MAKALAH
Oleh :
Kelompok 14 / kelas A
Zainal Nur Rohman 172310101020
Nigitha Novia Permatasari 172310101023
1
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KELAINAN
KONGENITAL HEMATOLOGI : TALASEMIA
MAKALAH
Oleh :
Kelompok 14 / kelas A
Zainal Nur Rohman 172310101020
Nigitha Novia Permatasari 172310101023
2
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur
kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan
Inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Asuhan keperawatan pada anak dengan kelainan kongenital hematologi : talasemia”.
Dalam penulisan makalah ini, kami telah mendapat banyak bantuan dari banyak
pihak. Kami menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Ns. Ira Rahmawati.,M.Kep., Sp.Kep.An sebagai PJMK Keperawatan Anak
2. Ns. Lantin Sulistyorini, M.Kes selaku Dosen Pembimbing
3. Seluruh rekan kelas A angkatan 2017
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. kami
menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata “sempurna” untuk
itu kami sebagai penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun. Penyusun
berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi
kami sebagai penulis pada khususnya.
Penyusun
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................iii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................6
1.1.1 Epidemiologi....................................................................................6
1.1.2 Tujuan...............................................................................................6
1.1.3 Manfaat.............................................................................................6
4
BAB IV WOC dan PATHWAY .............................................................................24
Daftar Pustaka....................................................................................................28
5
BAB 1. PENDAHULUAN
6
jumlah yang sebenarnya yang disebabkan karena jenis mutasi gen yang ada di
Indonesia sangat bervariasi mulai dari sangat berat sampai ringan
(KEMENKES, 2018).
1.1.2 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Definisi Talasemia
2. Untuk Mengetahui Klasifikasi Talasemia
3. Untuk Mengetahui Patofisiologi dan Manifestasi Klinis Talasemia
4. Untuk Mengetahui Penatalaksanaan Talasemia
1.1.3 Manfaat
Lebih mengetahui definisi penyakit talasemia, macam-macam jenis
talasemia, bagaimana talasemia bisa muncul pada anak serta tanda dan gejala
yang dialami oleh anak saat tanda dan gejala talasemia muncul dan
bagaimana cara mengobati penyakit talasemia pada anak.
7
BAB 2. KONSEP DASAR PENYAKIT
8
pada kaki dan iterik ringan. Pada penderita talasemia beta minor sangat jarang
ditemui adanya splenomegaly (Anitawati, 2017).
2.2.2 Talasemia beta intermedia
Hampir 10 % pasein talasemia beta mengalami talasemia beta intermedia.
Gejala klinis mulai Nampak biasanya pada anka usia 2-4 tahun. Pada anak
talasemia jenis ini dapat terjadi hepatosplenomegaly namun tidak sebesar
hepatosplenomegali pada anak dengan talasemia mayor. Pada beberapa anak
talasemia intermedia walaupun kadar Hb >7 g/dl tetap berpeluang mengalami
kegagalan dalam pertumbuhan (Anitawati, 2017).
2.2.3 Talasemia beta mayor
Talasemia beta mayor selalu disebut anemia cooley, anemia Mediterranean,
dan anemia jaksch. Gejala klinis pada talasemia jenis ini adalah anemia berat,
icterus, pertumbuhan terlambat, aktivitas menurun dan sering tidur.
Hepatoslenomegali pada talasemia beta mayor lebih besar dibanding dengan
talasemia minor dan intermedia (Anitawati, 2017).
9
Patofisiologi antara jenis thalassemia hampir sama, penyakit talasemia awalnya
ditandai dengan produksi hemoglobin dan sel darah merah yang mengalami
penurunan, karena adanya kelebihan rantai globin yang tidak efektif, akan
menyebabkan bentuk homotetramers yang tidak stabil sehingga memicu terjadinya
heinz body. Alfa homotetramers pada β-talasemia lebih tidak stabil daripada β-
homotetramers di α-talasemia dan akan terbentuk presipitasi pada sel darah merah
sehingga menyebabkan kerusakan sel darah merah dan hemolisis yang berat karena
Sedangkan pada Pada β-thalassemia karena jumlah rantai globin-β berkurang atau
sehingga mengakibatkan berlebihnya rantai-α yang menyebabkan penurunan
produksi hemoglobin dan ketidak seimbangan rantai globin. Penurunan produksi
hemoglobin dan ketidakseimbangan rantai globin mengakibatkan penurunan
volume hemoglobin (MCH) dan volume eritrosit (MCV)³. Pada thalassemia-β yang
berat, tepat di sum-sum tulang akan meluas ke tulang-tulang normal dan
menyebabkan distorsi dari tengkorak kepala, tulang wajah dan tulang panjang
akibat dari eritropoesis yang tidak efektif (Regar, 2009).
10
2.3 Penatalaksanaan Talasemia
2.3.1 Transfusi Darah
Transfusi darah diberikan bila kadar Hb telah rendah / kurang dari 6
g/dl atau bila anak mengeluh tidak mau makan dan lemah. Transfusi darah
dilakukan secara berkala serta berkesinambungan selama 4- 5 minggu
sekali. Hb diberikan pada anak sampai diatas 11 g/dl hal ini dikarenkan
untuk mengurangi homopoesis yang berlebihan dalam sumsum tulang dan
mengurangi absorbsi Fe dari traktus digestivus. Jumlah sel darah merah
yang diberikan sebaiknya 10-20 ml/kg BB (Wibowo, 2019).
Perawatan transfusi darah juga kurang baik jika diberikan secara terus
menerus hal ini darenakan pemberian transfusi darah secara terus menerus
akan menyebabkan penimbunan zat besi /Fe pada kulit sehingga akan
menyebabkan kulit menjadi lebih hitam. Untuk mengurangi efek yang
timbul dari transfusi darah bisa dilakukan dengan memberikan iron
chelating agents secara intramuscular atau intravena untuk mengurangi
homosiderosis (Wibowo, 2019).
2.3.2. Pemberian Nutrisi
Pemberian nutrisi yang adekuat sangat penting bagi penderita
talasemia. Nutrisi yang dianjurkan untuk diberikan pada penderita
talasemia adalah makanan yang mengandung banyak vitamin C selain itu
juga bisa diberikan vitamin C 200 mg/hari. Pemberian vitamin C bertujuan
untuk meningkatkan ekskresi zat besi sehingga penderita perlu
mewaspadai makanan yang mengandung banyak zat besi (Wibowo, 2019).
11
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a. Identitas Klien
Tanggal wawancara : 4-10-2019
Tanggal MRS : 4 -10-2019
No RMK : 095577
Nama : An. B
Umur : 6 tahun
Jenis kelamin : laki laki
Suku /Bangsa : Jawa /Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Alamat : Sumbersari Jember
Diagnosa medik : Diare
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Tn. A
Usia : 28 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pengusaha
Agama : Islam
Alamat : Sumbersari Jember
c. Keluhan utama
Klien mengatakan sering merasa lemas dan tidak berenergi
d. Riwayat Penyakit sekarang
Menjelaskan keluhan yang dirasakan klien saat sebelum masuk rumah
sakit hingga masuk ke rumah sakit. Contohya menderita talasemia
e. Riwayat penyakit masa lalu
Penyakit yang pernah dialami oleh klien, contohnya seperti demam dan
klien tidak pernah mengalami kecelakaan
12
f. Riwayat perkembangan anak
Menjelaskan perkembangan anak dari lahir hingga sekarang. Sering
didapatkan data adanya kecenderungan gangguan terhadap tumbuh
kembang seja bayi. Pada talasemia mayor pertumbuhan fisik anak
terdapat keterlambatan dalam kematangan seksual seperti tidak adanya
rambut pubs dan ketiak, kecerdasan anak juga mengalami penurunan.
Sedangkan pada talasemia minor
g. Imunisasi
13
Setelah sakit : klien tidur kurang kurang lebih 7 jam sehari
5. Persoal hygiene
Sebelum sakit: mandi 2x sehari dengan frekuensi keramas 2x gosok gigi
2x sehari
Sesudah sakit : mandi 2 kali sehari, frekuensi keramas 2x sehari gosok
gigi sekali sehari
j. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : klien lemah
2. Tanda tanda vital
TD = 120/80 mmHg
Suhu= 37 ℃
Nadi = 70 kali /menit
RR= 21 kali/menit
3. Sistem pernapasan
Hidung : lubang hidung simetris kiri dan kanan, tidak tampak polip,
epitaksis tidak Nampak pernapasan cuping hidung tidak ada
nyeri tekan, tidak teraba masa
Leher : tidak teraba pembersaran kelenjar tiroid limfe
Thorax : bentuk dada normal, selama inspirasi dada mengembang ,
tidak Nampak menggunakan otot bantu pernapasan , RR 21
kali /menit, tidak ada nyeri tekan , tidak teraba adanya masa,
bunyi nafas broncovasikuler, resonan pada semua lapang paru
4. Sistem kardio vaskuler
konjungtiva pucat, bunyi jantung regular, nadi 70 kali/menit
sel darah merah 5 g/dl
5. Sistem pencernaan
mulut tidak stomatitis, nyeri tekan pada abdomen pada kuadran kiri atas.
6. Sistem integument
Warna rambut hitam merata,warna kulit kekuningan, jika anak sering di
transfusi kulit akan berwarna keabu abu an. turgor kulit menurun, suhu
37 ℃
7. Sistem Endokrin
14
Ekresi urin tidak berlebih
Terjadi pembesaran limpa
8. Sistem musculus skeletal: normal
9. Abdomen : Terlihat pucat dan nyeri saat dipalpasi
15
3.3 Intervensi Keperawatan
16
2 Sabtu /5- Intoleransi Tujuan Terapi aktivitas
10-2019 aktivitas Setelah dilakukan 1. Bantu klien untuk
tindakan keperawatan mengidentifikasi aktivitas
selama 1 X 24 jam yang diinginkan
intoleransi aktivitas 2. Bantu klien untuk
klien berkurang dengan menjadwalkan waktu aktivita
Kriteria Hasil harian
1. Melakukan 3. Bantu klien untuk beraktivita
aktivitas secara teratur
dipertahankan 4. Berkolaborasi dengan ahli
pada skala 3 terapis fisik
ditingkatkan
pada skala 2
sedikit terganggu
2. Aktivitas fisik
dipertahankan
pada skala 3
cukup terganggu
ditingkatkan
pada skala 2
sedikit terganggu
17
3. Sabtu /5- Ketidakefektifan Tujuan Perawatan Sirkulasi
10-2019 perfusi jaringan Setelah dilakukan
perifer tindakan keperawatan 1. Lakukan penilaian sirkulasi perife
selama 1x24 jam secara komperhensif
diharapkan 2. Monitor kemampuan sensori dan
ketidakefektifan perfusi kognitif klien
jaringan dapat diatasi 3.Evaluasi tekanan arteri pulmonal,
dengan tekanan darah sistemik kardiak
kriteria hasil: output, dan tahanan pembuluh darah
1. aliran darah sistemik seperti yang di indikasikan.
melalui 4. Selalu sediakan alat bantu
pembuluh darah cadangan setiap waktu
jantung
dipertahankan
dari skala 3
deviasi yang
sedang dari
kisaran normal
ditingkatkan ke
skala 5 tidak ada
deviasi dari
kisaran normal
4. Sabtu /5- Kerusakan 1. Pemeliharaan Pengecekan kulit
10-2019 integritas kulit kadar darah yang 1. Amati warna, kehangatan,
diharapkan bengkak, pulsasi, tekstur,
dipertahankan edema dan ulserasi pada
pada skala 3 ekstremitas
cukup terganggu 2. Monitor warna dan suhu kuli
ditingkatkan 3. Gunakan alat pengkajian
pada skala 2 untuk mengidentifikasi pasie
sedikit terganggu n yang berisiko mengalami
2. Dampak buruk kerusakan kulit
dipertahanan
18
pada skala 3
sedang
ditingkatkan
pada skala 4
ringan
19
3.4 SAP
oleh
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
20
SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )
PEMBERIAN TRANSFUSI DARAH PADA ANAK THALASEMIA
I. Analisa Data
A. Kebutuhan Peserta Didik
Berdasarkan survey yang telah dilakukan di Ruang Keperawatan Anak RSU Dr
Soetomo diketahui bahwa banyak dijumpai gangguan sistem metabolik pada anak-
anak diakibatkan turunan gen dari orang tuanya salah satunya yaitu Thalasemia.
Thalasemia merupakan penyakit genetik yang menyerang sel darah merah yang
berdampak pada menurunnya dalam memproduksi asam amino pada rantai asam
amino sehingga tidak dapat menghasilkan hemoglobin. Rata-rata anak yang menderita
Thalasemia di Ruang Keperawatan Anak RSU Dr Soetomo berkisar umur 2-5 tahun.
Dan rata-rata pendidikan orang tua dari si anak yang menderita thalasemia dan
dirawat di RSU Dr Soetomo berpendidikan lulusan SD sampai SMA sehingga ada
yang telah memahami pengobatan tentang thalasemia pada anak dan ada juga yang
kurang memahami pengobatan thalasemia pada anak. di Ruang Keperawatan Anak
RSU Dr Soetomo setiap hari senin dan selasa di khususkan untuk melakukan transfusi
darah secara rutin pada anak yang terserang thalasemia.
21
II. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan, diharapkan anak dengan thalasemia dan keluarga
mampu memahami tentang efek samping pengobatan thalasemia.
22
a. Pengertian thalasemia memperhatikan
b. Pengertian transfusi Bertanya pada
darah penyuluh bila
c. Apa saja tanda-tanda masih ada yang
penyakit thalasemia belum jelas
d. Apa saja efek transfusi
darah dari pengobatan
thalasemia
e. Apa saja yang perlu
diperhatikan setelah
pulang kerumah
3 Penutup Evaluasi Menjawab
3 menit Menyimpulkan pertanyaan
Mengucapkan salam penutup Memperhatikan
Menjawab
salam
XI. Evaluasi
a. Pengertian thalasemia
b. Pengertian transfusi darah
c. Tanda-tanda thalasemia
d. Efek samping transfusi darah atau pengobatan thalasemia
e. Apa saja yang perlu diperhatikan setelah pulang kerumah
X. Referensi
23
Sukri, A. (2016). Mengenal, Mendampingi, dan Mengenal Thalasemia. Jakarta: Bee
Media Pustaka. https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Master-
10810-LAMPIRAN
%25203.Image.Marked.pdf&ved=2ahUKEwiNnqGQ_4PlAhWcIbcAHW_FCZs
QFjAEegQIBhAB&usg=AOvVaw1MT-ISKtDllqHSQ4zZv_C9. (Diakses pada 5
Oktober 2019).
Wong, D. L. et all (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Volume 2. Edisi 6. Jakarta:
EGC.
24
1. Terdapat tanda-tanda hipoksia kronis, nyeri perikordialm, nyeri tulang, sakit
kepala, anoreksia dan kegelisahan.
2. Postur tubuh kecil, maturasi seksual lambat, rona wajah kelabu dengan bercak
kecoklatan
3. Perubahan tulang terutama pada anak yang besar jika tidak diobati seperti tulang
frontal dan parietal menonjol, kepala membesar, pangkal hidung datar atau
melekuk kedalam, dan penampakan oriental pada mata.
4. Efek samping transfusi darah atau pengobatan thalassemia
Efek samping transfusi darah antara lain :
1. Pembesaran Limpa
Karena penyakit thalasemia diikuti dengan kerusakan sel darah merah yaang
menyebabkan terjadinya infeksi sehingga organ limpa terkena dampak karena
organ limpa memiliki fungsi sebagai penangkal infeksi dan materi sisa yang tidak
dibutuhkan dalam tubuh dan apabila organ limpa mengalami kerusakan atau
pembesaran maka penderita thalasemia tidak mampu mengurai sel-sel darah yang
rusak.
2. Kelebihan Zat Besi
Kelebihan zat besi akan menyebabkan kerusakan liver, jantung, dan sistem
endokrin yang berdampak pada kelenjar yang memproduksi hormone serta
melepaskannya didalam tubuh. Selain dari dalam tubuh penderita itu sendiri,
kelebihan zat besi juga dipicu oleh terlalu sering melakukan transfusi darah.
5. Apa saja yang perlu diperhatikan setelah pulang kerumah
1. Penderita harus memilih waktu istirahat yang cukup
2. Sering mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung vitamin dan menjalani
diet dengan gizi seimbang misalnya makanan yang mengandung tinggi asam folat
dan vitamin B12, seperti ikan, susu, daging, kacang-kacangan, sayuran berwarna
hijau, jeruk, dan biji-bijian.
3. Berikan dukungan pada anak untuk melakukan kegiatan sehari-hari sesuai
kemampuan anak.
25
3.4.1 Leaflet
BAB IV
26
WOC DAN PATHWAY
Gangguan
sintesis rantai
globin
4.1 WOC
Rantai α dan β
tidak seimbang
Penatalaksaan :
Transfusi Sel Darah Merah Hb A (2α dan
(SDM) 2β) tidak
Pemberian Chelating terbentuk
Agents (Desferal)
Transplantasi Sumsum
Tulang Eritrosit tidak
stabil
Hemolisis
THALASEMIA
Fe dalam
Aliran darah ke
darah
organ vital dan
menurun
jaringan menurun
Resiko
infeksi
Ketidak seimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
27
4.2 Pathway
Sel darah
merah rusak
Ketidakefektifan perfusi
jaringan Intoleransi
aktivitas
28
BAB V
PENUTUP
a. Kesimpulan
Thalasemia adalah kelainan herediter atau kelainan darah bawaan dengan
kondisi sel darah merah atau eritrosit yang mudah rusak atau lebih pendek umurnya
dari sel darah normal pada umumnya yang ditandai dengan penurunan rantai
hemoglobin sehingga menyebabkan penurunan sintesis hemoglobin. Klasifikasi
dari penyakit thalassemia dibagi menjadu 3 jenis yaitu Talasemia beta minor,
Talasemia beta intermedia dan Talasemia beta mayor. Dalam penatalaksanaan
penyakit thalassemia untuk semua jenis sama yaitu pemberian transfuse darah atau
dengan pemberian nutrisi untuk mencukupi kebutuhan anak yang menderita
penyakit thalassemia.
b. Saran
Dengan dipaparkannya permasalahan tentang thalasemia pada anak serta
pembahasan tentang bagaimana pengobatan thalasemia sehingga dapat
diimplentasikan apabila menemui masalah yang sama. Dengan melakukan transfusi
darah dan melakukan gaya hidup sehat sehingga dapat meminimalisir risiko
penyakit thalasemia pada anak
Thalasemia merupakan penyakit kelainan sel darah merah. Kerusakan oksidatif pada
penyakit thalasemia berhubungan dengan tingkat kerusakan dari gen globil alfa
sehingga semakin tinggi kerusakan gen globin alfa semakin tinggi kerusakan
oksidatifnya sehingga dapat menyebabkan stres oksidatif atau kondisi senyawa radikal
bebas melebihi kapasitas pertahanan atioksidan plasma. Para peneliti dari pakar
Departemen Biokimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)
Institut Pertanian Bogor (IPB) melakukan penelitian tentang aktifitas antioksidan etanol
pada tumbuhan harendong. Aktifitas antioksidan tumbuhan harendong memiliki ekstrak
29
etanol 70% sehingga dapat menunjukkan bahwa harendong memiliki aktifitas
antioksidan tertinggi terutama pada buah mentah harendong dan pada daun harendong
juga memiliki ekstrak metanol sehingga diklaim memiliki senyawa aktif yang dapat
digunakan sebagai obat herbal terutama untuk penderita thalasemia.
30
DAFTAR PUSTAKA
Ika. 2017. Temuan Baru Pakar Kesehatan Obat Thalasemia dari Tumbuhan. Jakarta: PT.
Jawa Pos Grup Multimedia.
https://www.jawapos.com/kesehatan/29/10/2017/temuan-baru-pakar-kesehatan-
obat-talasemia-dari-tumbuhan/?amp (Diakses pada 5 Oktober 2019).
Moorhead, S., Johnson, M., Dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi
Kelima. Singapura: Elsevier Inc
Nanda. 2018. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2018-2020 Edisi 11 Editor
T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC.
31
Regar, J. 2009. Aspek Genetik Talasemia. Jurnal Biomedik. 1(3): 151-158.
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/art
icle/download/829/647&ved=2ahUKEwjAxeOm_oPlAhVl63MBHZ6FCpwQFjA
BegQIBxAB&usg=AOvVaw3L3DMs-vrcQ5-xX8TsDqkK. (Diakses pada 5
Oktober 2019).
Safitri, R, Juniar E dan Darwin K. 2015. Hubungan Kepatuhan Tranfusi Dan Konsumsi
Kelasi Besi Terhadap Pertumbuhan Anak Dengan Thalasemia. JOM 2(2): 1474-
1483. https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://media.neliti.com/media/publications/18932
7-ID-hubungan-kepatuhan-tranfusi-dan-
konsumsi.pdf&ved=2ahUKEwiPrYrAgITlAhXHfSsKHU-
jBFYQFjABegQIAhAB&usg=AOvVaw3u9YpSz3r_pb8O6KbETGAk. (Diakses
pada 5 Oktober 2019).
Wibowo, D.A., D.N. Zen. 2019. Gambaran ketercapaian tranfusi darah sesuai standar
operasional, prosedur pada pasien thalassemia mayor di rumah sakit umum daerah
ciamis. Jurnal kesehatan bakti tunas husada. 19 (2): 236-255
32
http://ejurnal.stikesbth.ac.id/index.php/P3M_JKBTH/article/view/502 [diakses
pada hari Sabtu 5 Oktober 2019]
Wong, D. L. et all (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Volume 2. Edisi 6. Jakarta:
EGC.
Zainuddin, V., A.A. Abdullah, M. Arif. 2015. Majalah Patologi Klinik Indonesia dan
Laboratorium Medik. Indonesian Journal Of Clinical Pathology and Medical
Laboratory. 21 (3): 309-311 https://docplayer.info/69784974-Clinical-pathology-
and-medical-laboratory-majalah-patologi-klinik-indonesia-dan-laboratorium-
medik.html [diakses pada hari Sabtu 5 Oktober 2019]
33