayangkan
Setelah persiapan selesai, penolong berdiri di depan vulva , memegang
kedua forceps dalam keadaan tertutup dan membayangkan bagaimana forceps
terpasang pada kepala

2. Memasang forceps
Pada pasien ini UUK janin adalah UUK kanan depan, jadi forceps yang
dipasang adalah forceps kiri terlebih dahulu, yaitu forceps yang dipegang tangan
kiri penolong dan dipasang di sisi kiri ibu.
Forceps kiri dipegang dengan cara seperti memegang pensil, dengan
tangkai forceps sejajar dengan paha kanan ibu, sambil empat jari tangan kanan
23

penolong masuk ke dalam vagina. Forceps secara perlahan dipasang dengan


bantuan ibu jari tangan kanan.Jadi bukan tangan kiri yang mendorong forceps
masuk ke dalam vagina.
Setelah forceps kiri terpasang, asisten membantu memegang forceps kiri
tersebut agar tidak berubah posisi.Dan penolong segera memasang forceps kanan,
yaitu forceps yang dipegang oleh tangan kanan penolong, dan dipasang di sisi
kanan ibu.Forceps kanan dipegang seperti memegang pensil, dengan tangkai
forceps sejajar dengan paha kiri ibu, sambil empat jari tangan kiri penolong masuk
ke dalam vagina.Forceps dipasang dengan tuntunan ibu jari tangan kiri penolong.
Setelah forceps terpasang , dilakukan penguncian

3. Penguncian Forceps
Penguncian dilakukan setelah forceps terpasang.Bila penguncian sulit
dilakukan, jangan dipaksa, tapi periksa kembali apakah pemasangan telah benar,
dan dicoba pemasangan ulang. Apabila forceps kir yang dipasang duluan, maka
penguncian dilakukan secara langsung, dan bila forceps kanan yang dipasang
duluan , maka forceps dikunci secara tidak langsung.
24

4. Pemeriksaan Ulang
Setelah forceps terpasang dan terkunci, dilakukan pemeriksaan ulang,
apakah forceps telah terpasang dengan benar, dan tidak ada jalan lahir / jaringan
yang terjepit
5. Traksi Percobaan
Setelah yakin tidak ada jaringan yang terjepit, maka dilakukan traksi
percobaan. Penolong memegang pemegang forceps dengan kedua tangan , sambil
jari telunjuk dan tengah tangan kiri menyentuh kepala janin, lalu dilakukan
tarikan. Apabila jari telunjuk dan tengan tangan kiri tidak menjauh dari kepala
janin, berarti forceps terpasang dengan baik, dan dapat segera dilakukan traksi
definitive.Apabila jari telunjuk dan tengah tangan kiri menjauh dari kepala janin,
berarti forceps tidak terpasang dengan baik, dan harus dilakukan pemasangan
ulang.
25

6. Traksi defrinitif
Traksi definitive dilakukan dengan cara memegang kedua pemegang
forceps dan penolong melakukan traksi. Traksi dilakukan hanya menggunakan
otot lengan. Arah tarikan dilakukan sesuai dengan bentuk panggul. Pertama
dilakukan tarikan forceps ke bawah, sampai terlihat occiput sebagai hipomoklion,
lalu tangan kiri segera menahan perineum saat kepala meregang perineum.
Kemudian dilakukan traksi ke atas hanya dengan menggunakan tangan kanan
sambil tangan kiri menahan perineum. Kemudian lahirlah dahir, mata, hidung,
mulut bayi.
26

7. Melepaskan forceps
Setelah kepala bayi lahir, maka forceps dilepaskan dan janin dilahirkan
seperti persalinan biasa.

Pemasangan Forceps dikatakan gagal apabila:


1. Forceps tidak dapat dipasang
2. Forceps tidak dapat dikunci
3. Tiga kali traksi janin tidak lahir

Komplikasi ekstraksi forceps:


Terhadap Ibu: perdarahan, trauma jalan lahir, infeksi
Terhadap janin: fraktur tulang kepala, cedera cervical, lecet pada muka, asfiksia
27

BAB IV
ANALISA KASUS

Ny. S, usia 22 tahun, alamat di Seberang Ulu I, datang dengan 2 jam


SMRS telah dipimpin oleh bidan tetapi bayi belum lahir-lahir, semakin lama
semakin kuat, keluar darah lendir (+). Pada pemeriksaan obstetrikus, pemeriksaan
luar didapatkan FUT 3jbpx (31cm), memanjang, puka, kepala, 3/5, his
(+)2x/10’/10”, DJJ 136x/menit, TBJ 2635 gram. Pada vaginal toucher didapatkan
Portio tidak teraba, pembukaan lengkap, ketuban (-),kepala, penunjuk UUK kanan
depan. Pasien ini diassesment G1P0A0 hamil 39 minggu inpartu kala II JTH
preskep.
Tatalaksana selanjutnya, diobservasi tanda vital, DJJ serta his serta
dievaluasi kemajuan persalinan. Pada evaluasi kemajuan persalinan, pembukaan
serviks lengkap, ketuban sudah pecah, namun his tidak adekuat. Dilakukan
pimpinan persalinan pervaginam spontan namun janin tak lahir selama ≥ 1 jam.
Hal ini menunjukkan bahwa pasien kala II lama. Penyebab terjadinya partus tak
maju karena passege (disproporsi sevalopelvik), power (kelainan his), passenger
(janin besar) pada pasien ini penyebabnya karena power (his yang tidak adekuat).
Pasien dilakukan ekstraksi forcep.
Ektraksi forcep adalah tindakan persalinan buatan dimana janin dilahirkan
dengan tarikan forcep yang dipasang di kepala janin. Indikasi persalinan dengan
ektraksi forcep adalah indikasi ibu, janin dan waktu. Indikasi forcep pada pasien
ini memenuhi waktu yaitu kala II lama. Pasien ini dilakukan ekstraksi forcep telah
memenuhi semua syarat-syaratnya yaitu, pembukaan serviks lengkap, presentasi
kepala, ketuban sudah pecah, tidak ada disproporsi sevalopelvik, kepala janin
sudah berada di hodge III+, posisi kepala diketahui.
Lahir neonatus hidup, laki-laki, BB 3100 gr, PB: 49 cm, Apgar Score 8/9.
Setelah itu dilakukan manajemen aktif kala III, injeksi oksitosin 10 IU im,
peregangan tali pusat terkendali, massase fundus uteri. Plasenta lahir lengkap,
perdarahan aktif (-).
28

DAFTAR PUSTAKA

1. Keman K. Fisiologi dan mekanisme persalinan normal. Saifuddin AB,


Rachimhadhi T, Wiknjosastro GH (editor),In: Ilmu Kebidanan, Edisi
Keempat. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 2010.
2. Mose J, Alamsyah M. Persalinan Lama. Saifuddin AB, Rachimhadhi T,
Wiknjosastro GH (editor),In: Ilmu Kebidanan, Edisi Keempat. Jakarta: PT
Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 2010.
3. Supono. Ilmu Kebidanan: Bagian Fisiologi. Ed. Pertama. Palembang:
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.1985.
4. Supono. Ilmu Kebidanan: Bagian Patologi. Ed. Pertama. Palembang:
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. 1985.
5. Dasar – Dasar Phantom Obgyn. Palembang: Universitas Sriwijaya.
6. Cunningham FG et al. Forceps delivery and vacuum extraction. In :
Cunningham FG et al ed. Williams Obstetrics 21st edition. New York : Mc
Graw Hill, 2001 : 458-508.
7. Ekstraksi Forceps. Diakses tanggal 1 Juni 2017. Available at:
http://www.emir-fakhrudin.com/2009/12/ekstraksi-forceps.html
8. Christopher P. Crum. The Female Genital Tract. In: Ramzi S. Cotran, Vinay
Kumar, Tucker Collins. Pathologic Basis of Disease.7th ed. Philadelphia:
WB. Saunders 2004; 1079-80.
9. Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana Pasca Persalinan di Fasilitas
Kesehatan (BKKBN dan Kemenkes R.I., 2012
10. Winkjosastro,Gulardi Hanifa. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal)
11. Saifuddin,Abdul Bari. 2002. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal

Anda mungkin juga menyukai