INFERTILITAS
ET CAUSA SINDROM KALLMANN
Oleh:
Utami Dian Rana, S.Ked 04054822022092
Chindy Oktrisna Putri, S.Ked 04054822022052
Fahira Anindita, S.Ked 04054822022196
Vincent Scorsinni, S.Ked 04054822022081
Muhammad Musa, S.Ked 04054822022121
Sherly Malakiano, S.Ked 04054822022022
Pembimbing:
dr. R. M. Aerul Cakra Alibasyah, SpOG (K)
Laporan Kasus
Oleh:
Utami Dian Rana, S.Ked 04054822022092
Chindy Oktrisna Putri, S.Ked 04054822022052
Fahira Anindita, S.Ked 04054822022196
Vincent Scorsinni, S.Ked 04054822022081
Muhammad Musa, S.Ked 04054822022121
Sherly Malakiano, S.Ked 04054822022022
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian/Departemen Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang
Periode 18 Agustus s.d. 21 September 2020
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah S.W.T. karena berkat rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul Anemia dalam
Kehamilan.
Laporan kasus ini merupakan salah satu syarat kepaniteraan klinik di
Bagian/Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang/Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. R. M. Aerul Cakra Alibasyah,
SpOG (K) selaku pembimbing yang telah memberikan masukan dan pengayaan
selama penulisan dan penyusunan laporan kasus ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan
kasus ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak sangat penulis
harapkan. Semoga laporan kasus ini dapat memberi manfaat bagi pembaca.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
Bab I Pendahuluan..........................................................................................1
Bab II Status Pasien..........................................................................................3
Bab II Tinjauan Pustaka.................................................................................10
Bab II Analisis Kasus.....................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................23
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
untuk membawa kehamilan kepada kelahiran hidup. Infertilitas terdiri dari
infertilitas primer dan sekunder, infertilitas primer dimana pasangan yang gagal
untuk mendapatkan kehamilan sekurang-kurangnya dalam satu tahun
berhubungan seksual secara teratur tanpa kontrasepsi dengan angka kejadian
sebanyak 62,0% dan infertilitas sekunder yaitu ketidakmampuan seseorang
memiliki anak atau mempertahankan kehamilannya dengan angka kejadian
sebanyak 38,0%.
Berdasarkan uraian di atas, pada makalah ini akan dipaparkan laporan kasus
sindrom Kallman dengan infertilitas sehingga diharapkan melalui tulisan ini
pembaca dapat memahami kasus infertilitas dengan sindrom Kallman mulai dari
definisi hingga prognosis dan implementasi nya pada simulasi pasien.
2
BAB II
STATUS PASIEN
I. IDENTIFIKASI
Alamat : Palembang
Warga Negara : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Wiraswasta
Keluhan Utama
Keluhan Tambahan
Tidak bisa membedakan antara bau wangi dan tidak wangi sejak kecil.
3
Pasien mengeluhkan tidak mampu untuk ereksi dan ejakulasi. Ketidakmampuan
ereksi tidak bisa dilakukan baik saat masturbasi maupun dengan bantuan materi
pornografi. Pada saat pagi hari pasien tidak ada ereksi. Sejak lahir, orangtua
pasien memperhatikan hanya sedikit peningkatan ukuran penis pasien tidak
sebanding dengan usianya. Pasien memiliki ukuran penis yang kecil. Pasien juga
mengeluhkan tidak memiliki kemampuan untuk mencium wewangian sejak kecil.
Pasien di sunat pada usia 5 tahun. Pada saat sekolah pasien memiliki kemampuan
akademis rata-rata. Pasien merupakan anak keempat dari enam bersaudara.
Kakak dan adik pasien memiliki perkembangan yang normal dan sehat. Pada saat
ibu hamil dan persalinan tidak ada masalah. Saat lahir, ayah dan ibu pasien
masing-masing berumur 31 dan 28 tahun, tanpa riwayat kekerabatan. Riwayat
keluarganya tidak mengidentifikasi kelainan apapun kecuali ibunya memiliki
riwayat epilepsi terkontrol. Keluarga memperhatikan keterlambatan yang jelas
dari pasien. Gejala lain seperti gangguan pendengaran, kelainan bentuk ginjal,
kelainan bentuk jari, celah langit-langit atau gigi yang hilang disangkal.
4
Riwayat alergi tidak ada
Riwayat Pengobatan
Tidak ada.
Suhu : 36,7oC
5
BB : 55,1 kg
TB : 184 cm
Telinga : Deformitas (-), MAE lapang, sekret (-), tophi (-), nyeri
tekan processus mastoideius (-), pendengaran tidak dinilai.
Mulut : Perdarahan di gusi (-), sianosis (-), mukosa mulut dan bibir
kering (-), fisura (-), cheilitis (-)
6
Leher
Thorax
Paru
Jantung
Abdomen
7
Inspeksi : Datar, lemas, simetris, lihat pemeriksaan ginekologi
Pemeriksaan Luar
Pemeriksaan Penis:
Palpasi : Penis lembek, dengan panjang 2,3 cm, volume sangat kecil
dengan volume kanan 0,5 cc dan kiri 0,3 cc. Skrotum
normal pada kedua sisi.
8
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium (26 Agustus 2020 Palembang)
Hormonal
9
Karyotype 46XY
Pemeriksaan Osteodensitometri
DIAGNOSIS KERJA
Sindrom Kallmann
10
V. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia
Quo ad functionam : dubia
Quo ad sanationam : malam
11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1.2. Epidemiologi
3.1.3. Etiologi
Sindrom Kallmann terjadi karena kerusakan pada neuron GnRH dari
hipotalamus atau diferensiasi dan migrasi ke hipotalamus selama perkembangan
embrio. Penyebab sindrom Kallmann bersifat genetik dengan pola pewarisan
terkait X, autosomal dominan atau resesif autosom namun bisa juga terjadi karena
hasil dari banyak mutasi gen yang berbeda. Faktor genetik yang menyebabkan
defisit gonadotropin dapat mempengaruhi hipotalamus atau hipofisis. Sindrom
12
Kallmann berkaitan dengan gen ANOS1 dan FGFR1, PROK2, PROKR2, FGF8
dan CHD7 namun 35-45% kasus sindrom Kallmann tidak dijelaskan oleh kelainan
genetik yang teridentifikasi saat ini.8,9
13
3.1.4. Patofisiologi
14
yang memberikan informasi arah ke sel yang bermigrasi. Berbagai
neurotransmitter terlibat dalam regulasi migrasi neuron olfaktorius, neuron
serebelar, neuron hipokampus, interneuron GABA-ergic dan neuron utama
kortikal.11
15
Defisiensi endokrin dapat mengakibatkan rendahnya spermatogenesis dan
rendahnya sekresi testosteron karena rendahnya sekresi LH dan FSH. Setelah
mengeksklusi bentuk sekunder (obat, hormon, tumor), pilihan terapi tergantung
dari tujuan terapi apakah untuk mencapai tingkat androgen yang normal atau
mencapai fertilitas.13
3.1.5. Manifestasi Klinis
Sindrom Kallman ditandai dengan kurangnya pematangan seksual selama
masa pubertas. Tanda-tanda ini bisa termasuk kurangnya perkembangan testis
yang ditentukan oleh volume testis pada pria, dan kegagalan untuk memulai
menstruasi (amenore) pada wanita. Karakteristik seksual sekunder yang
didefinisikan dengan buruk dapat mencakup kurangnya rambut kemaluan dan
kelenjar susu yang belum berkembang. Mikropenis juga dapat ditemukan pada
sebagian kecil kasus pria, sedangkan kriptorkismus atau testis yang tidak turun
mungkin telah ada saat lahir.5
Pria dengan kondisi hypogonadotropic hypogonadism delayed memiliki
libido yang berkurang disertai dengan penambahan berat badan, impotensi
seksual, sensasi panas atau gerah. Sering kali pasien dengan sindrom Kallman
yang terlambat diberikan terapi akan mengalami infertilitas. Infertilitas merupakan
salah satu keluhan paling sering dialami oleh pasien.14
Selain defisit reproduksi, terdapat ciri non reproduksi yang menjadi ciri dari
sindrom Kallmann yaitu anosmia atau hiposmia. Sekitar 60% dari pasien dengan
defisiensi GnRH disertai dengan gangguan indera penciuman dan dapat di
identifikasi memiliki sindrom Kallmann. Terdapat juga ciri lainnya seperti celah
langit-langit dan bibir, hipodonsia, sinkinesis dan ataksia, dan sering juga muncul
dengan agenesis ginjal unilateral.2,5
16
3.1.6. Diagnosis
Diagnosis sindrom Kallmann biasanya dilakukan selama masa remaja atau
awal masa dewasa. Gangguan penciuman dapat menjadi salah satu kecurigaan
adanya sindrom Kallmann pada seseorang. Sebagian besar pasien dengan sindrom
Kallmann menunjukkan adanya hipoplasia atau aplasia bulbus olfaktori pada
pemeriksaan MRI otak. Pemeriksaan fisik juga diperlukan terutama pada alat
kelamin (yaitu, pengukuran testis volume menggunakan orchidometer) dan
estrogenisasi (yaitu: staging Tanner untuk menilai perkembangan payudara dan
rambut kemaluan) dengan melihat perkembangan pubertasnya. Penegakan
diagnosis juga dapat dilakukan dengan pemeriksaan bone densitometry,
pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan MRI (Magnetic Resonance Imaging).
1. Tahap perkembangan pubertas menurut Marshall dan Tanner: 15
17
Perkembangan payudara perempuan: payudara dan areola membesar, tidak
ada kontur pemisah.
d. Tahap IV (sekitar usia 13-14 tahun):
Rambut pubis: bentuk dewasa, tapi belum meluas ke medial paha.
Genitalia laki-laki: testis dan skrotum terus membesar, warna kulit
skrotum makin gelap, penis makin membesar baik panjang maupun
diameter.
Perkembangan payudara perempuan: areola dan papilla membentuk bukit
kedua.
e. Tahap V (sekitar usia 15 tahun):
Rambut pubis: bentuk dewasa, meluas ke medial pubis
Genitalia laki-laki: genitalia matur (volume testis> 15mL)
Perkembangan payudara perempuan: bentuk dewasa, papilla menonjol,
areola sebagai bagian dari kontur buah dada.
2. Pemeriksaan Bone Densitometry
18
18 pasien dengan sindrom Kallmann, tidak memiliki bulbus olfaktorius dan
traktus olfaktorius.17
3.1.8. Tatalaksana
Pengobatan pada sindrom Kallmann bertujuan untuk: mengembalikan
fungsi seksual, libido, menghasilkan dan mempertahankan virilisasi,
mengoptimalkan kepadatan tulang dan mencegah osteoporosis, menormalkan
kadar hormon pertumbuhan dimasa lansia, mempengaruhi risiko penyakit
kardiovaskuler. Penggunaan testosteron pada pria dengan hipogonadisme, dapat
meningkatkan minat seksual, peningkatan jumlah ereksi spontan, karakteristik
seks sekunder seperti peningkatan massa otot, pertumbuhan jenggot, pertumbuhan
rambut pubis dan aksila. Selain itu dapat mengurangi gejala depresi, kemarahan,
kelelahan, dan kebingungan yang biasa menyertai. Berikut adalah tatalaksana
yang dilakukan untuk mengatasi gejala-gejala penderita sindrom Kallmann:15
1. Testosteron Enanthate atau Testosteron Cypionate
19
Testosteron enanthate dan testosteron cypionate adalah ester testosteron
kerja panjang yang tersuspensi dalam minyak untuk memperpanjang durasi
penyerapan. Kadar puncak terjadi sekitar 72 jam setelah injeksi intramuskular
dan diikuti oleh penurunan yang lambat selama 1 hingga 2 minggu berikutnya.
Untuk terapi penggantian androgen lengkap, testosteron enanthate atau
cypionate dengan dosis antara 50 dan 100 mg diberikan intramuskular setiap 7
sampai 10 hari, yang akan mencapai tingkat testosteron yang relatif normal
sepanjang interval waktu antara suntikan. Penggunaan dosis 100 hingga 150
mg testosteron setiap 2 minggu adalah dosis yang bisa ditoleransi. Sebagai
panduan, kadar testosteron harus di atas batas bawah normal, dalam kisaran
250-300 ng/dL, tepat sebelum suntikan berikutnya. Tingkat puncak yang
berlebihan dan efek samping juga harus dipantau dan digunakan untuk
menyesuaikan dosis pengobatan.15,16
2. Stimulasi Gonad
Anak laki-laki dengan onset hipogonadotropik hipogonad sebelum
menyelesaikan perkembangan prepubertas akan memiliki volume testis yang
umumnya lebih kecil dari 5 mL dan biasanya memerlukan hCG dan human
menopausal gonadotropin (atau FSH) untuk menginduksi spermatogenesis.
Pria dengan defisiensi gonadotropin parsial atau yang sebelumnya
(peripubertally) distimulasi dengan hCG dapat memulai dan mempertahankan
produksi sperma hanya dengan terapi hCG. Terapi dengan hCG umumnya
dimulai pada 1.000 hingga 2.000 IU intramuskular dua hingga tiga kali
seminggu ditambah FSH 75 IU dua kali seminggu selama 6 bulan, lalu kontrol
ke dokter kembali setelah 6 bulan terapi.15
3.1.9. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul pada pasien sindrom Kallmann adalah
disfungsi ereksi, infertilitas, osteoporosis, hilangnya libido, tubuh mudah lelah,
massa otot berkurang, dan ginekomastia.19
20
3.1.10. Prognosis
Harapan hidup pasien dengan sindrom Kallmann sangat tinggi yang
dikarenakan sindrom Kallmann tidak berhubungan dengan penurunan harapan
hidup. Namun dengan adanya osteoporosis, dan penurunan kesuburan dapat
mempengaruhi kesehatan dan umur pasien secara tidak langsung.19
21
BAB IV
ANALISIS KASUS
Tn. A, umur 23 tahun, status menikah, datang ke rumah sakit pada tanggal
26 Agustus 2020. Dari hasil anamnesis didapatkan bahwa pasien dengan
keinginan untuk memiliki anak dan mengeluh adanya keterlambatan
perkembangan penis dan testis secara bersamaan. Keluhan pasien lainnya tidak
bisa membedakan antara bau wangi dan tidak wangi sejak kecil. Pasien juga
mengeluhkan tidak mampu untuk ereksi dan ejakulasi. Ketidakmampuan ereksi
tidak bisa dilakukan baik saat masturbasi maupun dengan bantuan materi
pornografi. Pada saat pagi hari pasien tidak ada ereksi. Sejak lahir, orangtua
pasien memperhatikan hanya sedikit peningkatan ukuran penis pasien tidak
sebanding dengan usianya. Pasien memiliki ukuran penis yang kecil. Pasien juga
mengeluhkan tidak memiliki kemampuan untuk mencium wewangian sejak kecil.
Pasien di sunat pada usia 5 tahun. Pada saat sekolah pasien memiliki kemampuan
akademis rata-rata. Pasien merupakan anak keempat dari enam bersaudara. Kakak
dan adik pasien memiliki perkembangan yang normal dan sehat. Pada saat ibu
hamil dan persalinan tidak ada masalah. Saat lahir, ayah dan ibu pasien masing-
masing berumur 31 dan 28 tahun, tanpa riwayat kekerabatan. Riwayat
keluarganya tidak mengidentifikasi kelainan apapun kecuali ibunya memiliki
riwayat epilepsi terkontrol. Keluarga memperhatikan keterlambatan yang jelas
dari pasien. Gejala lain seperti gangguan pendengaran, kelainan bentuk ginjal,
kelainan bentuk jari, celah langit-langit atau gigi yang hilang disangkal. Sekarang
pasien mengeluhkan kesulitan untuk memiliki anak setelah 1 tahun menikah.
22
Kumpulan gejala ini dapat mengarah ke sindrom Kallmann. Diagnosis banding
Normosmic hypogonadotropic hypogonadism dapat disingkirkan dengan
ditemukannya gangguan penciuman yang dialami Tn. A sejak kecil. Diagnosa
banding Hiperplasia Adrenal Kongenital dapat disingkirkan dengan ditemukannya
kadar hormon testosteron yang menurun. Diagnosa banding sindrom Pasqualini
dapat disingkirkan dengan adanya temuan kadar FSH yang menurun
23
Tatalaksana yang akan diberikan berupa tatalaksana medikamentosa. Untuk
mengatasi kekurangan testosterone, terapi dimulai dengan testosteron enanthate
atau cypionate dengan dosis 100 mg diberikan intramuskular setiap 7 sampai 10
hari, diberikan sampai kadar testosteron normal. Selanjutnya pasien diberikan
terapi human chorionic gonadotrophin (hCG) untuk meningkatkan volume testis.
Dosis hCG 1000 IU sekali seminggu dan FSH 75 IU dua kali seminggu selama 6
bulan. kontrol ke dokter kembali setelah 6 bulan terapi. Pasien juga perlu
diinstruksikan konsul ke bagian THT-KL untuk mengetahui lebih rinci tentang
gangguan pada indra penciumannya.
Harapan hidup pasien dengan sindrom Kallmann sangat tinggi yang
dikarenakan sindrom Kallmann tidak berhubungan dengan penurunan harapan
hidup. Namun dengan adanya osteoporosis, dan penurunan kesuburan dapat
mempengaruhi kesehatan dan umur pasien secara tidak langsung. Komplikasi
yang dapat timbul pada pasien sindrom Kallmann adalah disfungsi ereksi,
infertilitas, osteoporosis, hilangnya libido, tubuh mudah lelah, massa otot
berkurang, dan ginekomastia.
24
DAFTAR PUSTAKA
5. Weidner W, Colpi GM, Hargreave TB, Papp GK, Pomerol JM. EAU
guidelines on male infertility. Eur Urol. 2002;42(4):313-322.
doi:10.1016/S0302-2838(02)00367-6
25
Res Clin Endocrinol Metab. 2011;25(2):271-285.
doi:10.1016/j.beem.2010.08.006
10. Au MG, Crowley WF, Buck CL. Genetic counseling for isolated GnRH
deficiency. Mol Cell Endocrinol. 2011;346(1-2):102-109.
doi:10.1016/j.mce.2011.05.041
doi:10.3109/09513590.2012.752459
12. Mitchell AL, Dwyer A, Pitteloud N, Quinton R. Genetic basis and variable
phenotypic expression of Kallmann syndrome: Towards a unifying theory.
Trends Endocrinol Metab. 2011;22(7):249-258.
doi:10.1016/j.tem.2011.03.002
doi:10.15562/ism.v10i3.465
26
15. Pulungan AB. Pubertas dan Gangguannya dalam Buku Ajar
Endokrinologi Anak Edisi I. Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak
Indonesia : 2015.
20. Krausz C. Male infertility: Pathogenesis and clinical diagnosis. Best Pract
Res Clin Endocrinol Metab. 2011;25(2):271-285.
doi:10.1016/j.beem.2010.08.006
27